Anda di halaman 1dari 12

MAKALAH

BIMBINGAN DAN KONSELING

MENGANALISIS PENGERTIAN,TUJUAN & FUNGSI


PELAYANAN BK, SERTA KESALAHPAHAMAN TERHADAP
PELAYANAN BK

DOSEN : GUSNI DIAN SURI M.Pd


SEKSI : 202311270001

DISUSUN OLEH KELOMPOK 1


o Lidia Cisika Utami_22020064
o Halimatu Sya’diah_22003102
o Alan Ariadi_22087088

UNIVERSITAS NEGERI PADANG


2023
KATA PENGANTAR

Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh

Puji Syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena Rahmat dan
hidayah-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan Makalah Bimbingan Konseling yang bertema
“MAMPU MENGANALISIS PENGERTIAN,TUJUAN & FUNGSI PELAYANAN BK, SERTA
KESALAHPAHAMAN TERHADAP PELAYANAN BK”.
Tidak lupa kami mengucapkan terima kasih kepada Ibu GUSNI DIAN SURI M.Pd,
Selaku dosen pengampu mata kuliah Bimbingan Dan Konseling ini dan Kami juga mengucapkan
terima kasih kepada teman-teman atas kontribusinya walaupun secara tidak langsung dalam
pembuatan makalah ini.
Makalah ini berisi mengenai pengertian BK, tujuan dari BK,dan Fungsi Pelayanan dari
BK, serta Kesalahpahaman terhadap pelayanan BK.
Kami sebagai penulis mengakui bahwa ada banyak kekurangan pada karya ilmiah ini.
Oleh karena itu, Kritik dan Saran dari seluruh pihak senantiasa kami harapkan demi
kesempurnaan karya kami. Semoga makalah Bimbingan Dan Konseling ini dapat membawa
pemahaman dan pengetahuan bagi kita semua.

Padang, 1 September 2023

Kelompok 1
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR……………………………………………………………………II
DAFTAR ISI…………………………………………………………………………….III
BAB I
PENDAHULUAN………………………………………………………………….……1
I.1 Latar Belakang…………………………………………………………………....….1
I.2 Rumusan Masalah……………………………………………………………..……..1
1.3 Tujuan Makalah……………………………..………………………………………..2
BAB II
PEMBAHASAN…………………………………………………………..………….….3
I.2.1 Menganalisis Pengertian BK…………………………………………………..…...3
I.2.2 Tujuan Pelayanan BK……………………………………………………………….4
I.2.3 Fungsi pelayanan BK……………………………………………………………….4
I.2.4 Kesalahpahaman pelayanan BK……………………………………………………5
BAB III
PENUTUP……………………………………………………………………………….6.
Kesimpulan……………………………………………………………………………....6
DAFTAR PUSTAKA…………………………………………………………………….7

BAB 1
PENDAHULUAN

I.1 Latar Belakang


Bimbingan konseling merupakan proses bantuan untuk peserta didik
baik individu/ kelompok agar mandiri dan berkembang secara optimal dalam
hubungan pribadi, sosial, belajar, karier, melalui berbagai jenis layanan dan
kegiatan pendukung atas dasar norma-norma yang berlaku. Tujuan bimbingan
konseling yaitu membantu siswa dalam mengembangkan potensinya secara
optimal (Fenti Hikmawati, 2011: 64)
Bimbingan dan konseling sesuai dengan Undang-Undang yang dikutip
oleh Prayitno dalam bukunya Panduan Kegiatan Pengawasan Bimbingan dan
Konseling di Sekolah, yaitu: “PP No. 28 dan 29 tahun 1990 dan PP No. 72
tahun 1991 pada dasarnya mengemukakan bahwa bimbingan merupakan
bantuan yang diberikan kepada siswa dalam rangka upaya menemukan pribadi,
mengenal lingkungan dan merencanakan masa depan. Secara lebih spesifik, SK
MENDIKBUD No. 025/0/1995 mengemukakan: bahwa Bimbingan dan
Konseling adalah pelayanan bantuan untuk peserta didik, baik secara
perorangan maupun kelompok, agar mampu mandiri dan berkembang secara
optimal, dalam bidang bimbingan pribadi, bimbingan sosial, bimbingan belajar,
dan bimbingan karier, melaui berbagai jenis layanan dan kegiatan pendukung
berdasarkan norma-norma yang berlaku (Prayitno. 2001:61).
Sekolah merupakan tempat melahirkan insan-insan yang sempurna
untuk diri, bangsa, negara dan agama. Sekolah juga merupakan tempat
mendidik dan membentuk jati diri siswa agar nantinya bisa mengembangkan
ilmunya di lingkungan masyarakat dan sekolah merupakan lembaga yang juga
turut bertanggung jawab pada siswa yang membutuhkan motivasi belajar.

I.2 Rumusaan Masalah


I.2.1 Menganalisis Pengertian BK
I.2.2 Tujuan Pelayanan BK
I.2.3 Fungsi pelayanan BK
I.2.4 Kesalahpahaman pelayanan BK
I.3 Tujuan Makalah
I.3.1 Mengetahui mengenai ap aitu Bimbingan dan Konseling
I.3.2 Memahami Tujuan dan Fungsi pelayanan BK
I.3.3 Mengerti mengenai kesalahpahaman yang mungkin terjadi dalam pelayanan BK

BAB II
PEMBAHASAN
I.2.1 Menganalisis Pengertian BK
Kata bimbingan merupakan terjemahan dari “guidance” dalam bahasa Inggris. Secara
harfiyah istilah “guidance” dari akar kata “guide” berarti : (1) mengarahkan (to direct) (2) memandu
(to pilot) (3) mengelola (to manage), dan (4) menyetir (to steer). Shertzer dan Stone (1971:40)
mengartikan bimbingan sebagai “...Process of helping an individual to understand himself and his
world (proses pemberian bantuan kepada individu agar mampu memahami diri dan lingkungannya)”.1
Menurut WS. Winkel (1981:81) istilah “guidance” mempunyai hubungan dengan “gunding” yang
berarti showing a way (menunjuk jalan), leading (memimpin), according (menuntun), giving
instructions (memberikan petunjuk), giving advice (memberikan nasehat). Sedangkan Sunaryo
Kartadinata (1998 : 3) mengartikannya sebagai “proses membantu individu untuk mencapai
perkembangan yang optimal”.
Tujuan bimbingan adalah perkembangan optimal, yaitu perkembangan yang sesuai dengan
potensi dan sistem nilai tentang kehidupan yang baik dan benar.Prinsip prinsip bimbingan sebagai
berikut:

• Bimbingan adalah suatu proses membantu individu agar mereka dapat membantu dirinya
sendiri dalam menyelesaikan masalah yang dihadapinya.
• Bimbingan berfokus kepada individu yang dibimbing.
• Bimbingan diarahkan kepada pemahaman keragaman dan karakteristik individu yang
berbeda-beda.
• Bimbingan dimulai dengan identifikasi kebutuhan yang dirasakan oleh individu yang akan
dibimbing.
• Bimbingan harus luwes dan fleksibel sesuai dengan kebutuhan individu dan masyarakat.
• Program bimbingan di lembaga pendidikan harus sesuai dengan program yang dikembangkan
pada lembaga yang bersangkutan.
• Pelaksanaan program bimbingan harus dikelola oleh orang yang memiliki keahlian dalam
bidang bimbingan.
• Pelaksanaan program bimbingan harus dievaluasi.
Konseling berasal dari istilah Inggris “counseling” yang kemudian diindonesiakan menjadi
“konseling”. Sedangkan secara etimologi istilah konseling berasal dari bahasa latin yaitu “counsiliun”
yang berarti “menerima atau memahami”. Konseling pada dasarnya merupakan hubungan saling
bantu (helping relationship) yang mempunyai tujuan agar terjadi perubahan sebagaimana helping
relationship yang lain. Dalam kedokteran bantuan diberikan dengan tujuan adanya perubahan pada
diri individu yang sakit berubah menjadi sembuh. Konseling merupakan bagian dari bimbingan baik
sebagai pelayanan maupun sebagai tehnik. Konseling merupakan inti kegiatan bimbingan secara
keseluruhan dan lebih berkenaan dengan masalah secara pribadi. Mortensen (1964 : 301) mengatakan
bahwa “....counseling is the heart of guidance program”. Dan Ruth Strang (1958) mengatakan bahwa
“....guidance is broader, counseling is most importants of guidance”. Jadi konseling merupakan inti
dan alat yang paling penting dalam keseluruhan sistem dan kegiatan bimbingan.
Bimbingan dan Konseling merupakan dua istilah yang memiliki persamaan dan perbedaan. Moh
surya (1994:27) mengemukakan bahwa ada tiga pandangan tentang hubungan bimbingan dan
konseling, pandangan pertama berpendapat bahwa kedua istilah itu adalah identik atau sama saja,
tidak ada perbedaan yang mendasar antara keduanya. Pandangan kedua berpendapat bahwa
bimbingan merupakan dua istilah yang berbeda baik dasar-dasar maupun cara kerjanya.
I.2.2 Tujuan Pelayanan BK
Secara Umum, tujuan bimbingan dan konseling adalah Untuk membantu individu
memperkembangkan diri secara optimal sesuai dengan tahap perkembangan dan predisposisi yang
dimilikinya (seperti kemampuan dasar dan bakat-bakatnya), berbagai latar belakangyang ada (seperti
latar belakang keluarga, pendidikan, status sosial ekonomi), serta sesuai dengan tuntutan positif
lingkungannya. Sedangkan tujuan khusus bimbingan dan konseling merupakan penjabaran tujuan
umum tersebut yang dikaitkan secara langsung dengan permasalahan yang dialami oleh individu yang
bersangkutan, sesuai dengan kompleksitas permasalahannya itu. 4 Secara khusus tujuan bimbingan
dan konseling di sekolah ialah agar peserta didik, dapat: (1) mengembangkan seluruh
potensinyaseoptimal mungkin; (2) mengatasi kesulitan dalam memahami dirinya sendiri;
(3)mengatasi kesulitan dalam memahami lingkungannya, yang meliputi lingkungan sekolah, keluarga,
pekerjaan, sosial-ekonomi, dan kebudayaan; (4) mengatasi kesulitan dalam mengidentifikasi dan
memecahkan masalahnya; (5) mengatasi kesulitan dalam menyalurkan kemampuan, minat, dan
bakatnya dalam bidang pendidikan dan pekerjaan; (6) memperoleh bantuan secara tepat dari pihak-
pihak di luar sekolah untuk mengatasi kesulitan-kesulitan yang tidak dapat dipecahkan di sekolah
tersebut.

I.2.3 Fungsi pelayanan BK


Pelayanan bimbingan dan konselingkhususnya disekolah dan madrasah memiliki beberapa
fungsi, yaitu 1) Fungsi Pencegahan. Melalui fungsi ini, pelayanan bimbingan dan konseling
dimaksudkan untuk mencegah timbulnya masalah pada diri siswa sehingga mereka terhindar dari
masalah yang dapat menghambat perkembangannya. 2) Fungsi Pemahaman, Melalui fungsi ini,
pelayanan bimbingan dan konseling dilaksanakan dalam rangka memberikan pemahaman tentang diri
klien atau siswa beserta permasalahannya dan juga lingkungannya oleh pihak–pihak yang
membantunya (pembimbing). 3) Fungsi Pengentasan, Apabila seorang siswa mengalami suatu
permasalahan dan ia tidak dapat memecahkannya sendiri lalu ia pergi ke pembimbing atau konselor,
maka yang diharapkan oleh siswa yang bersangkutan adalah teratasinya masalah yang dihadapinya.
Siswa yang mengalami masalah dianggap berada dalam suatu kondisi atau keadaan yang tidak
mengenakkan sehingga perlu diangkat atau dikeluarkan dari kondisi atau keadaan tersebut. Upaya
yang dilakukan untuk mengatasi permasalahan melalui pelayanan bimbingan dan konseling, pada
hakikatnya merupakan upaya pengentasan. 4) Fungsi Pemeliharaan, Menurut Prayitno dan Erman
Amti, fungsi pemeliharaan berarti memelihara segala sesuatu yang baik (positif) yang ada pada diri
individu (siswa), baik hal itu merupakan pembawaan maupun hasil-hasil perkembangan yang telah
dicapai selama ini.5.
Fungsi Penyaluran, Setiap siswa hendaknya memperoleh kesempatan untuk mengembangkan
diri sesuai dengan keadaan pribadinya masing-masing yang meliputi bakat, minat, kecakapan, cita-
cita, dan lain sebagainya. Bentuk kegiatan bimbingan dan konseling berkaitan dengan fungsi ini
adalah : (1) Pemilihan sekolah lanjutan, (2) Memperoleh jurusan yang tepat, (3)Penyesuaian program
belajar, (4)Pengembangan bakat dan minat, (5)Perencanaan Karier. 6) Fungsi Penyesuaian, Melalui
fungsi ini, pelayanan bimbingan dan konseling membantu terciptanya penyesuaian antara siswa
dengan lingkungannya. Dengan kata lain, melalui fungsi ini pelayanan bimbingan dan konseling
membantu siswa memperoleh penyesuaian diri secara baik dengan lingkungannya (terutama
lingkungan sekolah dan madrasah bagi para siswa). 7)Fungsi Pengembangan, Melalui fungsi ini,
pelayanan bimbingan dan konseling diberikan kepada para siswa untuk membantu para siswa dalam
mengembangkan keseluruhan potensinya secara lebih terarah. 8) Fungsi Perbaikan, Melalui fungsi ini,
pelayanan bimbingan dan konseling diberikan kepada siswa untuk memecahkan masalah–masalah
yang dihadapi siswa. Bantuan yang diberikan tergantung kepada masalah yang dihadapi siswa.
Dengan perkataan lain, program bimbingan dan konseling dirumuskan berdasarkan masalah yang
terjadi pada siswa. 9) Fungsi Advokasi, Layanan bimbingan dan konseling melalui fungsi ini adalah
membantu peserta didik memperoleh pembelaan atas hak atau kepentingannya yang kurang mendapat
perhatian. 6 Layanan Bimbingan dan Konseling bagi Konseli pada satuan pendidikan memiliki fungsi:
1) Pemahaman diri dan lingkungan 2) Fasilitasi pertumbuhan dan perkembangan 3) Penyesuaian diri
dengan diri sendiri dan lingkungan 4) Penyaluran pilihan pendidikan, pekerjaan, dan karir 5)
Pencegahan timbulnya masalah 6) Perbaikan dan penyembuhan; 7)Pemeliharaan kondisi pribadi dan
situasi yang kondusif untuk perkembangan diri Konseli 8) Pengembangan potensi optimal 9)
Advokasi diri terhadap perlakuan diskriminatif dan 10)Membangun adaptasi pendidik dan tenaga
kependidikan terhadap program dan aktivitas pendidikan sesuai dengan latar belakang pendidikan,
bakat, minat, kemampuan,kecepatan belajar, dan kebutuhan Konseling.

I.2.4 Kesalahpahaman pelayanan BK


Patterson (dalam Shertzer/Stone, 1980) menjelaskan beberapa isu tentang pelayanan konseling:
a. Profesi konseling adalah sebuah pekerjaan professional namun menjadi tidak professional karena
pelaksananya.
b. Konseling tidak terlibat dalam proses mendisiplinkan siswa namun membantu siswa agar mau
disiplin.
c. Konseling karir adalah bantuan pelayanan konseling namun tidaklah menjadi fokus dalam
keseluruhan pelayanan oleh konselor. Adapun, Prayitno (2004)menjelaskan beberapa kesalahpahaman
dalam bidang bimbingan dan konseling adalah:
a. Bimbingan dan konseling disamakan saja dan atau dipisahkan sama sekali dari pendidikan. BK
dianggap sama dengan pengajaran sehingga tidak perlu pelayanan khusus BK dan ada juga yang
menganggap pelayanan BK itu khusus dan berbeda dengan praktik pendidikan sehari- hari. Hal ini
tidak benar karena pelayanan BK menunjang proses pendidikan dan para pelaksananya (konselor)
juga mempelajari ilmu pendidikan pada umumnya sebagai salah satu trilogi profesi konseling.
b. Konselor sekolah dianggap sebagai polisi sekolah Hal ini terjadi karena konselor diserahi tugas
mengusut perkelahian atau pencurian, mencari bukti-bukti siswa yang berkasus, mendorong siswa
mengakui atas perbuatannya (misalnya mengisap ganja dll). Dari ini semua siswa menjadi takut dan
tidak mau dekat dengan konselor. Siswa takut mendatangi konselor karena dianggap aib, telah berbuat
salah. Disatu pihak, konselor dianggap“keranjang sampah” siswa bermasalah dan dilain pihak
dianggap “manusia super” yang dapat mengetahui hal-hal pelik.Anggapan ini perlu diluruskan karena
konselor sekolah adalah kawan pengiring penunjuk jalan bagi siswa, pembangun motivasi dan
membina tingkah laku positif yang dikehendaki. Siapa pun yang berhubungan dengan konselor akan
mendapatkan suasana sejuk dan member harapan.
c. Bimbingan dan konseling semata-mata sebagai proses pemberian nasehat Pemberian nasehat adalah
bagian dari upaya pelayanan BK. Banyak klien yang butuh nasehat. Dari ini bukan berarti BK hanya
pemberian nasehat karena sesuai dengan permasalahannya, klien membutuhkan layanan lain.
d. Bimbingan dan konseling hanya menangani masalah yang bersifat incidental Memang sering kali
pelayanan BK bertitik tolak pada malasah yang dirasakan klien sekarang. Hal ini menjadikan konselor
menunggu saja jika ada klien yang datang dan mengemukakan masalahnya. Pelayanan hendaknya
menjangkau dimensi waktu yang lebih luas yaitu lalu, sekarang dan yang akan datang sehingga
konselor memiliki program menyeluruh dan berkesinambungan.
e. Bimbingan dan konseling hanya dibatasi untuk klien-klien tertentu saja Hal ini timbul karena
banyaknya klien yang ditangani konselor adalah yang jelas dianggap bermasalah (seperti: tidak masuk
sekolah, berkelahi, bolos dll). Padahal pelayanan BK ditujukan kepada semua siswa.
f. Bimbingan dan konseling melayani “orang sakit” atau “kurang normal”. Hal ini timbul karena
konselor menangani individu yang mengalami suatu masalah khusus “abnormal” dan konselor terlalu
cepat mendiagnosis permasalahan klien sebagai suatu keadaan “abnormal”. Hal ini terkadang
menjadikan konselor terlalu cepat mengalihtangankan klien kepada ahli lain. Konselor hanya
menangani orang normal yang mengalami masalah tertentu atau gangguan sehingga tidak efktif dalam
menjalankan kehidupannya sehari-hari.
g. Bimbingan dan konseling bekerja sendiri Hal ini benar jika sendiri diartikan proses yang bekerja
sendiri (dilaksanakan oleh ahli) namum proses konseling sarat dengan unsur budaya, social dan
lingkungan. Dari ini pelayanan BK sangat memerlukan keterlibatan semua pihak untuk membantu
klien.
h. Konselor harus aktif dan pihak lain pasif Konselor hendaknya aktif sebagai pusat penggerak BK
namun keterlibatan klien sendiri dan semua pihak adalah kesuksesan dari usaha pelayanan BK.
i. Menganggap pekerjaan Bimbingan dan konseling dapat dilakukan oleh siapa saja Hal ini timbul
karena BK dianggap sebagai pekerjaan yang mudah dan dilakukan secara amatiran belaka. Sebagai
suatu profesi, pekerjaan konseling dilakukan oleh orang yang ahli.
j. Pelayanan Bimbingan dan konseling berpusat pada keluhan pertama saja Usaha pemberian bantuan
dimulai dari melihat gejala awal dan keluhan yang disampaikan klien. Namum, usaha lanjutan dan
mendalam akan menggali permasalahan yang sebenarnya yang terkadang berbeda dari keadaan diawal
konseling.
k. Menyamakan pekerjaan Bimbingan dan konseling dengan pekerjaan dokter atau psikiater Hal ini
karena pelayanan BK menginginkan klien terbebas dari penderitaan yang dialaminya, sama seperti
pekerjaan dokter dan psikiater. Namun, klien dalam pelayanan BK bukanlah orang yang sakit, namun
klien adalah orang sehat yang sedang mengalami masalah yang penanganannya berbeda dengan
bantuan yang dilakukan oleh dokter atau psikiater.
l. Menganggap pekerjaan Bimbingan dan konseling harus segera dilihat Semua menginginkan agar
masalah yang dialami klien segera mungkin dapat diatasi dan hasilnya dapat dilihat dengan segera.
Hal ini tidak mungkin terwujud karena pengubahan pandangan dan tingkah laku memerlukan proses
yang lama. m. Menyamaratakan cara pemecahan masalah bagi semua klien Cara pemecahan masalah
tergantung pada pribadi klien, jenis dan sifat masalah, tujuan yang ingin dicapai, kemampuan petugas
BK, dan sarana yangtersedia. Jadi mustahil untuk dapat menyamaratakan cara pemecahan masalah
bagi semua klien. Memusatkan usaha Bimbingan dan konseling hanya pada instrumentasi Bimbingan
dan konseling (misalnya tes psikologis, inventori, AUM) Instrument hanyalah bagian yang dapat
membantu konselor membantu klien. Yang dibutuhkan adalah keterampilan pribadi konselor.
Ketidakadaan instrument bukan masalah bagi konselor dan jika ada bukan berarti hanya itu pelayanan
atau kegiatan yang dapat dilakukan konselor.
o. Bimbingan dan konseling hanya dibatasi masalah-masalah yang ringan-ringan saja Masalah
pertama mungkin tampak ringan, namun setelah dikaji dan diungkapkan sangkut- pautnya, ternyata
berat. Konselor hendaknya tidak melihat ringan atau beratnya suatu masalah namun segara menangani
masalah tersebut dengan cermat dan tuntas. Andi Mappiare (1984) menjelaskan beberapa
kesalahpahaman dalam bidang bimbingan dan konseling. Yaitu:
a. BK identik dengan pendidikan(pengajaran)
b. BK disamakan dengan usaha menyembuhkan penyakit jiwa
c. BK dalam lingkup sekolah dapat menyaingi kepala sekolah
d. BK merupakan bantuan kepada siswa yang salahsuai
e. BK identik dengan bimbingan jabatan
f. BK untuk siswa sekolahmenengah saja
g. BK identik dengan pemberian nasehat
h. BK menuntuk kepatuhan pihak yang dibimbing
i. BK identik dengan pendisiplinan siswa Mengapa kesalahpahaman ini terjadi? Beberapa hal yang
menjadi penyebabnya adalah:
a. Kesalahpamahan- kesalahpahaman diatas diakibatkan karena bidang BK masih tergolong baru dan
merupakan produk impor sehingga menyebabkan para pelaksananya di lapangan belum terlalu
mengetahui BK secara menyeluruh. (Prayitno, 2004)
b. Konselor itu sendiri. Banyak tamatan program BK pada starata 1 (S1) masih berumur muda pada
saat terjun ke lapangan. Kepribadian belum terbentuk sepenuhnya, sehingga konselor menjadi ragu-
ragu dalam mendekati siswa, kurang berwibawa di mata siswa, mudah terhanyut oleh jumlah dan
vaiasi masalah dan kurang mendapat kepercayaan dari guru yang sudah berpengalaman.(Winkel,
2006)
c. Pandangan pimpinan sekolah dan staf guru. Walaupun kebanyakan pimpinan sekolah dan guru
menerima dengan positif atas kehadiran tenaga BK di sekolah namun mereka belum memahami
secara lengkap tentang dasar-dasar yang melandasi pelayanan BK. (Winkel, 2006).
d. Masih belum disepakati secara jelas tentang konsep istilah Bimbingan dan Konseling itu sendiri. Di
Indonesia, masih ada.

BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
Konseling adalah upaya membantu individu melalui proses interaksi yang bersifat pribadi
antara konselor dan konseli agar konseli mampu memahami diri dan lingkungannya, mampu membuat
keputusan dan menentukan tujuan berdasarkan nilai yang diyakininya sehingga konseli merasa
bahagia dan efektif perilakunya
Peran layanan konseling dalam meningkatkan mutu pendidikan terletak pada bagaimana
bimbingan dan konseling itu membangun manusia yang seutuhnya dari berbagai aspek yang ada di
dalam diri peserta didik. Pendidikan bermutu bukanlah pendidikan yang hanya mentransformasikan
ilmu pengetahuan dan teknologi saja tetapi juga harus meningkatkan profesionalitas dan sistem
manjemen, di mana kesemuanya itu tidak hanya menyangkut aspek akademik tetapi juga aspek
pribadi, sosial, kematangan intelektual, dan sistem nilai. Peran BK dalam keempat inilah yang
menjadikan bimbingan konseling ikut berperan dalam peningkatan mutu pendidikan.
Dari pembahasan tentang miskonsepsi di atas dapat disimpulkan bahwa dalam bidang BK
masih banyak kesalahpahaman yang perlu diluruskan dibatasi penyebarannya. Hal ini disebabkan
oleh:
1. Pelayanan BK masih dianggap baru.
2. Konselor sendiri yang masih belum profesional
3. Pandangan pimpinan sekolah dan guru yang belum jelas tentang BK.
4. Penggunaan istilah dalam BK yang masih belum mantap dan kompak.

DAFTAR PUSTAKA
Andi Mappiare. 1984. Pengantar Bimbingan dan Konseling di Sekolah. Surabaya: Usaha Nasional
Shertzer Stone. 1980. Fundamental of Counseling. Boston: Houghton Mifflin Company.
Prayitno. 2007. Konsolidasi Profesionalisasi Konselor. Padang: UNP-----------, 2004. Dasar-Dasar
Bimbingan dan Konseling. Jakarta: Rineka Cipta Winkel, WS. 2006. Bimbingan dan Konseling di
Institusi Pendidikan. Yogyakarta: Media Abadi

Achmad Juntika Nurihsan, Bimbingan dan Konseling Berbagai Latar Kehidupan, Bandung : PT
Refika Aditama, 2009.
Alip Badrujama, Teori dan Aplikasi Program Bimbingan Konseling. Jakarta: PT Indeks.
Dewa Kentut Sukardi, Dasar-Dasar Bimbingan dan Penyuluhan di sekolah, Jakarta:Rineka Cipta.
Ditjen PMPTT Diknas, Bimbingan dan Konseling di sekolah Direktur Tenaga Kependidikan 2008.
Ditjen PMPTT Diknas, Bimbingan dan Konseling di sekolah Direktur Tenaga Kependidikan 2008.
Lahmuddin, Landasan Formal Bimbingan Konseling Di Indonesia, Bandung:
Citapustaka Media Perintis, 2011. Prayitno dan Erman Amti, Dasar-dasar Bimbingan dan Konseling,
Jakarta:Rhineka Cipta, 2004.
Tohirin, Bimbingan dan Konseling di Sekolah dan Madrasah (berbasis intregasi), PT.RajaGrafindo
Persada, Jakarta :2007.
Yusuf, SamsuProgram Bimbingan dan Konseling di Sekolah. Bandung: Rizqi Press, 2009.

Anda mungkin juga menyukai