Anda di halaman 1dari 24

MAKALAH

FUNGSI ACTUATING DALAM MANAJEMEN PENDIDIKAN

Disusun Guna Memenuhi Tugas


Mata Kuliah : Manajemen Pendidikan Islam
Dosen Pengampu : Dr. Sudadi, M.Pd.I

Disusun Oleh:

1. Khabib Nur Khasanudin


2. Uswatun Alfiaturrohmah
3. Panji Wisnu H

PROGRAM STUDI
PENDIDIKAN AGAMA ISLAM FAKULTAS TARBIYAH
INSTITUT AGAMA ISLAM NAHDLATUL ULAMA KEBUMEN

TAHUN 2023/2024
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami ucapkan kehadirat Allah SWT atas segala rahmatnya
sehingga makalah ini dapat tersusun sampai dengan selesai. Tidak lupa kami
mengucapkan terima kasih terhadap bantuan dari pihak yang telah berkontribusi
dengan memberikan sumbangan baik pikiran maupun materinya. Adapun tujuan
penyusunan makalah ini adalah untuk memenuhi tugas mata kuliah Manajemen
Pendidikan Islam yang diampu oleh Bapak Dr. Sudadi, M.Pd.I

Selain itu, tugas makalah ini menjadi bahan untuk menambah wawasan
tentang “Pentingnya Planning Dalam Manajemen Pendidikan Islam” bagi penyusun
dan pembaca. Penyusun merasa bahwa masih banyak kekurangan dalam penyusunan
makalah ini. Untuk itu penyusun sangat mengharapkan kritik dan saran yang
membangun dari pembaca demi kesempurnaan makalah ini.

06 Oktober 2023

Penyusun

ii | P l a n n i n g
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL............................................................................................i

KATA PENGANTAR.........................................................................................ii

DAFTAR ISI........................................................................................................iii

BAB I PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG.................................................................................1
B. RUMUSAN MASALAH ............................................................................3
C. TUJUAN......................................................................................................3
BAB II PEMBAHASAN
A. PENGERTIAN, TUJUAN, FUNGSI POKOK DAN PRINSIP PENGGERAK
AN (ACTUATING)…………………………....................4
B. FAKTOR-FAKTOR PENGHAMBAT DAN PENDUKUNG FUNGSI PENG
GERAKAN..................................................................................................8
C. TEKNIK-TEKNIK PENGGERAKAN YANG EFEKTIF..........................10
D. PENTINGNYA PENGGERAKAN (ACTUATING) DALAM ORGANISASI
PENDIDIKAN……………………………………………………………11
E. MENGAPLIKASIKAN PENGGERAKAN (ACTUATING) DALAM ORGAN
ISASI PENDIDIKAN..................................................................................14
F. KUNCIPENGGERAKAN(ACTUATING)DALAMPENDIDIKAN……..14
BAB III PENUTUP
A. KESIMPULAN............................................................................................17
B. SARAN........................................................................................................18
REFERENSI

iii | P l a n n i n g
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Salah satu persoalan pendidikan yang sedang dihadapi bangsa kita adalah persoalan
mutu pendidikan pada setiap jenjang dan satuan pendidikan. Dari berbagai pengamat dan
analisis, ada berbagai faktor yang menyebabkan mutu pendidikan kita mengalami
peningkatan secara merata. Pertama, kebijakan dan penyelenggaraan pendidikan nasional
menggunakan pendekatan educational production function atau input-output analisis yang
tidak dilaksanakan secara konsekuen. Kedua, penyelenggaraan pendidikan nasional
dilakukan secara birokratis sentralistik, sehingga peningkatan mutu sekolah sebagai
penyelenggaraan pendidikan yang tergantung pada keputusan birokrasi-birokrasi. Ketiga,
minimnya peranan masyarakat khususnya orang tua sisiwa dalam penyelenggaraan
pendidikan, pratisipasi orang tua selama ini dengan sebatas pendukung dana, tapi tidak
dilibatkan dalam proses pendidikan seperti mengambil keputusan, monitoring, evaluasi dan
akuntabilitas, sehingga sekolah tidak memiliki beban dan tanggung jawab hasil pelaksanaan
pendidikan kepada masyarakat/orang tua sebagai stacheholder yang berkepentingan
dengan pendidikan. Keempat, krisis kepemimpinan, dimana kepala sekolah yang cenderung
tidak demokratis, sistem top down policy baik dari kepala sekolah terhadap guru atau
birokrasi diatas kepala sekolah terhadap sekolah.

Munculnya paradigma guru tentang manajemen berbasis sekolah yang bertumpu


pada penciptaan iklim yang demokratisasi dan pemberian kepercayaan yang lebih luas
kepada sekolah untuk menyelenggarakan pendidikan secara efisien dan berkualitas.
Kepemimpinan adalah cara seseorang pemimpin mempengaruhi perilaku bawahan agar
mau bekerja sama dan bekerja secara produktif untuk mencapai tujuanorganisasi. Gaya
kepemimpinan yang kurang melibatkan bawahan dalam mengambil keputusan maka akan
mengakibatkan adanya disharmonisasi hubungan anatara pemimpin dan yang dipimpin.
Salah satu solusinya adalah dengan dikeluarkannya UU No.32 tahun 2004 yaitu undang-
undang otonomi daerah yang kemudian diatur oleh PP No. 33 tahun 2004 yaitu adanya
penggeseran kewenangan dan pemerintah pusat ke pemda dalam berbagai bidang
termasuk bidang pendidikan kecuali agama, politik luar negeri, pertahanan dan keamanan,
peradilan, moneter dan fiskal.

Pemberian otonomi tersebut dimaksudkan agar lembaga sekolah memiliki


kebebasan dan kemandirian mengelola lembaganya agar mampu berkembang sesuai
dengan potensi dan kekhususan-kekhususan yang dimiliki daerah serta memiliki relevansi
yang tinggi dan kemanfaatan optimal bagi pembangunan di daerah. Pemberian otonomi
demikian dengan segala implikasinya dianggap merupakan langkah maju yang bertujuan
untuk menciptakan efektifitas penyelenggaraan pendidikan di daerah dengan bersumber
kepada pemanfaatan potensi, kekhasan, dan kreativitas dari para penyelenggara pendidikan
di daerah. Implementsi otonomi sekolah ini juga salah satunya tercermin dengan
diberlakukannya UU No. 20/2005 yang memberikan kebebasan kepada sekolah untuk
menyusun kurikulumnya sendiri yang dikenal dengan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan
(KTSP) sebagai ganti dari Kurikulum 2004. Untuk kemudian direvisi dengan berlakunya
Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) 2006, sampai pada diberlakukannya kurikulum
2013, yang sempat mengalami pro dan kontra di kalangan masyarakat kependidikan dan
non kependidikan.

Dengan adanya amanat otonomi dari undang- undang tersebut perangkat


manajemen di sekolah bukan lagi sekedar sebagai pelaksana dari birokrasi pusat
sebagaimana era sebelumnya, melainkan berposisi sebagai agen yang mandiri yang
bertanggung jawab atas pengelolaan sekolah sesuai dengan tugas dan fungsi manajemen
(planning, organizing, actuating, controlling) dengan memperhatikan potensi dan kekhasan
yang dimiliki. Penggerakan atau Actuating mempunyai arti dan perananan yang sangat
penting. Sebab diantara fungsi manajemen lainnya, maka penggerakan merupakan fungsi
secara langsung berhubungan dengan manusia (pelaksana). Dengan fungsi penggerakan
inilah, maka ketiga fungsi manajemen yang lain baru efektif. Oleh karena itu penggerakan

2|Planning
atau actuating sebagai salah satu fungsi manajemen yang sangat layak untuk dikaji lebih
jauh dalam makalah ini.

B. Rumusan Masalah

1. Apa Pengertian Pergerakan Actuating dalam manajemen pendidikan (Islam) ?


2. Apa Tujuan penggerakkan Actuating dalam manajemen pendidikan (Islam) ?
3. Apa Faktor Faktor Penghambat Dan Pendukung Fungsi Penggerakan
4. Apa Teknik Teknik Penggerakan Yang Efektif

C. Tujuan

1. Mampu memahami pengertian pergerakan actuating


2. Mampu memahami tujuan penggerakan actuating dalam manajemen
pendidikan(Islam).
3. Mampu memahami Faktor Faktor penghambatan dan pendukung penggerakan
4. Mampu memahami Teknik Teknik Penggerakan yang efektif
5. Mampu memahami penggerakan dalam pentingnya pendidikan

3|Planning
BAB II
PEMBAHASAN

A. PENGERTIAN, TUJUAN, FUNGSI POKOK DAN PRINSIP


PENGGERAKAN (ACTUATING)

1. Pengertian Penggerakan (Actuating)

Fungsi-fungsi manajemen menurut George R. Terry (Disingkat POAC) dalam


Mulyono (2008:23), yaitu “planning (perencanaan), organizing (pengorganisasian),
actuating (penggerakan), controlling (pengendalian)”. Dari seluruh rangkaian proses
manajemen, penggerakan (actuating) merupakan fungsi manajemen yang paling
utama, dan mempunyai arti serta perananan yang sangat penting. Sebab dalam fungsi
perencanaan dan pengorganisasian lebih banyak berhubungan dengan aspek-aspek
abstrak proses manajemen, sedangkan fungsi actuating justru lebih menekankan pada
kegiatan yang berhubungan langsung dengan orang-orang dalam organisasi atau
manusia (pelaksana). Dengan ini fungsi penggerakan inilah, maka ketiga fungsi
manajemen yang lain baru efektif.

4|Planning
Actuating, dalam bahasa Indonesia artinya adalah menggerakkan. Maksudnya, suatu
tindakan untuk mengupayakan agar semua anggota kelompok berusaha untuk
mencapai sasaran sesuai dengan tujuan organisasi. George R. Terry (1986)
mengemukakan bahwa, actuating merupakan usaha menggerakkan anggota-anggota
organisasi sedemikian rupa hingga mereka berkeinginan dan berusaha untuk
mencapai sasaran organisasi dan sasaran anggota-anggota organisasi tersebut oleh
karena para anggota itu juga ingin mencapai sasaran- sasaran tersebut. Jadi actuating
adalah usaha menggerakkan seluruh orang yang terkait, untuk secara bersama-sama
melaksanakan program kegiatan sesuai dengan bidang masing-masing dengan cara
yang terbaik dan benar. Actuating merupakan fungsi yang paling fundamental dalam
manajemen, karena merupakan pengupayaan berbagai jenis tindakan itu sendiri, agar
semua anggota kelompok mulai dari tingkat teratas sampai terbawah, berusaha
mencapai sasaran organisasi sesuai rencana yang telah ditetapkan semula, dengan
cara terbaik dan benar.

Sedangkan menurut Harold Koontz & Cyril O’Donnel, actuating adalah directing and
leading are the interpersonal aspec of commanding by which subordinate are led to
understand and contribute effectively and efficiency to the attainment of enterprise
objectives. Hal ini berarti bahwa pengarahan adalah hubungan antara aspek-aspek
individual yang ditimbulkan oleh adanya pengaturan terhadap bawahan-bawahan
untuk dapat dipahami dan pembagian pekerjaan yang efektif untuk tujuan perusahaan
yang nyata.

Pendapat lainnya, Actuating (penggerakan) yaitu: Actuating is setting all members of


the group towant to achieve the objektive willingly and keeping with managerial
planning and organizing efforts. Artinya Penggerakan adalah membuat semua
kelompok agar mau bekerja sama dan bekerja secara ikhlas serta bergairah untuk
mencapai tujuan sesuai dengan perencanaan dan usaha pengorganisasian. (Hasibuan,
1995:176).

5|Planning
Dari pengertian di atas, pelaksanaan (actuating) tidak lain merupakan upaya untuk
menjadikan perencanaan menjadi kenyataan, dengan melalui berbagai pengarahan
dan pemotivasian agar setiap karyawan dapat melaksanakan kegiatan secara optimal
sesuai dengan peran, tugas dan tanggung jawabnya. Jadi penggerakan merupakan
kegiatan manajemen untuk menggerakan dan membuat orang lain suka dan dapat
bekerja sama untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan secara efektif dan efisien,
sehingga tindakan-tindakan yang telah dilakukan menyebabkan suatu organisasi
dapat berjalan.

2. Ciri – ciri Penggerakan

Adapun Ciri – ciri penggerakkan di dalam sebuah oraganisasi yaitu :

1. Upaya yang berlandaskan pengetahuan tentang kepemimpinan yang baik.

2. Mengacu pada perencanaan yang telah dibuat.

3. Adanya kemampuan untuk memimpin semua anggota organisasi.

4. Semua kegiatan – kegiatan oraganisasi di atur dengan baik.

5. Pemberian bimbingan, motivasi dan pengarahan yang baik.

3. Tujuan Penggerakan

Menurut Azwar (1996), Tujuan fungsi actuating (penggerakan) adalah :

1. Menciptakan kerjasama yang lebih efisien

2. Mengembangkan kemampuan dan keterampilan staf

3. Menumbuhkan rasa memiliki dan menyukai pekerjaan

4. Mengusahakan suasana lingkungan kerja yang dapat meningkatkan motivasi dan


prestasi kerja staf

6|Planning
5. Membuat organisasi berkembang lebih dinamis

4. Fungsi Pokok Penggerakan (Actuating)

Adapun fungsi pokok penggerakan didalam manajemen adalah sebagai berikut :

1. Mempengaruhi orang-orang supaya bersedia menjadi pengikut.

2. Menaklukkan daya tolak orang-orang

3. Membuat seseorang atau orang-orang suka mengerjakan tugas dengan lebih baik.

4 Mendapatkan, memelihara dan memupuk kesetiaan pada pimpinan, tugas dan


organisasi tempat mereka bekerja.

5. Menanamkan, memelihara dan memupuk rasa tanggung jawab seorang atau orang-
orang terhadap Tuhan-nya, negara dan masyarakat.

5. Prinsip Penggerakan (Actuating)

Prinsip-prinsip penggerakan, Menurut Kurniawan (2009) sebagai berikut :

1. Memperlakukan pegawai dengan sebaik-baiknya.

2. Mendorong pertumbuhan dan perkembangan manusia.

3. Menanamkan pada manusia keinginan untuk melebihi.

4. Menghargai hasil yang baik dan sempurna.

5. Mengusahakan adanya keadilan tanpa pilih kasih.

6. Memberikan kesempatan yang tepat dan bantuan yang cukup.

7. Memberikan dorongan untuk mengembangkan potensi dirinya.

7|Planning
B. FAKTOR-FAKTOR PENGHAMBAT DAN PENDUKUNG FUNGSI
PENGGERAKAN

Beberapa halangan dalam menjalankan penggerakan :

1. Kendala-Kendala Pemilihan SDM, meliputi :

a. Standar Kemampuan SDM yang pasti belum ada, akibatnya informasi


kemampuan SDM hanya berdasarkan ramalan-ramalan (prediksi) saja yang sifatnya
subjektif. Hal ini menjadi kendala yang serius dalam pemilihan SDM untuk
menghitung potensi SDM secara pasti.

b. Manusia (SDM sebagai mahluk hidup tidak dapat dikuasai sepenuhnya seperti
mesin. Hal ini menjadi kendala PSDM, karena itu sulit memperhitungkan segala
sesuatunya dalam rencana. Misalnya, ia mampu tapi kurang mau melepaskan
kemampuannya.

c. Situasi SDM, Persediaan mutu, dan penyebaran penduduk yang kurang


mendukung kebutuhan SDM organisasi . Hal ini menjadi kendala proses PSDM yang
baik dan benar.

d. Kebijaksanaan Perburuhan Pemerintah, Kebijaksanaan perburuhan pemerintah,


seperti kompensasi, jenis kelamin, WNA, dan kendala lain dalam PSDM untuk
membuat rencana yang baik dan tepat.

2. Kegagalan manajer dalam menumbuhkan motivasi stafnya

Hal ini terjadi karena manajer kurang memahami hakekat perilaku dan hubungan
antar manusia. Seperti konsep perilaku manusia yang dikemukakan oleh Maslow,
dinegara berkembang yang menjadi prioritas adalah kebutuhan fisik, rasa aman, dan
diterima oleh lingkungan sedangkan dinegara maju kebutuhan yang menonjol adalah
aktualisasi diri dan self esteem. Perbedaan tersebut juga akan mempengaruhi etos
kerja dan produktifitas kerja.

8|Planning
a. Kurangnya keahlian dalam menggunakan menajemen.

b. Beragam-ragam dalam memutuskan sesuatu.

c. Tidak adanya kerjasama yang kompak.

d. Tidak menepati janji Fungsi-fungsi penggerakan.

e. Tidak adanya dana serta fasilitas yang terbatas dapat menghasilkan


kedisiplinan dan kesetian dari anggota organisasi.

f. Kurangnya Komunikasi di Dalam Organisasi.

g. Tidak bisa membaca karakteristik setiap anggotanya.

h. Kurangnya Rasa Solidaritas yang tinggi.

Faktor Pendukung dalam penggerakan diantaranya :

1. Kepemimpinan (Leadership)

Kepemimpinan adalah kegiatan untuk mempengaruhi orang-orang agar berusaha


dengan ikhlas untuk mencapai tujuan bersama. Seorang manajer yang tidak memiliki
kepemimpinan tidak akan mampu untuk mempengaruhi bawahannya untuk bekerja,
sehingga manajer yang demikian akan gagal dalam usahanya.

2. Sikap dan Moril (Attitude and Morale)

Sikap ialah suatu cara memandang hidup, suatu cara berpikir, berperasaan dan
bertindak. Oleh karena itu sikap manajer akan berbeda-beda sesuai dengan pola
hidupnya.

3. Tata Hubungan (Communication)

9|Planning
Komunikasi membantu perencanaan managerial dilaksanakan dengan efektif,
pengorganisasian managerial dilakukan dengan effektif, penggerakan managerial
diikuti dengan efektif dan pengawasan diterapkan dengan efektif.

4. Perangsang (Incentive)

Insentif ialah sesuatu yang menyebabkan atau menimbulkan seseorang bertindak.

5. Supervisi (Supervision)

Supervisi dalam bahasa Indonesia disebut juga dengan pengawasan, sehingga suka
timbul kekacauan pengertian dengan kata pengawasan sebagai terjemah dari kata
control.

6. Disiplin (Discipline)

Disiplin ialah latihan pikiran, perasaan, kehendak dan watak untuk melahirkan
ketaatan dan tingkah laku yang teratur.

C. TEKNIK-TEKNIK PENGGERAKAN YANG EFEKTIF

Menurut Azwar (1996) teknik-teknik penggerrakan yang efektif antara lain:

1) Memberikan penjelasan kepada setiap orang yang ada dalam organisasi, mengenai
tujuan yang harus dicapai.

2) Setiap orang harus menyadari, memahami serta menerima dengan baik tujuan
tersebut.

3) Pimpinan menjelaskan kebijaksanaan-kebijaksanaan yang ditempuh oleh


organisasi dalam usaha pencapaian tujuan.

4) Setiap orang harus mengerti struktur organisasi.

10 | P l a n n i n g
5) Setiap orang harus menjalankan peranan apa yang diharapkan oleh pimpinan
organisasi dengan baik.

6) Menekankan pentingnya kerjasama dalam melaksanakan kegiatan-kegiatan yang


diperlukan.

7) Memperlakukan setiap bawahan sebagai manusia dengan penuh pengertian.

8) Memberikan penghargaan serta pujian kepada pegawai yang cakap dan teguran
serta bimbingan kepada orang-orang yang kurang mempu bekerja.

9) Meyakinkan setiap orang bahwa dengan bekerja baik dalam organisasi tujuan
pribadi orang-orang tersebut akan tercapai semaksimal mungkin.

Sedangkan menurut Haris (2011) teknik-teknik penggerakan yang efektif bagi


manajemen sekolah antara lain:

1) Kepala sekolah merangsang guru dan personal sekolah lainnya melaksanakan


tugas dengan antusias dan kemauan yang baik untuk mencapai tujuan dengan penuh
semangat.

2) Kepala sekolah cenderung mempunyai hubungan dengan bawahan yang sifatnya


mendukung (suportif) dan meningkatkan rasa percaya diri menggunakan kelompok
membuat keputusan.

3) Kepala sekolah merencanakan cara untuk memungkinkan guru, tenaga


kependidikan dan personal sekolah lainnya secara teratur mempelajari seberapa baik
ia telah memenuhi tujuan sekolah yang spesifik dapat meningkatkan mutu sekolah.

4) Penggerakan yang dilakukan kepala sekolah tersebut dapat berupa pengakuan dan
pujian atas prestasi kerja personal sekolah, karena ancaman atas kesalahan yang
dilakukan oleh para personalnya hanya akan berdampak buruk terhadap manajemen
sekolah.

11 | P l a n n i n g
5) Sanksi hanya akan diberikan, jika betul-betul ada bukti dan tidak mungkin lagi
untuk dibina, jauh efisien membentuk perilaku guru, tenaga kependidikan, dan
personal sekolah lainnya dengan menghargai hasil yang positif dan memberi motivasi
ke arah yang positif pula.

D. PENTINGNYA PENGGERAKAN (ACTUATING) DALAM


ORGANISASI PENDIDIKAN.

Kepekaan melihat kondisi global yang bergulir dan peluang masa depan menjadi
modal utama untuk mengadakan perubahan paradigma dalam manajemen pendidikan.
Modal ini akan dapat menjadi pijakan yang kuat untuk mengembangkan pendidikan.
Pada titik inilah diperlukan berbagai komitmen untuk perbaikan kualitas. Ketika
melihat peluang, dan peluang itu dijadikan modal, kemudian modal menjadi pijakan
untuk mengembangkan pendidikan yang disertai komitmen yang tinggi, maka secara
otomatis akan terjadi sebuah efek domino (positif) dalam pengelolaan organisasi,
strategi, SDM, pendidikan dan pengajaran, biaya, serta marketing pendidikan.

Untuk menuju point education change (perubahan pendidikan) secara menyeluruh,


maka manajemen pendidikan adalah hal yang harus diprioritaskan untuk
kelangsungan pendidikan sehingga menghasilkan out-put yang diinginkan. Walaupun
masih terdapat institusi pendidikan yang belum memiliki manajemen yang bagus
dalam pengelolaan pendidikannya. Manajemen yang digunakan masih konvensional,
sehingga kurang bisa menjawab tantangan zaman dan terkesan tertinggal dari
modernitas. Jika manajemen pendidikan sudah tertata dengan baik dan membumi,
niscaya tidak akan lagi terdengar tentang pelayanan sekolah yang buruk, minimnya
profesionalisme tenaga pengajar, sarana-prasarana tidak memadai, pungutan liar,
hingga kekerasan dalam pendidikan. Manajemen dalam sebuah organisasi pada
dasarnya dimaksudkan sebagai suatu proses (aktivitas) penentuan dan pencapaian
tujuan organisasi melalui pelaksanaan empat fungsi dasar: planning, organizing,

12 | P l a n n i n g
actuating, dan controlling dalam penggunaan sumberdaya organisasi. Karena itulah,
aplikasi manajemen organisasi hakikatnya adalah juga amal perbuatan SDM
organisasi yang bersangkutan.

Penggerakan (actuating) sebagai salah satu fungsi manajemen merupakan fungsi yang
sangat penting, karena fungsi ini kegiatannya berhubungan langsung dengan faktor
manusia sebagai bawahan. Fungsi actuating lebih menekankan pada kegiatan yang
berhubungan langsung dengan orang-orang dalam organisasi. Perencanaan dan
pengorganisasian yang baik, kurang berarti bila tidak diikuti dengan penggerakan
seluruh potensi sumber daya manusia dan nonmanusia pada pelaksanaan tugas.
Semua sumber daya manusia yang ada harus dioptimalkan untuk mencapai visi, misi
dan program kerja organisasi. Setiap SDM harus bekerja sesuai dengan tugas, fungsi
dan peran, keahlian dan kompetensi masing-masing SDM untuk mencapai visi, misi
dan program kerja organisasi yang telah ditetapkan. Dalam menggerakan manusia
sebagai bawahan ini, seorang pimpinan/manajer dituntut suatu kemampuan, sehingga
para bawahan dengan senang hati mengikuti ajakan atau kehendak pimpinan.

Keseluruhan kegiatan kerja sama yang dilakukan oleh manusia dalam upaya
mencapai tujuan, kita identifikasi sebagai administrasi. Inti dari administrasi adalah
sinergi semua sumber daya dalam kerangka upaya mencapai tujuan organisasi.
Sumber daya yang dimiliki organisasi diistilahkan dengan 6 M yang salah satunya
adalah man, atau manusia. Manajemen dilakukan oleh manusia, untuk kepentingan
manusia, dan berasal dari manusia, Dengan demikian, untuk melakukan praktek
pengaturan dengan benar, kita harus memahami apa yang disebut sebagai manusia,
Tujuannya adalah untuk memahami manusia secara lebih baik dan lebih akurat.

Keuntungan pemahaman ini adalah terutama agar kita memahami cara memimpin
manusia dengan lebih baik (Leavit, 1978). Dengan memahami manusia, kita akan
lebih mudah untuk mempengaruhi dan menggerakkannya. Secara umum, pemahaman

13 | P l a n n i n g
yang memadai tentang manusia akan memudahkan kita bekerja sama dengannya
dalam upaya penciptaan kesejahteraan dan kemakmuran bagi manusia itu sendiri.

Disadari unsur manusia adalah faktor yang sangat penting, karena semua proses
dalam melibatkan unsur manusia. Oleh karena itu diperlukan suatu tim yang tangguh
untuk menyusun suatu manajemen risiko, agar nantinya dapat digunakan untuk
mengenali risiko, mengukur dan memantaunya, sehingga organisasi tidak sampai
collaps karena risiko yang tak dapat dicover nya. SDM yang berkualitas dan pro aktif
sangat diperlukan, walaupun demikian sebagus apapun unsur manusia, tetap
diperlukan suatu sistem prosedur yang baik, yang bisa memberikan signal apabila
terjadi tanda-tanda dini, serta ada built in control dalam setiap tahapan pelaksanaan
pekerjaan. Maka sangat pentingnya penggerakan dalam suatu organisasi pendidikan,
karna jika organisasi pendidikan sendiri tidak ada pengatur atau penggerak suatu
organisasi pendidikan sendiri tidak akan maju atau berdiri dengan pesat.

E. MENGAPLIKASIKAN PENGGERAKAN (ACTUATING) DALAM


ORGANISASI PENDIDIKAN

Fungsi fundamental ke tiga dalam perusahaan setelah menata perencanaan dan


pengorganisasian adalah bagaimana cara menggerakan manusia secara sukarela untuk
melakukan aktiftas personal yang sesuai dengan tujuan organisasi. Penggerakan
merupakan usaha untuk menggerakan anggota kelompok sedemikian rupa sehingga
mereka berkeinginan dan berusaha untuk mencapai sasaran organisasi yang
bersangkutan oleh karena anggota itu ingin mencapai sasaran tersebut
(Terry:2006:313).

Menggerakan jelas membutuhkan adanya kematangan pribadi dan pemahaman


terhadap karakter manusia yang memiliki kecenderungan berbeda dan dinamis,
sehingga membutuhkan adanya sinkronisasi. Sehingga bisa dikatakan fungsi

14 | P l a n n i n g
actuating jauh lebih rumit oleh karena harus berhadapan langsung sehingga fungsi
leadershif begitu kentara sekali dibutuhkan sekalipun semuanya melalui proses
planning dan pengorganisasian terlebih dulu.

F. KUNCI PENGGERAKAN (ACTUATING) DALAM PENDIDIKAN

1) Pengarahan

Pengarahan merupakan aspek hubungan antar manusiawi dalam kepemimpinan yang


mengikat para bawahan untuk bersedia mengerti dan menyumbangkan tenaga kerja
efektif serta efesien untuk mencapai tujuan. Dalam manajemen, pengarahan ini
bersifat sangat kompleks karena disamping menyangkut manusia, juga menyangkut
berbagai tingkah laku dari manusia- manusia itu sendiri. Manusia dengan berbagai
tingkah laku yang berbeda-beda, memiliki pandangan serta pola hidup yang berbeda
pula. Pada umumnya, pimpinan menginginkan pengarahan kepada bawahan dengan
maksud agar mereka bersedia bekerja dengan sebaik mungkin, dan diharapkan tidak
menyimpang dari prinsip-prinsip di muka.

2) Kepemimpinan (Leading)

Gaya/Tipe kepemimpinan dapat diartikan sebagai :

a) sekumpulan ciri yang digunakan pimpinan untuk mempengaruhi bawahan agar


sasaran organisasi tercapai.

b) pola perilaku dan strategi yang disukai dan sering diterapkan oleh seorang
pemimpin.

c) pola menyeluruh dari tindakan seorang pemimpin, baik yang tampak maupun yang
tidak tampak oleh bawahannya.

15 | P l a n n i n g
d) Perilaku dan strategi, sebagai hasil kombinasi dari falsafah, keterampilan, sifat,
dan sikap yang sering diterapkan oleh seorang pemimpin ketika ia mencoba
mempengaruhi kinerja bawahannya.

3) Fungsi Kepemimpinan

Fungsi kepemimpinan berhubungan langsung dengan situasi sosial dalam kehidupan


kelompok/organisasi masing-masing yang mengisyaratkan bahwa setiap pemimpin
berada di dalam dan bukan di luar situasi itu.

4) Kepemimpinan Efektif

Menurut Amirullah yang dikutip oleh Daryanto (2011: 129), indikator kepemimpinan
efektif yaitu melihat hasil kerja yang diperoleh selama tugas kepemimpinannya, baik
secara kualitas maupun secara kuantitas. Salah satu pendekatan yang dianggap tepat
dalam melihat indikator kepemimpinan yang efektif adalah dengan melihat peran-
peran yang dimainkan oleh seorang pemimpin. Apabila pemimpin itu telah
melaksanakan tugas sesuai dengan peran dan fungsinya, maka pemimpin itu
dikatakan sudah efektif.

5) Pengambilan Keputusan

Pengambilan keputusan adalah fungsi terpenting dari pergerakan (actuating), bahkan


dikatakan inti dari organisasi adalah kepemimpinan dan inti dari kepemimpinan
adalah pengambilan keputusan (decesion making).

6) Motivasi

Motivasi merupakan suatu kekuatan (power), tenaga (forces), daya (energy), atau
suatu keadaan yang kompleks dan kesiapsediaan dalam diri individu untuk bergerak
ke arah tujuan tertentu, baik disadari maupun tidak disadari. Gibson (1985)
menyatakan dalam mempertimbangkan motivasi, perlu diperhatikan faktor-faktor

16 | P l a n n i n g
fisiologikal, psikologikal, dan lingkungan (environmental) sebagai faktor-faktor yang
penting.

7) Model Pendekatan Motivasi Dalam Organisasi

Ada 3 model dalam pendekatan motivasi dalam organisasi, yaitu :

a) Model tradisional merupakan bentuk usaha yang ditempuh oleh para manajer dan
pemimpin untuk membuat bagaimana bawahan/karyawan dapat menjalankan
pekerjaan mereka yang membosankan dan berulang-ulang dengan cara yang paling
efisien.

b) Model hubungan manusiawi menekankan kepada para manajer untuk bisa


memotivasi bawahan/karyawan dengan mengakui kebutuhan sosial mereka dengan
membuat mereka merasa penting dan berguna.

c) Model sumber daya manusia ini bukanlah menyuap karyawan dengan upah atau
uang saja, melainkan juga untuk mengembangkan rasa tanggung jawab bersama
dalam mencapai tujuan organisasi dan anggotanya. Setiap karyawan menyumbangkan
sesuai dengan kepentingan dan kemampuannya masing-masing. Dalam model ini,
karyawan dianggap sebagai individu yang memiliki motivasi tidak hanya karena uang
dan prestise saja, tetapi menganggap bahwa para karyawan juga memiliki dorongan
untuk melaksanakan pekerjaannya dengan baik.

8) Komunikasi Dalam Organisasi

Komunikasi erat hubungannya dengan usaha pengarahan dan pengorganisasian


karena komunikasi yang baik bukan hanya terjadi satu arah dari atasan, melainkan
juga datang dari bawah ke atas atau antar rekan kerja. Cara-cara yang digunakan
sebagai media komunikasi dalam suatu lembaga dapat bersifat lisan maupun tulisan.

17 | P l a n n i n g
BAB III

PENUTUP

A. KESIMPULAN

1) Penggerakan pendidikan merupakan salah satu fungsi manajemen pendidikan


yang berhubungan dengan aktivitas manajerial dalam melaksanakan tugas execution.
Penggerakan (actuating) adalah tindakan untuk memulai, memprakarsai, memotivasi
dan mengarahkan serta mempengaruhi para pekerja baik pendidik, tenaga
kependidikan maupun karyawan untuk mengerjakan tugas- tugas untuk mencapai
tujuan pendidikan.

2) Penggerakan pendidikan sangat terkait dengan penggunaan berbagai sumber


daya organisasi sehingga kemampuan memimpin, memberi motivasi, berkomunikasi
yang efektif dan menciptakan iklim serta budaya organisasi yang kondusif menjadi
kunci penggerakan dalam mencapai tujuan organisasi.

3) Kepemimpinan pendidikan berperan sangat penting dalam rangka


mengarahkan dan menggerakkan organisais pendidikan untuk mencapai tujuan yang
diharapkan. Kepala sekolah sebagai pimpinan pendidikan mempunyai peran yang
sangat penting dalam melaksanakan proses pendidikan baik sebagai pengelola
pengelola pendidikan maupun sebagai pemimpin formal pendidikan di sekolahnya.

4) Pengambilan keputusan merupakan fungsi terpenting dari penggerakan


(actuating), bahkan dapat dikatakan bahwa inti dari organisasi adalah kepemimpinan
dan inti dari kepemimpinan adalam pengambilan keputusan (decision making).

18 | P l a n n i n g
5) Motivasi memiliki arti penting dalam menumbuhkan dan mempertinggi
semangat kerja sehingga salah satu aktivitas manajemen adalah memberikan motivasi
atau prses pemberian kegairahan kerja pada setiap anggota organisasi agar ada
kerelaan dan semangat dalam melaksanakan tugas demi tercapainya tujuan
organisasi.

6) Komunikasi adalah proses penyampaian pesan dari satu orang kepada orang
lain, baik langsung maupun tidak langsung, baik lisan, tertulis, maupun isyarat.
Komunikasi erat hubungannya dengan usaha pengarahan dan pengorganisasian
karena komunikasi yang baik bukan hanya terjadi satu arah dari atasan, melainkan
juga datang dari bawah ke atas atau antar rekan kerja.

B. SARAN

Demikianlah Makalah yang kami buat ini,semoga bermanfaat dan menambah


pengetahuan para pembaca,kami mohon maaf apabila ada kesalahan ejaan dalam
penulisaan kata,kami hanyalah manusia biasa yang tak luput dari kesalahan dan
kamijuga sangat mengharapkan saran dan kritik dari para pembaca demi
kesempurnaan makalah ini.Sekian penutup dari kami semoga dapat diterima di hati
dan kami ucapkan terimakasih yang sebesar-besarnya

19 | P l a n n i n g
REFERENSI

Azwar, Azrul. 1996. Pengantar Administrasi Kesehatan. Jakarta: Sinar Harapan.

Bennis, Warren. 1994. Menjadi Pemimpin Efektif (On Becoming a Leader), Alih
bahasa Anna W.Bangun. Jakarta. Elex Media Komputindo.

Covey, Stepehen R. 1997. The 7 Habits of Highly Effective People (7 Kebiasaan


Manusia yang sangat efektif), edisi revisi, alih bahasa Drs, Budijanto. Jakarta.
Binarupa Aksara.

Didin Kurniadi, dkk. 2014. Manajemen Pendidikan, Konsep dan Prinsip Pengelolaan
Pendidikan. Yogyakarta : Ar-Ruzz Media.

David, R. Fred. 2004. Konsep Manajemen Strategis, Edisi VII (terjemahan). Jakarta,
PT Indeks.

George R.Terry, PhD. 1986. Azas ‐ azas Management . Alumni, Bandung.

Hasibuan, S.P. Malayu. 2001. Manajemen: Dasar, Pengertian dan Masalah. Jakarta.
PT Bumi Aksara

20 | P l a n n i n g
Koontz, H., O’Donnell, C., & Weihrich, H. (1996), Manajemen/ Harold Koontz,
Cyril O’Donnell, Heinz Weihrich,Ed : Gunawan Hutauruk. Jakarta. Erlangga.

Kurniawan Saifullah, Ernie Tisnawati S. 2009. Pengantar Manajemen. Jakarta:


Salemba Empat.

Leavitt, H. J. 1978. Psikologi Manajemen . Jakarta : Penerbit Erlangga.

Mulyono. 2008. Manajemen Administrasi dan Organisasi Pendidikan. Yogyakarta:


Ar-Ruzz Media.

Retina Sri Sedjati. 2011. Makalah Dasar-dasar Manajemen-Fungsi Penggerakan.


Bahan Mata kuliah manajemen . STIKES Madiun.

Sutisna, Oteng. 1985. Administrasi Pendidikan. Bandung: Angkasa.

Winanti dan Budiono. 2009. “Pengaruh Iklim Kerja, Kompensasi dan Kompetensi
Terhadap Produktivitas Kerja Pegawai dan Dosen Pada STIE – STMIK Insan
Pembangunan”. JOCE IP, Vol. 3 No. 1 September 2009

http://www.slideshare.net/agussaefudin2/makalah-penggerakan-pendidikan (di
Unduh tanggal 26 Juli 2016)

21 | P l a n n i n g

Anda mungkin juga menyukai