Disusun oleh:
Kelompok 3
Syakila Andreani (203190056)
M. Zidan Nur (203190043)
Resty Widiani (203190029)
1
KATA PENGANTAR
Bismillahir-Rahmanir-Rahim
Puji dan syukur kehadirat Allah SWT, Tuhan semesta alam. Rahmat dan keselamatan
semoga senantiasa dilimpahkan Allah Kepada Nabi Muhammad SAW, keluarga dan para
sahabatnya, serta para pengikutnya yang setia hingga hari pembalasan kelak. Dan tak lupa kami
bersyukur atas tersusunnya Makalah kami yang berjudul “konsep dasar manajemen layanan
konseling (mlk) di sekolah”
Tujuan kami menyusun makalah ini adalah tiada lain untuk memperkaya ilmu
pengetahuan kita semua. Dengan terselesaikannya makalah ini, maka tidak lupa kami
mengucapkan terimakasih kepada teman-teman yang membantu penyusunan makalah ini
hingga selesai seperti saat ini.
Akhir kata kami mengharapkan adanya kritik dan saran atas kekurangan kami dalam
penyusunan makalah ini, dan semoga makalah ini dapat bermanfaat dan berguna bagi kita
semua.
2
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR…………………………………………………………………………2
DAFTAR ISI…………………………………………………………………………………..3
BAB I………………………………………………………………………………………….4
PENDAHULUAN…………………………………………………………………………….4
1.1 Latar Belakang…………….…………………………………………………………..4
1.2 Rumusan Masalah……….…………………………………………………………….4
1.3 Tujuan Penulisan ……….……………………………………………………………..4
BAB II…………………………………………………………………………………………5
PEMBAHASAN………………………………………………………………………………5
A. Pengertian Konsep Dasar Manajemen Bimbingan dan Konseling…………………...5
B. Struktur dan Pengembangan Program Layanan Bimbingan dan Konseling…………..9
BAB III……………………………………………………………………………………….15
PENUTUP……………………………………………………………………………………15
2.1 Kesimpulan…………………………………………………………………………...15
2.2 Saran.…………………………………………………………………………………15
DAFTAR PUSTAKA………………………………………………………………………..16
3
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pelayanan bimbingan dan konseling (disingkat BK) bisa dilakukan dalam setting
lembaga pendidikan (sekolah atau madrasah), keluarga, masyarakat, organisasi,
industri dan lain sebainya. Bimbingan dan konseling merupakan salah satu komponen
dalam keseluruhan sisitem pendidikan khususnya disekolah. Guru sebagai salah satu
pendukung unsur pelaksana pendidikan yang mempunyai tanggung jawab sebagai
pendukung pelaksana layanan bimbingan pendidikan disekolah, dituntut untuk
memiliki wawasan yang memadai terhadap konsep-konsep dasar bimbingan dan
konseling disekolah.
Sebagai individu, siswa memiliki berbagai potensi yang dapat dikembangkan.
Kenyataan yang dihadapi, tidak semua siswa menyadari potensi yang dimiliki untuk
kemudian memahami dan dikembangkannya. Disisi lain sebagai individu yang
berinteraksi dengan lingkungan, siswa juga tidak dapat lepas dari masalah.
Menyadari hal diatas siswa perlu bantuan dan bimbingan orang lain agar dapat
bertindak dengan tepat sesuai dengan potensi yang ada pada diri sekolah institusi
pendidikan tidak hanya berfungsi memberikan pengalaman pengetahuan tetapi juga
mengembangkan keseluruhan kepribadian anak. Sebagai professional guru memegang
peran penting dalam membantu murid mengembangkan seluruh aspek kepribadian dan
lingkungannya. Karena hal tersebut diats kami merasa tertarik untuk mengkaji dan
membahsasnya secra lebih lurus dalam makalah ini.
B. Rumusan Masalah
1. Apa saja yang dimaksud dengan pengertian konsep dasar manajemen BK ?
2. Bagaimana Struktur pengembangan program BK ?
C. Tujuan Penulisan
Adapun tujuan-tujuan dari penulisan makalah ini sebagai berikut:
1. Untuk mengetahui pengertian konsep dasar manajemen BK di sekolah?
2. Untuk mengetahui Struktur pengembangan program BK di sekolah?
4
BAB II
PEMBAHASAN
5
(JF. Tahalele dan Soekarto Indrafachrudin, Kepemimpinan Pendidikan,
1975:36)
Sementara itu, Prayitno (2009) dalam pengelolaan pada dasarnya terfokus pada empat pilar
kegiatan, yaitu pencanaan (planning), pengorganisasian (organizing), pelaksanaan
(actuanting), pengontrolan (controlling). Pengelolaan berbasis kinerja mendasarkan
pelaksanaannya pada kinerja konselor berkenaan dengan POAC penyelenggaraan pelayanan
konseling terhadap sasaran pelayanan yang menjadi tanggung jawabnya. Arah POAC adalah :
Kinerja konselor ditujukan kepada seluruh sasaran pelayanan siswa asuh yang menjadi
tanggung jawabnya. Volume kerja konselor secara berkala dipertanggungjawabkan kepada
pimpinan lembaga satuan pendidikan. Selain itu dalam manajemen bimbingan konseling
terdapat syarat-syaratnya anatara lain sebagai berikut:
a. Human element (unsur-unsur manusia): anak-anak, orang tua, para guru dan para
pegawai dan pekerja lain, kepala inspeksi pendidikan/pengajaran, pekerjaan
pengawasan-pengawasan pendidikan, kepala perwakilan pendidikan dan kebudayaan,
dan sebagainya juga para individu lain dalam masyarakat.
6
b. Material element (unsur-unsur kebendaan), misalnya sepertiUang, gedung, tanah,
perlengkapan, dan alat-alat pelajaran, Ide-ide, prinsip-prinsip, hukum-hukum,
peraturan-peraturan, keinginan-keinginan masyarakat, kebutuhan-kebutuhannya dan
sebagainya.
Dalam manajemen bimbingan juga terdapat organisasi personalia mempunyai makna seperti
yang dijelaskan oleh Edgar Schein (1973) dalam Suryadi (2010), organisasi adalah koordinasi
yang rasional dari aktivitas sejumlah orang dalam mencapai sejumlah tujuan yang jelas melalui
pembagian kerja dan fungsi dan melalui hirarki kekuasaan dan tanggung jawab.
Program adalah seperangkat rangkaian kegiatan yang tercatat secara sistematis yang
menggambarkan hal-hal yang perlu dilakukan dalam periode tertentu. Fasilitas yaitu unsur
pendukung/penunjang kegiatan organisasi yang meliputi sarana dan prasarana yang berfungsi
segala sesuatu yg dapat melancarkan tugas dan memberi kemudahan dalam bekerja.
Akuntabilitas Program J.B. Ghartey menyatakan bahwa akuntabilitas ditujukan untuk mencari
jawaban atas pertanyaan yang berhubungan dengan stewardship yaitu apa, mengapa, siapa, ke
mana, yang mana, dan bagaimana suatu pertanggungjawaban harus dilaksanakan. Sementara
itu Ledvina V. Carino mengatakan bahwa akuntabilitas merupakan suatu evolusi kegiatan-
kegiatan yang dilaksanakan oleh seorang petugas yang berada pada jalur otoritasnya. Setiap
orang harus benar-benar menyadari bahwa setiap tindakannya bukan hanya akan memberi
pengaruh pada dirinya sendiri saja. Akan tetapi, ia harus menyadari bahwa tindakannya juga
akan membawa dampak yang tidak kecil pada orang lain. (Depdiknas, P4BPKP, 2007).
7
Kegiatan manajemen merupakan berbagai upaya untuk memantapkan, memelihara, dan
meningkatkan mutu program bimbingan dan konseling melalui kegiatan-kegiatan (a)
pengembangan program, (b) pengembangan staf, (c) pemanfaatan sumber daya, dan (d)
pengembangan penataan kebijakan. Secara operasional pengembangan program disusun secara
sistematis sebagai berikut :
1. Rasional berisi latar belakang penyusunan pogram bimbingan didasarkan atas landasan
konseptual, hukum maupun empirik
2. Visi dan misi, berisi harapan yang diinginkan dari layanan BK yang mendukung visi ,
misi dan tujuan sekolah
3. Kebutuhan layanan bimbingan, berisi data kebutuhan siswa, pendidik dan isntitusi
terhadap layanan bimbingan. Data diperoleh dengan mempergunakan instrumen yang
dapat dipertanggungjawabkan.
4. Tujuan, berdasarkan kebutuhan ditetapkan kompetensi yang dicapai siswa berdasarkan
perkembangan
5. Komponen program: a. Layanan dasar, program yang secara umum dibutuhkan oleh
seluruh siswa pertingkatan kelas, b.Layanan responsif, program yang secara khusus
dibutuhkan untuk membantu para siswa yang memerlukan layanan bantuan khusus, c.
Layanan perencanaan individual, program yang mefasilitasi seluruh siswa memiliki
kemampuan mengelola diri dan merancang masa depan, d. Dukungan sistem, kebijakan
yang mendukung keterlaksanaan program, program jejaring baik internal sekolah
maupun eksternal, e. Rencana operasional kegiatan
6. Pengembagan tema atau topik (silabus layanan)
7. Pengembangan satuan layanan bimbingan
8. Evaluasi
9. Anggaran
Dalam penjelasan diatas dalam ada Permasalahan dan Solusi, anatara lain:
8
mengikuti standar baku pola manajemen yang telah ada dan disesuaikan dengan tujuan
suatu lembaga/organisasi, (2) memberikan pelatihan melakukan pengelolaan /
manajemen kepada personil sekolah, dan (3) memberikan alur atau pola manajemen
yang sesuai dan tepat sasaran di sekolah guna memberikan nilai tambah tersendiri.
9
yang disajikan secara sistematis dalam rangka membantu perkembangan dirinya
secara optimal”.
Tujuan : Layanan ini bertujuan untuk membantu semua siswa agar
memperoleh perkembangan yang normal, memiliki mental yang sehat, dan
memperoleh keterampilan dasar hidupnya, atau dengan kata lain membantu
siswa agar mereka dapat mencapai tugas-tugas perkembangannya. Secara rinci
tujuan layanan dirumuskan sebagai upaya untuk membantu siswa agar :
1. Memiliki kesadaran (pemahaman) tentang diri dan lingkungannya
(pendidikan, pekerjaan, sosial budaya dan agama)
2. Mampu mengembangkan keterampilan untuk mengidentifikasi
tanggung jawab atau seperangkat tingkah laku yang layak bagi
penyesuaian diri dengan lingkungannya
3. Mampu menangani atau memenuhi kebutuhan dan masalahnya
4. Mampu mengembangkan dirinya dalam rangka mencapai tujuan
hidupnya.
- Pengembangan self-esteem
- Pengembangan motif berprestasi.
- Keterampilan pengambilan keputusan.
- Keterampilan pemecahan masalah.
10
- Keterampilan hubungan antar pribadi atau berkomunikasi.
- Memahami keragaman lintas budaya.
- Perilaku yang bertanggung jawab.
b. Layanan Responsif
Layanan responsif merupakan “pemberian bantuan kepada siswa yang memiliki
kebutuhan dan masalah yang memerlukan pertolongan dengan segera”.
Tujuan: Tujuan layanan responsif adalah membantu siswa agar dapat
memenuhi kebutuhannya dan memecahkan masalah yang dialaminya atau
membantu siswa yang mengalami hambatan, kegagalan dalam mencapai tugas-
tugas perkembangannya. Tujuan layanan ini dapat juga dikemukakan sebagai
upaya untuk mengintervensi masalah-masalah atau kepedulian pribadi siswa
yang muncul segera dan dirasakan saat itu, berkenaan dengan masalah sosial-
pribadi, karir, dan atau masalah pengembangan pendidikan.
Materi : Materi layanan responsif bergantung kepada masalah atau kebutuhan
siswa. Masalah dan kebutuhan siswa berkaitan dengan keinginan untuk
memahami tentang suatu hal karena dipandang penting bagi perkembangan
dirinya yang positif. Kebutuhan ini seperti kenginan untuk memperoleh
informasi tentang bahaya obat terlarang, minuman keras, narkotika, pergaulan
bebas dan sebagainya.
Masalah siswa lainnya adalah yang berkaitan dengan berbagai hal yang dialami
atau dirasakan mengganggu kenyamanan hidupnya atau menghambat
perkembangan dirinya yang positif, karena tidak terpenuhi kebutuhannya, atau
gagal dalam mencapai tugas-tugas perkembangannya. Masalah siswa pada
umumnya tidak mudah diketahui secara langsung tetapi dapat dipahami melalui
gejala-gejala perilaku yang ditampilkannya.
Masalah (gejala masalah) yang mungkin dialami siswa di antaranya : (a) merasa
cemas tentang masa depan, (b) merasa rendah hati, (c) berperilaku impulsif
(kekanak-kanakan atau melakukan sesuatu tanpa mempertimbangkannya secara
matang), (d) membolos dari sekolah, (e) malas belajar, (f) kurang memiliki
kebiasaan belajar yang positif, (g) kurang bisa bergaul, (h) prestasi belajar
rendah, (i) malas beribadah, (j) masalah pergaulan bebas (free sex), (k) masalah
tawuran, (l) manajemen stress, dan (m) masalah dalam keluarga.
11
Untuk memahami kebutuhan dan masalah siswa dapat ditempuh dengan cara
menganalisis data siswa, baik yang bersumber dari inventori tugas-tugas
perkembangan (ITP), angket siswa, wawancara, observasi, sosiometri, daftar
hadir siswa, leger, psikotes dan daftar masalah siswa atau alat ungkap masalah
(AUM).
12
Materi : Materi layanan perencanaan individual berkaitan erat dengan
pengembangan aspek akademik, karir, dan sosial-pribadi.
13
sekolah lainnya dalam rangka mencisekolahakan lingkungan sekolah yang
kondusif bagi perkembangan siswa, (e) melakukan penelitian tentang
masalah-masalah yang berkaitan erat dengan bimbingan dan konseling.
2. Kegiatan Manajemen
Kegiatan manajemen merupakan berbagai upaya untuk memantapkan,
memelihara, dan meningkatkan mutu program bimbingan dan konseling
melalui kegiatan-kegiatan (a) pengembangan program, (b) pengembangan
staf, (c) pemanfaatan sumber daya, dan (d) pengembangan penataan
kebijakan.
Program disusun bersama oleh personil bimbingan dan konseling dengan
memperhatikan kebutuhan siswa, mendukung kebutuhan pendidik untuk
memfasilitasi pelayanan perkembangan siswa secara optimal dalam
pembelajaran dan mendukung pencapaian tujuan, misi dan visi sekolah.
Program yang telah disusun disampaikan pada semua pendidik di sekolah
pada rapat dinas agar terkembang jejaring layanan yang optimal.
Terkait dengan peran pengawas sekolah, pengawas dapat melakukan
pembinaan dan pengawasan “apakah sekolah memiliki program bimbingan
dan konseling?”. Pimpinan sekolah dan personil bimbingan (guru
pembimbing/konselor) harus didorong untuk menyusun program
bimbingan. Jika program sudah ada personil bimbingan dan pimpinan
sekolah didorong untuk melakukan kajian apakah program sudah
memfasilitasi kebutuhan peserta didik dan mendukung ketercapaian visi,
misi dan tujuan sekolah. Pengawas juga mendorong pimpinan sekolah dan
konselor untuk menyampaikan program pada rapat dinas sekolah sehingga
semua pendidik di lingkungan sekolah mengetahui, memahami dan dapat
mengembangkan jejaring dalam peran fungsinya masing-masing.
14
BAB III
PENUTUP
2.1 Kesimpulan
Sebagai individu, siswa memiliki berbagai potensi yang dapat
dikembangkan. Kenyataan yang dihadapi, tidak semua siswa menyadari
potensi yang dimiliki untuk kemudian memahami dan dikembangkannya.
Disisi lain sebagai individu yang berinteraksi dengan lingkungan, siswa juga
tidak dapat lepas dari masalah. Sekolah menyediakan berbagai layanan
bimbingan konseling untuk siswa agar dapat menyelesaikan masalah nya.
2.2 Saran
Semoga makalah yang kami buat bisa membantu para pembaca untuk
mengetahui tentang Konsep Dasar Manajemen Bimbingan dan Konseling
dan Struktur dan Pengembangan Program Layanan Bimbingan dan
Konseling. Makalah yang kami buat memang tidak sempurna, sekiranya
para pembaca bisa memberi kritik dan saran yang membangun untuk
makalah ini.
15
DAFTAR PUSTAKA
Depdiknas.2008. Bimbingan dan Konseling di Sekolah. Bahan Belajar Mandiri
Pelatihan Pengawas Sekolah), Jakarta: Direktorat Tenaga Kependidikan. Direktorat
Jenderal Peningkatan Mutu Pendidik dan Tenaga Kependidikan.
Edwin R.A. Seligman. 1957. Encyclopedia of the Social Sciences. USA : Prentice-Hall.
Tahalele, J.F. dan Soekarto Indrafachrudi, (1975), Kepemimpinan Pendidikan, Malang:
Sub Proyek Penulisan Buku Pelajaran P3T, IKIP Malang.
Tohirin. 2007. Bimbingan danKonseling di Sekolah dan Madrasah. Jakarta: PT. Raja
Grafindo Persada
16