Anda di halaman 1dari 18

BIMBINGAN KONSELING

“MANAJEMEN BIMBINGAN KONSELING DI SD”

Dosen Pengampu : Dra. Sri Saparahayuningsih, M.Pd

Disusun Oleh

Nama : Syahnora Dwi Permata

NPM : A1G019026

Semester : 5A

PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR

JURUSAN ILMU PENDIDIKAN

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS BENGKULU

2021

i
KATA PENGANTAR

Segala puji saya panjatkan atas kehadirat Allah SWT. atas berkat rahmat dan
karunia-Nya lah saya dapat membuat makalah Bimbingan Konseling ini. Makalah
Bimbingan Konseling ini dibuat dengan maksud memberikan pengetahuan kepada
mahasiswa khususnya mahasiswa Pendidikan Guru Sekolah Dasar Universitas Bengkulu.

Saya mengucapkan terima kasih yang sebanyak-banyaknya kepada Bunda Dra.


Sri Saparahayuningsih, M.Pd selaku dosen pengampu, yang telah mendukung dan
membantu saya dalam penyusunan makalah bimbingan konseling

Saya menyadari bahwa makalah bimbingan konseling ini jauh dari kata sempurna.
Oleh karena itu, saya sangat mengharapkan kritik dan saran untuk kesempurnaan makalah
ini. Semoga makalah bimbingan konseling ini dapat memberikan manfaat kepada
masyarakat luas, aamiin ya Robbal’alamin.

Bengkulu, Desember 2021

Syahnora Dwi Permata

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ...................................................................................................... ii


DAFTAR ISI ................................................................................................................... iii
BAB I ................................................................................................................................ 1
PENDAHULUAN ............................................................................................................ 1
A. Latar Belakang....................................................................................................... 1
B. Rumusan Masalah.................................................................................................. 1
C. Tujuan .................................................................................................................... 2
PEMBAHASAN ............................................................................................................... 3
A. Pengertian Manajemen Bimbingan Konseling di SD ............................................ 3
B. Manajemen Bimbingan Konseling di SD .............................................................. 5
C. Evaluasi Pelaksanaan Bimbingan Konseling Di Sekolah Dasar ......................... 11
PENUTUP ...................................................................................................................... 14
A. Kesimpulan .......................................................................................................... 14
B. Saran .................................................................................................................... 14
DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................................... 15

iii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Sekolah Dasar (SD) sebagai lembaga pendidikan formal bertujuan
menghasilkan perkembangan optimal pada setiap individu sesuai dengan
kemampuan atau potensinya, minatnya serta nilai sebagai pandangan hidupnya
(Depdiknas: 2008). Perkembangan optimal ini meliputi semua aspek pribadinya
yakni: aspek jasmani, intelektual, moral, sosial serta aspek pribadi lainnya. Dengan
kata lain setiap aspek kepribadian itu harus memperoleh kesempatan berkembang
secara seimbang tanpa ada pengabaian dari salah satunya. Misalnya sekolah
menekankan perkembangan aspek moral dan sosialnya melalui kegiatan bimbingan
dan konseling yang dilakukan oleh guru. Guru di sekolah tidak hanya sebagai
pengajar, namun guru juga berlaku sebagai konselor bagi siswanya. Hal ini
dikarenakan minimnya atau bahkan tidak adanya konselor di SD, sehingga guru SD
selain menjadi penyampai pelajaran juga bertindak sebagai konselor yang harus
memanajemen kegiatan bimbingan dan konseling di SD.
Bimbingan dan konseling memiliki konsep dan peran yang ideal, karena
dengan berfungsinya bimbingan dan konseling secara optimal semua kebutuhan dan
permasalahan siswa di sekolah akan dapat ditangani dengan baik. Suatu program
pelayanan bimbingan dan konseling disekolah tidak mungkin akan tersusun,
terselenggara dan tercapai apabila tidak dikelola dalam suatu system manajemen
yang bermutu. Baik dalam hal merencanakan, mengorganisasikan, mengarahkan, dan
mengendalikan sumber daya yang ada. Oleh karena itu, dalam makalah ini akan
membahas tentang pengertian manajemen, hakikat manajemen, struktur dan
pengembangan program bimbingan dan konseling di SD, serta penilaian.

B. Rumusan Masalah
1. Apa itu bimbingan?
2. Bagaimana manajemen bimbingan konseling di SD?

1
3. Seperti apa penerapan fungsi-fungsi manajemen?

C. Tujuan
1. Untuk mengetahui apa itu bimbingan
2. Untuk mengetahui manajemen bimbingan konseling di SD
3. Untuk mengetahui seperti apa penerapan fungsi-fungsi manajemen

2
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Manajemen Bimbingan Konseling di SD


1. Pengertian Manajemen
Secara umum, pengertian manajemen merupakan suatu seni dalam ilmu
dan pengorganisasian seperti menyusun perencanaan, membangun organisasi
dan pengorganisasiannya, pergerakan, serta pengendalian atau pengawasan. Bisa
juga diartikan bahwa manajemen merupakan suatu ilmu pengetahuan yang
sistematis agar dapat memahami mengapa dan bagaimana manusia saling bekerja
sama agar dapat menghasilkan sesuatu yang bermanfaat bagi orang lain maupun
golongan tertentu dan masyarakat luas.
Secara etimologis, pengertian manajemen merupakan seni untuk
melaksanakan dan mengatur. Manajemen ini juga dilihat sebagai ilmu yang
mengajarkan proses mendapatkan tujuan dalam organisasi, sebagai usaha
bersama dengan beberapa orang dalam organisasi tersebut. Sehingga, ada orang
yang merumuskan dan melaksanakan tindakan manajemen yang disebut dengan
manajer.
Stoner (2006) mengungkapkan bahwa manajemen adalah suatu proses
perencanaan, pengorganisasian, kepemimpinan, dan pengendalian upaya dari
anggota organisasi serta penggunaan sumua sumber daya yang ada pada
organisasi untuk mencapai tujuan organisasi yang telah ditetapkan sebelumnya.
Sedangkan menurut Hasibuan (2000:2) mengatakan bahwa manajemen adalah
ilmu dan seni mengatur proses pemanfaatan sumber daya manusia dan sumber-
sumber lainnya secara efektif dan efisien untuk mencapai satu tujuan.

3
Dari beberapa ahli yang mendefinisikan arti kata manajemen, dapat
disimpulkan bahwa manajemen adalah bekerja dengan orang-orang untuk
menentukan, menginterpretasikan, dan mencapai tujuan-tujuan organisasi
dengan pelaksanaan fungsi-fungsi perencanaan, pengorganisasian, penyusunan
personalia, pengarahan, kepemimpinan dan pengawasan secara efektif dan
efisien untuk mencapai satu tujuan.

2. Pengertian Bimbingan Konseling di SD


Willis (2011:14) menerangkan bimbingan merupakan proses bantuan
terhadap individu agar ia memahami dirinya dan dunianya, sehingga dengan
demikian ia dapat memanfaatkan potensi-potensinya. Lain halnya dengan
Prayitno (2013:95) mengungkapkan bahwa bimbingan merupakan segala
kegiatan yang bertujuan meningkatkan realisasi pribadi setiap individu.
Sedangkan menurut Prayitno dan Amti (2004) mengungkapkan bahwa
bimbingan merupakan proses pemberian bantuan oleh orang yang ahli kepada
beberapa orang atau individu, baik anak anak, remaja, maupun dewasa.
Menurut ungkapan beberapa ahli di atas, dapat ditarik kesimpulan bahwa
bimbingan merupakan proses bantuan yang diberikan oleh yang ahli kepada
orang atau individu, baik anak anak, remaja, maupun dewasa supaya dapat
mengenali dirinya, memaksimalkan potensinya, serta mampu mengahadapi, dan
memecahkan berbagai masalah yang dihadapi dalam hidupnya.
Prayitno dan Amti (2004) konseling merupakan proses pemberian bantuan
yang dilakukan melalui wawancara konseling oleh seorang ahli kepada individu
yang sedang mengalami masalah yang bermuara pada teratsinya masalah yang
dihadapi oleh individu tersebut. Menurut Winkel (2005) berpendapat bahwa
konseling merupakan serangkaian kegiatan paling pokok dari bimbingan dalam
usaha membantu konseli secara tatap muka dengan tujuan agar klien dapat
mengambil tanggung jawab sendiri terhadap berbagai persoalan atau masalah
khusus. Sedangkan menurut Tohirin (2013:24) adalah kontak atau hubungan
timbal balik antara dua orang (konselor dan klien) untuk menangani masalah
klien, yang didukung oleh keahlian dalam suasana yang laras dan integrasi,
berdasarkan norma-norma yang berlaku untuk tujuan yang berguna bagi klien.

4
Dari pendapat diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa pengertian konseling
merupakan serangkaian kegiatan yang dilakukan oleh konselor yang dilakukan
secara khusus dengan cara tatap tatap muka dengan individu yang mengalami
masalah guna mengatasi masalah yang dihadapi.
Setelah menguraikan beberapa definisi tentang bimbingan dan konseleing,
maka sekarang kita bisa menyimpulkan definisi Bimbingan dan Konseling (BK)
di SD yaitu Serangkaian kegiatan berupa bantuan yang dilakukan oleh seorang
ahli kepada konseli dengan cara tatap muka, baik secara individu atau beberapa
orang dengan memberikan pengetahuan tambahan untuk mengatasi permalahan
yang dialami oleh konseli, dengan cara terus menerus dan sitematis. Konseli
disini adalah siswa SD yang mengalami permasalah dalam dirinya baik itu pada
aspek intelektual, moral dan sosial.
Program bimbingan dan konseling sangat diperlukan dalam pelaksanaan
instruksional, karena dalam prakteknya tidak sedikit diantara siswa dalam
mengikuti proses belajar mengajar mengalami kesulitan dalam menangkap dan
memahami isi pelajaran yang disampaikan oleh guru. Siswa yang mengalami
kesulitan belajar dipastikan memerlukan layanan spesifik yakni berupa perlakuan
yang mampu membangkitkan semangat belajarnya, menumbuhkan motivasi
yang rendah kadarnya sehingga muncul dorongan untuk belajar mengejar
ketertinggalan dari temannya. Layanan lain bagi kesejahteraan siswa berupa
layanan kesehatan melalui usaha kesehatan sekolah, asrama sekolah, kantin
sekolah, koperasi sekolah, unit untuk menampung dan menyalurkan potensi dan
hobi siswa. Layanan ini disamping diperlukan bagi kesejahteraan siswa, juga
secara langsung maupun tidak langsung juga dapat memperlancar pelaksanaan
instruksional, pembentukan kepribadian unggul, kompetitif, toleran, mandiri dan
sifat-sifat lainnya

B. Manajemen Bimbingan Konseling di SD


Kegiatan bimbingan dan konseling di sekolah akan berjalan sesuai yang
direncanakan, apabila didukung oleh sarana dan prasarana yang memadai. Salah satu
diantaranya adalah perlengkapan material yang berupa sarana fisik dan teknis. Untuk
keperluan kegiatan pemberian bantuan kepada siswa, khususnya dalam rangka

5
pelaksanaan bimbingan dan konseling perorangan, mutlak diperlukan ruangan
khusus dengan perlengkapan yang memadai dan nyaman meskipun wujudnya sangat
sederhana. Secara garis besar perlengkapan bimbingan dan konseling yang
dibutuhkan di sekolah meliputi:
1. Perlengkapan untuk mengumpulkan data,
2. Perlengkapan untuk menyiapkan data,
3. Perlengkapan pelaksanaan bimbingan dan konseling,
4. Perlengkapan administrasi bimbingan dan konseling.
Setelah tersedianya perlengkapan dan adanya guru bimbingan dan konseling
yang memiliki kompetensi dalam pengolahan bimbingan dan konseling serta dengan
adanya kerjasama, baik kerjasama dengan pihak dalam maupun luar sekolah.
Sehingga akan tercipta layanan bimbingan dan konseling yang efektif. Dalam usaha
pencapaian pelaksanaan bimbingan dan konseling tersebut, maka sebuah kegiatan
pengelolaan layanan bimbingan dan konseling harus terarah dengan baik dan jelas.
Hal itu untuk meningkatkan potensi yang ada dalam layanan bimbingan dan
konseling meliputi, perencanaan, pengorganisasian, pelaksanaan program dan
pengawasan yang telah disepakati. Sehingga pengelolaan layanan bimbingan dan
konseling akan menciptakan sesuatu hal yang bermutu.
Manajemen bimbingan dan konseling berarti pula melaksanakan berbagai
fungsi dalam manajemen. Atmodiwirio (2000: 14 -15) mempergunakan tujuh fungsi
manajemen sebagai berikut:
1. Pengambilan keputusan, yakni proses tindakan secara sadar dipilih dari berbagai
variabel yang ada, dimaksud untuk mencapai hasil yang diinginkan.
2. Pengorganisasian, yakni proses struktur dan alokasi pekerjaan ditentukan.
3. Staffing, yakni proses seorang manajer memilih, melatih, mengangkat dan
memberhentikan bawahannya.
4. Planning, yakni proses manajemen mengantisipasi masa yang akan datang dan
merumuskan alternatif terbaik dengan serangkaian tindakan.
5. Kontrol, yakni proses mengukur pelaksanaan yang sedang berjalan dan
merupakan petunjuk terhadap beberapa tujuan yang sebelumnya telah ditetapkan.
6. Komunikasi, yakni proses ide (gagasan) disampaikan kepada orang lain dengan
maksud tercapainya hasil yang diinginkan secara efektif.

6
7. Pengarahan, yakni proses pelaksanaan kerja nyata seorang bawahan dibimbing
untuk mencapai tujuan umum.
Siagian (2001:33) menjelaskan bahwa manajemen selalu terlibat dalam
serangkaian proses manajerial yang pada intinya berkisar pada :
1. penentuan tujuan dan sasaran,
2. perumusan strategi,
3. perencanaan,
4. penentuan program kerja,
5. pengorganisasian,
6. penggerakan sumber daya manusia,
7. pemantuan kegiatan operasional,
8. pengawasan,
9. penilaian, serta
10. penciptaan dan penggunaan sistem umpan balik.
Manajemen bimbingan dan konseling berarti pula menerapkan fungsi-fungsi
manajemen. Penerapan tersebut dapat digambarkan sebagai berikut:
1. Planning. Menyusun program kegiatan bimbingan dan konseling, dari program
tahunan hingga program harian dalam bentuk satuan layanan (satlan) dan satuan
kegiatan pendukung (satkung) harus dilakukan oleh guru pembimbing.
2. Organizing. Agar program yang telah disusun dapat terlaksana secara efektif dan
efisien, tentu saja perlu melibatkan berbagai pihak yang ada di sekolah yakni
kepala sekolah, guru (guru bidang studi dan wali kelas). Peranan dan tanggung
jawab masing-masing pihak tersebut perlu dianalisis dengan seksama sehingga
terjadi jalinan kerjasama yang harmonis.
3. Staffing.Untuk meningkatkan profesinalisme guru pembimbing, perlu diupayakan
keikutsertaan mereka dalam kegiatan-kegiatan seminar, lokakarya ataupun
pelatihan tentang bimbingan dan konseling. Dapat pula dibentuk kelompok kerja
bimbingan dan konseling (musyawarah guru pembimbing) yang secara berkala
melakukan pertemuan untuk mendiskusikan persoalan-persoalan yang ditemui
dalam pelaksanaan layanan bimbingan dan konseling di sekolah masing-masing.
4. Motivating. Melakukan upaya-upaya peningkatan motivasi kerja guru
pembimbing melalui pemberian penghargaan, insentif dan sebagainya.

7
5. Controlling. Melakukan evaluasi terhadap penyelenggaraan layanan bimbingan
dan konseling, melakukan analisis terhadap hasil evaluasi serta melakukan tindak
lanjut terhadap hasil analisis hasil evaluasi.
Melalui manajemen yang baik terhadap pelayanan bimbingan dan konseling,
maka diharapkan tercapai efisiensi dan efektivitas dalam penyelenggaraan kegiatan
bimbingan dan konseling di SD. Dengan demikian peranan bimbingan dan konseling
dalam mengoptimalkan pencapaian tujuan pendidikan dapat terlaksana sebagaimana
mestinya. Berbagai persoalan yang ditemui dalam pelaksanaan bimbingan dan
konseling di SD seperti anggapan yang keliru tentang bimbingan dan konseling,
kurangnya motivasi siswa memanfaatkan layanan bimbingan dan konseling secara
mandiri, dan pemberian tugas rangkap oleh pihak sekolah kepada guru pembimbing,
terjadi karena tidak optimalnya manajemen terhadap pelayanan bimbingan dan
konseling itu sendiri.
Meskipun di tingkat SD bimbingan dan konseling belum dilaksanakan oleh
petugas khusus yakni guru pembimbing, namun tetap diperlukan adanya struktur
organisasi. Amti dan Marjohan (1988) mengemukakan 3 (tiga) pola struktur
organisasi bimbingan dan konseling di sekolah dasar, yakni:
1. Memanfaatkan guru kelas sebagai tenaga pembimbing.
2. Menggunakan seorang guru pembimbing (konselor) untuk beberapa sekolah yang
terdekat.
3. Menggunakan seorang guru pembimbing (konselor) untuk setiap sekolah.

8
Kepala Sekolah

Wakil Kepala
Komite Sekolah
Sekolah

Guru Kelas Guru Mata


(Konselor) Pelajaran

Siswa

Gambar 2.1 Struktur Organisasi Bimbingan Konseling di SD

Personil pelaksana pelayanan bimbingan dan konseling adalah segenap unsur


yang terkait di dalam organisasi pelayanan bimbingan dan konseling, dengan
koordinator dan guru pembimbing sebagai pelaksana utamanya. Uraian tugas
masing-masing personil tersebut, khususnya dalam kaitannya dengan pelayanan
bimbingan dan konseling, adalah sebagai berikut:
1. Kepala Sekolah
Sebagai penanggung jawab kegiatan pendidikan secara menyeluruh,
khususnya pelayanan bimbingan dan konseling, tugas Kepala Sekolah adalah:
a. Mengkoordinir segenap kegiatan yang diprogramkan dan berlangsung di
sekolah, sehingga pelayanan pengajaran, latihan, dan bimbingan dan konseling
merupakan suatu kesatuan yang terpadu, harmonis dan dinamis.
b. Menyediakan prasarana, tenaga, sarana, dan berbagai kemudahan bagi
terlaksananya pelayanan bimbingan dan konseling yang efektif dan efisien.
c. Melakukan pengawasan dan pembinaan terhadap perencanaan dan
pelaksanaan program, penilaian dan upaya tindak lanjut pelayanan bimbingan
dan konseling.
d. Mempertanggungjawabkan pelaksanaan pelayan bimbingan dan konseling di
sekolah.
2. Wakil Kepala Sekolah

9
Sebagai pembantu Kepala Sekolah, Wakil Kepala Sekolah membantu
Kepala Sekolah dalam melaksanakan tugas-tugas Kepala Sekolah.
3. Komite Sekolah
Tugas dari komite sekolah sebagai tokoh masyarakat yang diminta untuk
memberikan masukan ide dan saran guna kelancaran kegiatan bimbingan
konseling di SD, karena komite sekolah ini dipilih dari tokoh-tokoh masyarakat
yang memahami perkembangan yang terjadi di desanya.
4. Guru Kelas (Konselor)
Pada kegiatan bimbingan konseling di SD, guru kelas merangkap sebagai
konselor, karena terbatasnya tenaga ahli di SD, sehingga tugas dari guru kelas ini
merangkap menjadi konselor untuk menangani bimbingan konseling di SD yang
bertugas bertugas:
a. Memasyarakatkan pelayanan bimbingan dan konseling.
b. Merencanakan program bimbingan dan konseling (terutama program-program
satuan layanan dan satuan kegiatan pendukung, untuk satuan-satuan waktu
tertentu, program-program tersebut dikemas dalam program mingguan,
bulanan, tiap semester dan tiap tahunan).
c. Melaksanakan segenap program satuan layanan bimbingan dan konseling.
d. Melaksanakan segenap program layanan pendukung bimbingan dan konseling.
e. Menilai proses dan hasil pelaksanaan suatu layanan dan kegiatan pendukung
bimbingan dan konseling.
f. Menganalisis hasil penilaian layanan dan kegiatan pendukung bimbingan dan
konseling.
g. Melaksanakan tindaklanjut berdasarkan hasil penilaian layanan dan kegiatan
pendukung bimbingan dan konseling.
h. Mengadministrasikan kegiatan satuan layanan dan kegiatan pendukung
bimbingan dan konseling.
i. Mempertanggungjawabkan tugas dan kegiatannya dalam pelayanan bimbingan
dan konseling secara menyeluruh kepada kepala sekolah.
5. Guru Mata Pelajaran

10
Sebagai tenaga ahli pengajaran dalam bidang studi dan sebagai personil
yang sehari-hari langsung berhubungan dengan siswa, peran guru mata pelajaran
dalam pelayanan bimbingan dan konseling adalah:
a. Membantu memasyarakatkan pelayanan bimbingan dan konseling kepada
siswa.
b. Membantu guru kelas mengidentifikasi siswa-siswa yang memerlukan
pelayanan, serta pengumpulkan data tentang siswa-siswa tersebut.
c. Mengalihtangankan siswa yang memerlukan pelayanan bimbingan dan
konseling kepada guru kelas.
d. Membantu mengembangkan suasana kelas, hubungan guru-siswa dan
hubungan siswa-siswa yang menunjang pelaksanaan pelayanayn bimbingan
dan konseling.
e. Berpartisipasi dalam kegiatan khusus penanganan masalah siswa.
f. Membantu pengumpulan informasi yang diperlukan dalam rangka penilaian
pelayaan bimbingan dan konseling upaya tindak lanjutnya.
Penjelasan di atas menggambarkan bahwa pelayanan bimbingan dan
konseling di SD merupakan tanggungjawab bersama seluruh personil di sekolah,
dalam arti bukan semata-mata tanggung jawab guru kelas saja. Peranan kepala
sekolah sebagai pimpinan tertinggi di sekolah akan sangat menentukan keberhasilan
pelayanan bimbingan dan konseling di sekolah yang dipimpinnya. Kegiatan
bimbingan konseling di SD ini terhambat dengan kurangnya tenaga ahli pada
bidangnya. Bimbingan konseling di SD ini memanfaatkan guru kelas sebagai tenaga
konselornya. Selain itu tugas guru kelas sendiri sudah terlalu banyak yang
berhubungan dengan pembelajaran, masih juga ditambah dengan tugas menjadi
konselor dalam menangani berbagai permasalahan yang muncul pada diri siswa.
Dengan begitu, kegiatan bimbingan konseling di SD kurang berjalan dengan efektif
dan efisien, hal tersebut disebabkan oleh tidak adanya tenaga ahli yang mampu
mengurusi dengan sepenuhnya kegiatan bimbingan konseling di SD.

C. Evaluasi Pelaksanaan Bimbingan Konseling Di Sekolah Dasar


Evaluasi pelaksanaan program bimbingan dan konseling merupakan upaya menilai
efisiensi dan efektivitas pelayanan bimbingan dan konseling di sekolah pada

11
khususnya dan program bimbingan dan konseling yang dikelola oleh staf bimbingan
dan konseling pada umunya. Ada beberapa kegiatan layanan bimbingan dan
konseling yang dievaluasi diantaranya: Konseling individual dan kelompok,
Konsultasi dengan siswa, orang tua, dan guru baik individual maupun kelompok,
Pengukuran minat, kemampuan, perilaku, dan kemajuan belajar siswa, Koordinasi
layanan bimbingan dan konseling terhadap siswa di sekolah. Dengan demikian
evaluasi bimbingan dan konseling merupakan salah satu komponen sistem bimbingan
dan konseling yang sangat penting karena mengacu pada hasil evaluasi itulah dapat
diambil simpulan apakah kegiatan yang telah direncanakan telah dapat mencapai
sasaran yang diharapkan secara efektif dan efisien atau tidak, kegiatan itu dilanjutkan
atau sebaliknya direvisi dan sebagainya.

1) Tujuan dan Fungsi Evaluasi Pelaksanaan Program Bimbingan dan Konseling.


a) Tujuan bimbingan dan konseling secara umum adalah sebagai berikut :
• Mengetahui kemajuan program bimbingan dan konseling atau subyek yang
telah memanfaatkan layanan bimbingan dan konseling.
• Mengetahui tingkat efisiensi dan efektivitas strategi pelaksanaan program
dalam kurun waktu tertentu.

b) Tujuan bimbingan dan konseling secara khusus, antara lain :


• Meneliti secara berkala hasil pelaksanaan program yang telah dicapai.
• Memperoleh informasi tentang tingkat efektivitas dan efisiensi layanan
bimbingan dan konseling yang ada.
• Mengetahui jenis layanan yang sudah ataupun belum dilaksanakaan dan jenis
layanan yang memerlukan perbaikan atau pengembangan.
• Mengetahui tingkat partisipasi staf atau personil sekolah dalam menunjang
keberhasilan pelakanaan program.
• Mengetahui seberapa besar kontribusi program bimbingan dan konseling
terhadap ketercapaian tujuan pembelajaran di sekolah.
• Memperoleh informasi yang cermat dan memadai untuk kepentingan
perencanaan langkah-langkah pengembangan program.

12
• Membantu mengembangkan kurikulum sekolah yang disesuaikan dengan
skebutuhan peserta didik.

2) Prinsip-prinsip Evaluasi Pelaksanaan Program Bimbingan dan Konseling .


Agar diperoleh hasil evaluasi pelaksanaan program yang diharapkan, disamping
menuntut pengelolaan yang baik, juga harus mengacu kepada prinsip-prinsip
evaluasi program.
Prinsip-prinsip tersebut antara lain :
a) Evaluasi program yang efektif menuntut pengenalan yang cermat dan teliti
terhadap tujuan yang akan dicapai.
b) Evaluasi program yang efektif membutuhkan kriteria pengukuran yang jelas.
c) Evaluasi program membutuhkan keterlibatan dari berbagai pihak yang
memiliki kompetensi professional.
d) Evaluasi program menuntut umpan balik dan tindak lanjut sehingga hasilnya
dapat dicapai untuk dasar pengambilan keputusan dan pembuatan kebijakan.
e) Evaluasi program hendaknyaterencana dan berkesinambuangan.

13
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
Kegiatan bimbingan dan konseling di sekolah akan berjalan sesuai yang
direncanakan, apabila didukung oleh sarana dan prasarana yang memadai. Melalui
manajemen yang baik terhadap pelayanan bimbingan dan konseling, maka
diharapkan tercapai efisiensi dan efektivitas dalam penyelenggaraan kegiatan
bimbingan dan konseling di SD. Dengan demikian peranan bimbingan dan konseling
dalam mengoptimalkan pencapaian tujuan pendidikan dapat terlaksana sebagaimana
mestinya. Namun kegiatan bimbingan konseling di SD ini terhambat dengan
kurangnya tenaga ahli pada bidangnya. Bimbingan konseling di SD ini
memanfaatkan guru kelas sebagai tenaga konselornya. Selain itu tugas guru kelas
sendiri sudah terlalu banyak yang berhubungan dengan pembelajaran, masih juga
ditambah dengan tugas menjadi konselor dalam menangani berbagai permasalahan
yang muncul pada diri siswa. Dengan begitu, kegiatan bimbingan konseling di SD
kurang berjalan dengan efektif dan efisien, hal tersebut disebabkan oleh tidak adanya
tenaga ahli yang mampu mengurusi dengan sepenuhnya kegiatan bimbingan
konseling di SD.
B. Saran
Saran yang diberikan sehubungan dengan tidak adanya tenaga ahli bimbingan
konseling yaitu perlu diangkatnya guru konselor yang benar-benar ahli dibidangnya,
sehingga tugas dari guru kelas yang merangkap menjadi konselor dapat ditangani
guru konselornya, dengan demikian kegiatan bimbingan konseling di SD dapat
berjalan lancar secara efektif dan efisien sehingga tepat guna untuk memajukan mutu
pendidikan di SD.

14
DAFTAR PUSTAKA

Amti, E. dan Marjohan. 1988. Bimbingan dan Konseling di Sekolah. Jakarta. :


Departemen Pendidikan dan Kebudayaan.

Atmodiwirio, S. 2000. Manajemen Pendidikan Di Indonesia. Jakarta: PT. Ardadizya


Jaya.

Depdiknas.2008. Kompetensi Evaluasi Pendidikan: Kriteria dan Indikator Keberhasilan


Pembelajaran. Diakses:22 Mei 2018.

Hasibuan, Malayu. 2000. Manajemen Sumber Daya Manusia. Edisi. Revisi. Jakarta: PT
Bumi Aksara.

Prayitno, F dan Amti. 2004. Seri Kegiatan Pendukung Konseling. Konferensi Kasus.
Jurusan Bimbingan dan Konseling. Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri
Padang.

Prayitno. 2013. Dasar-Dasar Bimbingan Dan Konseling. Jakarta. Rineka Cipta

Siagian, Sondang. 2001. Sistem informasi Manajemen. Jakarta. Bumi Aksara.

Stoner, James A.F. 2006. Manajemen Jilid I Edisi keenam. Jakarta : Salemba Empat.

Tohirin. 2013. Metode Penelitian Kualitatif dalam Pendidikan dan Bimbingan Konseling.
Jakarta: Rajawali.

Willis, S Sofyan.2011. Konseling Individual Teori dan Praktek. Bandung. Alfabeta

Winkel, W.S. 2005. Bimbingan dan Konseling di Institut Pendidikan. Yogyakarta.


Media Abadi.

15

Anda mungkin juga menyukai