Anda di halaman 1dari 11

MAKALAH

“Problematika Dalam Bimbingan Kelompok”

Kelompok V :

Ghina Fauziyyah 1940606084

Lusiana 1940606092

Susi Agus Susanti 1940606106

BIMBINGAN DAN KOSELING

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS BORNEO TARAKAN

2022
Kata Pengantar

Puji syukur kami ucapkan kehadirat Allah SWT atas segala rahmat-Nya sehingga
makalah ini dapat tersusun sampai dengan selesai. Tidak lupa kami mengucapkan terima
kasih terhadap bantuan dari pihak yang telah berkontribusi dengan memberikan sumbangan
baik pikiran maupun materinya. Kami sangat berharap semoga makalah ini dapat menambah
pengetahuan dan pengalaman bagi pembaca. Bahkan kami berharap lebih jauh lagi agar
pembaca mempraktekkan sisi positf dari makalah ini di kehidupan sehari-hari. Bagi kami
sebagai penyusun merasa bahwa masih banyak kekurangan dalam penyusunan makalah ini
karena keterbatasan pengetahuan dan pengalaman Kami.

Tarakan, 8 Februari 2022


Daftar Isi
HALAMAN JUDUL...............................................................................................i

KATA PENGANTAR .............................................................................................ii

DAFTAR ISI.........................................................................................................iii

BAB 1 PENDAHULUAN.........................................................................................

1.1 LATAR BELAKANG.........................................................................................


1.2 RUMUSAN MASALAH....................................................................................
1.3 TUJUAN PENELITIAN.....................................................................................

BAB 2 PEMBAHASAAN........................................................................................

A.KONFLIK...........................................................................................................

B.NEGOSIASI.......................................................................................................

C.KONFORMATIF.................................................................................................

BAB 3 PENUTUP..................................................................................................

KESIMPULAN.......................................................................................................

DAFTAR ISI ………………………………………………………………………………………………………..


BAB I

Pendahuluan

1.1 Latar Belakang


Seiring dengan perkembangan jaman terdapat berbagai macam perubahan baik dari
segi sosial, budaya, ekonomi. Hal ini berdampak pada meningkatnya konflik atau
permasalahan yang terjadi dalam kehidupan sehari-hari. Perubahan-perubahan tersebut juga
berdampak pada siswa di lingkungan sekolah. Adanya perubahanperubahan tersebut
berakibat pada timbul permasalahan dalam diri masing-masing siswa di sekolah. Jika
permasalahan yang dihadapi oleh siswa tidak terselesaikan maka akan mengganggu siswa
dalam mengembangkan diri.

Di sekolah, bimbingan dan konseling merupakan bagian dari pendidikan, yang


membantu siswa di sekolah untuk mengembangkan diri dan potensinya secara maksimal.
Seperti yang dicantumkan dalam Undang-undang No.20 Tahun 2003 bahwa pendidikan
adalah ”usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses
pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki
kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlaq mulia, serta
ketrampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara”. Tujuan dari
pengembangan diri adalah memberikan kesempatan kepada siswa untuk dapat
mengembangkan dan mengekspresikan diri sesuai dengan kebutuhan, bakat, serta minat
siswa

Bimbingan dan Konseling memiliki peranan yang penting dalam pengembangan


potensi yang dimiliki oleh masing-masing siswa. Dalam perkembangannya siswa dituntut
untuk mampu memahami dirinya sendiri, menerima dirinya sendiri, mampu untuk memahami
lingkungan sekitar, dapat mengambil keputusan secara bijaksana dan dapat mengembangkan
dirinya secara optimal. SElain itu bimbingnan dan konseling juga membantu siswa dalam
memecahkan masalah yang berkaitan dengan masalah pribadi, sosial, belajar, dan karir.

Di dalam pelaksanaannya bimbingan dan konseling di sekolah terdiri dari enam


bidang bimbingan yaitu bidang bimbingan pribadi, bidang bimbingan sosial, bidang
bimbingan belajar, bidang bimbingan karir dan ditambah lagi dengan dua bidang tambahan
yaitu, bidang bimbingan kehidupan berkeluarga dan bidang bimbingan beragama.
Pelaksanaan bimbingan dan konseling di sekolah terdapat sembilan layanan yaitu, layanan
orientasi, layanan informasi, layanan penguasaan konten, layanan penempatan dan
penyaluran, layanan bimbingan kelompok, layanan konseling kelompok, layanan konseling
individual, layanan mediasi dan juga layanan konsultasi. Dalam pelaksanaan bimbingan dan
konseling memiliki layanan pendukung yaitu, aplikasi instrumentasi, himpunan data,
kunjungan rumah, alih tangan kasus, konferensi kasus dan tampilan kepustakaan
Salah satu layanan bimbingan dan konseling adalah layanan konseling kelompok.
Tujuan dari adanya layanan konseling kelompok adalah membantu siswa dalam memecahkan
masalah yang dihadapi serta mengembangkan diri dan potensi yang dimiliki untuk mencapai
perkembangan yang optimal. Konseling kelompok merupakan layanan yang efektif, karena
pada dasarnya konseling kelompok dimaknai sebagai upaya bantuan yang diberikan kepada
individu yang terjadi dalam suasana kelompok yang bersifat pencegahan dan penyembuhan.

Dalam layanan konseling kelompok ini terdapat beberapa unsur yang menjadikan
layanan konseling kelompok efektif, yaitu adanya interaksi yang dinamis, keterkaitan
emosional antar anggota kelompok, sifat perduli terhadap sesama, menambah ilmu dan
wawasan, mengemukakan uneg-uneg atau ide, gagasan, dan bersikap empati. Konseling
kelompok dikatakan efektif apabila unsur-unsur tersebut terpenuhi dan dapat memberikan
bantuan atau layanan dalam satu waktu. Layanan konseling kelompok pada dasarnya adalah
salah satu proses antar individu yang bersifat dinamis, terpusat pada perilaku yang disadari
oleh masingmasing individu yang bersangkutan. Layanan konseling kelompok memberikan
kesempatan bagi siswa untuk lebih memahami dan mengerti keadaan dan potensi diri sendiri.

Menurut Sukardi (2007:68) “layanan konseling kelompok adalah jenis layanan


bimbingan dan konseling yang memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk
membahas dan mengentaskan permasalahannya yang dialami melalui dinamika kelompok”.
Konseli adalah orang yang pada dasarnya tergolong orang normal, yang menghadapi berbagai
masalah yang tidak memerlukan perubahan dalam kepribadian untuk diatasi. Para konseli ini
dapat memanfaatkan suasana komunikasi antar pribadi dalam kelompok untuk meningkatkan
pemahaman dan penerimaan terhadap nilai-nilai kehidupan dan segala tujuan hidup, serta
untuk belajar dan atau menghilangkan suatu sikap dan perilaku tertentu.

Tujuan dari konseling kelompok secara umum yaitu membantu siswa dalam
mengambangkan kemampuan sosialisasi. Sedangkan tujuan khusus dari layanan konseling
kelompok yakni pemecahan masalah pribadi siswa, terkembangkannya perasaan, pikiran,
persepsi, wawasan dan sikap ke arah yang lebih baik khususnya dalam berkomunikasi dan
bersosialisasi, dan terpecahkannya masalah individu yang bersangkutan dan diperolehnya
dampak pemecahan masalah bagi individu-individu lain perserta layanan KKp. Apabila
melihat pada tujuan yang terdapat dalam layanan konseling kelompok, maka layanan ini
idealnya harus lebih sering dilaksanakan oleh setiap sekolah.

Ada banyak faktor yang menyebabkan kurang maksimalnya pelaksanaan layanan


konseling kelompok. Menurut Prayitno (1995:77) penyelenggaraan konseling kelompok
memerlukan beberapa persiapan di antaranya persiapan menyeluruh yang salah satunya yaitu
persiapan fisik berupa tempat dan kelengkapannya, dan persiapan keterampilan meliputi di
dalamnya terdapat beberapa teknik yang harus dimiliki oleh guru pembimbing untuk dapat
mewujudkan dinamika yang baik di dalam kelompok. Jika dalam persiapan penyelenggaraan
konseling kelompok terdapat salah satu yang tidak terpenuhi, maka hal itu akan menjadi salah
satu hambatan tidak maksimalnya pelaksanaan layanan konseling kelompok di sekolah
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas maka rumusan masalah dalam penelitian ini antara lain :

1) Hambatan-hambatan apa sajakah yang ditemui dalam pelaksanaan layanan konseling


kelompok di SMP ?

2) Hambatan-hambatan apakah yang paling dominan dalam pelaksanaan layanan konseling


kelompok di SMP ?

1.3 Tujuan Penelitian


Penelitian ini bertujuan untuk :

1) Mengetahui hambatan yang ditemui dalam pelaksanaan layanan konseling kelompok di


SMP ?

2) Mengetahui hambatan yang paling dominan dalam pelaksanaan layanan konseling


kelompok di SMP ?
BAB II

PEMBAHASAN

A. Konflik
1. Pengertian konflik
Secara etimologis konflik berasal dari bahasa Latin “con” yang berarti bersama
dan “fligere” yang berarti benturan atau tabrakan. Dengan demikian konflik
dalam kehidupan sosial berarti benturan kepentingan,keinginan,pendapat, dan
lain-lain yang paling tidak melibatkan dua pihak atau lebih. Menurut sarlito w.
sarwono dikutip bahwa konflik merupakan pertentangan antara dua pihak atau
lebih yang dapat terjadi antar individu,antar kelompok kecil,bahkan antar bangsa
dan Negara. Selanjutnya menurut Dean G. Pruitt dan Jeffrey di kutip bahwa
konflik merupakan bentuk pertantangan,ketidak sepakatan,ketidak cocokan antara
dua orang atau lebih,antar kelompok orang yang ditandai oleh adanya kekerasan
fisik. Konflik merupakan persepsi mengenai perbedaan kepentingan.
....................................Winardi menjelaskan bahwa konflik adalah suatu dimana terdapat adanya t
tujuan,kognisi-kognisi, atau emosi-emosi yang tidak sesuai satu sama lain,pada
diri individu-individu atau antar indivindu-individu yang kemudian menyebabkan
timbulnya pertantangan atau interaksi yang bersifat antagonistik. Konflik terjadi
dimasa lalu. Sekarang dan pasti akan terjadi dimasa yang akan datang.

B. Negosiasi dalam konseling


konseling, adalah upaya untuk "membujuk" agar calon klien kita merasa
aman, senang, dan mau diajak bicara tentang dirinya. Hal ini untuk menghindarkan
hambatan-hambatan administratif, psikologis, dan sosio kultural. Jika klien sudah
bersedia untuk melakukan dialog konseling maka kesempatan tersebut jangan
diabaikan lagi. lakukan konseling individual.
Pertama: bujuklah hubungan konseling melalui keramahan, senyum, sikap mepatik,
terbuka, menghargai, bertanya terbuka, penuh perhatian dan cepat memahami keadaan
klien. Mulailah pembicaraan yang membuat klien senang berbicara, misalny diawali
kata
"maaf" dan menawarkan apakah mungkin kita dapat membicarakan hal hal yang
menurut anda penting?" atau pembicaraan dimulai dengan minat, bakat, dan
kemampuan demikian juga hobi. Setelah negosiasi, konselor membuat perjanjian
dengan klien, kapan dan dimana bisa berbicara lebih serius. Jadi kapan dan dimana
bisa mengadakan hubungan konseling. Paling baik bagi seorang konselor adalah sejak
awal sudah memiliki informasi tentang klien i terutama hal-hal yang menyenangkan
klien. Yang penting ciptakan hubungan konseling yang menggembirakan klien dan
tidak langsung ke persoalan inti. Kecuali jika dia yang memulai. Disamping itu agar
klien dapat terbuka, maka hubungan konseling hendaklah afektif, diminta konselor
bersikap empati, dan mendorong klien agar terus berbicara tentang perasaanya.
Kedua: tangkaplah isu penting seberapa mungkin yang bisa anda lakukan.
Karena hal ini amat tergantung kepada kecerdasan konselor untuk memikirkan
ungkapan-ungkapan verbal dan noverbal yang mungkin mengandung isu atau
masalah, mengenai dirinya, ataupun adanya potensi klien yang kurang berkembang
sehingga menjadi masalah baginya. Makin banyak berbicara menegnai dirinya yang
kait mengait dengan lingkungan, makin memungkinkan muncul isu tentang
keterampilan bahasa atau kalimat atau ucapan konselor yang membuat klien selalu
berbicara mengeluarkan isi hati. Dalam situasi demikian konselor akan mudah
menangkap isu-isu mengenai diri klien.
Ketiga: berbekal isu-isu tentang diri klien yang telah ditangkap, maka konselor
bekerja dengan isu tersebut, artinya melakukan proses konseling yang sebenarnya
yatiu membantu agar klien menurunkan stresnya, mampu memahami diri dan
masalahnya, mampu menyusun rencana atau ide-ide yang baik agar dia maslaahnya
sendiri. dapat mengatasi
Keempat klien menarik beberapa kesimpulan dengan bantuan konselor.
Kemudian agar klien memberikan evaluasi mengenai jalannya proses konseling serta
sikap dan kemampuan calon konselor dalam upaya memberikan
Keempat: klien menarik beberapa kesimpulan dengan bantuan konselor. Kemudian
agar klien memberikan evaluasi mengenal jalannya proses konseling serta sikap dan
kemampuan calon konselor dalam upaya memberikan bantuan. Akhirnya klien
mengemukakan rencana/programnya. Selanjutnya janji untuk mengadakan pertemuan
berikutnya dengan konselor, dengan tujuan untuk mengecek sejauh mana rencana
klien sudah dilaksanakan.

C. Konformitas

a. Pengertian konformitas

Konformitas merupakan perubahan prilaku remaja sebagai usaha untuk menyesuaikan


diri dengan norma kelompok dengan acuan baik ada maupun tidak ada tekanan secara
langsung yang berupa suatu tuntutan tertulis dari kelompok sebaya terhadap
anggotanya namun memiliki pengaruh yang kuat dan dapat menyebabkan munculnya
prilaku-prilaku tertentu pada remaja anggota pada kelompok tersebut.
Hasil dari proses konformitas bisa positif bisa juga negatif. Dalam proses
perkembangannya remaja yang melakukan konformitas mempunyai masalah dalam
hal pergaulan dan penyesuain diri. Dengan adanya kegiatan bimbingan dan konseling
diharapkan bisa membantu pengembangan konformitas positif terutama untuk layanan
bimbingan dan konseling kelompok.
Tekanan untuk melakukan konformitas berakar dari kenyataan bahwa di berbagai
konteks ada aturan-aturan eksplisit ataupun tak terucap yang mengindikasikan
bagaimana kita seharusnya atau sebaiknya bertingkah laku. Aturan-aturan ini dikenal
sebagai norma sosial (social norms), dan aturan aturan ini sering kali menimbulkan
efek yang kuat pada tingkah laku kita.
Pengertian konformitas menurut beberapa ahli:
1) Menurut david O'Sears, konformitas adalah bahwa seseorang melakukan
prilaku tertentu karena disebabkan orang lain melakukan hal tersebut.
2) Nenurut selly dkk. konformitas adalah tendensi untuk mengubah.
keyakinan atau prilaku seseorang agar sesuai dengan perilaku orang lain. 3) Menurut
Baron da Byrne, konformitas adalah suatu bentuk pengaruh sosial dimana individu
mengubah sikap dan tingkah laku mereka sesuai dengan norma sosial yang ada.
4) Menurut Prayitno, konformitas merupakan pengaruh sosial dalam bentuk.
penyamaan pendapat atau pola tingkah laku seseorang terhadap orang lain yang
mempengaruhinya.

5) Menurut Myres, konformitas merupakan perubahan prilaku sebagai akibat dari


tekanan kelompok. Ini terlihat dari kecenderungan remaja untuk selalu menyamakan
prilakunya dengan kelompok acuan sehingga dapat terhindar dari celaan maupun
keterasingan. Orang biasanya berpenampilan berbeda yang tidak sesuai dengan
kelompok cenderung terasigkan oleh teman temannya atau lingkungan sekitarnya.

Menurut Cialdini dan Goldstein (dalam Taylor, Peplau, dan sears. 2012:253)
mengemukakan" konformitas adalah tendensi untuk mengubah keyakinan seseorang
agar sesuai dengan keyakinan orang lain". Selanjutnya Myers, (2012:252)
mengemukakan bahwa konformitas adalah perubahan prilaku atau kepercayaan
seseorang sebagai akibat dari tekanan kelompok yang terdiri dari dua jenis yaitu:
1) Pemenuhan, pada dasarnya di luar mengikuti apa yang dilakukan kelompok namun,
di dalam hati tidak menyetujui hal tersebut yang biasa disebut dengan kepatuhan.
2) Penerimaan, yaitu menyakini dan juga melakukan sesuai dengan yang diinginkan
tekanan sosial.
Berikutnya ditambahkan oleh Umi Kulsum & Mohammad Jauhar bahwa
konformitas adalah suatu jenis pengaruh sosial di mana individu mengubah
sikap dan tingkah laku mereka agar sesuai dengan norma sosial yang ada dan
yang berlaku dalam sebuah komunitas tempat individu hidup bersosial.
Berdasarkan pendapat di atas, dapat dimaknai baliwasanya konformitas adalah
perubahan sikap dan prilaku yang terjadi pada diri seseorang karena adanya tekanan
untuk menyesuaikan dirinya dengan norma dan etika sosial yang ada pada orang lain
atau pada sebuah kelompok sehingga dirinya dapat diterima sebagai salah satu dari
anggota kelompok dan merasa tidak diasingkan.
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Berdasarkan pengertian konflik diatas dapat menyimpulkan bahwa konflik merupakan
suatu keadaan yang terjadi karena adanya sebuah pertentangan ataupun ketidak
sesuaian antara individu yang satu dengan individu yang lainnya.
Negosiasi kita membujuk agar calon klien kita merasa aman,senang, dan mau diajak
bicara tentang dirinya. Konformitas mereupakan perilaku remaja sebagai usaha untuk
menyesuaikan diri dengan norma kelompok dengan acuan baik ada maupun tidak ada
tekanan secara langsung yang berupa suatu tuntutan tidak tertulis dari kelompok
sebaya terhadap anggotanya namun memiliki pengaruh yang kuat dan dapat
menyebabkan memunculkan perilaku-perilaku tertentu pada remaja anggota pada
kelompok tertentu.
DAFTAR PUSTAKA
A. Rusdiana, (2015), manejemen konflik,Bandung: pustaka Media,h.130
Wirawan,(2013), konflik dan manejemen konflik,Jakarta:Salemba
Humanika,
Anwar,2013,konformitas dalam kelompok teman sebaya. Skripsi (tidak
diterbitkan).
Makassar: fakultas keguruan dan ilmu pendidikan Universitas Muslim
indonesia

http://www.gale ripustaka.com/013/03/pengertian –negosiasi.html

Anda mungkin juga menyukai