Anda di halaman 1dari 29

MAKALAH

AGAMA DAN PSIKOLOGI SEBAGAI LANDASAN


DALAM MELAKSANAKAN BK

DIAJUKAN UNTUK MEMENUHI TUGAS PADA MATA


KULIAH BIMBINGAN KONSELING

Dosen Pengampu: Annisa Yusriena Azmi, M.Pd

Disusun oleh:

Kelompok 5

1. Ahmad Rifa’i (21143863)


2. Aswad Taufiq Riyadi (21143867)
3. Fitriani (21143882)
4. Kiki Ludya Sari (21143885)
5. Muhammad Ihsan (21143874)
6. Noor Amalia (21143891)
7. Siti Norasiani (21143857)

SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM (STAI) AL WASLIYAH


PRODI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM (PAI)
BARABAI
TAHUN AKADEMIK 2023
KATA PENGANTAR

Segala puji bagi Allah SWT, Tuhan sekalian alam atas segala berkat,
rahmat, taufik, serta hidayah-Nya yang tiada terkira besarnya yang telah
menolong kami menyelesaikan Makalah yang berjudul “Agama dan Psikologi
Sebagai Landasan Dalam Melaksanakan BK” dengan penuh kemudahan. Tanpa
pertolongan-Nya mungkin penyusun tidak akan sanggup menyelesaikan dengan
baik. Shalawat dan salam semoga terlimpah curahkan kepada baginda tercinta
yakni Nabi Muhammad SAW.

Dengan mengucapkan syukur Alhamdulillah akhirnya kelompok kami


dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “Agama dan Psikologi Sebagai
Landasan Dalam Melaksanakan BK “. Makalah ini disusun dengan tujuan untuk
memenuhi tugas mata kuliah Bimbingan Konseling. Semoga dengan disusunnya
makalah ini dapat memberikan ilmu yang bermanfaat bagi kita semua dan para
pembaca semua.

Kami menyadari bahwa masih terdapat banyak kekurangan dalam


penyusunan makalah ini, untuk itu kami mengharapkan kritik dan saran teman -
teman semua untuk perbaikan makalah yang lainnya.

Barabai, 1 Desember 2023

Kelompok 5

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.........................................................................................................i
DAFTAR ISI......................................................................................................................ii
BAB I...................................................................................................................................1
PENDAHULUAN...............................................................................................................1
A. Latar Belakang.......................................................................................................1
B. Rumusan Masalah..................................................................................................1
C. Tujuan.....................................................................................................................1
BAB II.................................................................................................................................2
PEMBAHASAN.................................................................................................................2
A. Pengertian Bimbingan dan Konseling..................................................................2
B. Peranan Agama dalam Landasan Bimbingan dan Konseling...........................4
C. Peran Psikolog dalam Melaksanakan Bimbingan dan Konseling.....................9
D. Peran Psikolog dalam Landasan BK..................................................................15
BAB III..............................................................................................................................17
PENUTUP.........................................................................................................................17
A. Simpulan...............................................................................................................17
B. Saran.....................................................................................................................18
DAFTAR PUSTAKA

ii
BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Agama dan Psikologi memiliki peran penting dalam Bimbingan
dan Konseling (BK). Agama memberikan nilai, keyakinan, dan pedoman
moral yang dapat diintegrasikan dalam proses BK. Sementara itu,
Psikologi memberikan landasan ilmiah untuk memahami perilaku,
perkembangan individu, dan faktor-faktor yang memengaruhi keputusan.
Integrasi antara nilai-nilai agama dan prinsip-prinsip psikologi
memungkinkan pendekatan holistik dalam memberikan pelayanan BK
yang sesuai dengan nilai, budaya, dan kebutuhan individu. Kombinasi ini
mendukung praktik BK yang efektif dalam membantu perkembangan
individu secara menyeluruh
B. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian dan Fungsi Bimbingan dan Konseling?
2. Bagaimana peranan Agama dalam Landasan Bimbingan dan
Konseling?
3. Bagaimana peran Psikologi dalam Landasan Bimbingan dan
Konseling?
4. Bagaimana Peran Psikolog dalam Bimbingan dan Konseling?

C. Tujuan
Untuk Mengetahui Pengertian dan Fungsi Bimbingan dan
Konseling serta peran Agama dan Psikologi dalam Landasan Bimbingan
dan Konseling.

1
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Bimbingan dan Konseling


1. Pengertian Bimbingan
Kata bimbingan merupakan terjemahan dari “guidance” dalam
bahasa Inggris. Secara harfiyah istilah “guidance” dari akar kata
“guide” berarti : (1) mengarahkan (to direct) (2) memandu (to pilot) (3)
mengelola (to manage), dan (4) menyetir (to steer). Shertzer dan Stone
(1971:40) mengartikan bimbingan sebagai “…Process of helping an
individual to understand himself and his world (proses pemberian
bantuan kepada individu agar mampu memahami diri dan
lingkungannya)”. (Syamsu Yusuf & A. Juntika Nurihsan, 2005:6).
Menurut WS. Winkel (1981:81) istilah “guidance” mempunyai
hubungan dengan “gunding” yang berarti showing a way (menunjuk
jalan), leading (memimpin), according (menuntun), giving instructions
(memberikan petunjuk), giving advice (memberikan nasehat).
Sedangkan Sunaryo Kartadinata (1998 : 3) mengartikannya sebagai
“proses membantu individu untuk mencapai perkembangan yang
optimal”. Rochman Natawidjaja (1987) yang dikutip Syamsu Yusuf, &
A. Jantika Nurihsan (2005:6) menjelaskan bimbingan sebagai suatu
proses berkesinambungan supaya individu tersebut dapat memahami
dirinya sehingga dia sanggup mengarahkan dirinya dan dapat bertindak
secara wajar, sesuai dengan tuntutan dan keadaan lingkungan sekolah,
keluarga, masyarakat, dan kehidupan pada umumnya. Dengan demikian
dia akan dapat menikmati kebahagiaan hidupnya, dan dapat memberi
sumbangan yang berarti kepada kehidupan masyarakat pada umumnya.
Bimbingan membantu individu mencapai perkembangan diri secara
optimal sebagai makhluk sosial. Dari definisi-definisi di atas, dapat

2
3

disimpulkan bahwa bimbingan adalah suatu proses pemberian bantuan


yang terus menerus dan sistematis kepada individu dalam memecahkan
masalah yang dihadapinya, agar tercapai kemampuan untuk dapat
memahami dirinya, menerima dirinya, mengarahkan dirinya dan
merealisasikan dirinya sesuai dengan potensi atau kemampuannya
dalam mencapai penyesuaian diri dengan lingkungannya, baik keluarga,
sekolah maupun masyarakat.sedangkan konseling merupakan salah satu
teknik layanan dalam bimbingan secara keseluruhan, yaitu dengan
memberikan bantuan secara individual (face to face relationshif).
Hubungan dalam konseling bersifat interpersonal, dan terjadi dalam
bentuk wawancara secara tatap muka antara konselor dan klien. Proses
konseling dilakukan secara pribadi dalam suasana rahasia.
2. Fungsi Bimbingan dan Konseling
Ada beberapa fungsi bimbingan dan konseling, yaitu sebagai
berikut:
1. Fungsi preventif; yaitu membantu individu menjaga atau mencegah
timbulnya masalah bagi dirinya.
2. Fungsi kuratif atau korektif; yaitu membantu individu
memecahkan masalah yang sedang dihadapi atau dialaminya.
3. Fungsi preservatif; yaitu membantu individu menjaga agar situasi
dan kondisi yang semula tidak baik (mengandung masalah)
menjadi baik (terpecahkan) dan kebaikan itu bertahan lama.
4. Fungsi terapi; yaitu membantu individu membebaskan dan
melepaskan dirinya dari segala kekhawatiran dan kegelisahannya
dalam menghadapi masalah yang dihadapinya.
5. Fungsi developmental atau pengembangan; yaitu membantu
individu memelihara dan mengembangkan situasi dan kondisi yang
telah baik agar tetap baik atau menjadi lebih baik, sehingga tidak
memungkinkannya menjadi sebab munculnya masalah bagi diri
klien.
4

6. Fungsi penyaluran; yaitu fungsi bimbingan dalam membantu


individu memilih dan meman- tapkan penguasaan karir atau
jabatan yang sesuai dengan minat, bakat, keahlian dan ciri- ciri
kepribadian lainnya
7. Fungsi penyesuaian; yaitu fungsi bimbingan dalam membantu
individu menemukan penyesuaian diri dan perkembangannya
secara optimal

B. Peranan Agama dalam Landasan Bimbingan dan Konseling


Menurut pendapat para ahli jiwa, yang mengendalikan kelakuan
dan tindakan seseorang adalah kepribadiannya. Kepribadian tumbuh dan
terbentuk dari pengalaman-pengalaman yang dilaluinya sejak lahir.
Bahkan, sejak dalam kandungan, seorang ibu sudah memiliki pengaruh
terhadap kelakuan si anak dan terhadap kesehatan mentalnya pada
umumnya. Dengan memberikan pengalaman-pengalaman yang baik, nilai-
nilai moral yang tinggi, serta kebiasaan-kebiasaan yang sesuai dengan
ajaran agama sejak lahir, semua pengalaman itu akan menjadi bahan dalam
pembinaan kepribadian. Takdir Firman Nirwan menyatakan bahwa
pendidikan agama Islam berperan membentuk manusia Indonesia yang
percaya dan takwa kepada Allah SWT. menghayati dan mengamalkan
ajaran agamanya dalam kehidupan sehari-sehari, baik dalam kehidupan
pribadi maupun dalam kehidupan bermasyarakat, mempertinggi budi
pekerti, memperkuat kepribadian dan mempertebal semangat kebangsaan
dan cinta tanah air. Dengan demikian, menumbuhkan manusia-manusia
pembangunan yang dapat membangun dirinya sendiri serta bersama-sama
bertanggung jawab atas pembangunan bangsa.
"Dan demi jiwa serta penyempurnaan (ciptaan)nya maka Dia
mengilhamkan kepadanya (jalan) kejahatan dan ketakwaannya. Sungguh
beruntunglah orang yang menyucikannya (jiwa itu) dan sungguh rugi
orang yang mengotorinya." (Asy-Syams: 7-10)
4

Lebih lanjut, Takdir Firman secara panjang lebar menyatakan


bahwa berbicara tentang agama terhadap kehidupan manusia memang
cukup
5

menarik, khususnya agama Islam. Hal ini tidak terlepas dari tugas para
nabi yang membimbing dan mengarahkan manusia ke arah yang sangat
kebaikan yang hakiki dan juga para nabi sebagai figur konselor yang
mumpuni dalam memecahkan permasalahan (problem solving) yang
berkaitan dengan jiwa manusia agar manusia keluar dari tipu daya setan,
seperti tertuang dalam ayat berikut ini:
"Demi masa. Sungguh, manusia berada dalam kerugian, kecuali
orang-orang yang beriman dan mengerjakan kebajikan serta saling
menasihati untuk kebenaran dan saling menasihati untuk kesabaran."(Al-
Asr 1-3).
Dengan kata lain, manusia diharapkan saling memberi bimbingan
sesuai dengan kemampuan dan kapasitas manusia itu sendiri, sekaligus
memberi konseling agar tetap sabar dan tawakal dalam menghadapi
perjalanan kehidupan yang sebenarnya.
"Dan orang-orang kafir berkata, "Mengapa tidak diturunkan
kepadanya (Muhammad) tanda (mukjizat) dari Tuhannya?" katakanlah
(Muhammad) "Sesungguhnya Allah menyesatkan siapa yang Dia
kehendaki dan memberi petunjuk orang yang bertobat kepada-Nya." (Ar-
Ra'd: 27)
Dari ayat-ayat tersebut, dapat dipahami bahwa ada jiwa yang
menjadi fasik dan ada pula jiwa yang menjadi takwa, bergantung kepada
manusia yang memilikinya. Ayat ini menunjukkan agar manusia selalu
mendidik diri lain. Dengan kata lain, membimbing seseorang untuk sendiri
maupun orang lain. Membimbing seseorang menjadi baik atau buruk.
Proses pendidikan dan pengajaran agama dapat dikatakan sebagai
"bimbingan" dalam bahasa psikologi. Nabi Muhammad SAW menyuruh
umat muslim untuk menyebarkan atau menyampaikan ajaran agama Islam
yang diketahuinya walaupun satu ayat saja. Dengan demikian, dapat
dikatakan bahwa nasihat agama itu ibarat bimbingan (guidance) dalam
pandangan psikologi.
5

Ada beberapa ayat yang lebih khusus menerangkan tugas


seseorang dalam pembinaan agama bagi keluarganya. "Wahai orang-orang
yang
6

beriman! Peliharalah dirimu dan keluargamu dari api neraka yang bahan
bakarnya adalah manusia dan batu; penjaganya malaikat-malaikat yang
kasar, dan keras, yang tidak durhaka kepada Allah terhadap apa yang Dia
perintahkan kepada mereka dan selalu mengerjakan apa yang
diperintahkan." (At-Tahrim: 6)- "Dan berilah peringatan kepada kerabat-
kerabatmu (Muhammad) yang terdekat." (As-Syu'ara: 214)
Adapun pada beberapa hadis yang berkaitan dengan arah
perkembangan anak adalah: "Tiap-tiap anak itu dilahirkan dalam keadaan
suci. Kedua orangtuanya yang menjadikannya beragama Yahudi, Nasrani,
atau Majusi." (HR. Baihaqi) "Seseorang yang mendidik budi pekerti yang
baik atas anaknya. Hal itu lebih baik daripada bersedekah satu sha." (HR.
At-Tirmidzi). "Muliakanlah anak-anakmu dan perbaikilah budi
pekertinya" (H.R. Ibnu Majah)
Selanjutnya, yang berkaitan dengan perkembangan konseling,
khusus konseling sekolah adalah adanya kebutuhan nyata dan kebutuhan
potensial para siswa pada beberapa jenjang pendidikan, yaitu meliputi
beberapa tipe konseling berikut ini.
1. Konseling krisis, dalam menghadapi saat-saat krisis yang dapat
terjadi, misalnya akibat kegagalan sekolah, kegagalan pergaulan, dan
penyalahgunaan zat adiktif.
2. Konseling fasilitatif, dalam menghadapi kesulitan dan kemungkinan
kesulitan pemahaman diri dan lingkungan untuk arah diri dan
pengambilan keputusan dalam karir, akademik, dan pergaulan sosial.
3. Konseling preventif dalam mencegah sedapat mungkin kesulitan yang
dapat dihadapi dalam pergaulan atau seksual, pilihan karir, dan
sebagainya
4. Konseling developmental dalam menopang kelancaran perkembangan
individual siswa, seperti pengembangan kemandirian, percaya diri,
citra diri, perkembangan karir, dan perkembangan akademik. terutama
7

konseling, pada dasarnya timbul dari diri dan luar individu yang
Dengan demikian, kebutuhan akan hubungan bantuan (helping
relationship) melahirkan seperangkat pertanyaan mengenai apakah
yang harus diperbuat individu.

Dalam konsep Islam, pengembangan diri merupakan sikap dan


perilaku yang sangat diistimewakan. Manusia yang mampu
mengoptimalkan potensi dirinya sehingga menjadi pakar dalam
disiplin ilmu pengetahuan memilik kedudukan yang mulia di sisi
Allah SWT. niscaya Allah akan mengangkat (derajat) orang-orang
yang beriman diantarama dan orang-orang yang diberi ilmu beberapa
derajat. Dan Allah Maha teliti apa yang kau kerjakan." (Al-Mujadilah:
11). Menurut Takdir, pendekatan Islami dapat dikaitkan dengan
aspek-aspek psikologis dalam pelaksanaan bimbingan konseling yang
meliputi pribadi. sikap, kecerdasan, perasaan, dan seterusnya yang
berkaitan dengan klien dan konselor Pribadi muslim yang berpijak
pada fondasi tauhid pastilah seorang pekerja keras. Nilai bekerja
baginya adalah untuk melaksanakan tugas suci yang telah Allah
berikan dan percayakan kepadanya, dan ini baginya adalah ibadah.
Pada pelaksanaan bimbingan konseling, pribadi muslim tersebut
memiliki ketangguhan pribadi tentunya dengan prinsip-prinsip sebagai
berikut:

1. selalu memiliki prinsip landasan dan prinsip dasar, yaitu hanya


beriman kepada Allah SWT.;
2. memiliki prinsip kepercayaan, yaitu beriman kepada Malaikat;
memiliki prinsip kepemimpinan, yaitu beriman kepada Nabi dan
Rasul- Nya;
3. memiliki prinsip pembelajaran, yaitu berprinsip kepada Al-Quran
Al- Karim;
4. memiliki prinsip masa depan, yaitu beriman kepada "Hari
Kemudian";
8

5. memiliki prinsip keteraturan, yaitu beriman kepada "Ketentuan


Allah

Jika konselor memiliki prinsip tersebut (rukun Iman),


pelaksanaan bimbingan dan konseling akan mengarahkan klien ke
arah kebenaran. Selanjutnya, dalam pelaksanaannya, pembimbing dan
konselor memiliki tiga langkah menuju kesuksesan bimbingan dan
konseling Pertama, memiliki mission statement yang jelas, yaitu "dua
kalimat syahadat, kedua, memiliki sebuah metode pembangunan
karakter sekaligus simbol kehidupan, yaitu "shalat lima waktu", dan
ketiga, memiliki kemampuan pengendalian diri yang dilatih dan
disimbolkan dengan "puasa". Prinsip dan langkah tersebut penting
bagi pembimbing dan konselor muslim karena akan menghasilkan
kecerdasan emosi dan spiritual (ESQ) yang sangat tinggi (akhlakul
karimah). Pengamalan tersebut akan memberi keyakinan dan
kepercayaan bagi klien yang melakukan bimbingan dan konseling.

Dengan berkembangnya ilmu jiwa (psikologi), diketahui


bahwa manusia memerlukan bantuan untuk mengatasi kesulitan yang
dihadapinya dan muncullah berbagai bentuk pelayanan kejiwaaan,
dari yang paling ringan (bimbingan), sedang (konseling), dan paling
berat (terapi), sehingga ber- kembanglah psikologi yang memiliki
cabang-cabang terapan, di antaranya bimbingan, konseling, dan
terapi. Selanjutnya, ditemukan bahwa agama, terutama agama Islam,
mempunyai fungsi-fungsi pelayanan bimbingan, konseling, dan terapi
yang filosofinya didasarkan atas ayat-ayat Al-Quran dan Sunnah
Rasul. Proses pelaksanaan bimbingan, konseling, dan psikoterapi
dalam Islam, membawa umatnya pada peningkatan iman, ibadah, dan
jalan hidup yang diridai Allah SWT. Dengan demikian, semangat
ajaran Islam sesungguhnya berisi tentang bimbingan kepada umatnya
agar selalu hidup dalam kebenaran dan kedamaian, yang dilalui
8

dengan penuh kesabaran dan ketawakalan kepada Yang Maha


Pencipta.
9

C. Peran Psikolog dalam Melaksanakan Bimbingan dan Konseling


Psikologi merupakan salah satu landasan utama dalam bimbingan
dan konseling (BK). Psikologi memberikan pemahaman tentang
perkembangan manusia, perilaku manusia, dan dinamika psikologis.
Pemahaman ini sangat penting bagi konselor dalam memahami klien,
mengidentifikasi masalah klien, dan memberikan intervensi yang tepat.
Akhmad Sudrajat (2008://www.psb-psma.org) menyatakan bahwa
Layanan bimbingan dan konseling merupakan bagian integral dari
Pendidikan di Indonesin,Sebagai sebuah layanan profesional,kegiatan
layanan bimbingan dan konseling tidak bisa dilaikukan secara
sembarangan,namun harus berangkat dan berpijak dari suatu landasan
yang kokoh,yang didasarkan pada hasil-hasil pemikiran dan penelitian
yang mendalam. Dengan adanya pijakan yang jelas dan
kokoh,pengembangan layananbimbingan dan konseling,baik dalam tataran
teoretis maupun praktik.semakin lebih mantap dan bisa
dipertanggungjawabkan serta mampu, memberikan manfaat besar bagi
kehidupan khususnya bagi para penerima layanan.

Landasan dalam bimbingan dan konseling pada hakikatnya


merupakan factor factor yang harus diperhatikan dan dipertimbangkan,
khususnya oleh konselor selaku pelaksanaan utama dalam
mengembangkan layanan bimbingan dan konseling. Ibarat sebuah
bangunan, untuk berdiri tegak dan kokoh bangunan tersebut tentu
membutuhkan fondasi yang kuat dan tahan lama, demikian pula, dengan
layanan bimbingan dan konseling itu sendiri, dan yang menjadi taruhan
nya adalah individu yang dilayaninya (klien). Secara umum ada empat
aspek pokok yang mendasari pengembangan layanan bimbingan dan
konseling, yaitu landasan filosofis , landasan psikologis, landasan sosial
budaya, landasan ilmu pengetahuan (ilmiah) dan teknologi.
9

Tohirin (2013: 96) menjelaskan bahwa psikologimerupakan


tingkah laku individu. Landasan psikologis dalam bimbingan dan
konseling adalah
10

memberikan kepahaman tentang perilaku individu yang menjadi sasaran


layanan. Hal ini sangatpenting karena bidang garapan bimbingan dan
konseling adalah perilaku klien, yaitu perilaku klien yang perlu di ubah
atau dikembangkan untuk mencapai tujuan yang dikehendaki.
Tingkah laku individu tidak terjadi dalam keadaan
kosong,melainkan mengandung latar belakang, latar depan, sangkut
pautdan isi tertentu. Tingkah laku berlangsung dalam lingkungan tertentu
yang didalamnya terdapat unsur waktu, tempat, dan berbagai kondisi nya.
Tingkah laku merupakan perwujudan hasi linteraksi antara keadaan intern
dan ekstern.
Landasan psikologis merupakan landasan yang dapat memberikan
pemahaman bagi konselor tentang perilaku individu yang menjadi sasaran
layanan (klien). Untuk kepentingan bimbingan dan konseling, beberapa
kajian psikologi yang perlu dikuasai oleh konselor adalah tentang: (a)
motif dan motivasi; (b)pembawaan dan lingkungan, (c) perkembangan
individu; (d)belajar; dan (e) kepribadian.
1. Motif dan Motivasi
Motif dan motivasi berkenaan dengan dorongan yang
menggerakkan seseorang berperilaku baik motif primer yaitu motif
yang didasari oleh kebutuhan asli yang dimiliki oleh individu
semenjak dia lahir, seperti: rasa lapar, bernafas dan sejenisnya maupun
motif sekunder yang terbentuk dari hasil belajar, seperti rekreasi,
memperoleh pengetahuan atau keterampilan tertentu dan sejenisnya.
Selanjutnya motif-motif tersebut tersebut diaktifkan dan digerakkan,
baik dari dalam diri individu (motivasi intrinsik) maupun dari luar
individu (motivasi ekstrinsik), menjadi bentuk perilaku instrumental
atau aktivitastertentu yang mengarah pada suatu tujuan.
2. Pembawaan dan Lingkungan
Pembawaan dan lingkungan berkenaan dengan factor-faktor
yang membentuk dan mempengaruhi perilaku individu.Pembawaan
yaitu segala sesuatu yang dibawa sejak lahir dan merupakan hasil dari
11

keturunan, yang mencakup aspek psikofisik, seperti struktur otot,


warna kulit, golongan darah, bakat,kecerdasan, atau ciri-ciri-
kepribadian tertentu. Pembawaan padadasarnya bersifat potensial
yang perlu dikembangkan dan untuk mengoptimalkan dan
mewujudkannya bergantung pada lingkungan dimana individu itu
berada. Pembawaan dan lingkungan setiap individu akan berbeda-
beda.
Ada individu yang memiliki pembawaan yang tinggi dan ada
pula yang sedang atau bahkan rendah. Misalnya dalam kecerdasan,
ada yang sangat tinggi (jenius), normal atau bahkan sangat kurang
(debil, embisil atau ideot). Demikian pula dengan lingkungan, ada
individu yang dibesarkan dalam lingkungan yang kondusif dengan
sarana dan prasarana yang memadai, sehingga segenap potensi
bawaan yang dimilikinya dapat berkembang secara optimal. Namun
ada pula individu yang hidup dan beradadalam lingkungan yang
kurang kondusif dengan sarana dan prasarana yang serba terbatas
sehingga segenap potensi bawaanyang dimilikinya tidak dapat
berkembang dengan baik.dan menjadi tersia-siakan.
3. Perkembangan Individu
Perkembangan individu berkenaan dengan proses tumbuh dan
berkembangnya individu yang merentang sejak masa konsepsi (pra
natal) hingga akhir hayatnya, diantaranya meliputi aspek fisik dan
psikomotorik, bahasa dan kognitif/kecerdasan,moral dan sosial.
Beberapa teori tentang perkembangan individu yang dapat dijadikan
sebagai rujukan, diantaranya: (1) Teori dariMcCandless tentang
pentingnya dorongan biologis dan kulturaldalam perkembangan
individu; (2) Teori dari Freud tentangdorongan seksual; (3) Teori dari
Erickson tentang perkembangan psiko-sosial; (4) Teori dari Piaget
tentang perkembangan kognitif; (5) teori dari Kohlberg tentang
perkembangan moral; (6) teoridari Zunker tentang perkembangan
11

karier; (7) Teori dari Buhlertentang perkembangan sosial; dan (8)


Teori
12

dari Havighursttentang tugas-tugas perkembangan individu semenjak


masa bayisampai dengan masa dewasa.
Dalam menjalankan tugas-tugasnya, konselor harus memahami
berbagai aspek perkembangan individu yang dilayaninya sekaligus
dapat melihat arah perkembangan individu itu di masa depan, serta
keterkaitannya dengan factor pembawaan dan lingkungan.
4. Belajar
Belajar merupakan salah satu konsep yang amat mendasardari
psikologi. Manusia belajar untuk hidup. Tanpa belajar,seseorang tidak
akan dapat mempertahankan dan mengembangkan dirinya, dan
dengan belajar manusia mampu berbudaya dan mengembangkan
harkat kemanusiaannya. Inti perbuatan belajar adalah upaya untuk
menguasai sesuatu yang baru dengan memanfaatkan yang sudah ada
pada diri individu.Penguasaan yang baru itulah tujuan belajar dan
pencapaian sesuatu yang baru itulah tanda-tanda perkembangan, baik
dalama spek kognitif, afektif maupun psikomotor/keterampilan.
Untuk terjadinya proses belajar diperlukan prasyarat belajar,
baik berupa prasyarat psiko-fisik yang dihasilkan dari kematangan
atau pun hasil belajar sebelumnya. Untuk memahami tentang hal-hal
yang berkaitan dengan belajar terdapat beberapa teori belajar yang
bisa dijadikan rujukan, diantaranya adalah: (1) Teori Belajar
Behaviorisme; (2) Teori Belajar Kognitif atau Teori Pemrosesan
Informasi; dan (3) Teori Belajar Gestalt. Dewasa ini mulai
berkembang teori belajar alternatif konstruktivisme.
5. Kepribadian
Hingga saat ini para ahli tampaknya masih belum menemukan
rumusan tentang kepribadian secara bulat dan komprehensif. Dalam
suatu penelitian kepustakaan yang dilakukan oleh Gordon W. Allport
(Calvin S. Hall dan GardnerLindzey, 2005) menemukan hampir 50
definisi tentang kepribadian yang berbeda-beda. Berangkat dari studi
yang dilakukannya, akhirnya dia menemukan satu rumusan tentang
13

kepribadian yang dianggap lebih lengkap. Menurut pendapat dia


bahwa kepribadian adalah organisasi dinamis dalam diri individu
sebagai sistem psiko-fisik yang menentukan caranya yang unik dalam
menyesuaikan diri terhadap lingkungannya. Kata kunci dari
pengertian kepribadian adalah penyesuaian diri.
Scheneider dalam Syamsu Yusuf (2003) mengartikan penyesuaian
diri sebagai “suatu proses respons individu baik yang bersifat behavioral
maupun mental dalam upaya mengatasi kebutuhan-kebutuhan dari dalam
diri, ketegangan emosional,frustrasi dan konflik, serta memelihara
keseimbangan antara pemenuhan kebutuhan tersebut dengan tuntutan
(norma) lingkungan.
Sedangkan yang dimaksud dengan unik bahwa kualitas perilaku itu
khas sehingga dapat dibedakan antara individu satu dengan individu
lainnya. Keunikannya itu didukung oleh keadaan struktur psiko-fisiknya,
misalnya konstitusi dan kondisi fisik, tampang, hormon, segi kognitif dan
afektifnya yang saling berhubungan dan berpengaruh, sehingga
menentukan kualitas tindakan atau perilaku individu yang bersangkutan
dalam berinteraksi dengan lingkungannya.
Untuk menjelaskan tentang kepribadian individu, terdapat
beberapa teori kepribadian yang sudah banyak dikenal,diantaranya: Teori
Psikoanalisa dari Sigmund Freud, Teori Analitik dari Carl Gustav Jung,
Teori Sosial Psikologis dari Adler, Fromm, Horney dan Sullivan, teori
Personologi dari Murray, Teori Medan dari Kurt Lewin, Teori Psikologi
Individual dari Allport, Teori Stimulus-Respons dari Throndike, Hull,
Watson, Teori The Self dari Carl Rogers dan sebagainya. Sementara itu,
Abin Syamsuddin (2003) mengemukakan tentang aspek-aspek
kepribadian, yang mencakup:
1. Karakter; yaitu konsekuen tidaknya dalam mematuhi etika perilaku,
konsiten tidaknya dalam memegang pendirian atau pendapat.
14

2. Temperamen; yaitu disposisi reaktif seorang, ataucepat lambatnya


mereaksi terhadap rangsangan- rangsangan yang datang dari
lingkungan.
3. Sikap; sambutan terhadap objek yang bersifat positif,negatif atau
ambivalen.
4. Stabilitas emosi; yaitu kadar kestabilan reaksi emosional terhadap
rangsangan dari lingkungan. Seperti mudah tidaknya tersinggung,
sedih, atau putusasa.
5. Responsibilitas (tanggung jawab), kesiapan untuk menerima resiko
dari tindakan atau perbuatan yang dilakukan. Seperti mau menerima
resiko secara wajar, cuci tangan, atau melarikan diri dari resiko yang
dihadapi.
6. Sosiabilitas; yaitu disposisi pribadi yang berkaitandengan hubungan
interpersonal. Seperti: sifat pribadiyang terbuka atau tertutup dan
kemampuan berkomunikasi dengan orang lain.
Untuk kepentingan layanan bimbingan dan konseling dandalam
upaya memahami dan mengembangkan perilaku individu yang dilayani
(klien) maka konselor harus dapat memahami dan mengembangkan setiap
motif dan motivasi yang melatarbelakangi perilaku individu yang
dilayaninya (klien). Selain itu, seorang konselor juga harus dapat
mengidentifikasi aspek-aspek potensi bawaan dan menjadikannya sebagai
modal untuk memperoleh kesuksesan dan kebahagian hidup kliennya.
Begitu pula, konselorsedapat mungkin mampu menyediakan lingkungan
yang kondusif bagi pengembangan segenap potensi bawaan kliennya.
Terkait dengan upaya pengembangan belajar klien,konselor
dituntut untuk memahami tentang aspek-aspek dalam belajar serta
berbagai teori belajar yang mendasarinya. Berkenaan dengan upaya
pengembangan kepribadian klien,konselor kiranya perlu memahami
tentang karakteristik dan keunikan kepribadian kliennya. Oleh karena itu,
agar konselorbenar-benar dapat menguasai landasan psikologis, setidak
14

nyaterdapat empat bidang psikologi yang harus dikuasai dengan baik,yaitu


bidang psikologi
15

umum, psikologi perkembangan, psikologi belajar atau psikologi


pendidikan dan psikologi kepribadian.
D. Peran Psikolog dalam Landasan BK
Psikolog memiliki peran yang penting dalam landasan BK, yaitu
sebagai berikut:

1. Psikolog sebagai provider teori dan konsep


Psikolog memberikan berbagai teori dan konsep psikologi
yang dapat digunakan sebagai landasan teoretis BK. Teori-teori ini
dapat membantu konselor memahami klien, mengidentifikasi masalah
klien, dan memberikan intervensi yang tepat.
Berikut adalah beberapa contoh teori dan konsep psikologi
yang dapat digunakan dalam BK:
a. Teori perkembangan, yang menjelaskan bagaimana manusia
tumbuh dan berkembang dari lahir hingga dewasa.
b. Teori kepribadian, yang menjelaskan bagaimana karakteristik dan
perilaku manusia terbentuk.
c. Teori belajar, yang menjelaskan bagaimana manusia memperoleh
dan mengubah perilakunya.
d. Teori motivasi, yang menjelaskan apa yang mendorong manusia
untuk bertindak.
e. Teori emosi, yang menjelaskan bagaimana manusia merasakan
dan mengekspresikan emosinya.
2. Psikolog sebagai provider teknik dan metode
Psikolog juga memberikan berbagai teknik dan metode
psikologi yang dapat digunakan dalam BK. Teknik dan metode ini
dapat membantu konselor dalam memahami klien, mengidentifikasi
masalah klien, dan memberikan intervensi yang tepat.
Berikut adalah beberapa contoh teknik dan metode psikologi
yang dapat digunakan dalam BK:
16

a. Teknik wawancara, yang digunakan untuk mengumpulkan


informasi dari klien.
b. Teknik observasi, yang digunakan untuk mengamati perilaku
klien.
c. Teknik tes psikologi, yang digunakan untuk mengukur
karakteristik dan perilaku klien.
d. Teknik konseling, yang digunakan untuk membantu klien
mengatasi masalahnya.
3. Psikolog sebagai provider prinsip etika
Psikolog juga memberikan berbagai prinsip etika psikologi
yang dapat digunakan dalam BK.
Prinsip-prinsip ini dapat membantu konselor dalam
menjalankan profesinya secara professional dan bertanggung jawab.
Berikut adalah beberapa contoh prinsip etika psikologi yang
dapat digunakan dalam BK:
a. Prinsip kerahasiaan, yang mengharuskan konselor menjaga
kerahasiaan informasi yang diberikan oleh klien.
b. Prinsip non-diskriminasi, yang mengharuskan konselor
memperlakukan semua klien secara adil dan tidak membeda-
bedakan.
c. Prinsip kompetensi, yang mengharuskan konselor memiliki
kompetensi yang memadai untuk memberikan layanan BK.
BAB III

PENUTUP
A. Simpulan
Bimbingan dan Konseling (BK) merupakan proses pemberian
bantuan yang terus menerus dan sistematis kepada individu agar dapat
memahami dirinya, menerima dirinya, mengarahkan dirinya, dan
merealisasikan potensi atau kemampuannya dalam penyesuaian diri
dengan lingkungannya. Bimbingan bertujuan mencegah masalah,
membantu memecahkan masalah yang dihadapi individu, dan menjaga
agar kondisi yang baik tetap terjaga. Sementara itu, konseling adalah
teknik layanan dalam BK yang dilakukan secara individual melalui
hubungan antara konselor dan klien dalam wawancara tatap muka. Peran
agama, terutama agama Islam, dalam BK ditekankan dalam membentuk
kepribadian individu, memperkuat nilai moral, dan menumbuhkan
semangat kebangsaan serta cinta tanah air. Ayat-ayat Al-Quran dan ajaran
agama digunakan sebagai landasan dalam memberikan bimbingan dan
konseling, dengan tujuan meningkatkan iman, ibadah, dan menjalani
kehidupan yang diridai Allah SWT.

Peran psikolog dalam BK terletak pada kontribusinya dalam


memberikan teori, konsep, dan landasan psikologis bagi konselor.
Psikolog menghadirkan pemahaman tentang perilaku, motivasi,
pembawaan individu, perkembangan, belajar, dan kepribadian.
Pengetahuan ini penting bagi konselor untuk memahami klien,
mengidentifikasi masalah, dan memberikan intervensi yang tepat.
Landasan BK melibatkan aspek filosofis, psikologis, sosial budaya, ilmu
pengetahuan, dan teknologi, yang menjadi pijakan dalam mengembangkan
layanan bimbingan dan konseling. Para konselor perlu menguasai bidang
psikologi umum, psikologi perkembangan, psikologi belajar, dan psikologi

17
kepribadian untuk memahami landasan psikologis dalam memberikan
pelayanan BK yang efektif dan berdaya guna bagi individu yang dilayani

17
B. Saran
Kami Menyadari dalam pemaparan materi makalah ini masih
terdapat banyk kekurangan, Untuk itu. Saran dan Kritik yang bersifat
membangun sangat saya harapkan demi kesempurnaan makalah kami
selanjutnya

18
DAFTAR PUSTAKA

Masdudi. 2015. Bimbingan dan Konseling Perspektif Sekolah. Cerebon: Nurjati


Press

Nasution, Henni Syafriana. 2019. Bimbingan Konseling Konsep, Teori dan


Aplikasinya. Medan: Lembaga Peduli Pengembangan Pendidikan
Indonesia
Prayitno, dkk. (2004). Bimbingan dan Konseling: Teori dan Aplikasi. Jakarta:
Rineka Cipta.
Salahudin, Anas. 2010. Bimbingan dan Konseling. Bandung: CV Pustaka Setia

Sunaryo, S. (2010). Psikologi dalam Bimbingan dan Konseling. Jakarta: Prenada


Media Group.
Walgito, B. (2004). Pengantar Psikologi Klinis. Yogyakarta: Andi.

Anda mungkin juga menyukai