PERENCANAAN PENDIDIKAN
DISUSUN OLEH
KELOMPOK 3
1. Sheila
2. Naila Putri
3. Miftahu Rahmi
4. A. Zakiyah Farhanah
5. Dwi Ananda Maulana
ADMINISTRASI PENDIDIKAN
FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN
2022/2023
1
KATA PENGANTAR
Syukur Alhamdulillah senantiasa kami panjatkan kehadiran Allah SWT. yang telah
melimpahkan rahmat dan karunia-Nya sehingga kami dapat menyeleaikan makalah ini guna
memenuhu tugas kelompok untuk mata kuliah Dasar-Dasar Administrasi Pendidikan, dengan
judul : “ Perencanaan Pendidikan “.
Tidak lupa kami ucapkan terima kasih kepasa Dr. H. ANSAR, M.SI selaku dosen
pengampuh Dasar-Dasar Administrasi Pendidikan yang membimbing kami dalam pengerjaan
tugas makalah ini. Kami juga mengucapkan terima kasih kepada teman-teman kami yang
telah membantu dalam hal mengumpulkan data-data dalam pembuatan makalah ini.
Mungkin dalam pembuatan makalah ini terdapat kesalahan yang belim kami ketahui.
Maka dari itu kami mohon saran dan kritik dari teman-teman maupun dosen. Demi
tercapainya makalah yang sempurna.
Penulis
ii
Daftar isi
KATA PENGANTAR..........................................................................ii
Daftar isi...............................................................................................4
BAB 1...................................................................................................5
PENDAHULUAN................................................................................5
1.1 Latar Belakang.............................................................................5
1.2 Rumusan Masalah.....................................................................5
1.3 Tujuan Pembelajaran................................................................5
BAB 2...................................................................................................6
PEMBAHASAN...................................................................................6
A. Pengertian Perencanaan Pendidikan........................................6
B. Tujuan Perencanaan Pendidikan..............................................8
C. Pendekatan Perencanaan Pendidikan.....................................10
D. Prinsip-Prinsip Perencanaan...................................................11
E. Tahapan Perencanaan Pendidikan..........................................12
F. Jenis dan Lingkup Perencanaan Pendidikan.........................13
G. Pengembangan Model Perencanaan Strategis.......................14
H. Tenaga Perencanaan Pendidikan Yang Profesional.............15
BAB 3.................................................................................................16
PENUTUP..........................................................................................16
A. Kesimpulan................................................................................17
DAFTAR PUSTAKA.........................................................................18
3
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Penyusunan instruksional adalah suatu siklus dalam perincian strategi suatu instrumen
dan prosedur dalam menentukan kebutuhan dan merupakan bagian dasar dari pengaturan
peningkatan keuangan suatu negara, serta serupa dengan perancah antara asumsi untuk siswa,
wali, masyarakat, dan otoritas publik. dalam mencapai tujuan instruktif.
Penyusunan instruktif juga merupakan siklus untuk mencapai keadaan yang lebih baik
di kemudian hari melalui penetapan rencana-rencana pilihan yang bijaksana, metodis,
mengenai apa yang akan diselesaikan, bagaimana mewujudkannya, siapa pelaksananya dan
kapan suatu tindakan dilakukan agar berhasil. pada sifat sekolah semua lebih berhasil dan
efektif. dengan tujuan agar interaksi instruktif dapat memenuhi kebutuhan kebutuhan
masyarakat
4
BAB 2
PEMBAHASAN
A. Pengertian Perencanaan Pendidikan
Dari berbagai defenisi perencanaan diatas dapat kita analisa bahwa perencanaan
merupakan serangkaian kebijakan dan aturan-aturan untuk dilaksanakan dengan
mempertimbangkan peluang, tantangan dan hambatannya dan menentukan arah untuk
mencapai tujuan yang lebih baik dimasa yang akan datang. Lebih tegas lagi dapat
dikemukakan bahwa Perencanaan tersebut bertujuan untuk menjadi jembatan antara
teori dengan praktek, dan digunakan untuk mengontrol masa depan melalui apa-apa
yang dilakukan pada masa ini. Melalui perencanaan tersebut, seorang juga dapat
mengantisipasi kejadian-kejadian yang tidak diinginkan, dan membuat periodisasi aksi
dalam meraih tujuan. Seperti halnya kebijakan pemerintah tentang pelaksanaan Ujian
Nasional bagi siswa kelas enam atau siswa kelas sembilan maupun kelas dua belas
tentunya dalam pelasanaannya memerlukan perencaan yang sangat matang sehingga
pelaksanaan ujian nasional nantinya dapat berjalan dengan baik dan lancar.
5
Dalam Dictionary of Education, pendidikan merupakan (a) proses dimana seseorang
mengembangkan kemampuan, sikap dan bentuk tingkah laku dalam masyarakat dimana
dia hidup, (b) proses sosial dimana seseorang diharapkan pada pengaruh lingkungan
yang terpilih dan terkontrol (khususnya yang datang dari sekolah), sehingga mereka
dapat memperoleh dan mengalami perkembangan kemampuan sosial dan kemampuan
individual yang optimum.
Selanjutnya dari defenisi perencanaan dan defenisi pendidikan diatas, dalam dunia
pendidikan juga ada yang dinamakan perencanaan pendidikan. Banyak sekali para pakar
pendidikan yang mendefenisikan perencanaan pendidikan diantaranya :
6
Menurut Coombs Perencanaan pendidikan suatu penerapan yang rasional dianalisis
sistematis proses perkembangan pendidikan dengan tujuan agar pendidikan itu
lebih efektif dan efisien dan efisien serta sesuai dengan kebutuhan dan tujuan para
peserta didik dan masyarakat.
Lebih tegas dikatakan bahwa perencanaan pendidikan itu adalah suatu kegiatan
melihat masa depan dalam hal menentukan kebijakan, prioritas dan biaya pendidikan
dengan mempertimbangkan kenyataan-kenyataan yang ada dalam bidang ekonomi, sosial
dan politik untuk mengembangkan sistem pendidikan negara dan peserta didik yang
dilayani oleh sistem tersebut.
Perencanaan jika melihat dari pembahasan di atas menjadi sangat penting karena
berfungsi sebagai pengarah kegiatan, target-target, dan hasil-hasilnya di masa depan sehingga
apapun kegiatan yang dilakukan diharapkan dapat berjalan dengan tertib. Yang kemudian
akan tercapailah apa yang menjadi tujuan dari organisasi atau lembaga.
Tujuan mengandung usaha untuk melakasanakn tindakan atau rumusan mengenai apa
yang diinginkan pada kurun waktu tertentu. Tujuan harus menegaskan mengenai sesuatu
secara SMART (specipic, measurable, attainable, realistic, and time bounding) atau (khusus,
dapat diukur, dapat diwujudkan, realistis, dan berjangka waktu tertentu).
7
Sementara itu, dalam bukunya Sagala (2009) menjelaskan beberapa tujuan dalam
penyusunan perencanaan pendidikan, antara lain:
Perencanaan Menengah
Perencanaan jangka menengah adalah perencanaan yang dilaksanakan dalam kurun waktu
antara 4-7 tahun atau 4-10 tahun. Perencanaan jangka menengah merupakan penjabaran dari
perencanaan jangka panjang dan perlu dijabarkan dalam perencanaan jangka pendek.
Sesuai jenisnya, tujuan dari perencanaan pendidikan jangka pendek, menengah, dan
panjang adalah agar perencana dapat mengatahui batasan-batasan yang menjadi parameter
dalam pencapaian tujua yang dihendaki. Selain itu, perencana juga dapat lebih terstruktur
karena dengan adanya perencaaan jangka pendek, menengah, dan panjang akan mendapatkan
rambu-rambu dalam pelaksanaannya. Rambu-rambu yang dimaksud adalah sesuai waktu
yang telah ditentukan.
Tujuan pembuatan perencanaan pendidikan juga tidak lepas dari pemahaman perencana
dalam ruang lingkup perencanaan itu sendiri. Diantarnya adalah seperti yang telah di
paparkan diatas. Perencana harus terlebih dahulu memahami definisi perencanaan
pendidikan, alasannya adalah agar perencana tidak keluar dari rambu-rambu seharusnya.
8
C. Pendekatan Perencanaan Pendidikan
9
mempertimbangkan aspek keuntungan ekonomis dan pendekatan ini juga didasarkan
pada asumsi bahwa kualitas layanan pendidikan akan menghasilkan output yang baik
sehingga dapat memberi kontribusi pada pertumbuhan ekonomi masyarakat.
Pendekatan Integratif (Terpadu)
Perencanaan pendidikan yang menggunakan pendekatan integrasi (terpadu)
dianggap sebagai pendekatan yang lebih lengkap dan relatif lebih baik daripada ketiga
pendekatan di atas, sebab pendekatan ini mengintegrasikan semua pendekatan
perencanaan pendidikan secara seimbang dan menyeluruh. Pendekatan ini sering
disebut dengan pendekatan sistemik atau pendekatan sinergik. Diantara ciri atau
karakteristik pendekatan integratif antara lain :
1. Keterpaduan orientasi dan kepentingan terhadap pengembangan individu dan
pengembangan sosial (kelompok).
2. Keterpaduan antara pemenuhan kebutuhan ketenagakerjaan dan juga mempersiapkan
pengembangan kualitas akademik.
3. Keterpaduan antara pertimbangan ekonomis (untung rugi) dan pertimbangan layanan
sosial-budaya dalam rangka memberikan kontribusi terhadap terwujudnya integrasi
sosial-budaya.
4. Konsep bahwa seluruh unsur yang terlibat dalam proses layanan pendidikan di setiap
satuan pendidikan merupakan suatu system.
5. Konsep bahwa kontrol dan evaluasi pelaksanaan perencanaan pendidikan melibatkan
semua pihak yang berkaitan dengan proses layanan kualitas pendidikan. Sedangkan
pihak-pihak yang dapat terlibat dalam proses evaluasi pelaksanaan perencanaan
pendidikan di setiap satuan pendidikan adalah kepala sekolah, guru, siswa, komite,
pengawas dan Dinas pendidikan
D. Prinsip-Prinsip Perencanaan
10
Prinsip efektifitas-efisiensi, artinya dalam penyusunan perencanaan pendidikan
didasarkan pada perhitungan sumber daya yang ada secara cermat dan matang,
sehingga perencanaan itu ‘berhasil guna’ dan ‘bernilai guna’ dalam pencapaian tujuan
pendidikan.
Prinsip progress of change, yaitu terus mendorong dan memberi peluang kepada
semua warga sekolah untuk berkarya dan bergerak maju ke depan dengan beragam
pembaharuan layanan pendidikan yang lebih berkualitas, sesuai dengan peranan
masing-masing.
Prinsip objektif, rasional dan sistematis, artinya perencanaan pendidikan harus
disusun berdasarkan data yang ada, berdasarkan analisa kebutuhan dan kemanfaatan
layanan pendidikan secara rasional (memungkinkan untuk diwujudkan secara nyata),
dan mempunyai sistematika dan tahapan pencapaian program secara jelas dan
berkesinambungan.
Prinsip kooperatif-komprehensif, artinya perencanaan yang disusun mampu
memotivasi dan membangun mentalitas semua warga sekolah dalam bekerja sebagai
suatu tim (team work) yang baik. Disamping itu perencanaan yang disusun harus
mencakup seluruh aspek esensial (mendasar) tentang layanan pendidikan akademik
dan non-akademik setiap peserta didik.
Prinsip human resources development, artinya perencanaan pendidikan harus disusun
sebaik mungkin dan mampu menjadi acuan dalam pengembangan sumber daya
manusia secara maksimal dalam mensukseskan program pembangunan pendidikan.
Layanan pendidikan pada peserta didik harus benarbenar mampu membangun
individu yang unggul baik dari aspek intelektual (penguasaan science and
technology), aspek emosional (kepribadian atau akhlak), dan aspek spiritual
(keimanan dan ketakwaan) atau disebut IESQ yang unggul.
Menurut Banghart and Trull dalam Sa’ud (2007) ada beberapa tahapan yang
semestinya dilalui dalam penyusunan perencanaan pendidikan, antara lain:
1. Tahap need assessment, yaitu melakukan kajian terhadap beragam kebutuhan atau
taksiran yang diperlukan dalam proses pembangunan atau pelayanan pembelajaran di setiap
satuan pendidikan. Kajian awal ini harus cermat, karena fungsi kajian akan memberikan
masukan tentang: (a) pencapaian program sebelumnya; (b) sumber daya apa yang tersedia,
dan (c) apa yang akan dilakukan dan bagaimana tantangan ke depan yang akan dihadapi.
2. Tahap formulation of goals and objective, yaitu perumusan tujuan dan sasaran
perencanaan yang hendak dicapai. Perumusan tujuan perencanaan pendidikan harus
berdasarkan pada visi, misi dan hasil kajian awal tentang beragam kebutuhan atau taksiran
(assessment) layanan pendidikan yang diperlukan.
3. Tahap policy and priority setting, yaitu merancang tentang rumusan prioritas
kebijakan apa yang akan dilaksanakan dalam layanan pendidikan. Rumusan prioritas
kebijakan ini harus dijabarkan kedalam strategi dasar layanan pendidikan yang jelas, agar
memudahkan dalam pencapaian tujuan.
11
4. Tahap program and project formulation, yaitu rumusan program dan proyek
pelaksanaan kegiatan operasional perencanaan pendidikan, menyangkut layanan pedidikan
pada aspek akademik dan non akademik.
5. Tahap feasibility testing, yaitu dilakukan uji kelayakan tentang beragam sumber
daya (sumber daya internal/ eksternal; atau sumber daya manusia/ material). Apabila
perencanaan disusun berdasarkan sumber daya yang tersedia secara cermat dan akurat, akan
menghasilkan tingkat kelayakan rencana pendidikan yang baik.
6. Tahap plan implementation, yaitu tahap pelaksanaan perencanaan pendidikan untuk
mewujudkan tujuan pendidikan. Keberhasilan tahap ini sangat ditentukan oleh: (a) kualitas
sumber daya manusianya (kepala sekolah, guru, komite sekolah, karyawan, dan siswa); (b)
iklim atau pola kerjasama antar unsur dalam satuan pendidikan sebagai suatu tim kerja (team
work) yang handal; dan (c) kontrol atau pengawasan dan pengendalian kegiatan selama
proses pelaksanaan atau implementasi program layanan pendidikan.
7. Tahap evaluation and revision for future plan, yaitu kegiatan untuk menilai
(mengevaluasi) tingkat keberhasilan pelaksanaan program atau perencanaan pendidikan,
sebagai feedback (masukan atau umpan balik), selanjutnya dilakukan revisi program untuk
rencana layanan pendidikan berikutnya yang lebih baik.
Perencanaan pendidikan terdiri dari beberap jenis, tergantung dari sisi mana kita
melihatnya. Ditinjau dari tatanan dan cakupannya perencanaan pendidikan ada yang bersifat
nasional adapula yang bersifat daerah, ada juga yang bersifat lokal, dan adapula yang bersifat
kelembagaan atau institusional bahkan operasional.
Secara spesipik perencanaan pendidikan dibedakan menjadi beberapa jenis antara lain
Perencanaan pendidikan dari atas ke bawah (top down educational planning),
perencanaan ini sering disebut juga perencanaan pendidikan makro atau perencanaan
pendidikan nasional.
Perencanaan pendidikan dari bawah ke atas (bottom up educational planning), yaitu
perencanaan pendidikan yang dibuat oleh tenaga perencana dari tingkat bawah
kemudian disampaikan ke pusat, misalnya perencanaan yang dibuat oleh guru, kepala
sekolah, Dinas Pendidikan kemudian disampaikan ke Kementrian Pendidikan
Nasional.
Perencanaan pendidikan menyerong dan menyamping (diagonal educational
planning), perencanaan ini sering disebut perencanaan sektoral, yaitu perencanaan
yang melibatkan kerjasama antar departemen atau lembaga, misalnya, lembaga
Kementrian Pendidikan Nasional dengan Bappeda Propinsi.
Perencanaan pendidikan mendatar (horizontal educational planning), yaitu
perencanaan pendidikan yang dibuat dengan menjalin kerjasama antar lembaga atau
departemen yang sederajat, misalnya perencanaan pendidikan antara kementrian
pendidikan dan kementrian agama dan kementrian social.
12
Perencanaan pendidikan menggelinding (rolling educational planning), yaitu
perencanaan pendidikan yang dibuat oleh pejabat yang berwenang dalam bentuk
perencanaan jangka pendek, menengah dan panjang.
Perencanaan pendidikan gabungan atas ke bawah dan bawah ke atas (top down and
bottom up educational planning), yaitu perencanaan pendidikan yang
mengintegrasikan atau mengakomodasi kepentingan pusat dan daerah (lokal).
Judson (1966) dalam bukunya yang berjudul Manager’s Guide to Making Changes,
menjelaskan lima langkah penting dalam mengimplementasikan rencana strategis
(perubahan), yakni
(1) analyzing and planning the change.
(2) communicating about the change.
(3) gainning acceptance of the required changes in behavior.
(4) making the initial transition from the statusquo to the new situation.
(5) consolidating the new conditions and continuing to follow up (Rowe 1990:297).
Dengan kata lain, dalam rangka melakukan perubahan perlu dilakukan langkah-
langkah:
(1) analisis dan rencanakan perubahan yang akan dilaksanakan.
(2) komunikasikan apa yang harus diubah.
(3) ciptakan suasana penerimaan atas perubahan yang diperlukan.
(4) memulai transisi dari statusquo menuju kondisi yang terbarukan.
(5) konsolidasikan kondisi baru dan keberlanjutannya.
Beberapa pra syarat bagi penerapan konsep perencanaan strategis antara lain
preparing and communicating strategic plan, the strategic budget, understanding the internal
environment (assumption and beliefs, values, corporate culture, strategic vision, grand
13
strategy, goals, objectives, and critical success factors), assessing the external environment
(stakeholder analysis, environmental scanning, vulnerability analysis, qualitative
environmental forecasting), assessment of product/market dynamics (assessment of
product/market strategy, technology assessment, product/market mapping, competitive
portofolio analysis, Understanding the competitive portofolio analysis (Rowe 1990:299).
Dengan kata lain dapat dinyatakan bahwa penerapan konsep perencanaan strategis
dilakukan dengan langkah-langkah:
(1) menyiapkan dan mengomunikasikan rencana strategis.
(2) penganggaran.
(3) memahami lingkungan internal organisasi berupa asumsi dan kepercayaan, nilai-
nilai, budaya organisasi, visi strategis, strategi utama, tujuan umum, tujuan khusus,
serta faktor kritis menuju sukses.
(4) pengukuran dinamika produk atau strategi pemasaran, teknologi pengukuran.
(5) pemetaan pemasaran produk.
(6) analisis portofolio.
(7) memahami analisis kompetitif portofolio.
14
Dari uraian di atas dapat diketahui bahwa perencanaan tenaga pendidik dan
kependidikan yaitu:
1. Menganalisis ketersediaan tenaga pendidik dan kependidikan;
2. Mengidentifikasi kebutuhan tenaga pendidik dan kependidikan;
3. Perencanaan tenaga pendidik dan kependidikan digunakan untuk masa yang akan
datang.
4. Perencanaan tenaga pendidik dan kependidikan sebagai salah satu elemen yang
akan membantu lembaga untuk mencapai tujuan.
15
BAB 3
PENUTUP
A. Kesimpulan
16
DAFTAR PUSTAKA
Nardawati, N. (2021). Perencanaan Pendidikan yang Baik sebagai Upaya Peningkatan Mutu
Pendidikan di Era Digital. Jurnal Literasiologi, 6(2), 556568.
17