Disusun Oleh :
Kelompok 11
Asma Nadia Rif’ah (2105126015)
Sekarwangi (2105126019)
Ega Lathifah Garaniva (2105126030)
Penulis
ii
DAFTAR ISI
iii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan Masalah
1. Untuk mengetahui pengertian intervensi bimbingan kelompok
2. Untuk mengetahui komponen intervensi bimbingan kelompok
1
3. Untuk mengetahui bimbingan kelompok
4. Untuk mengetahui prosedur bimbingan kelompok
5. Untuk mengetahui tujuan bimbingan kelompok
6. Untuk mengetahui asas-asas bimbingan kelompok
2
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Intervensi
Intervensi merupakan salah satu bentuk dari turut campurnya dalam urusan
negara lain yang memiliki sifat diktatorial. Fungsi intervensi adalah sebagai salah
satu cara untuk menyelesaikan sengketa internasional. Intervensi adalah aktivitas
untuk melaksanakan rencana pengasuhan dengan memberikan berupa pelayanan
terhadap anak dalam keluarga maupun di lingkungan lembaga kesejahteraan sosial
anak. Berdasarkan pengertian intervensi adalah tindakan spesifik oleh seorang
pekerja sosial dengan sistem atau proses manusia dalam rangka menimbulkan
perubahan. Intervensi dapat diartikan sebagai turut campurnya sebuah negara
dalam urusan dalam negeri negara lain dengan menggunakan kekuatan atau
ancaman kekuatan(Kasim, 2021).
3
C. Tujuan Bimbingan kelompok
4
b. Fungsi pengembangan, yaitu fungsi bimbingan dan konseling yang
sifatnya lebih proaktif dari fungsi-fungsi lainnya. Konselor senantiasa
berupaya untuk menciptakan lingkungan belajar yang kondusif, yang
memfasilitasi perkembangan konseli. Konselor dan personel Sekolah
lainnya secara sinergi sebagai teamwork berkolaborasi atau bekerja
sama merencanakan dan melaksanakan program bimbingan secara
sistematis dan berkesinambungan dalam upaya membantu konseli
mencapai tugas-tugas perkembangannya.
Menurut Wibowo (2005: 163), fungsi utama bimbingan dan konseling yang
didukung oleh layanan bimbingan kelompok ialah fungsi pemahaman dan
pengembangan. Fungsi pemahaman yaitu fungsi bimbingan dan konseling yang
menghasilkan pemahaman peserta didik terhadap diri sendiri dan pemahaman
terhadap lingkungan sosial peserta didik.
5
Asas Tut Wuri Handayani; yaitu asas yang menghendaki agar pelayanan
bimbingan dan konseling secara keseluruhan dapat menciptakan suasana
mengayomi (memberikan rasa aman), mengembangkan keteladanan, dan
memberikan rangsangan dan dorongan, serta kesempatan yang seluas-luasnya
kepada peserta didik (klien) untuk maju.
6
Pemimpin kelompok merupakan komponen yang penting dalam
suatu kelompok (Mungin, 2005: 105). Pemimpin sangat berhubungan
dengan aktivitas kelompok dan pemimpin kelompok juga memiliki
pengaruh yang kuat dalam proses kelompok. Peranan pemimpin
kelompok dalam bimbingan kelompok yaitu:
1. memberikan bantuan, pengarahan atau campur tangan
secara langsung terhadap kegiatan kelompok,
2. pemimpin kelompok memusatkan perhatian pada suasana
perasaan yang berkembang dalam kelompok itu, baik
perasaan-perasaan anggota tertentu maupun keseluruhan
kelompok,
3. pemimpin kelompok mengarahkan jalannya bimbingan
kelompok,
4. pemimpin kelompok memberikan tanggapan tentang
berbagai hal yang terjadi dalam kegiatan kelompok,
5. pemimpin kelompok mengatur jalannya kegiatan
kelompok, dan
6. pemimpin kelompok bertanggung jawab atas segala
sesuatu yang terjadi dalam kegiatan kelompok (Prayitno,
1995: 35).
b. Anggota Kelompok
Tanpa anggota tidaklah mungkin ada kelompok. Kegiatan ataupun
kehidupan kelompok itu sebagian besar didasarkan atas peranan para
anggotanya. Peranan kelompok tidak akan terwujud tanpa keikutsertaan
secara aktif para anggota kelompok. Peranan anggota kelompok agar
dinamika kelompok dapat terwujud yaitu:
1. membantu terbinanya suasana lebih akrab dalam
hubungan antar anggota kelompok,
2. mencurahkan segenap perasaan dalam melibatkan diri
dalam kegiatan kelompok,
3. berusaha agar apa yang dilakukannya itu membantu
tercapainya tujuan bersama,
4. membantu tersusunnya aturan kelompok dan berusaha
mematuhinya dengan baik,
5. benar-benar berusaha secara aktif ikut serta dalam seluruh
kegiatan kelompok,
6. mampu berkomunikasi secara terbuka,
7. berusaha membantu anggota lain,
8. memberi kesempatan kepada anggota lainnya juga untuk
menjalankan peranannya, dan
9. menyadari pentingnya kegiatan kelompok itu (Prayitno,
1995: 32).
c. Dinamika Kelompok
Dinamika kelompok merupakan suatu kelompok yang teratur dari
dua individu atau lebih yang mempunyai hubungan psikologis secara
jelas antara anggota yang satu dengan yang lain. Dengan kata lain, antar
anggota kelompok mempunyai hubungan psikologis yang berlangsung
dalam situasi yang dialami secara bersama-sama. Kesimpulan
pengertian dinamika kelompok merupakan suatu kelompok yang terdiri
dari dua individu atau lebih yang teratur dan memiliki hubungan yang
7
jelas secara psikologis yang berlangsung dalam situasi bersama
(Santosa, 2004: 05).
Dinamika kelompok adalah suatu studi yang menggambarkan
berbagai kekuatan yang menentukan perilaku anggota dan perilaku
kelompok yang menyebabkan terjadinya gerak perubahan dalam
kelompok untuk mencapai tujuan bersama yang telah ditetapkan.
Kesimpulan dari pengertian dinamika kelompok yang telah dijelaskan
tadi, bahwa dinamika kelompok merupakan gambaran kekuatan yang
menentukan perilaku anggota kelompok yag memunculkan perubahan
dalam kelompok untuk mencapai tujuan bersama yang telah ditetapkan
(Mungin, 2005: 61)
d. Besarnya Kelompok
Kelompok yang terlalu kecil, misalnya 2-3 orang akan
mengurangi efektifitas bimbingan kelompok. Disamping itu dampak
layanan juga terbatas, karena hanya diperoleh oleh 2-3 orang saja.
Sebaliknya, kelompok yang terlalu besar juga kurang efektif. Karena
jumlah peserta yang terlalu banyak, maka partisipasi aktif individual
dalam dinamika kelompok menjadi kurang intensif. Kekurang-
efektifan kelompok akan mulai terasa jika jumlah anggota kelompok
melebihi 10 orang.
e. Homogenitas/heterogenitas Kelompok
Perubahan yang intensif dan mendalam memerlukan sumber-
sumber yang bervariasi. Dengan demikian, layanan bimbingan
kelompok memerlukan anggota kelompok yang dapat menjadi sumber-
sumber bervariasi untuk membahas suatu topik atau memecahkan
masalah tertentu. Dalam hal ini, anggota yang homogen kurang efektif
dalam bimbingan kelompok. Sebaliknya anggota yang heterogen akan
menjadi sumber yang lebih kaya untuk pencapaian tujuan layanan.
f. Waktu dan Tempat
Layanan bimbingan kelompok dapat diselenggarakan kapan saja,
sesuai dengan kesepakatan antara pemimpin kelompok dan para
anggota kelompok, baik terjadwal maupun tidak terjadwal. Seiring
dengan waktunya, bimbingan kelompok diselenggarakan di tempat-
tempat yang cukup nyaman bagi para peserta, baik di dalam ruang
maupun di luar ruangan. Mereka duduk dengan membentuk sebuah
lingkaran di kursi atau bersila mengikuti kondis yag ada. Waktu
penyelenggaraan untuk setiap kali penyelenggaraan (satu sesi) layanan
bimbingan kelompok sekitar 1-2 jam. Banyaknya sesi untuk
penyelenggaraan layanan bimbingan kelompok tergantung pada
keperluan dan kesepakatan yang tersedia.
8
2. tahap peralihan, yaitu tahapan untuk mengalihkan kegiatan awal
kelompok ke kegiatan berikutnya yang lebih terarah pada pencapaian
tujuan kelompok,
3. tahap kegiatan, tahapan “kegiatan inti” untuk membahas topik-topik
tertentu, dan
4. tahap pengakhiran, yaitu tahapan akhir kegiatan untuk melihat
kembali apa yang sudah dilakukan dan dicapai oleh kelompok, serta
merencanakan kegiatan selanjutnya (2004: 18).
Menurut Prayitno proses kegiatan bimbingan kelompok terdiri atas tahap
pembentukan, tahap peralihan, tahap kegiatan, dan tahap pengakhiran.
1. Tahap Pembentukan
Tahap pembentukan ini merupakan tahap pengenalan, tahap
perlibatan diri atau tahap memasukan diri ke dalam kehidupan suatu
kelompok. Pada tahap ini pemimpin kelompok dan para anggota
kelompok saling memperkenalkan diri. Kemudian pemimpin
kelompok memberikan penjelasan tentang asas kerahasiaan,
kesukarelaan, kegiatan, keterbukaan dan kenormatifan akan
membantu masing-masing anggota kelompok untuk mengarahkan
peranan diri sendiri terhadap anggota lainnya dan pencapaian tujuan
bersama.
Dalam tahap ini pemimpin kelompok perlu memusatkan usahanya
pada (1) penjelasan tentang tujuan kegiatan, (2) penumbuhan rasa
saling mengenal antar anggota, (3) penumbuhan sikap saling
mempercayai dan saling menerima, dan (4) dimulainya pembahasan
tentang tingkah laku dan suasana perasaan dalam kelompok.
2. Tahap Peralihan
Tahap yang kedua dalam bimbingan kelompok adalah tahap
peralihan. Tahap ini disebut juga sebagai tahap transisi, yaitu masa
setelah pembentukan dan sebelum masa kerja (kegiatan). Pada tahap
ini pemimpin kelompok menjelaskan peranan para anggota kelompok
dalam “kelompok bebas” ataupun “kelompok tugas”, kemudian
pemimpin kelompok menawarkan apakah anggota kelompok sudah
siap untuk memulai kegiatan selanjutnya. Tugas pemimpin kelompok
dalam tahap peralihan ini adalah membantu para anggota untuk
mengenali dan mengatasi berbagai macam hambatan, rasa gelisah,
rasa enggan. Setelah itu pemimpin kelompok mengajak anggota
kelompok yang telah siap untuk segera memasuki tahap kegiatan.
3. Tahap Kegiatan
Tahap ini merupakan pusat dari kegiatan bimbingan kelompok.
Dalam tahap ini suasana interaksi antar anggota kelompok mulai
tumbuh dengan baik. Para anggota bersikap saling menerima satu
sama lain, saling menghormati, saling berusaha untuk mencapai
suasana kebersamaan.
Dalam tahap kegiatan para anggota mencoba untuk
membicarakan suatu permasalahan yang nyata dialami oleh mereka.
Pemimpin kelompok bertugas untuk mengamati dan menentukan
arah dan tujuan apa yag diinginkan dari permasalahan yang mereka
bicarakan.
9
4. Tahap Pengakhiran
Pada tahap pengakhiran, kegiatan kelompok dipusatkan pada
pembahasan dan penjelasan mengenai bagaimana mentransfer apa
yang telah dipelajari anggota dalam kelompok ke dalam
kehidupannya di luar lingkungan kelompok. Peranan pemimpin
kelompok di sini adalah memberikan pengetahuan terhadap hasil-
hasil yang telah dicapai oleh masing-masing anggota kelompok.
Setelah itu barulah pemimpin kelompok memberitahukan bahwa
kegiatan akan segera diakhiri. Pemimpin kelompok bersama dengan
anggota kelompok menyimpulkan hasil dari bimbingan kelompok dan
memberikan kesan dan pesan selama mengikuti kegiatan bimbingan
kelompok (Prayitno, 1995:40).
10
4. Permainan Simulasi (simulation games).
Menurut Adams dalam Romlah (2001: 118) menyatakan bahwa
permainan simulasi adalah permainan yang dimaksudkan untuk
merefleksikan situasisituasi yang terdapat dalam kehidupan nyata.
Permainan simulasi dapat dikatakan merupakan permainan peran dan
teknik diskusi. Cara melaksanakan permaianan simulasi, langkah
pertama adalah menentukan peserta pemain yang terdiri dari
fasilitator, penulis, pemegang peran dan penonton (Romlah: 121).
5. Permainan Peranan (Role Playing)
Menurut Bennett dalam Romlah (2001: 99), permainan peranan
adalah suatu alat belajar yang menggambarkan keterampilan-
keterampilan dan pengertian-pengertian mengenai hubungan antar
manusia dengan jalan memerankan situasi-situasi yang paralel denga
yang terjadi dalam kehidupan yang sebenarnya. Dengan teknik ini,
anggota kelompok dapat mempelajari perilaku-perilaku baru dan pada
akhirnya diharapkan mengalami perubahan perilaku menjadi lebih
positif.
Bennett dalam Romlah (2001: 104), mengemukakan ada dua
macam permainan peranan, yaitu sosiodrama adalah permaianan
perananan yang ditujukan untuk memecahkan masalah sosial yang
timbul dalam hubungan antar manusia. Sedangkan yang kedua,
psikodrama adalah permainan yang dimaksudkan agar individu yang
bersangkutan dapat memperoleh pengertian yang lebih baik tentang
dirinya, dapat menemukan konsep dirinya, menyatakan kebutuhan-
kebutuhan dan menyatakan reaksi terhadap tekanan-tekanan terhadap
dirinya.
11
5. kelancaran proses dan suasana selama pelaksanaan kegiatan.
Hasil penilaian kegiatan layanan perlu dianalisis untuk mengetahui lebih lanjut
mengenai kemajuan para peserta dan penyelenggaraan layanan. Setelah
menganalisis hasil pelaksanaan layanan perlu dilakukan tindak lanjut. Tindak
lanjut itu dilaksanakan melalui pertemuan bimbingan kelompok atau melalui
bentuk-bentuk layanan lainnya. Tindak lanjut berupa kegiatan layanan atau
kegiatan lainnya memerlukan perencanaan dan persiapan tersendiri dengan
mengikutsertakan secara aktif siswa yang bersangkutan dan sumber-sumber lain
yang diperlukan. Adapun arah, bentuk dan isi kegiatan tindak lanjut adala
memberikan sepenuhnya memberikan pelayanan secara tuntas kepada siswa.
Hasil dan proses layanan bimbingan kelompok perlu di nilai. Pada tahap
pengakhiran untuk setiap sesi dilakukan tinjauan terhadap kualitas kegiatan
kelompok dan hasil-hasilnya melalui pengungkapan kesan-kesan peserta. Kondisi
UCA (Understanding, Comfort, dan Action) menjadi fokus penilaian hasil-hasil
bimbingan kelompok. Penilaian dilakukan delam tiga tahap, yaitu penilaian segera
(laiseg), penilaian jangka pendek (laijapen), penilaian jangka panjang (laijapan).
Laiseg dilakukan pada akhir setiap sesi layanan, sedangkan laijapen dan laijapan
dilakukan pasca layanan. Penilaian ini dapat dilakukan secara lisan (melalui
pengungkapan verbal) ataupun tulisan (dengan menggunakan format tertentu).
12
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan pengertian intervensi adalah tindakan spesifik oleh
seorang pekerja sosial susia dengan sistem atau proses manusia dalam
rangka menimbulkan perubahan intervensi dapat diartikan seagai turut
campurnya sebuah negara dalam urusan dalam negeri negara lain dengan
menggunakan kekuatan atau ancaman kekuatan.
Menurut Hartinah “bimbingan kelompok adalah kegiatan bimbingan yang
diberikan kepada kelompok individu yang mengalami masalah yang dimana
kelompok sebagai wadah isi bimbingan konseling yang dicurah dalam
melaksanakan layanan bimbingan kelompok sebanyak empat tahap yaitu tahap
awal yang diawali dengan membentuk kelompok dan menjelaskan tujuan
dilaksanakannya bimbingan kelompok kepada setiap anggota kelompok. Setelah
semua anggota kelompok memahami tujuan bimbingan kelompok dilanjutkan
dengan perkenalan dan meyakinkan setiap peserta kelompok tentang pentingnya
bimbingan kelompok tersebut bagi mereka dan akan dijagakerahasiaan atas apa
yang mereka ungkapkan atau permasalahan mereka dari siapapun di luar
kelompok. Setelah peserta bimbingan kelompok percaya dan setuju, maka
memasukitahap selanjutnya yaitu tahap peralihan dimana guru menjelaskan pada
peserta bimbingan kelompok tentang kegiatan yang akan mereka lakukan dan
cara-cara melakukannya.
B. Saran
Diharapkan agar guru memberikan layanan bimbingan kelompok yang lebih
teratur dan berkelanjutan untuk membantu siswa mengetahui hal yang berkaitan
dengan sikap kepercayaan diri. Pengetahuan tentang berbagai karakter dalam
kehidupan sehari- hari itu jarang disampaikan oleh guru bidang studi sehingga
tugas guru BK harus memberikan pengetahuan yang baik tentang perkembangan
karakter sampai tahun 2022 sekarang. Sebaiknya guru BK di sekolah memberikan
layanan bimbingan kelompok secara terprogram dikarenakan layanan bimbingan
kelompok memberikan suasana nyaman dan terbuka seperti suasana di rumah
sehingga siswa mampu mengembangkan dirinya secara baik.
13
DAFTAR PUSTAKA
Kasim, J. (2021). Pengertian Intervensi, Macam-Macam & Arti Intervensi Menurut Para
Ahli Bag I. https://tribratanews.kepri.polri.go.id/2021/06/03/pengertian-intervensi-
macam-macam-arti-intervensi-menurut-para-ahli-bag-i/
Romlah, Tatiek. 2001. Teori dan Praktek Bimbingan Kelompok. Malang: UPT UNM
PRESS.
Sukardi, Dewa Ketut. 2008. Pengantar Pelaksanaan Program Bimbingan dan Konseling
di Sekolah. Jakarta: Rineka Cipta.
Winkel W.S dan M.M Sri Hastuti. 2006. Bimbingan dan Konseling Di Institusi
Pendidikan. Yogyakarta:Media Abadi.
14