Anda di halaman 1dari 25

ASAS-ASAS, KODE ETIK BK DAN BIDANG PELAYANAN BK

(MakalahIni Di Susun Guna UntukMemenuhiTugas Mata Kuliah Dasar-


Dasar BK)

DOSEN PENGAMPU :

ERWITA IKA VIOLINA S.PD, M.PD

DISUSUN OLEH : KELOMPOK 5 DAN 6

1. B. SARMAULI SIMANJUTAK 5. EMI SUN LEO BARUS


2. NISA TRIYUNI 6. NATASYA S.S TAMBA
3. AANZAR MIZANA NUGRAHA 7. NIKITA BARASA
4. NELLA TRISNAULI HUTAGALUNG 8. PETER SILALAHI

UNIVERSITAS NEGERI MEDAN

FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN

PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR

2022
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas berkat dan rahmat-Nya
sehingga penulis dapat menyusun tugas laporan makalah pada matakuliah “Dasar Dasar BK”.
Laporan makalah tersebut akan menyajikan pembahasan mengenai materiAsas- Asas BK,
Kode Etik dan Bidang Pelayanan BK. Penulis juga tidak lupa mengucapkan terimakasih
Kepada Ibu “ErwitaIka Violina S.Pd, M.Pd selaku dosen pengampu mata kuliah Dasar Dasar
BK yang telah membimbing dan mengarahkan penulis dalam Menyusun laporan makalah.
Penulis menyadari sepenuhnya bahwa dalam penyusunan laporan makalah tersebut masih
banyak terdapat kekurangan yang dilihat dari berbagai sisi. Oleh sebab itu, penulis
mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun demi mencapai perbaikan untuk
kesempurnaan di masa akan datang.
Akhir kata penulis berharap tugas laporan makalah tersebut dapat memberikan manfaat
bagi penulis maupun pembaca dan dapat dijadikan sebagai acuan dalam sebuah
pembelajaran. Sekian dan terimakasih.

Medan, 22 Agustus 2022

Penulis
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR…………………………………………………………………………
DAFTAR ISI…………………………………………………………………………………...
BAB 1 PENDAHULUAN………………………………………………………………….....
1.1 Latar Belakang………………………………………………………………………..1
1.2 Rumusan Masalah…………………………………………………………………….2
1.3 Tujuan Penulisan……………………………………………………………………...2
1.4 Manfaat…………………………………………………………………………..……2
BAB 2 PEMBAHASAN…………………………………………………………………......
2.1 Pengertian Bimbingan Dan Konseling………………………………………………...
2.2 Asas-Asas dan Kode Etik BK...............................................................................
2.3 Bimbingan dan Konseling di Bidang Sosial………………………………………….
2.4 Bimbingan dan Konseling di Bidang Belajar…………………………………………...
2.5 Bimbingan dan Konsseling di Bidang Karir………………………………………...
2.6 Peran Guru dalam Bidang Pengembangan Pelayanan BK…………………………...

BAB 3 PENUTUP……………………………………………………………………………...
3.1 Kesimpulan……………………………………………………………………………...
3.2 Saran…………………………………………………………………………………….
DAFTAR PUSTAKA……………………………………………………………………….....
BAB I
PEDAHULUAN
1.1 LatarBelakang
 Bimbingan Konseling merupakan suatu kegiatan bantuan dan tuntunan yang diberikan
kepada individu pada umumnya, dan siswa pada khususnya di sekolah. Menurut Sertzer dan
Stone, bimbingan merupakan proses membantu orang perorangan untuk memahami dirinya
sendiri dan lingkungan hidupnya. Sedangkan Konseling sendiri berasal dari kata latin
“Consilum” yang berarti “dengan” atau “bersama” dan “mengambil atau “memegang”. Maka
dapat dirumuskan sebagai memegang atau mengambil bersama.’Pada bimbingan dan
konseling di Indonesia, pelayanan konseling dalam system pendidikan Indonesia mengalami
beberapa perubahan nama. Pada kurikulum 1984 semula disebut Bimbingan dan Penyuluhan
(BP), kemudian pada Kurikulum 1994 berganti nama menjadi Bimbingan dan Konseling
(BK) sampai dengan sekarang. Layanan BK sudah mulai dibicarakan di Indonesia sejak
tahun 1962. Namun BK baru diresmikan di sekolah di Indonesia sejak di berlakukan
kurikulum 1975.
    Kemudian disempurnakan kedalam kurikulum 1984 dengan memasukkan bimbingan karir
didalamnya. Perkembangan BK semakin mantap pada tahun 2001 dan sampai saat ini terus
berkembang Pada bimbingan dan konseling di Dunia Internasional Sampai awal abad ke-20
belum ada konselor disekolah. Pada saat itu pekerjaan-pekerjaan konselor masih ditangani
oleh para guru. Gerakan bimbingan disekolah mulai berkembang sebagai dampak dari
revolusi industri dan keragaman latar belakang para siswa yang masuk kesekolah-sekolah
negeri terlepas dari predikat guru bimbingan dan konseling, pada dasarnya guru adalah
jabatan profesional yang harus dipertanggung jawabkan secara profesional pula. Guru adalah
jabatan yang memerlukan keahlian khusus. Sikap, perilaku dan pemikiran seorang guru harus
tercermin dalam idealismenya. Oleh karena itu, pemahaman atas jabatan guru penting artinya
dalam rangka mengabdikan dirinya terhadap nusa, bangsa dan negara. Jenis pekerjaan ini
seharusnya tidak dapat dilakukan oleh sembarang orang di luar lingkup pendidikan.
    Demikian pula halnya dengan jabatan fungsional guru bimbingan dan konseling yang
sesungguhnya hanya dapat dilaksanakan secara optimal oleh mereka yang memang memiliki
latar belakang kependidikan seperti itu. Jika suatu jabatan fungsional dilakukan oleh orang
yang tidak memiliki latar belakang pendidikan dan keprofesian yang benar, maka sangat
besar kemungkinan nya terjadi penyimpangan peri-laku, penyimpangan kegiatan, dan
penyimpangan penafsiran di luar batas kewajaran yang seharusnya. Itulah yang terjadi dalam
ruang lingkup bimbingan dan konseling di tingkat sekolah dasar pada dewasa ini.

1.2 Rumusan Masakah


Berdasarkan latar belakang di atas adapun rumusan masalahnya sebagai berikut :
1. Apa saja bidang-bidang pelayanan bimbingan dan konseling di sekolah?
2. Bagaimana karakteristik pelayanan bimbingan dan konseling di bidang pribadi ?
3. Bagaimana karakteristik pelayanan Bimbingan dan Konseling di bidang sosial?
4. Bagaimana peran guru dalam bidang pengembangan pelayanan BK?
1.3 Tujuan
Berdasarkan Rumusan Masalah di atas Adapun tujuannya sebagai berikut :
1. Untuk mengetahui apa saja bidang-bidang pelayanan Bimbingan dan Konseling
2. Untuk mengetahui bagaimana karakteristik pelayanan Bimbingan dan Konseling di
bidang sekolah
3. Untuk mengetahui bagaimana karakteristik pelayanan Bimbingan dan Konseling di
bidang sosial
4. Untuk mengetahui bagaimana peran guru dalam bidang pengembangan pelayanan BK
1.4 Manfaat
Berdasarkan Tujuan di atas Adapun manfaatnya sebagaiberikut :
1. Dapat mengetahui bidang-bidang pelayanan Bimbingan dan Konseling
2. Dapat mengetahui karakteristik pelayanan Bimbingan dan Konseling
3. Dapat mengetahui karakteristik pelayanan Bimbingan dan Konseling di bidang sosial
4. Dapat mengetahui peran guru dalam bidang pengembangan pelayanan BK
BAB I
PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Bimbingan dan Konseling
     Jika ditelaah dari berbagai sumber akan dijumpai pengertian yang berbeda mengenai
bimbingan tergantung dan jeniss umbernya dan yang merumuskan pengertian tersebut. Untuk
itulah agar dapat secara luas dan komprehensif mengetahui definisi bimbingan, penulis
kemukakan beberapa definisi dari para ahli sebagai berikut.
     Bimbingan merupakan terjemahan dan “Guidance” yang berasal dan bahasa Inggris.
Secaraharfiah, istilah "Guidance" dan akar kata "Guide" berarti (1) mengarahkan (to direct),
(2) memandu (to pilot), (3) mengelola  (to manage) dan (4) menyetir (to steer).
Menurut Crov and Crow, bimbingan adalah "bantuan yang diberikan oleh seorang laki-laki
atau perempuan yang memiliki kepribadian yang baik dan pendidikan yang memadai dan
terlatih dengan baik kepada individu-individu setiap usia untuk membantunya mengatur
kegiatan hidupnya sendiri, membuat keputusan sendiri, dan menanggung bebannya sendiri.
     Menurut Dewa Ketut Sukardi, bahwa "bimbingan adalah merupakan proses pemberian
bantuan kepada seseorang atau kelompok orang secara terus menerus dan sistematik oleh
guru pembimbing agar individuataukelompokindividumenjadipribadi yang mandiri”.
     Stoops dan Walquist mendefinisikan bahwa "bimbingan adalah proses yang terus menerus
dalam membantu perkembangan individu untuk mencapai kemampuannya secara maksimum
dalam mengarahkan manfaat sebesar-besarnya bagi dirinya maupun bagi masyarakat."
    Dari definisi yang telah di kemukakan para ahli di atas, mempunyai cara pandang yang
berbeda-beda dan variasi yang mencolok satu dengan yang lain. Walaupun demikian tetap
terdapat unsur dan tujuan yang menunjukkan kesamaan, di antaranya sebagai berikut :
a.       Bimbingan merupakan suatu proses, yang berkesinambungan, bukan kegiatan yang
seketika atau kebetulan. Bimbingan merupakan: serangkaian tahapan kegiatan yang
sistematis dan berencana yang terarah kepada pencapaian tujuan.
b.      Bimbingan adalah usaha pemberian bantuan atau pertolongan, makna bantuan  dalam
hal ini menunjukkan bahwa pembimbing tidak memaksakan kehendaknya sendiri, tetapi
hanya berperan sebagai fasilitator di mana yang aktif dalam  mengembangkan diri, mengatasi
masalah, atau mengambil keputusan dalam individu itu sendiri.
c.       Individu yang dibantu adalah orang-orang dan berbagai usiabaik pria ataupun  wanita
dalam perseorangan maupun kelompok dan individu dalam hal ini yaitu individu yang sedang
berkembang . Tetapi bantuan yang berlaku umum bagi setiap individu disesuaikan dengan
pengalaman, kebutuhan, dan masalah  individu yang komprehensif.
Bimbingan diberikan oleh tenaga ahli, yang bertujuan untuk perbaikan kehidupan orang yang
dibimbing agar berkembang sesuai dengan potensi dan sisistem nilai tentang kehidupan yang
baik dan benar, yang ditandai dengan perkembangan optimal dalam kondisi yang dinamik.
Adapun pengertian konseling berasal dari. Bahasa Inggris "to counsel" yang secara
etimologis "to give advice" artinya memberi saran dan nasihat.
     Dalambukunya, Winkel memaparkan pengertian konseling (counseling)  dikaitkan dengan
kata "counsel yang diartikan nasihat (to obtain counsel) : anjuran (to give counsel) dan
pembicaraan {to take counsel). Dengan demikian dari pengertian counselling di atas dapat
ditarik kesimpulan bahwa konseling diartikan sebagai pemberian saran dan nasihat,
pemberian anjuran dalam pembicaraan dengan bertukar pikiran.
      Kemudian istilah konseling mengalami perkembangan yang di kemukakan dengan
berbeda-bedatapi 'intinya sama.
Burks dan Steffle mengartikan konseling adalah :  
      Konseling merupakan suatu hubungan professional antara seorang konselor terlatih dan
seorangklien. Hubungan ini biasanya orang per orang, meskipun Sering kali melibatkan lebih
dari dua orang, meskipun sering kali melibatkan lebih dari dua orang. Hubungan tersebut
dirancang untuk membantu para klien memahami dan memperjelas pandangan hidupnya, dan
belajar mencapai tujuan yang  ditentukan  sendiri  melalui  pilihan-pilihan  yang bermakna
dan penyelesaian masalah-masalah emosional atau antar pribadi"
     Dari pengertian di atas menjelaskan bahwa adanya hubungan yang harmonis antara
konselor dan klien yang nantinya tercipta proses yang dirancang atau direncanakan untuk
membantu klien membuat pilihan-pilihan dalam mengarahkan masalahnya.
     ASCA (American School Counselor Association) mengemukakan bahwa : "Konseling
adalah hubungan tatap muka yang bersifat, rahasia, penuh dengan sikap penerimaan dan
pemberian kesempatan dari konselor kepada klien. Konselor mempergunakan pengetahuan
dan keterampilan untuk membantu kliennya mengatasi masalah-masalahnya.
     Sementara Dewa Ketut Sukardi menjelaskan bahwa "konseling adalah bantuan yang
diberikan kepada klien dalam memecahkan masalah kehidupan, dengan wawancara yang
dilakukan secara face to face, atau dengan cara-cara yang sesuai dengan keadaan klien yang
dihadapi untuk mencapai kesejahteraan hidup”.
Berdasarkan beberapa pengertian di atas dapat dicermati antara lain :
a.       Konselor adalah seorang yang cukup terlatih (profesional) atau punya Keterampilan
khusus dalam bidang konseling
b.      Interaksi terjadi antara klien dan konselor yang dilakukan, dengan cara face to face
c.       Tujuan konseling membantu dan menolong klien untuk menerima keadaannya,
menemukan jalan keluar atas masalah-masalahnya dan mendapatkan kesejahteraan
dalam hidupnya.
Berdasarkan uraian di atas, dapat diperjelas bahwa konseling merupakan satu saluran bagi
pemberian bimbingan, Di samping itu istilah bimbingan selalu dirangkaikan dengan istilah
konseling, hal ini dikarenakan bimbingan dan konseling itu merupakan suatu kegiatan yang
integral, konseling merupakan salah satu teknik dalam pelayanan bimbingan. Dengan
pandangan ini bimbingan memiliki pengertian yang lebih luas dibandingkan dengan
pengertian konseling, dan konseling merupakan bagian dari bimbingan.

2.2 Asas-Asas dan Kode Etik BK


A. Asas asas Bimbingan Konseling
Dalam menyelenggarakan layanan bimbingan dan konseling disekolah hendaknya selalu
mengacu pada asas-asas bimbingan dan konseling dan diterapkan sesuai dengan asas-asas
bimbingan dan konseling.
Menurut Sukardi (2010:46) untuk mendapatkan wawasan yang memadai mengenai asas-asas
pokok bimbingan dan konseling diatas sebagai berikut:
1. Asas kerahasiaan
Secara khusus layanan bimbingan adalah melayani individu-individu yang
bermasalah. Masih banyak yang beranggapan bahawa mengalami masalah merupakan
aib yang harus ditutup-tutupi sehinggan tidak boleh seorang pun boleh tahu akan
adanya masalah itu. Keadaan sepereti ini sangat menghambat pemanfaatan layanan
bimbingan oleh masyarakat (khususnya siswa di sekolah). Jika perlu mengetahui
bahwa layanan bimbingan harus menerapkan asas-asas kerahasiaan secara penuh.
Dalam hal ini masalah yang dihadapi oleh seorang siswa tidak akan diberitahukan
kepada orang lain yang tidak berkepentingan. Segala sesuatu yang disampaikan siswa
kepada konselor misalnya akan dijaga kerahasiaannya. Demikian juga hal-hal tertentu
yang dialami oleh siswa (khususnya hal-hal yang bersifat negatif) tidak akan menjadi
bahan gunjingan. Segala sesuatu yang dibicarakan klien kepada konselor tidak boleh
disampaikan kepada orang lain, atau lebih-lebih hal atau keterangan yang tidak boleh
atau tidak layak diketahui orang lain.
Asas kerahasiaan merupakan asas kunci dalam upaya bimbingan dan konseling. Jika
asas ini benar-benar dijalankan maka penyelenggaraa bimbingan dan konseling akan
mendapat kepercayaan dari para siswa dan layanan bimbingan dan konseling akan
dimanfaatkan secara baik oleh siswa, dan jika sebaliknya para penyelenggara
bimbingan dan konseling tidak memperhatikan asas tersebut, layanan bimbingan dan
konseling (khususnya yang benar-benar menyangkut kehidupan siswa) tidak
mempunyai arti lagi bahkan mungkin dijauhli para siswa.
2. Asas Kesukarelaan
Jika asas kerahasiaan memang benar-benar telah tertanam pada diri (calon)
terbimbing/siswa atau klien, sangat dapat diharapkan bahwa mereka yang mengalami
masalah akan dengan sukarela membawa masalahnya itu kepada pembimbing untuk
meminta bimbingan. Bagaimana halnya dengan klien kiriman, apakah dalam hal ini
asas kesukarelaan dilanggar? Dalam hal ini pembimbing berkewajiban
mengembangkan sikap sukarela pada diri klien itu sehingga klien itu mampi
menghilangkan rasa keterpaksaannya saat memberikan data dirinya kepada
pembimbing. Kesukarelaan tidak hanya dituntut pada diri (calon) terbimbing/siswa
atau klien saja, tetapi hendaknya berkembang pada diri penyelenggara. Para
penyelenggara bimbingan hendaknya mampu menghilangkan rasa bahwa tugas ke-
BK-annya itu merupakan suatu yang memaksa diri mereka. Lebih disukai lagi apabila
para petugas itu merasa terpanggil utnuk melaksanakan layanan bimbingan dan
konseling.
3. Asas Keterbukaan
Bimbingan dan Konseling yang efisien hanya berlangsung dalam suasana
keterbukaan. Baik yang dibimbing/dikonsel maupun pembimbing/konselor bersifat
terbuka. Keterbukaan ini bukan hanya sekadar berarti “bersedia menerima saran-saran
dari luar” tetapi dan hal ini lebih penting masing-masing yang bersangkutan bersedia
membuka diri untuk kepentingan pemecahan masalah yang dimaksud. Dalam
konseling misalnya, diharapkan dapat berbicara sejujur mungkin dan terbuka tentang
dirinya sendiri. Dengan keterbukaan ini penelaahan masalah serta pengkajian berbagai
kekuatan dan kelemahan klien menjadi mungkin. Perlu diperhatikan bahwa
keterbukaan hanya akan terjadi bila klien tidak lagi mempersoalkan asas kerahasiaan
yang semestinya diterapkan oleh konselor. Untuk keterbukaan klien harus terus
menerus membina suasana hubungan konseling sedemikian rupa, sehingga klien
yakin bahwa konselor juga bersikap terbuka dan yakin bahwa asas kerahasiaan
memang terselenggarakan. kesukarelaan klien tentu saja menjadi dasar bagi
keterbukaannya.
4. Asas Kekinian
Masalah klien yang langsung ditanggulangi melalui upaya bimbingan dan konseling
ialah masalah-masalah yang sedang dirasakan kini (sekarang), bukan masalah yang
sudah lampau, dan juga masalah yang mungkin yang akan dialami di masa
mendatang. Bila ada hal-hal tertentu yang menyangkut masa lampau, dan/atau , masa
yang akan datang perlu dibahas dalam upaya bimbingan dan konseling yang sedang
diselenggarakan, pembahasan hal itu hanyalah merupakan latar belakang/latar depan
dari masalah yang akan dihadapi sekarang sehingga masalah yang dihadapi itu
teratasi. Dalam usaha yang bersifat pencegahan punpada dasarnya pertanyaan yang
perlu dijawab adalah apa yang perlu dilakukan sekarang, sehingga kemungkinan yang
kurang baik dimasa yang akan mendatang dapat terhindari.
Asas kekinian juga mengandung pengertian bahwa konselor tidak boleh menunda-
nunda pemberian bantuan. Jika diminta bantuan oleh klein atau jelas terlihat misalnya
adanya siswa yang mengalami masalah, maka konselor hendaklah segera memberikan
bantuan. konselor tidak selayaknya menunda-nunda memberi bantuan dengan
berbagai dalih. Dia harus mendahulukan kepentingan klien daripada yang lain-lain.
Jika dia benar-benar memiliki alasan yang kuat untuk tidak memberikan bantuannya
kini, maka dia harus dapat mempertanggungjawabkan bahwa penundaan yang
dilakukan itu justru untuk kepentingan klien.
5. Asas Kemandirian
Seperti dikemukan terdahulu kemandirian merupakan tujuan dari usaha layanan
bimbingan dan konseling. Dalam memberika layanan para petugas hendaklah selalu
berusaha menghidupkan kemandirian pada diri orang yang dibimbing, jangan
hendaknya orang yang dibimbing itu menjadi tergantung pada orang lain, khususnya
para pembimbing/konselor.
Individu yang dibimbing setelah dibantu diharapkan dapat mandiri dengan ciri-ciri
pokok mampu:
a. Mengenal diri sendiri dan lingkungan sebagaimana adanya.
b. Menerima diri sendiri dan lingkungan secara positif dan dinamis.
c. Mengambil keputusan untuk dan oleh diri sendiri.
d. Mengarahkan diris esuai dengan keputusan.
e. Mewujudkan diri secara optimal sesuai dengan potensi, minat, dan kemampuan
yang dimilikinya.
6. Asas Kegiatan
Usaha layanan bimbingan dan konseling akan memberikan buah yang tidak berarti,
bila individu yang dibimbing tidak melakukan kegiatan dalam mencapai tujuan-tujuan
bimbingan. Hasil-hasil usaha bimbingan tidak tercipta dengan sendirinya tetapi harus
diraih oleh individu yang bersangkutan. Para pemberi layanan bimbingan dan
konseling hendaknya menimbulkan suasana individu yang dibimbing itu mampu
menyelenggarakan kegiatan yang dimaksud.
7. Asas Kedinamisan
Upaya layanan bimbingan dan konseling menghendaki terjadinya perubahan pada diri
individu yang dibimbing yaitu perubahan tingkah laku kearah yang lebih baik.
Perubahan tidaklah sekadar mengulang-ulang hal-hal lama yang bersifat monoton,
melainkan perubahan yang selalu menuju ke suatu pembaruan, sesuatu yang lebih
maju.
8. Asas Keterpaduan
Layanan bimbingan dan konseling memadukan berbagai asoek individu yang
dibimbing, sebagaimana diketahui individu yang dibimbing itu memiliki berbagai segi
kalau keadaanya tidak saling serasi dan terpadu justru akan menimbulkan masalah. Di
samping keterpaduan pada diri individu yang dibimbing, juga diperhatikan
keterpaduan isi dan proses layanan yang diberikan. Hendaknya, jangan aspek layanan
yang satu tidak serasi atau bahkan bertentangan dengan aspek layanan yang lain.
9. Asas Kenormatifan
Sebagaimana dikemukakan terdahulu, usaha “layanan bimbingan dan konseling tidak
boleh bertentangan dengan norma-norma yang berlaku, baik ditinjau dari norma
agama, norma adat, norma hukum/negara, norma ilmu, maupun kebiasaan sehari-hari.
Asas kenormatifan ini diterapkan tehadap isis maupun proses penyelenggaraan
bimbingan dan konseling. Seluruh isi layanan harus sesuai dengan norma-norma yang
ada. Demikian pula proses, teknik, dan peralatan yang dipakai tidak menyimpang dari
norma-norma yang dimaksudkan.
10. Asas Alih Tangan
Asas ini mengisyaratkan bahwa bila seorang petugas bimbingan dan konseling sudah
mengerahkan segenap kemampuaanya untuk membantu klien belum dapat terbantu
sebagaimana yang diharapkan, maka petugas itu mengalihtangankan klien tersebut,
kepada petugas atau badan lain yang lebih ahli. Disamping itu, asas ini juga
menasihatkan petugas bimbingan dan konseling hanya menangani masalah-masalah
klien sesuai dengan kewenangan petugas yang bersangkutan, setiap masalah
hendaknya ditangani oleh ahli yang berwenang untuk itu.
11. Asas Tut Wuri Handayani
Asas ini menunjuk pada suasana umum yang hendaknya tercipta dalam rangka
hubungan keseluruhan antara pembimbing dan yang dibimbing. Lebih-lebih
dilingkungan sekolah, asas ini makin dirasakan manfaatnya, dan bahkan perlu
dilengkapi dengan “ing ngarsa sung tulada, ing madya mangun karsa”. Asas ini
menuntut agar layanan bimbingan dan konseling tidak hanya dirasakan adanya pada
waktu siswa mengalami masalah dan menghadap pembimbing saja, namun dilaur
hubungan kerja kepembimbingan dan konseling pun hendaknya dirasakan adanya dan
manfaatnya.
B. Pengertian Kode Etik Dan Konseling
Kode etik bimbingan dan konseling adalah ketentuan-ketentuan atau peraturan-
peraturan yang harus ditaati oleh siapa saja yang ingin berkicimpung dalam bidang
bimbingan dan konseling demi untuk kebaikan. Kode etik dalam satu jabatan bukan
merupakan hal yang baru. Tiap-tiap jabatan pada umumnya mempunyai kode etik
sendiri-sendiri, sekalipun tetap ada kemungkinan bahwa kode etik itu tidak secara
formal diadakan.
Kode etik dalam bimbingan dan konseling dimaksudkan agar bimbingan dan
konseling tetap dalam keadaan baik, serta diharapkan akan menjadi semakin baik,
lebih-lebih di Indonesia dimana bimbingan dan konseling masih relatif baru. Kode
etik ini mengandung ketentuan-ketentuan yang tidak boleh dilanggar atau diabaikan
tanpa membawa kaibat yang menyenangkan.
Menurut Walgito (2010:37) ada beberapa kode etik bimbingan dan konseling tersebut,
antara lain:
1. Pembimbing atau pejabat lain yang memegang jabatan dalam bidang bimbingan
dan konseling harus memegah teguh prinsip bimbingan dan konseling.
2. Pembimbing harus berusaha semaksimal mungkin untuk dapat mencapai hasil
yang baik-baiknya, dengan membatasi diri pada keahliannya atau wewenangnya.
Oleh karena itu, pembimbing jangan sampai mencampuri wewenang dan
tanggungjawab yang bukan wewenang atau tanggung jawabnya.
3. Karena pekerjaan pembimbing berhubungan langsung dengan kehidupan pribadi
orang maka seorang pembing harus:
a) Dapat memegang atau menyimpan rahasia klien dengan sebaik-baiknya.
b) Menunjukkan sikap hormat pada klien.
c) Menghargai bermacam-macam klien. Jadi, dalam menghadapi klien,
pembimbing harus menghadapi klien dalam derajat yang sama.
4. Pembimbing tidak diperkenankan:
a) Menggunakan tenaga pembantu yang tidak ahli atau tidak terlatih.
b) Menggunakan alat-alat yang kurang dapat dipertanggung jawabkan.
c) Mengambil tindakan-tindakan yang mungkin dapat menimbulkan hal-hal
yang tidak baik bagi klien.
d) Mengalihkan klien kepada konselor lain tanpa persetujuan klien.
5. Meminta bantuan kepada ahli dalam bidang lain diluar kemampuan dan
keahliannya atau di luar keahlian staffnya yang diperlukan dalam bimbingan dan
konseling.
6. Pembimbing harus selalu menyadari tanggungjawabnya yang berat, yang
memerlukan pengabdian sepenuhnya.
C. Peran Guru Mata Pelajaran Dalam Penerapan Asas BK
Di sekolah, tugas dan tanggung jawab utama guru adalah melaksanakan
kegiatan pembelajaran siswa. Kendati demikian, bukan berarti dia sama sekali
lepas dengan kegiatan pelayanan bimbingan dan konseling. Peran dan konstribusi
guru mata pelajaran tetap sangat diharapkan guna kepentingan efektivitas dan
efisien pelayanan Bimbingan dan Konseling di sekolah. Bahkan dalam batas-batas
tertentu guru pun dapat bertindak sebagai konselor bagi siswanya. Wina Senjaya
(2006) menyebutkan salah satu peran yang dijalankan oleh guru yaitu sebagai
pembimbing dan untuk menjadi pembimbing baik guru harus memiliki
pemahaman tentang anak yang sedang dibimbingnya. Sementara itu, berkenaan
peran guru mata pelajaran dalam bimbingan dan konseling, Sofyan S. Willis
(2005) mengemukakan bahwa guru-guru mata pelajaran dalam melakukan
pendekatan kepada siswa harus manusiawi-religius, bersahabat, ramah,
mendorong, konkret, jujur dan asli, memahami dan menghargai tanpa syarat.
Prayitno (2003) memerinci peran, tugas dan tanggung jawab guru-guru mata
pelajaran dalam bimbingan dan konseling adalah :
1) Membantu memasyarakatkan pelayanan bimbingan dan konseling kepada
siswa
2) Membantu guru pembimbing/konselor mengidentifikasi siswa-siswa yang
memerlukan layanan bimbingan dan konseling, serta pengumpulan data
tentang siswa-siswa tersebut.
3) Mengalih tangankan siswa yang memerlukan pelayanan bimbingan dan
konseling kepada guru pembimbing/konselor
4) Menerima siswa alih tangan dari guru pembimbing/konselor, yaitu siswa yang
menuntut guru pembimbing/konselor memerlukan pelayanan pengajar /latihan
khusus (seperti pengajaran/ latihan perbaikan, program pengayaan).
5) Membantu mengembangkan suasana kelas, hubungan guru-siswa dan
hubungan siswa-siswa yang menunjang pelaksanaan pelayanan pembimbingan
dan konseling.
6) Memberikan kesempatan dan kemudahan kepada siswa yang memerlukan
layanan/kegiatan bimbingan dan konseling untuk mengikuti /menjalani
layanan/kegiatan yang dimaksudkan itu.
7) Berpartisipasi dalam kegiatan khusus penanganan masalah siswa, seperti
konferensi kasus.
8) Membantu pengumpulan informasi yang diperlukan dalam rangka penilaian
pelayanan bimbingan dan konseling serta upaya tindak lanjutnya.
Implementasi kegiatan BK dalam pelaksanaan Kurikulum Berbasis Kompetensi
sangat menentukan keberhasilan proses belajar-mengajar. Oleh karena itu peranan
guru kelas dalam pelaksanaan kegiatan BK sangat penting dalam rangka
mengefektifkan pencapaian tujuan pembelajaran yang dirumuskan.

2.3 Bimbingan Dan Konseling Di Bidang Sosial


Bimbingan Sosial , yaitu bidang pelayanan yang membantu peserta didik dalam
memahami dan menilai serta mengembangkan kemampuan hubungan sosial yang sehat dan
efektif dengan teman sebaya , anggota keluarga , dan warga lingkungan sosial yang lebih luas
. Bidang ini bertujuan membantu peserta didik memahami diri kaitannya dengan interaksi
dirinya dengan lingkungan dan etika yang didasari dengan budi pekerti luhur dan tanggung
jawab sosial . Pelayanan bimbingan dan konseling membantu siswa dalam proses sosialisasi
untuk mengenal dan berhubungan dengan lingkungan sosial yang dilandasi budi pekerti luhur
dan rasa tanggung jawab . Bidang bimbingan ini memuat pokok - pokok materi berikut :
1. Pengembangan kemampuan berkomunikasi baik melalui ragam lisan maupun
tulisan secara efektif .
2. Pengembangan kemampuan bertingkah laku dan berhubungan sosial , baik di
rumah , di sekolah , maupun di masyarakat dengan menjunjung tinggi tata karma ,
sopan santun , serta nilai - nilai agama , adat , peraturan dan kebiasaan yang
berlaku .
3. Pengembangan hubungan yang dinamis dan harmonis serta produktif dengan
teman sebaya .
4. Pengenalan dan pemahaman peraturan dan tuntutan sekolah , rumah dan
lingkungan serta kesedaran untuk melaksanakannya .
5. Pemantapan kemampuan menerima dan mengemukakan pendapat serta
berargumentasi secara dinamis kreatif dan produktif .
6. Orientasi tentang hidup berkeluarga . Ada beberapa macam layanan bimbingan
sosial , yaitu :
1. Layanan Informasi Layanan informasi mencakup informasi tentang keadaan
masyarakat yang dapat mencakup perkembangan tentang ciri - ciri masyarakat
maju dan modern , makna ilmu pengetahuan dan pentingnya IPTEK bagi
kehidupan manusia serta informasi tentang cara - cara bergaul .
2. Layanan Orientasi Layanan orientasi untuk bidang pengembangan hubungan
sosial adalah suasana , lembaga dan objek - objek pengembangan sosial seperti
berbagai suasana hubungan sosial antar indivdu dalam keluarga , organisasi atau
lembaga tertentu , dalam acara sosial tertentu .
2.4 Pelayanan Bimbingan dan Konseling di bidang belajar
Bimbingan Belajar , yaitu bidang pelayanan yang membantu peserta didik
mengembangkan kemampuan belajar dalam rangka mengikuti pendidikan sekolah / madrasah
dan belajar secara mandiri . Bidang ini bertujuan membantu peserta didik dalam mengenal ,
menumbuhkan dan mengembangkan diri , sikap dan kebiasaan belajar yang baik untuk
menguasai pengetahuan dan keterampilan sesuai dengan program belajar di sekolah .
1. Aspek - aspek bimbingan belajar Pelayanan bimbingan dan konseling
membantu siswa mengembangkan kebiasaan belajar yang baik dalam
menguasai pengetahuan dan keterampilan serta menyiapkannya untuk
melanjutkan pendidikan pada tingkat pendidikan yang lebih tinggi . Bidang
bimbingan ini meliputi pokok - pokok materi berikut :
a. Pengembangan sikap dan kebiasaan belajar untuk mencari informasi dari
berbagai sumber belajar , bersikap terhadap guru dan narasumber lainnya ,
mengikuti pelajaran sehari - hari , mengerjakan tugas , mengembangkan
keterampilan belajar dan menjalani program penilaian .
b. Pengembangan disiplin belajar dan berlatih baik secara mandiri maupun
kelompok .
c. Pemantapan dan pengembangan penguasaan materi pelajaran
d. Orientasi belajar di Sekolah Lanjutan
e. Pemantapan pemahaman dan pemanfaatan kondisi fisik , sosial dan
budaya yang ada .
2. Tujuan bimbingan belajar Secara umum tujuan belajar adalah membantu
individu ( siswa ) agar mencapai perkembangan yang optimal , sehingga tidak
menghambat prkembangan belajar siswa . Selain itu secara khusus tujuan belajar
yaitu agar siswa mampu menghadapi dan memecahkan masalah - masalah
belajar.Sedangkan dalam konteks kemandirian tujuan bimbingan belajar adalah
agar siswa mandiri dalam belajar .
3. Bentuk - bentuk layanan bimbingan belajar Ada beberapa macam bentuk
layanan bimbingan belajar , yaitu :
a . Orientasi kepada siswa ( khususnya siswa baru ) tentang tujuan sekolah dan
madrasah . isi kurikulum pembelajaran , struktur organisasi sekolah , cara - cara
belajar yang tepat , dan penyesuaian diri dengan corak pendidikan di sekolah atau
madrasah .
b . Penyadaran kembali secara berkala tentang cara belajar yang tepat selama
mengikui pelajaran di sekolah dan madrasah maupun dirumah baik secara
individual maupun kelompok .
c . Bantuan dalam memilih jurusan atau program studi yang sesuai , memilih
kegiatan kegiatan non akademik yang menunjang usaha belajar dan memilih
program studi lanjutan untuk tingkat pndidikan yang lebih tinggi . Bantuan ini
juga menyangkut penyebaran informasi tentang program studi yang tersedia pada
jenjeng pendidikan tertentu .
d . Pengumpulan data siswa ( layanan pengumpulan data ) yang berkenaan dengan
kemampuan intelektual , bakat khusus , cita - cita hidup , ada program studi atau
jurusan - jurusan tertentu dan lain sebagainya .
e . Bantuan dalam mengatasi kesulitan - kesulitan belajar seperti kurang mampu
menyusun dan mentaati jadwal belajar dirumah , kurang siap menghadapi ujian
atau ulangan , kurang dapat berkonsentrasi , kurang menguasai cara belajar yang
tepat di berbagai mata pelajaran , menghadapi keadaan dirumah yang mempersulit
cara belajar secara rutin dan lain sebagainya .
2.5 Pelayanan Bimbingan dan Konseling di bidang karir
Bimbingan Karier , yaitu bidang pelayanan yang membantu peserta didik dalam
memahami dan menilai informasi , serta memilih dan mengambil keputusan karier . Bidang
ini bertujuan membantu peserta didik mengenal dunia kerja agar dapat menentukan kemana
selanjutnya mereka akan melangkah setelah lulus dan mengetahui potensi diri yang dimiliki
agar dapat diterapkan dengan kehidupannya serta dapat membaca peluang karier yang
tersedia di lingkungan sekitarnya . Menurut Winkel ( 2005 : 114 ) bimbingan karier adalah
bimbingan dalam mempersiapkan diri menghadapi dunia kerja , dalam memilih lapangan
kerja atau jabatan / profesi tertentu serta 6 membekali diri supaya siap memangku jabatan
itu , dan dalam menyesuaikan diri dengan berbagai tuntutan dari lapangan pekerjaan yang
dimasuki . Bimbingan karier juga dapat dipakai sebagai sarana pemenuhan kebutuhan
perkembangan peserta didik yang harus dilihat sebagai bagian integral dari program
pendidikan yang diintegrasikan dalam setiap pengalaman belajar bidang studi . Bimbingan
karier adalah suatu proses bantuan , layanan dan pendekatan terhadap individu ( siswa /
remaja ) , agar individu yang bersangkutan dapat mengenal dirinya , memahami dirinya , dan
mengenal dunia kerja merencankan masa depan dengan bentuk kehidupan yang diharapkan
untuk menentukan pilihan dan mengambil suatu keputusan bahwa keputusannya tersebut
adalah paling tepat sesuai dengan keadaan dirinya dihubungkan dengan persyaratan
persyaratan dan tunutan pekerjaan / karier yang dipilihnya ( Ruslan A.Gani : 11 ) Menurut
Herr bimbingan karier adalah suatu perangkat , lebih tepatnya suatu program yang
sistematik , proses , teknik , atau layanan yang dimaksudkan untuk membantu individu
memahami dan berbuat atas dasar pengenalan diri dan pengenalan kesempatan - kesempatan
dalam pekerjaan , pendidikan , dan waktu luang , serta mengembangkan ketrampilan
ketrampilan mengambil keputusan sehingga yang bersangkutan dapat menciptakan dan
mengelola perkembangan kariernya ( Marsudi , 2003 : 113 ) .
Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa bimbingan karier adalah suatu upaya
bantuan terhadap peserta didik agar dapat mengenal dan memahami dirinya ,
mengenal dunia kerjanya , mengembangkan masa depan sesuai dengan bentuk
kehidupan yang diharapkannya , mampu menentukan dan mengambil keputusan
secara tepat dan bertanggungjawab .
1. Aspek - aspek bimbingan karier Pelayanan bimbingan dan konseling
membantu siswa mengenali dan mulai mengarahkan diri untuk masa depan
karier . Bidang bimbingan ini memuat pokok - pokok materi berikut :
a. Pengenalan awal terhadap dunia kerja dan usaha memperoleh penghasilan
untuk memenuhi kebutuhan hidup .
b. Pengenalan , orientasi dan informasi karier pada umumnya secara
sederhana .
c. Pengenalan dan pemahaman diri secara awal berkenaan dengan
kecenderungan karier yang hendak dikembangkan .
d. Orientasi dan informasi sederhana terhadap pendidikan yang lebih tinggi ,
khususnya dalam kaitannya dengan karier yang hendak dikembangkan .
2. Tujuan bimbingan karier Berdasarkan pengertian diatas , dapat di ketahui
bahwa tujuan bimbingan karier antara lain :
a . Agar siswa memperoleh informasi tentang karier atau jabatan atau profesi
tertentu .
b . Agar siswa memperoleh pemhaman tentang karier atau pekerjaan atau
profesi tertentu secara benar .
c . Agar siswa mampu merencanakan dan memilih karier tertentu kelak
setelah selesai dari pendidikan .
d . Agar siswa mampu menyesuaikan diri dengan karier yang akan dipilihnya
kelak .
e . Agar siswa mampu mengembangkan karier setelah selesai dari
pendidikannya . Dengan demikian , bimbingan karier di sekolah atau di
madrasah tidak secara langsung membantu siswa untuk berkarier tetapi lebih
banyak bersifat informasi . Hal ini tentunya pengecualian bagi sekolah -
sekolah kejuruan yang berorientasi karier , dimana selain siswa dibekali
tentang aplikasi karier - karier tertentu , juga dibimbing bagaimana
pemilihan , perencanaan , dan pengembangannya.
3. Bentuk - bentuk layanan bimbingan karier Beberapa jenis layanan karier yang
bisa diberikan kepaa siswa disekolah dan madrasah antara lain :
a . Layanan informasi tentang diri sendiri , yang mencakup : kemampuan
intelektual , bakat khusus dibidang akademik , minat - minat umum dan
khusus , hasil belajar dalam berbagai bidang studi , sifat - sifat kepribadian
yang ada relevansinya dengan karier seperti potensi kepemimpinan ,
kejujuran , keterbukaan , dll , nilai - nilai kehidupan dan cia - cita masa depan
, keterampilan - keterampilan khusus yang dimiliki siswa . kesehatan fisik dan
mental , kematangan vokasional , dan lain sebagainya .
b . Layanan informasi tentang lingkungan hidup yang relevan bagi
perencanaan karier . yang mencakup : informasi pendidikan ( educational
information ) , informasi jabatan ( vocational information ) , atau informasi
karier ( career information ) .
c . Usaha - usaha membantu siswa merencanakan masa depannya ,
mencakup : perencanaan masa depan , pengambilan keputusan , penyaluran
ke salah satu jalur studi akademik , pemantapan dan orientasi . d . Layanan
orientasi untuk bidang pengembangan karier mencakup suasana , lembaga .
dan objek karier ( pekerjaan ) seperti kantor , bengkel , pabrik ,
pengoperasionalan perangkat kerja tertentu , dan lain sebagainya .
2.6 Peran Guru dalam Bidang Pengembangan Pelayanan BK
Sesuai dengan Mata Pelajaran yang diampu / dibina Guru berusaha membimbing siswa
agar dapat menemukan berbagai potensi yang dimilikinya , membimbing siswa agar dapat
mencapai dan melaksanakan tugas - tugas perkembangan mereka , sehingga dengan
ketercapaian itu ia dapat tumbuh dan berkembang sebagai individu yang mandiri dan
produktif . Siswa adalah individu yang unik . Artinya , tidak ada dua individu yang sama .
Walaupun secara fisik mungkin individu memiliki kemiripan , akan tetapi pada hakikatnya
mereka tidaklah sama , baik dalam bakat , minat , kemampuan dan sebagainya . Di samping
itu setiap individu juga adalah makhluk yang sedang berkembang . Irama perkembangan
mereka tentu tidaklah sama juga . Perbedaan itulah yang menuntut guru harus berperan
sebagai pembimbing . Hubungan guru dan siswa seperti halnya seorang petani dengan
tanamannya . Seorang petani tidak bisa memaksa agar tanamannya cepat berbuah dengan
menarik batang atau daunnya . Tanaman itu akan berbuah manakala ia memiliki potensi
untuk berbuah serta telah sampai pada waktunya untuk berbuah . Tugas seorang petani adalah
menjaga agar tanaman itu tumbuh dengan sempurna , tidak terkena hama penyakit yang dapat
menyebabkan tanaman tidak berkembang dan tidak tumbuh dengan sehat , yaitu dengan cara
menyemai , menyiram , memberi pupuk dan memberi obat pembasmi hama . Demikian juga
halnya dengan seorang guru . Guru tidak dapat memaksa agar siswanya jadi " itu " atau jadi "
ini " . Siswa akan tumbuh dan berkembang menjadi seseorang sesuai dengan minat dan bakat
yang dimilikinya . Tugas guru adalah menjaga , mengarahkan dan membimbing agar siswa
tumbuh dan berkembang sesuai dengan potensi , minat dan bakatnya . Inilah makna peran
sebagai pembimbing . Jadi , inti dari peran guru sebagai pembimbing adalah terletak pada
kekuatan intensitas hubungan interpersonal antara guru dengan siswa yang dibimbingnya .
Di sekolah , tugas dan tanggung jawab utama guru adalah melaksanakan kegiatan
pembelajaran siswa . Kendati demikian , bukan berarti dia sama sekali lepas dengan kegiatan
pelayanan bimbingan dan konseling . Peran dan konstribusi guru mata pelajaran tetap sangat
diharapkan guna kepentingan efektifitas dan efisien pelayanan Bimbingan dan Konseling di
sekolah . Bahkan dalam batas - batas tertentu guru pun dapat bertindak sebagai konselor bagi
siswanya . Wina Senjaya ( 2006 ) menyebutkan salah satu peran yang dijalankan oleh guru
yaitu sebagai pembimbing dan untuk menjadi pembimbing baik guru harus memiliki
pemahaman tentang anak yang sedang dibimbingnya . Sementara itu , berkenaan peran guru
mata pelajaran dalam bimbingan dan konseling , Sofyan S. Willis ( 2005 ) mengemukakan
bahwa guru - guru mata pelajaran dalam melakukan pendekatan kepada siswa harus
manusiawi - religius , bersahabat , ramah , mendorong , konkret , jujur dan asli , memahami
dan menghargai tanpa syarat . Lebih jauh , Abin Syamsuddin ( 2003 ) menyebutkan bahwa
guru sebagai pembimbing dituntut untuk mampu mengidentifikasi siswa yang diduga
mengalami kesulitan dalam belajar , melakukan diagnosa , prognosa , dan kalau masih dalam
batas kewenangannya , harus membantu pemecahannya ( remedial teaching ) . Berkenaan
dengan upaya membantu mengatasi kesulitan atau masalah siswa , peran guru tentu berbeda
dengan peran yang dijalankan oleh konselor profesional . Sofyan S. Willis ( 2004 )
mengemukakan tingkatan masalah siswa yang mungkin bisa dibimbing oleh guru yaitu
masalah yang termasuk kategori ringan , seperti : membolos , malas , kesulitan belajar pada
bidang tertentu , berkelahi dengan teman sekolah , bertengkar , minum minuman keras tahap
awal , berpacaran , mencuri kelas ringan . Dalam konteks organisasi layanan Bimbingan dan
Konseling , di sekolah , peran dan konstribusi guru sangat diharapkan guna kepentingan
efektivitas dan efisien pelayanan Bimbingan dan Konseling di sekolah . Prayitno ( 2003 )
memerinci peran , tugas dan tanggung jawab guru - guru mata pelajaran dalam bimbingan
dan konseling adalah :
1. Membantu konselor mengidentifikasi siswa - siswa yang memerlukan layanan
bimbingan dan konseling , serta pengumpulan data tentang siswa - siswa tersebut .
2. Membantu memasyarakatkan pelayanan bimbingan dan konseling kepada siswa .
3. Mengalihtangankan siswa yang memerlukan pelayanan bimbingan dan konseling
kepada konselor .
4. Menerima siswa alih tangan dari konselor , yaitu siswa yang menuntut konselor
memerlukan pelayanan khusus , seperti pengajaran / latihan perbaikan , dan program
pengayaan .
5. Membantu mengembangkan suasana kelas , hubungan guru - siswa dan hubungan
siswa - siswa yang menunjang pelaksanaan pelayanan pembimbingan dan konseling
6. Memberikan kesempatan dan kemudahan kepada siswa yang memerlukan layanan
atau kegiatan bimbingan dan konseling untuk mengikuti atau menjalani layanan
kegiatan yang dimaksudkan itu .
7. Membantu pengumpulan informasi yang diperlukan dalam rangka penilaian
pelayanan bimbingan dan konseling serta upaya tindak lanjutnya . Peranan guru
dalam pelaksanaan bimbingan dan konseling dapat di bedakan menjadi beberapa
bagian yaitu :
1. Tugas guru dalam layanan bimbingan dalam kelas Kejelasan gambaran tugas dapat
memotivasi guru untuk berperan secara aktif dalam kegiatan bimbingan dan mereka
merasa ikut bertanggung jawab atas terlaksananya kegiatan itu . Perilaku guru dapat
mempengaruhi keberhasilan belajar , misalnya guru yang bersifat otoriter akan
menimbulkan suasana tegang , hubungan guru siswa menjadi kaku , keterbukaan siswa
untuk mengemukakan kesulitan - kesulitan sehubungan dengan pelajaran itu menjadi
terbatas . Oleh karena itu , guru harus dapat menerapkan fungsi bimbingan dalam
kegiatan belajar - mengajar . Seorang guru dapat melakukan bimbingan di dalam kelas
dengan hal - hal berikut .
a) Guru sebagai pembangkit motivasi belajar Pembangkitan motivasi belajar oleh
guru kelas dapat dilakukan secara khusus menggunakan jam pelajaran atau
diselipkan sambil mengajar atau memberikan latihan - latihan . Selain itu guru
juga harus melakukan upaya - upaya untuk membangkitkan motivasi belajar
peserta didik antara lain :
1. Menjelaskan manfaat dan tujuan dari pelajaran yang diberikan . Tujuan yang
jelas dan manfaat yang betul - betul dirasakan oleh peserta didik akan
membangkitkan motivasi belajar .
2. Memilih materi atau bahan pelajaran yang betul-betul dibutuhkan oleh siswa.
Sesuatu yang dibutuhkan akan menarik minat sisiwa, dan minat tersebut
merupakan salah satu bentuk motivasi.
3. Memilih cara penyajian yang bervariasi, sesuai dengan kemampuan peserta
didik dan banyak memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk
mencoba dan berpartisipasi. Banyak berbuat dalam belajar akan lebih
membangkitkan semangat dibandingkan hanya dengan mendengarkan. Oleh
karena itu, guru perlu menciptakan berbagai kegiatan peserta didik di dalam
kelas.
4. Memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk meraih kesuksesan.
Kesuksesan yang dicapai oleh peserta didik akan membangkitkan motivasi
belajar, dan sebaliknya kegagalan yang terjadi pada peserta didik dapat
menghilangkan motivasi.
5. Memberikan kemudahan dan bantuan kepada peserta didik dalam proses
belajar. Tugas guru ialah membantu mengoptimalkan perkembangan siswa.
Agar perkembangan peserta didik lancar, guru memberikan kemudahan
kemudahan dalam belajar, dan tidak mempersulit perkembangan belajar yang
dialami siswa. Apabila peserta didik mengalami kesulitan atau hambatan
dalam belajar, guru memberikan bantuan baik secara langsung maupun dengan
memberi petunjuk kepada siapa atau kemana meminta bantuan.
6. Memberikan pujian. ganjaran, ataupun hadiah untuk membangkitkan motivasi
belajar peserta didik.

2.Guru sebagai tokoh kunci dalam bimbingan


Guru memiliki hubungan yang erat dengan murid. Karena guru banyak memiliki waktu dan
kesempatan untuk mempelajari murid, mengawasi tingkah laku dan kegiatannya. Kedudukan
guru dalam pendidikan yaitu memiliki wewenang sepenuhnya dalam mempelajari dan
memahami siswa-siswanya, bukan saja sebagai individu tetapi juga sebagai anggota
kelompok atau kelasnya. Sejak siswa masuk ke sekolah dari pagi hari sampai sekolah usai,
guru akan memanfaatkan setiap kesempatan untuk membantu BK dalam mengumpulkan data
yang diperlukan agar dapat memahami siswa dengan baik.
Sebagian dari data tersebut didapatkan dari murid sendiri atau dari orang tuanya dengan
mengisi formulir-formulir isian atau melalui informasi lisan. Data lainnya diperoleh dari
pelaksanaan tes atau melalui observasi terhadap kegiatan-kegiatan siswa, kebiasaan dan
tingkah lakunya baik di dalam kelas maupun diluar kelas. Karena itulah guru memiliki peran
penting sebagai anggota utama di antara petugas-petugas bimbingan. Pada umumnya guru
tersebut berada pada posisi yang lebih baik untuk mengetahui masalah-masalah, sikap dan
kebutuhan siswa sehingga memudahkan guru untuk memberikan bantuan kepada siswa yang
membutuhkan.
3.Mengetahui murid sebagai individu
Tugas pertama guru dalam bimbingan adalah mengetahui atau lebih mengenal siswanya.
Kegiatan bimbingan tidak akan berhasil dengan baik manakala guru kurang memahami
siswa. Oleh karena itu diperlukan pemahaman atau pengetahuan terhadap siswa tentang
kebiasaannya dalam belajar. dalam bermain, kesehatannya, asal-usulnya, teman-teman
karibnya bahkan latar belakang sosial-ekonominya Djumhur (1975: 127-129).
Beberapa hal yang perlu diperhatikan guru dalam proses belajar-mengajar sesuai dengan
fungsinya sebagai guru dan pembimbing, yaitu: Mengusahakan agar siswa-siswa dapat
memahami dirinya, kecakapan-kecakapan, sikap, minat, dan pembawaannya. Menyediakan
kondisi-kondisi yang memungkinkan setiap siswa merasa aman, dan berkeyakinan bahwa
kecakapan dan prestasi yang dicapainya mendapat penghargaan dan perhatian.
Mengembangkan sikap-sikap dasar bagi tingkah laku sosial yang baik. Menyediakan kondisi
dan kesempatan bagi setiap siswa untuk memperoleh hasil yang lebih baik. Membantu
memilih jabatan yang cocok, sesuai dengan bakat, kemampuan dan minatnya. Perlakuan
terhadap siswa secara hangat. ramah, rendah hati. menyenangkan. Perlakuan terhadap siswa
didasarkan atas keyakinan bahwa sebagai individu. siswa memiliki potensi untuk
berkembang dan maju serta mampu mengarahkan dirinya sendiri untuk mandiri. Kepekaan
terhadap perasaan yang dinyatakan oleh siswa dan membantu siswa untuk menyadari
perasaannya itu. Kesadaran bahwa tujuan mengajar bukan terbatas pada penguasaan siswa
terhadap bahan pengajaran saja, melainkan menyangkut pengembangan siswa menjadi
individu yang lebih dewasa.
3.1 Kesimpulan
Bimbingan merupakan suatu proses bantuan psikologis dan kemanusiaan
secara ilmiah dan profesional yang dibekali oleh pembimbing kepada yang
dibimbing ( peserta didik ) agar ia dapat berkembang secara optimal . Sedangkan
konseling merupakan situasi pertemuan tatap muka antara konselor dengan klien
( siswa ) yang berusaha memecahkan sebuah masalah dengan
mempertimbangkannya bersama - sama sehingga klien dapat memecahkan
masalahnya berdasarkan penentuan sendiri . Materi bimbingan dan konseling
terbagi dalam 4 ( empat ) bidang bimbingan yaitu : Bimbingan sosial , bimbingan
belajar , bimbingan karier , dan bimbingan pribadi . Bimbingan sosial membantu
peserta didik dalam interaksi dengan lingkungan sosialnya . Bimbingan belajar
membantu peserta didik mengembangkan kemampuan belajar dalam mengikuti
pendidikannya . Bimbingan karier membantu peserta didik peserta didik agar
dapat menentukan kemana selanjutnya mereka akan melangkah setelah lulus .
Bimbingan pribadi membantu peserta didik dalam mengenal dirinya sendiri .
Bimbingan keluarga membantu peserta didik memahami tugas dan tanggung
jawabnya sebagai anggota keluarga .
3.2 Saran
Suatu kemampuan dapat berkembang secara optimal apabila mendapat
bimbingan dan konseling yang terarah . Oleh karena itu , guru Bimbingan dan
Konseling sebaiknya menyusun dan melaksanakan program kegiatan terarah yang
dapat mengembangkan potensi siswa , baik bidang akademik , non akademik dan
psikologis melalui pembelajaran yang bermakna .
DAFTAR PUSTAKA
Priyanto dan Erman Anti. 1999. Dasar-dasar Bimbingan dan Konseling.
Jakarta:Rineka Cipta
Mamat Supriana.2011. Bimbingan dan Konseling Berbasis Kompetensi.
Jakarta;Rajawali Pers
https://esmae39.wordpress.com/2015/05/08/asas-dan-kode-etik-bimbingan-
konseling/

Anda mungkin juga menyukai