Anda di halaman 1dari 15

MAKALAH

Tentang:

STRUKTUR
ORGANISASI BIMBINGAN KONSELING
Dosen Pengampu : Sri Jamilah, MA

Disusun Oleh:

Kelompok 6

1. Anisshalihah
2. Muh. Akbar
3. M. Rizky Aulia

FAKULTAS AGAMA ISLAM


UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH BIMA
TAHUN 2024
KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum Warrohmatullahi Wabarokatuh

Puji syukur kami haturkan kepada Allah SWT. Yang telah melimpahkan rahmat

dan karuni-Nya sehingga kami dapat mmenyelesaikan Makalah yang bertema

“Struktur Organisasi Bimbingan dan Konseling”.


Kedua kalinya sholawat beserta salam semoga tetap tercurahkan kepada sang

revolusioner sejati kita yakni Nabi Muhammad SAW.

Tidak lupa pula kami ucapkan terimakasih kepada pihak yang telah turut

memberikan dukungan maupun kontribusinya dalam penyusunan karya ilmiah ini.

Sehingga dapat di selesaikan dengan tepat waktu.

Sebagai penyusun, kami menyadari bahwa masih terdapat kekurangan, baik dari

penyusunan maupun tata bahasa penyampaian dalam karya ilmiah ini. Oleh karena itu

dengan rendah hati kami meminta saran dan kritik dari pembaca agar kedepannya
kami dapat memperbaikinya.

Kami sebagai penyusun juga berharap semoga karya ilmiah ini dapat berrmanfaat

dan menginspirasi pembaca.

Wassalamu’alaikum Warrohmatullahi Wabarolatuh

Bima, Maret 2024

Penyusun
DAFTAR ISI

JUDUL

KATA PENGANTAR

DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang..............................................................................................................................

B. Rumusan Masalah......................................................................................................................

C. Tujuan..............................................................................................................................................

BAB II PEMBAHASAN

A. Pengertian Pengorganisasian Bimbingan dan Konseling (BK)………………………….


B. Struktur Organisasi Bimbingan dan Konseling Beserta Peran dan Tugasnya di

Sekolah…………………………………………………………………………………………………………….

BAB III PENUTUP


A. Kesimpulan................................................................................................................... .....................

DAFTAR PUSTAKA
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Sekolah merupakan sebuah lembaga dimana semua kegiatan kependidikan
dilakukan dalam sebuah jenjang tertentu dan siswa merupakan pelaku utama yang berhak
memperoleh pendidikan oleh tenaga kependidikan. Tujuan sekolah dalam pendidikan ialah
mencetak peserta didik untuk menajdi siswa yang cerdas, berakhlak, terampil dan berbudi
pekerti.
Setiap sekolah tentunya memiliki berbagai tingkatan yang telah kita ketahui,
tingkatannya meliputi tingkatan dasar (Sekolah dasar), tingkatan menengah pertama
(Sekolah Menengah Pertama) dan tingkatan menengah ke atas (Sekolah Menengah Atas)
dengan perbedaan usia juga. Seperti pada tingkat dasar (Sekolah Dasar) umumnya berusia
dari 7 tahun (Kelas 1) hingga usia 12 tahun (Kelas 6), tingkatan pertama umumnya berusia
13 (Kelas 7) hingga usia 15 tahun (eklas 12) dan tingkatan menangah ke atas berkisar
antara 16-17 tahun (Kelas 10) hingga 18-19 tahun (kelas 12).
Seperti yang telah kita ketahui, usia anak yang bisa dinyatakan sebagai “anak
sekolahan” menurut ilmu sosiologi bisa dikatakan sebagai “Usia Labil”, dimana pada usia
ini, seorang anak sedang mencari jati dirinya mereka masing-masing. Sehingga, mereka
mudah mengalami perubahan yang cukup cepat karena kematangan dalam sisi
psikologisnya belum sempurna. Bukan tidak mungkin apabila mereka melakukan hal yang
mungkin dapat kita anggap sebagai perbuatan tercela. Oleh karena itu, perlulah sebuah
bimbingan, dimana bimbingan tersebut dapat mengarahkan dan membantu menunjukan
jati diri mereka sebagai manusia yang sebenarnya. Bimbingan tersebut dinamakan
“Bimbingan dan Konseling”, selain membimbing, bimbingan konseling juga membantu
meringankan beban peserta didik dalam hidupnya. Karena bimbingan dan konseling di
sekolah merupakan fasilitas yang diberikan oleh sekolah dalam mengarahkan dan
menangani setiap masalah yang peserta didik alami.
Agar terciptanya keefektifan dalam sebuah bimbingan, maka diperlukan susunan
berbagai program kerja dan pengorgaanisasian dalam BK, yang tentunya pihak-pihak yang
terkait khususnya, guru BK, mampu menangani berbagai masalah yang mungkin akan
terjadi, karena dalam bidang ini membutuhkan skill dan kemampuan khusus dan memang
sebaiknya tidak “asal-asalan”. Ini diciptakan guna kelancaran dan keefektifan bimbingan.
Dibentuknya struktur keorganisasian dalam bimbingan dan konseling diharapkan dapat
menunjang kesuksesan dalam bidang bimbingan dan konseling untuk para peserta didik.
B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan pengorganisasian bimbingan dan konseling?
2. Bagaimanakah struktur pengorganisasian bimbingan dan konseling?
3. Apa peran masing-masing personil dalam struktur pengorganisasian bimbingan dan
konseling?
C. Tujuan
1. Mengetahui dan memahami apa yang dimaksud dengan pengorganisasian bimbingan
dan konseling
2. Mengetahui dan memahami bagaimana struktur pengorganisasian bimbingan dan
konseling
3. Mengetahui dan memahami apa peran masing-masing personil dalam struktur
pengorganisasian bimbingan dan konseling
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Pengorganisasian Bimbingan dan Konseling (BK)


Bimbingan dan konseling mempunyai kontribusi penting dalam sistem pendidikan
sekolah yang berupaya membantu siswa agar mencapai perkembangan yang optimal dan
sesuai dengan potensinya. Secara lebih khusus, layanan bimbingan dan konseling
diarahkan untuk membatu siswa agar berkembang menjadi pribadi yang mandiri,
bertanggung jawab, kreatif, produktif, dan berperilaku jujur. Suatu kegiatan tidak akan
terselenggara sesuai dengan apa yang direncanakan tanpa adanya sistem manajemen yang
berkualitas, dalam artian dilakukan secara jelas, sistematis, dan terarah. Manajemen
bimbingan dan konseling memiliki beberapa tahapan yaitu perencanaan (planning),
pengorganisasian (organizing), pelaksanaan (actuating) dan pengawasan (controlling).
Setiap tahapan memiliki keterikatan yang sangat penting dan tidak dapat dipisahkan satu
sama lainnya.
Pengorganisasian (organizing) dalam manajemen bimbingan dan konseling
merupakan jembatan penghubung antara perencanaan (planning) dengan pelaksanaan
(actuating). Pengorganisasian bimbingan dan konseling sendiri memiliki tiga unsur kata
berbeda yaitu, pengorganisasian, bimbingan serta konseling.
Menurut Gibson (1982 dalam Bukit, S., TT), pengorganisasian (organizing) adalah
semua kegiatan manajerial yang dilakukan untuk mewujudkan kegiatan yang
direncanakan menjadi struktur tugas, wewenang dan menentukan tugas yang akan
dilaksanakan. Pengorganisasian juga diartikan sebagai pembagian tugas kepada orang-
orang yang terlibat dalam kerjasama (Sagala, S. 2000 dalam Bukit, S., TT). Berdasarkan
kedua pendapat diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa pengorganisasian adalah semua
kegiatan manajerial berupa pembagian struktur organisasi, wewenang dan tugas kepada
orang-orang yang terlibat dalam suatu organisasi untuk mewujudkan tujuan yang sama.
Dewa Ketut Sukardi (1983a, hlm. 66) mengemukakan pendapat bahwa bimbingan
merupakan suatu proses bantuan yang diberikan kepada seseorang agar
memperkembangkan potensi-potensi yang dimiliki, mengenali dirinya sendiri, mengatasi
persoalan-persoalan sehingga mereka dapat menentukan sendiri jalan hidupnya secara
bertanggung jawab tanpa bergantung kepada orang lain. Pun Rachman Natawijaya (1972
dalam Laksmiwati, H., et. al., 2002, hlm. 2) mengemukakan bahwa bimbingan adalah
proses pemberian bantuan kepada individu yang dilakukan secara berkesinambungan,
supaya individu tersebut dapat memahami dirinya, sehingga ia sanggup mengarahkan
dirinya dan dapat bertindak wajar sesuai dengan tuntutan dan keadaan keluarga serta
masyarakat. Dari kedua pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa bimbingan adalah suatu
proses bantuan yang diberikan secara berkesinambungan kepada seseorang agar menjadi
pribadi yang lebih baik.
Adapun konseling adalah hubungan timbal balik antara konselor dengan konseli
(counselee), dalam memecahkan masalah-masalah tertentu dengan wawancara yang
dilakukan secara “Face to Face” atau dengan cara-cara yang sesuai dengan keadaan
konseli, sehingga konseli sanggup mengemukakan isi hatinya secara bebas, yang bertujuan
agar konseli mengenal dirinya sendiri, menerima diri sendiri dan menerapkan diri sendiri
dalam proses penyesuaian dengan lingkungannya membuat keputusan, pemilihan dan
rencana yang bijaksana serta berkembang dan berperan lebih baik dan optimal dalam
lingkungannya (Sukardi, D.K., 1983a, hlm. 106). Dalam buku lain, Pengantar
Pelaksanaan Program Bimbingan dan Konseling di Sekolah (2002b, hlm. 22), Dewa Ketut
mengartikan konseling sebagai: Suatu upaya bantuan yang dilakukan dengan empat mata
atau tatap muka antara konselor dan konseli yang berisi usaha yang laras, unik, human
(manusiawi), yang dilakukan dalam suasana keahlian dan yang didasarkan atas norma-
norma yang berlaku, agar konseli memperoleh konsep diri dan kepercayaan diri sendiri
dalam memperbaiki tingkah lakunya pada saat ini dan mungkin pada masa yang akan
datang.
Begitu pun dengan Prayitno & Erman Amti (2004, hlm. 105) mengartikan
konseling sebagai proses pemberian bantuan yang dilakukan melalui wawancara konseling
oleh seorang ahli (konselor) kepada individu yang sedang mengalami sesuatu masalah
(konseli) yang bermuara pada teratasinya masalah yang dihadapi oleh konseli.
Berdasarkan kedua pendapat yang mengartikan konseling dapat ditarik kesimpulan bahwa
konseling adalah proses pemberian bantuan untuk memecahkan masalah seseorang
(konseli) dengan wawancara yang dilakukan secara tatap muka agar konseli memperoleh
konsep diri dan kepercayaan diri sendiri dalam mengatasi masalahnya.
Bimbingan dan konseling sendiri memiliki kesatuan arti, Bimbingan dan
Konseling berdasarkan SK Mendikbud No.025/D/1995, ddefinisikan sebagai:
“Pelayanan bantuan untuk peserta didik, baik secara perorangan maupun
kelompok, agar mandiri dan berkembang secara optimal, dalam bimbingan pribadi,
bimbingan sosial, bimbingan belajar dan bimbingan karir, melalui berbagai jenis
layanan dan kegiatan pendukung, berdasarkan pada norma-norma yang berlaku.”
Berdasarkan definisi unsur-unsur kata diatas, dapat disimpulkan bahwa
pengorganisasian bimbingan dan konseling adalah pembagian struktur organisasi,
wewenang dan tugas kepada orang-orang yang berperan mendukung terlaksananya
program bimbingan dan konseling di sekolah. Pengorganisasian yang efektif dilakukan
dengan cara membagi habis tugas secara merata dan mengklasifikasikan tugas-tugas ke
dalam sub-sub komponen organisasi. Menurut Saiful Sagala (2000, hlm. 49 dalam Bukit,
S. TT), terdapat 4 Syarat yang harus dipertimbangkan dalam pengorganisasian yaitu:
1. Legtimasi
2. Efisiensi
3. Keefektifan
4. Keunggulan

B. Struktur Organisasi Bimbingan dan Konseling Beserta Peran dan Tugasnya di


Sekolah
1. Kandepdiknas
Kandepdiknas sebagai personil yang melakukan pengawasan terhadap
penyelenggaraan pelayanan BK di sekolah. Memberikan petunjuk terhadap
penyelenggaran BK di sekolah, karena BK sering dianggap sebagai polisi sekolah.
2. Kepala Sekolah
Kepala sekolah bisa diartikan sebagai pemimpin di sekolah yang mengatur
jalannya sekolah serta penanggung jawab berjalannya kegiatan-kegiatan di sekolah.
Kepala sekolah juga dapat menjadi penyedia sarana dan pra sarana di sekolah.
Peranan kepala sekolah dapat mempengaruhi dan mengarahkan semua personil
sekolah agar dapat bekerja sama dan capai yang diinginkan dapat terwujud (Mu’min,
2011).
Kepala sekolah berasal dari seorang guru yang diangkat untuk menduduki
jabatan secara stuktural. Kepala sekolah menentukan titik pusat dan irama sekolah,
sehingga dapat dikatakan bahwa keberhasilan sekolah adalah keberhasilan kepala
sekolah (Wahyosumidjo, 2001).
Jabatan kepala sekolah adalah jabatan yang tidak bisa didapat oleh sembarang
orang karena jabatan ini adalah jabatan formal yang memerlukan keterampilan dan latar
belakang pendidikan tertentu (Hadi, 2016). Dalam kaitannya dengan BK, kepala
sekolah melakukan pengawasan dan pembinaan dalam program yang dijalankan oleh
BK. Setiap program BK yang akan dilaksanakan harus mempunyai koordinator,
sehingga salah stau peran kepala sekolah tersebut adalah menunjuk atau menutup
koordinator guru pembimbing yang bertanggungjawab atas pelaksanaan program BK.
Prayitno (2004) mengemukakan peran, tugas serta tanggung jawab kepala
sekolah dalam bimbingan konseling yaitu:
1. Mengkoordinasikan segenap kegiatan yang diprogramkan di sekolah sehingga
pelayanan bimbingan konseling tetap harmonis
2. Menyediakan prasarana, tenaga dan berbagai kemudahan agar terlaksananya
pelayanan bimbingan konseling yang efektif
3. Melakukan pengawasan dan pembinaan terhadap perencanaan progam BK
4. Mempertanggungjawabkan pelaksanaan pelayanan bimbingan dan konseling
5. Memfasilitasi guru pembimbing BK untuk mengembangkan kemampuan
profesionalnya.
3. Koordinator Bimbingan dan Konseling
Koordinator BK bertugas mengkoordinasikan guru-guru bimbingan dan
konseling. Koordinator BK ini bertanggungjawab atas program-program yang akan
dilaksanakan oleh BK kepada kepala sekolah. Setiap program BK akan dinilai oleh
koordinator BK, dan program-program tersebut disusun dan diawasi oleh koordinator
BK.
Koordinator BK sebagai pengatur jalannya program BK tentu bukan merupakan
tugas yang mudah karena BK adalah sebagai pelengkap dari keseluruhan sistem
pendidikan, memperlancar tugas dan fungsi pendidikan secara integral, selain itu
kegiatan layanan bimbingan dan konseling tidak dapat dilakukan sembarangan karena
merupakan layanan profesional (Kholis, 2012).
Peranan koordinator BK yang lain yaitu mengadministrasikan pelayanan
bimbingan konseling; membuat usulan kepada kepala sekolah untuk memenuhi tenaga,
sarana dan prasarana serta memasyarakatkan program bimbingan konseling.
4. Guru Bimbingan dan Konseling

Merujuk kepada Buku Panduan BK Dirjen Dikdas, guru BK berperan untuk


mengembangkan peserta didik agar mampu mengekspresikan diri dalam bentuk
kehidupan efektif sehari-hari (KES) sesuai dengan tuntutan karakter yang terpuji,
kebutuhan, potensi, bakat, minat, kondisi dan tugas perkembangan, serta
pengembangan arah peminatan mereka mengacu pada pencapaian tujuan pendidikan.
Untuk mewujudkan tujuannya tersebut, pelayanan guru BK berorientasi pada
pengaturan kehidupan peserta didik yang meliputi aspek kehidupan peserta didik di
dalam lembaga satuan pendidikan, hubungan teman sebaya, kehidupan dalam keluarga,
dan kehidupan sosial/kemasyarakatan serta lingkungan sekitar. Berikut beberapa
peranan guru BK bagi peserta didik (Prayitno, 2008) :

a. Memasyarakatkan pelayanan Bimbingan Konseling


b. Merencanakan program Bimbingan Konseling
c. Melaksanakan segenap layanan Bimbingan Konseling
d. Melaksanakan kegiatan pendukung Bimbingan Konseling
e. Menilai proses dan hasil pelayanan Bimbingan Konseling dan kegiatan
pendukungnya.
f. Melaksanakan tindak lanjut berdasarkan penilaian
g. Mengadministrasikan layanan dan kegiatan bimbingan konseling yang
dilaksanakan.
h. Mempertanggungjawabkan tugas dan kegiatannya dalam pelayanan bimbingan
konseling pada koordinator.
5. Guru Mata Pelajaran
Guru merupakan seorang pengajar yang memiliki peranan sangat penting dalam
proses belajar dan mengajar. Guru dianggap baik ialah mereka yang berhasil dalam
memerankan profesi sebagai guru dengan sebaik-baiknya. Maksudnya guru dikatakan
sebagai guru yang baik apabila menunjukan tingkah laku yang sesuai dengan
jabatannya dan dapat diterima lingkungannya dan masyarakatnya (Djamhur, 1975).
a. Guru Sebagai Pendidik
Guru adalah pendidik, yang menjadi tokoh, panutan dan identifikasi bagi para
peserta didik dan lingkungannya. Oleh karena itu guru harus memiliki standar
kualitas pribadi tententu, yang mencakup tanggung jawab, wibawa, mandiri, dan
disiplin. Dalam tugasnya yang pokok yaitu mensisik guru harus membantu agar
anak mencapai kedewasaan secara optimal, artinya kedewasaan sempurna sesuai
dengan norma dan sesuai juga dengan kodrat yang dimilikinya (Mulyasa, 2005).
b. Guru Sebagai Pembimbing
Guru berkewajiban memberikan bantuan kepada murid agar mereka mampu
menemukan masalahnya sendiri, mengenal diri sendiri, dan menyesuaikan diri
dengan lingkungannya. Murid membutuhkan bantuan guru dalam hal mengatasi
kesulitan pribadi, kesulitan pendidikan, kesulitan memilih pekerjaan, kesulitan
dalam hubungan sosial, dan interpersonal (Hamalik, 2001).
Guru mata pelajaran adalah peranan yang sangat penting dalam aktivitas
bimbingan. Peran yang dimiliki Guru mata pelajaran diantaranya:
a. Membantu memasyarakatkan layanan bimbingan kepada siswa.
b. Melakukan kerja sama dengan konselor dalam mengidentifikasi siswa yang
memerlukan bimbingan. Konselor adalah seorang yang telah memiliki
pengetahuan secara psikologis untuk membantu menyelesaikan permasalahan
siswa melalui kegiatan bimbingan dan konseling (Depdiknas, 2009).
c. Mengalihkan siswa yang memerlukan bimbingan kepada guru pembimbing. Peran
guru pembimbing yaitu tanggung jawab, wewenang dalam pelaksanaan pelayanan
bimbingan dan konseling terhadap siswa.
d. Mengadakan upaya tindak lanjut layanan bimbingan (program perbaikan dan
pengayaan).
e. Memberikan kesempatan pada siswa untuk memperoleh layanan bimbingan dari
guru pembimbing. Guru pembimbing memberikan layanan kepada siswa yaitu
pengembangan kemampuan belajar serta pengembangan kehidupan sosial.
f. Membantu mengumpulkan informasi yang diperlukan dalam rangka penilaian
layanan bimbingan
g. Ikut serta dalam program layanan bimbingan. Salah satunya adalah memberikan
motivasi dan pengarahan sesuai kurikulum mata pelajaran yang diampu oleh guru
mata pelajaran tersebut.
6. Wali Kelas
Menurut Usman dalam bukunya menjadi profesional, peranan guru adalah
terciptanya serangkaian tingkah laku yang saling berkaitan yang dilakukan dalam
situasi tertentu serta berhubungan dengan kemajuan perubahan tingkah laku dan
perkembangan siswa (Usman, M. U., 2002). Peranan wali kelas dan guru bimbingan
konseling terhadap pelayanan bimbingan dan konseling sangat penting untuk
perkembangan peserta didik. Selain itu juga efektifitas kegiatan belajar mengajar dapat
terstruktur dengan rapi. Sehingga peran wali kelas dan guru bimbingan dan konseling
berperan aktif dalam menghasilkan siswa berprestasi.
Wali kelas sebagai mitra kerja konselor, juga memilki tugas-tugas bimbingan
yaitu:
a. Membantu guru pembimbing melaksanakan layanan yang menjadi tanggung
jawabnya.
b. Membantu memberikan kesempatan dan kemudahan bagi siswa khususnya menjadi
tanggung jawabnya
c. Memberikan informasi tentang siswa di kelasnya untuk memperoleh layanan dari
konselor
d. Menginformasikan kepada guru mata pelajaran tentang siswa yang perlu
mendapatkan perhatian khusus. Gurur senantiasa meningkatkan motivasi peserta
didik untuk belajar dalam hal ini guru melakukan pendekatan untuk mengenal dan
memahami siswa
e. Ikut serta dalam konferensi kasus
7. Siswa
Siswa adalah objek utama yang menjadi tujuan seorang guru untuk mengajar.
Oleh karena itu pendidik perlu mengenal karakteristik siswa. Karakteristik adalah
mengacu kepada karakter dan gaya hidup seseorang serta nilai-nilai yang berkembang
secara teratur sehingga tingkah laku menjadi lebih konsisten dan mudah di perhatikan
(Moh. Uzer Usman, 2002). Siswa atau pesetra didik adalah mereka yang secara khusus
diserahkan oleh kedua orang tuanya untuk mengikuti pembelajaranyang diselengarakan
di sekolah, dengan tujuan untuk menjadi manusia yang berilmu pengetahuan,
berketrampilan, berpengalaman, berkepribadian, berakhlak mulia, dan mandiri.
Menurut Arifin (2000), murid adalah manusia didik sebagai makhluk yang sedang
berada dalam proses perkembangan atau pertumbuhan menurut fitrah masing-masing
yang memerlukan bimbingan dan pengarahan yang konsisten menuju kearah titik
optimal yakni kemampuan fitrahnya.
a. Karakteristik siswa
1) Siswa adalah seorang yang belum dewasa atau belum memperoleh
kedewasaan ia masih menjadi tanggung jawab seorang pendidik tertentu
2) Anak didik adalah anak yang sedang berkembang. Sejak lahir sampai
meninggal anak menglamai perkembangan. Karena itu pendiddik harus
membantu membimbing perkembangan anak baik perkembangan jiwa,
pengetahuan, dan penguasaan diri terhadap lingkungan sosialnya
3) Dasar hakiki anak adalah dapat dididik dan harus didik. Karena anak
mempunyai bakat dan disposisi yang memungkinkan pendidikan
Pengajaran dan pelatihan, tidak mungkin ditempuh tanpa adanya atau
melewatkan aspek bimbingan, sebab pada masa sekarang begitu banyak permasalahan
yang dihadapi siswa yang akan efektif apabila dipecahkan melalui proses bimbingan.
Tugas utama siswa adalah belajar untuk masa depan yang gemilang dengan kerja keras
dan kesungguhan, namun untuk mencapai hal itu pasti menemukan adanya kesulitan
baik itu faktor internal maupun faktor eksternal. Oleh karena itu tugas bimbingan
konseling untuk membantu menyelesaikan masalah yang dihadapi oleh siswa.

8. Staf Tata Usaha/Administrasi


Staf tata usaha atau administrasi adalah pembantu kepala sekolah dalam
penyelenggaraan administrasi dan ketatausahaan. Staf tata usaha atau administrasi ini
sangat berperan penting dalam setiap sekolah. Karena, sering membantu dalam
penyelenggara admi istrasi atau pun ketatausahaan. Terutama dalam melengkapi
dokomen tentang siswa seperti catatan kumulatif siswa staf ini sangatlah membantu.
9. Komite Sekolah
Komite Sekolah adalah badan mandiri yang mewadahi peran serta masyarakat
dalam rangka meningkatkan mutu, pemerataan, dan efisiensi pengelolaan pendidikan
di satuan pendidikan, baik pada pendidikan pra-sekolah, jalur pendidikan sekolah
maupun jalur pendidikan luar sekolah.
Nama badan disesuaikan dengan kondisi dan kebutuhan daerah masing-masing
satuan pendidikan, seperti komite sekolah, komite pendidikan, komite pendidikan luar
sekolah, dewan sekolah, majelis sekolah, majelis madrasah, komite TK, atau nama lain
yang disepakati.
Komite Sekolah berkedudukan di satuan pendidikan. Komite Sekolah dapat
terdiri dari satu satuan pendidikan, atau beberapa satuan pendidikan dalam jenjang yang
sama, atau beberapa satuan pendidikan yang berbeda jenjang tetapi berada pada lokasi
yang berdekatan, atau satuan-satuan pendidikan yang dikelola oleh suatu
penyelenggara pendidikan, atau karena pertimbangan lainnya.
Komite sekolah yaitu suatu organisasi yang terdiri dari unsur sekolah, orang tua
dan tokoh masyarakat yang berperan membantu penyelenggaraan satuan pendidikan
yang bersangkutan. Komite sekolah ini juga sangat berperan penting di setiap sekolah
karena biasanya komite sekolah juga selalu berpartisipasi dalam hal surat persetujuan
maupun acara yang diadakan oleh siswa.
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Dari pemaparan pembahasan diatas dapat ditarik beberapa kesimpulan yaitu:


1. Manajemen BK memiliki beberapa tahapan yaitu perencanaan (planning),
pengorganisasian (organizing), pelaksanaan (actuating) dan pengawasan (controlling).
Setiap tahapan memiliki keterikatan yang sangat penting dan tidak dapat dipisahkan satu
sama lainnya.
2. Pengorganisasian Bimbingan dan Konseling adalah pembagian struktur organisasi,
wewenang dan tugas kepada orang-orang yang berperan mendukung terlaksananya
program Bimbingan dan Konseling di sekolah.
3. Masing-masing personil yang berperan dalam program layanan Bimbingan dan Konseling
memiliki peranan yang sangat penting dan saling mempengaruhi.
4. Seorang manusia dikatakan sebagai manusia yang baik apabila menunjukan tingkah laku
yang sesuai dengan jabatan dan peranannya dan dapat diterima di lingkungan dan
masyarakatnya.
5. Pengorganisasian BK di setiap sekolah pada dasarnya tidak jauh berbeda, hanya
menyesuaikan dengan kondisi yang terjadi di sekolah tersebut.
DAFTAR PUSTAKA

Arifin, H. M. (2000). Ilmu Pendidikan Islam. Jakarta: Bumi Aksara.


Bukit, S. (TT). Manajemen Bimbingan dan Konseling di Sekolah. Medan: Balai Diklat
Keagamaan Medan.
Buku Panduan BK Dirjen Dikdas. .[Online]. Diakses dari
http://www.slideshare.net/juliwantoropratama/buku-panduanbkdirjendikdas.
Depdiknas. (2009). Pedoman Pelaksanaan Tugas Guru dan Pengawas. Jakarta: direktorat
jenderal peningkatan mutu pendidik dan tenaga kependidikan. Menurut peraturan
pemerintah no 74 tahun 2008.

Djamhur. (1975). Bimbingan dan Penyuluhan di Sekolah. Bandung: cv ilmu.


Hadi, S. (2016). Peran Kepala Sekolah Dalam Peningkatan Mutu Pendidikan di MTS Al
Hikmah Cupel. Jembrana, Bali.

Hamalik. (2001). Proses Belajar Dan Mengajar. Jakarta: Bumi Aksara.

Kholis, N. (2012). Pelaksanan Layanan Bimbingan dan Konseling .Jurnal Ilmiah Pendidikan
Bimbingan dan Konseling. Semarang: IKIP Veteran Semarang.

Laksmiwati, H., Suyanto, A. & Nursalim, M. (2002). Pengantar Bimbingan dan Konseling.
Surabaya: UNESA University Press.
Mu’min, A. (2011). Peranan Kepala Sekolah dalam Meningkatkan Profesionalisme Guru di
SDI Al Ihsan Bambu Apus Pamulang. (Skripsi). Jurusan KI-Manajemen Pendidikan. UIN
Syarif Hidayatullah.

Mulyasa. (2005). Menjadi Guru Professional (menciptakan pembelajaran kreatif dan


menyenangkan. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.

Prayitno & Amti, E. (2004). Dasar-Dasar Bimbingan dan Konseling. Jakarta: Rineka Cipta.
Prayitno. (2008). Pendidikan Profesi Konseling. BK FIP UNP.
Rahayu. (2015). Pengorganisasian BK serta Peran Guru dalam Kegiatan BK di Sekolah.
[Online]. Diakses dari https://dsrahayu.wordpress.com/2015/03/05/pengorganisasian-
bk-peran-guru-dalam-kegiatan-bk-di-sekolah/.
Rahim, M. (2015). Manajemen Bimbingan dan Konseling dalam Konteks Manajemen
Pendidikan di Sekolah. E-book.

Anda mungkin juga menyukai