DI SUSUN OLEH:
1. SELVI YENI :2023009
2. ASRI TRI PUSPITA :2023021
KELAS:B.2.1
DOSEN PEMBIMBING
Trisila Devana M.pd
MATA KULIAH
Profesi Pendidikan
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT Tuhan Semesta Alam, karena atas
izin dan kehendak– Nya jualah makalah sederhana ini dapat saya selesaikan tepat pada
waktunya.
Penulisan dan pembuatan makalah ini bertujuan untuk memenuhi tugas mata kuliah Profesi
Kependidikan.
Dalam penulisan makalah ini penulis menemui berbagai hambatan yang dikarenakan
terbatasnya Ilmu Pengetahuan penulis mengenai hal yang berkenaan dengan penulisan
makalah ini. Oleh karena itu sudah sepatutnya penulis berterima kasih kepada dosen
pembimbing, yang telah memberikan limpahan ilmu berguna kepada kami.
Penulis menyadari makalah ini belum sempurna, tetapi dalam makalah ini penulis sudah
berusaha semaksimal mungkin. Oleh karena itu penulis mengharapkan saran dan juga
kritik yang bersifat membangun agar lebih baik dalam pengerjaan akan datang. Penulis juga
berharap agar makalah ini dapat berguna bagi orang lain yang membacanya.
II
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR...........................................................................................................................II
DAFTAR ISI........................................................................................................................................III
BAB I....................................................................................................................................................1
PENDAHULAN....................................................................................................................................1
1.1 .Latar Belakang............................................................................................................................1
1.2 Rumusan masalah......................................................................................................................2
1.3 Tujuan........................................................................................................................................2
BAB ll...................................................................................................................................................3
PEMBAHASAN...................................................................................................................................3
2.1 PENGERTIAN BIMBINGAN KONSELING DAN PERAN PENDIDIK...................................................3
2.2 tujuan bimbingan konseling.........................................................................................................4
2.3Jenis Bimbingan dan Konseling.....................................................................................................6
2.4 Tugas Guru Bimbingan dan Konseling..........................................................................................9
2.5 Fungsi Bimbingan dan Konseling di Sekolah..............................................................................10
2.7 Kegiatan Bimbingan Konseling
BAB III................................................................................................................................................14
PENUTUP...........................................................................................................................................14
3.1 KESIMPULAN.......................................................................................................................14
DAFTAR PUSTAKA................................................................................................................................15
III
BAB I
PENDAHULAN
1.1 .Latar Belakang
Bimbingan Konseling merupakan suatu kegiatan bantuan dan tuntunan yang diberikan
kepada individu pada umumnya, dan siswa pada khususnya di sekolah. Menurut Sertzer dan
Stone, bimbingan merupakan proses membantu orang perorangan untuk memahami dirinya
sendiri dan lingkungan hidupnya. Sedangkan konseling sendiri berasal dari kata latin
“Consilum” yang berarti “dengan” atau “bersama” dan “mengambil atau “memegang”. Maka
dapat dirumuskan sebagai memegang atau mengambil bersama.’
Pada bimbingan dan konseling di Dunia Internasional Sampai awal abad ke-20 belum ada
konselor disekolah. Pada saat itu pekerjaan-pekerjaan konselor masih ditangani oleh para
guru. Gerakan bimbingan disekolah mulai berkembang sebagai dampak dari revolusi industri
dan keragaman latar belakang para siswa yang masuk kesekolah-sekolah negeri. Tahun 1898
Jesse B. Davis, seorang konselor di Detroit mulai memberikan layanan konseling pendidikan
dan pekerjaan di SMA. Pada tahun 1907 dia memasukkan program bimbingan di sekolah
tersebut. Pada waktu yang sama para ahli yang juga mengembangkan program bimbingan ini
diantaranya; Eli Weaper, Frank Parson, E.G Will Amson, Carlr. Rogers.
Eli Weaper pada tahun 1906 menerbitkan buku tentang “memilih suatu karir” dan
membentuk komite guru pembimbing disetiap sekolah menengah di New York. Kamite
tersebut bergerak untuk membantu para pemuda dalam menemukan kemampuan-kemampuan
dan belajar tentang bimbingan menggunakan kemampuan-kemampuan tersebut dalam rangka
menjadi seorang pekerja yang produktif.
1
Frank Parson dikenal sebagai “Father of The Guedance Movement in American
Education”. Mendirikan biro pekerjaan tahun 1908 di Boston Massachussets, yang bertujuan
membantu pemuda dalam memilih karir uang didasarkan atas proses seleksi secara ilmiyah
dan melatih guru untuk memberikan pelayanan sebagai koselor.
Bimbingan dan konseling yang dahulu dikenal dengan nama Bimbingan dan
Penyuluhan (Guideance and Conseling), merupakan bagian tak terpisahkan dari sebuah
sistem pendidikan. Sebagai sebuah sistem, kehadirannya diperlukan dalam upaya
pembimbingan sikap perilaku siswa terutama dalam menghadapi perubahan-perubahan
dirinya dari anak-anak menuju jenjang usia yang lebih dewasa.
Pada kenyataannya, bimbingan dan konseling ini menjadi sebuah simbol yang sering
tidak berfungsi secara optimal. Pada hampir semua sekolah, fungsi bimbingan dan konseling
hanya muncul jika seorang siswa menghadapi permasalahan yang memang krusial, seperti
perkelahian, penyalahgunaan obat terlarang, kenakalan-kenakalan di luar batas, serta hal-hal
lain yang berada di luar batas kewajaran. Akibatnya, bimbingan dan konseling dalam
pandangan siswa menjadi semacam ”polisi sekolah” yang akan bertindak jika siswa
melanggar tata tertib sekolah. Di sisi lain, warga sekolah lainnya seperti kepala sekolah, guru-
guru, dan para staf sekolah lain selalu menunjuk guru bimbingan dan konseling jika didapati
adanya siswa yang memiliki permasalahan atau terlibat kasus tertentu.
Terlepas dari predikat guru bimbingan dan konseling, pada dasarnya guru adalah
jabatan profesional yang harus dipertanggungjawabkan secara profesional pula. Guru adalah
jabatan yang memerlukan keahlian khusus. Sikap, perilaku dan pemikiran seorang guru harus
tercermin dalam idealismenya. Oleh karena itu, pemahaman atas jabatan guru penting artinya
dalam rangka mengabdikan dirinya terhadap nusa, bangsa dan negara. Jenis pekerjaan ini
seharusnya tidak dapat dilakukan oleh sembarang orang di luar lingkup pendidikan.
Demikian pula halnya dengan jabatan fungsional guru bimbingan dan konseling yang
sesungguhnya hanya dapat dilaksanakan secara optimal oleh mereka yang memang memiliki
latar belakang kependidikan seperti itu. Jika suatu jabatan fungsional dilakukan oleh orang
yang tidak memiliki latar belakang pendidikan dan keprofesian yang benar, maka sangat
besar kemungkinannya terjadi penyimpangan peri-laku, penyimpangan kegiatan, dan
penyimpangan penafsiran di luar batas kewajaran yang seharusnya. Itulah yang terjadi dalam
ruang lingkup bimbingan dan konseling di tingkat sekolah dasar pada dewasa ini.
Dari latar belakang yang telah dituliskan di atas, dapat dirumuskan berbagai permasalahan
yaitu, sebagai berikut:
1. Apa saja program yang ada dalam Bimbingan Konseling di sekolah?
2. Apa saja peran guru dalam pelaksanaan Bimbingan Konseling?
2
3. Bagaimana kerjasama guru dan konselor dalam layanan Bimbingan Konseling?
4. Apa saja tugas dan problem guru dalam layanan Bimbingan Konseling di sekolah?
1.3 Tujuan
Dari latar belakang yang telah dituliskan di atas, maka tujuan dari makalah ini antara lain:
1. Untuk mengetahui program apa saja dalam Bimbingan Konseling di sekolah
2. Untuk mengetahui peran guru dalam pelaksanaan Bimbingan Konseling
3. Untuk mengetahui bagaimana kerjasama antara guru dan konselor dalam layanan
Bimbingan Konseling
4. Untuk mengetahui apa saja tugas dan problem guru dalam layanan Bimbingan
Konseling di sekolah.
BAB ll
PEMBAHASAN
Definisi Bimbingan
Dalam mendefinisikan istilah bimbingan, para ahli bidang bimbingan dan konseling
memberikan pengertian yang berbeda-beda. Meskipun demikian, pengertian yang mereka
sajikan memiliki satu kesamaan arti bahwa bimbingan merupakan suatu proses pemberian
bantuan.
3
Definisi Konseling
Konseling adalah hubungan pribadi yang dilakukan secara tatap muka antara dua orang
dalam mana konselor melalui hubungan itu dengan kemampuan-kemampuan khusus yang
dimilikinya, menyediakan situasi belajar. Dalam hal ini konseli dibantu untuk memahami diri
sendiri, keadaannya sekarang, dan kemungkinan keadaannya masa depan yang dapat ia
ciptakan dengan menggunakan potensi yang dimilikinya, demi untuk kesejahteraan pribadi
maupun masyarakat. Lebih lanjut konseli dapat belajar bagaimana memecahkan masalah-
masalah dan menemukan kebutuhan-kebutuhan yang akan datang. (Tolbert, dalam Prayitno
2004 : 101).
Istilah konseling berasal dari bahasa Inggris “to counsel” yang secara etimologis berarti “to
give advice” (Homby:1958:246)atau memberi saran dan nasihat.Konseling merupakan salah
satu teknik dalam pelayanan bimbingan dimana proses pemberian bantuan itu berlangsung
melalui wawancara dalam serangkaian pertemuan langsung dan tatap muka antara
guru/konselor dengan klien itu mampu memperoleh pemahaman yang lebih baik terhadap
dirinya, mampu memecahkan masalah yang dihadapinya dan mampu mengarahakn dirinya
untuk mengembangkan potensi yang dimiliki ke arah perkembangan yang optimal, sehingga
ia dapat mencapai kebahagiaan pribadi dan kemanfaatan sosial.
Dalam hubungan ini pelayanan bimbingan dan konseling diberikan kepada siswa “dalam
rangka upaya agar siswa dapat menemukan pribadi, mengenal lingkungan, dan merencanakan
masa depan”. (Prayitno. 1997:23). Bimbingan dalam rangka menemukan pribadi, ditujukan
agar peserta didik mengenal kekuatan dan kelemahan dirinya sendiri serta menerimanya
secara positif dan dinamis sebagai modal pengembangan diri lebih lanjut. Sebagai manusia
yang normal di dalam setiap diri individu selain memiliki hal-hal yang positif tentu ada yang
negatif. Pribadi yang sehat ialah apabila ia mampu menerima dirinya sebagaimana adanya
dan mampu mewujudkan hal-hal positif sehubungan dengan penerimaan dirinya itu.
Bimbingan dalam rangka mengenal lingkungan ditujukan agar peserta mengenal
lingkungannya secara objektif, baik lingkungan sosial dan ekonomi, lingkungan budaya yang
sangat sarat dengan nliai-nilai dan norma-norma, maupun lingkungan fisik dan menerima
berbagai kondisi lingkungan itu secara positif dan dinamis pula.
Sedangkan bimbingan dalam rangka merencanakan masa depan ditujukan agar peserta
didik mampu mempertimbangkan dan mengabil keputusan tentang masa depan dirinya, baik
yang menyangkkut bidang pendidikan, bidnag karir, maupun bidnag budaya, keluarga dan
masyarakat (Prayito, 1998: 24). Melalui perencanaan masa depan ini individu diharapkan
mampu mawujudkan dirinya sendiri dengan bakat, minat, intelegensi dan kemungkinan-
kemungkinan yang dimilikinya. Dan perlu pula diingat bahwa diri haruslah sejalan dengan
norma-norma dan nilai-nilai yang berlaku dalam masyarakat. Apabila kemampuan
4
mewujudkan diri ini benar-benar telah ada pada diri seseorang, maka akan mampu berdiri
sendiri sebagai pribadi yang mandiri, bebas dan mantap.
Betapa pentingnya asas-asas bimbingan konseling ini sehingga dikatakan sebagai jiwa
dan nafas dari seluruh kehidupan layanan bimbingan dan konseling. Apabila asas-asas ini
tidak dijalankan dengan baik, maka penyelenggaraan bimbingan dan konseling akan berjalan
tersendat-sendat atau bahkan terhenti sama sekali.
5
5. Asas Kemandirian; yaitu asas yang menunjukkan pada tujuan umum bimbingan dan
konseling; yaitu peserta didik (klien) sebagai sasaran layanan/kegiatan bimbingan
dan konseling diharapkan menjadi individu-individu yang mandiri, dengan ciri-ciri
mengenal diri sendiri dan lingkungannya, mampu mengambil keputusan,
mengarahkan, serta mewujudkan diri sendiri. Guru Pembimbing (konselor)
hendaknya mampu mengarahkan segenap layanan bimbingan dan konseling bagi
berkembangnya kemandirian peserta didik.
6. Asas Kekinian; yaitu asas yang menghendaki agar obyek sasaran layanan bimbingan
dan konseling yakni permasalahan yang dihadapi peserta didik/klien dalam kondisi
sekarang. Kondisi masa lampau dan masa depan dilihat sebagai dampak dan
memiliki keterkaitan dengan apa yang ada dan diperbuat peserta didik (klien) pada
saat sekarang.
7. Asas Kedinamisan; yaitu asas yang menghendaki agar isi layanan terhadap sasaran
layanan (peserta didik/klien) hendaknya selalu bergerak maju, tidak monoton, dan
terus berkembang serta berkelanjutan sesuai dengan kebutuhan dan tahap
perkembangannya dari waktu ke waktu.
8. Asas Keterpaduan; yaitu asas yang menghendaki agar berbagai layanan dan kegiatan
bimbingan dan konseling, baik yang dilakukan oleh guru pembimbing maupun pihak
lain, saling menunjang, harmonis dan terpadukan. Dalam hal ini, kerja sama dan
koordinasi dengan berbagai pihak yang terkait dengan bimbingan dan konseling
menjadi amat penting dan harus dilaksanakan sebaik-baiknya.
9. Asas Kenormatifan; yaitu asas yang menghendaki agar segenap layanan dan kegiatan
bimbingan dan konseling didasarkan pada norma-norma, baik norma agama, hukum,
peraturan, adat istiadat, ilmu pengetahuan, dan kebiasaan – kebiasaan yang berlaku.
Bahkan lebih jauh lagi, melalui segenap layanan/kegiatan bimbingan dan konseling
ini harus dapat meningkatkan kemampuan peserta didik (klien) dalam memahami,
menghayati dan mengamalkan norma-norma tersebut.
10. Asas Keahlian; yaitu asas yang menghendaki agar layanan dan kegiatan bimbingan
dan konseling diselnggarakan atas dasar kaidah-kaidah profesional. Dalam hal ini,
para pelaksana layanan dan kegiatan bimbingan dan konseling lainnya hendaknya
tenaga yang benar-benar ahli dalam bimbingan dan konseling. Profesionalitas guru
pembimbing (konselor) harus terwujud baik dalam penyelenggaraaan jenis-jenis
layanan dan kegiatan bimbingan dan konseling dan dalam penegakan kode etik
bimbingan dan konseling.
11. Asas Alih Tangan Kasus; yaitu asas yang menghendaki agar pihak-pihak yang tidak
mampu menyelenggarakan layanan bimbingan dan konseling secara tepat dan tuntas
atas suatu permasalahan peserta didik (klien) kiranya dapat mengalih-tangankan
kepada pihak yang lebih ahli. Guru pembimbing (konselor)dapat menerima alih
tangan kasus dari orang tua, guru-guru lain, atau ahli lain. Demikian pula, sebaliknya
guru pembimbing (konselor), dapat mengalih-tangankan kasus kepada pihak yang
lebih kompeten, baik yang berada di dalam lembaga sekolah maupun di luar sekolah.
12. Asas Tut Wuri Handayani; yaitu asas yang menghendaki agar pelayanan bimbingan
dan konseling secara keseluruhan dapat menciptakan suasana mengayomi
(memberikan rasa aman), mengembangkan keteladanan, dan memberikan rangsangan
6
dan dorongan, serta kesempatan yang seluas-luasnya kepada peserta didik (klien)
untuk maju.
1. Bimbingan Pendidikan (Educational Guidance) Dalam hal ini bantuan yang dapat
diberikan kepada anak dalam bimbingan pendidikan berupa informasi pendidikan, cara
belajar yang efektif, pemilihan jurusan, lanjutan sekolah, mengatasi masalah belajar,
mengambangkan kemampuan dan kesanggupan secara optimal dalam pendidikan atau
membantu agar para siswa dapat sukses dalm belajar dan mampu menyesuaikan diri
terhadap semua tuntutan sekolah.
2. Bimbingan Pekerjaan
Bimbingan pekerjaan merupakan kegiatan bimbingan yang pertama, yang dimulai oleh
Frank Parson pada tahun 1908 di Boston, Amerika Serikat. Departemen tenaga kerja di
negara ini telah memplopori bimbingan pekerjaan bagi kaum muda agar mereka
memiliki bekal untuk terjun ke masyarakat.
Bimbingan pekerjaan telah masuk sekolah dan setiap siswa di sekolah lanjutan tungkat
pertama dan atas menerima bimbingan karir. Konsep Parson sangat sederhana, yaitu
sekedar membandingkandan mengkombinasikan antara hasil analisis individual dan hasil
analisis dunia kerja
3. Bimbingan Pribadi
Bimbingan pribadi merupakan batuan yang diberikan kepada siswa untuk embangun
hidup pribadinya, seperti motivasi, persepsi tentang diri, gaya hidup, perkembangan
nilai-nilai moral / agama dan sosial dalam diri, kemampuan mengerti dan menerima diri
orang lain, serta membantunya untuk memecahkan masalah pribadi yang ditemuinya.
7
Ketepatan bimbingan ini lebih terfokus pada pengembangan pribadi, yaitu membantu
para siswa sebagai diri untuk belajar mengenal dirinya, belajar menerima dirinya, dan
belajar menerapkan dirinya dalam proses penyesuaian yang produktif terhadap
lingkunganya.
1. pemantapan sikap dan kebiasaan serta pengembangan wawasan dalam beriman dan
bertakwa kepada Tuhan YME
2. Pemantapan pemahaman tentang kekuatan diri dan pengembangan untuk kegiatan-
kegiatan yang kreatif dan produktif, baik dalam kehidupan sehari-hari maupun untuk
peranya masa depan
3. Pemantapan pemahaman tentang kelamahan diri dan usaha penanggulanganya.
4. Pemantapan kemampuan mengambil keputusan.
5. Pemantapan kemampuan mengarahkan diri sesuai dengan keputusan yang
diambilnya.
6. Pemantapan kemampuan berkomunikasi, baik melalui lisan maupun tulisan secara
efektif
7. Pemantapan kemampuan menerima dan menyampaikan pendapat serta
berargumentasi secara dinamis, kreatif dan produktif.
Selain jenis – jenis dalam bimbingan, juga terdapat beberapa jenis-jenis layanan dalam
bimbignan dan konseling. Berikut uraianya :
8
dirinya serta berbagai aspek tujuan dan kegiatan belajar lainnya, dengan tujuan agar
peserta didik dapat mengembangkan sikap dan kebiasaan belajar yang baik. Layanan
pembelajaran berfungsi untuk pengembangan.
4. Layanan Penempatan dan Penyaluran; merupakan layanan yang memungkinan peserta
didik memperoleh penempatan dan penyaluran di dalam kelas, kelompok belajar,
jurusan/program studi, program latihan, magang, kegiatan ko/ekstra kurikuler, dengan
tujuan agar peserta didik dapat mengembangkan segenap bakat, minat dan segenap
potensi lainnya. Layanan Penempatan dan Penyaluran berfungsi untuk
pengembangan.
5. Layanan Konseling Perorangan; merupakan layanan yang memungkinan peserta didik
mendapatkan layanan langsung tatap muka (secara perorangan) untuk mengentaskan
permasalahan yang dihadapinya dan perkembangan dirinya. Tujuan layanan
konseling perorangan adalah agar peserta didik dapat mengentaskan masalah yang
dihadapinya. Layanan Konseling Perorangan berfungsi untuk pengentasan dan
advokasi.
6. Layanan Bimbingan Kelompok; merupakan layanan yang memungkinan sejumlah
peserta didik secara bersama-sama melalui dinamika kelompok memperoleh bahan
dan membahas pokok bahasan (topik) tertentu untuk menunjang pemahaman dan
pengembangan kemampuan sosial, serta untuk pengambilan keputusan atau tindakan
tertentu melalui dinamika kelompok, dengan tujuan agar peserta didik dapat
memperoleh bahan dan membahas pokok bahasan (topik) tertentu untuk menunjang
pemahaman dan pengembangan kemampuan sosial, serta untuk pengambilan
keputusan atau tindakan tertentu melalui dinamika kelompok. Layanan Bimbingan
Kelompok berfungsi untuk pemahaman dan pengembangan
7. Layanan Konseling Kelompok; merupakan layanan yang memungkinan peserta didik
(masing-masing anggota kelompok) memperoleh kesempatan untuk pembahasan dan
pengentasan permasalahan pribadi melalui dinamika kelompok, dengan tujuan agar
peserta didik dapat memperoleh kesempatan untuk pembahasan dan pengentasan
permasalahan pribadi melalui dinamika kelompok. Layanan Konseling Kelompok
berfungsi untuk pengentasan dan advokasi.
Kehidupan demokrasi: Guru tidak lagi menjadi pusat dan siswa tidak hanya menjadi
peserta pasif dalam kegiatan pendidikan. Guru hanya membantu siswa untuk dapat
mengambil keputusannya sendiri.
Perbedaan individual: Pembelajaran yang umumnya dilakukan secara klasikal kurang
memperhatikan perbedaan siswa dalam kemampuan dan cara belajarnya sehingga
beberapa siswa mungkin akan mengalami kesulitan.
Perkembangan norma hidup: Masyarakat berubah secara dinamis. Demikian pula
dengan berbagai norma hidup yang ada di dalamnya. Setiap orang harus bisa
beradaptasi dengan berbagai perubahan tersebut.
9
Masa perkembangan: Seorang individu mengalami perkembangan dalam berbagai
aspek dalam dirinya dan perubahan tuntutan lingkungan terhadap dirinya. Diperlukan
penyesuaian diri untuk menghadapi perubahan-perubahan tersebut.
Perkembangan industri: Seiring dengan perkembangan teknologi yang cepat, industri
juga berkembang dengan pesat. Untuk memiliki karier yang baik, siswa harus bisa
mengantisipasi keadaan tersebut.
Tugas guru bimbingan dan konseling/konselor yaitu membantu peserta didik dalam:
Bila dicermati dari sudut sosio kultural, yang melatarbelakangi perlunya proses
10
bimbingan adalah adanya perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang pesat
sehingga berdampak disetiap dimensi kehidupan. Hal tersebut semakin diperparah
dengan laju pertumbuhan penduduk yang tinggi, sementara laju lapangan pekerjaan
relatif menetap.
Menurut Tim MKDK IKIP Semarang (1990:5-9) ada lima hal yang melatarbelakangi
perlunya layanan bimbingan di sekolah yakni:
(1) masalah perkembangan individu,
(2) masalah perbedaan individual,
(3) masalah kebutuhan individu,
(4) masalah penyesuaian diri dan kelainan tingkah laku, dan
(5) masalah belajar
1) Pemahaman tentang diri sendiri peserta didik terutama oleh pesert didik
sendiri, orang tua, guru pada umumnya dan guru pembimbing.
11
jenis layanan dan kegiatan bimbingan dan konseling untuk mencapai hasil sebagaimana
terkandung didalam masing-masing fungsi itu. Setiap layanan dan kegiatan bimbingan
dan konseling yang dilaksanakan harus secara langsung mengacu kepada satu atau lebih
fungsi-fungsi tersebut agar hasilhasil yang dicapainya secara jelas dapat diidentifikasi
dan dievaluasi.
sasaran layanan, jenis layanan dan kegiatan pendukung serta berbagai aspek
a. Bimbingan dan konseling berurusan dengan hal yang menyangkut pengaruh kondisi
mental/fisik individu terhadap penyesuaian dirinya di rumah, di sekolah, serta dalam
kaitannya dengan kontrak sosial,pekerjaan dan sebaliknya pengaruh lingkungan
tehadap kondisi mental dan fisik individu.
a. Bimbingan dan konseling merupakan bagian dari integral dari upaya pendidikan dan
pengembangan individu, oleh karena itu program bimbingan dan konseling harus
diselaraskan dan dipadukan dengan program pendidikan serta pengembangan peserta
didik
12
b. Program bimbingan dan konseling harus fleksibel disesuaikan dengan kebutuhan
individu, masyarakat dan kondisi lembaga program bimbingan dan konseling
disusun secara berkelanjutan dari jenjang pendidik yang terendah sampai tertinggi
c. Terhadap isi dan pelaksanaan program bimbingan dan konseling perlu diarahkan
yang teratur dan terar
13
(8) bidang perilaku sosial, dan
(9)bidang kehidupan lainnya.
c. Layanan perencanaan individual adalah layanan bimbingan yang membantu seluruh
peserta didik dan mengimplementasikan rencana-rencana pendidikan, karir,dan
kehidupan sosial dan pribadinya. Tujuan utama dari layanan ini untuk membantu
siswa memantau pertumbuhan dan memahami perkembangan sendiri.
Sardiman (2001:142) menyatakan bahwa ada sembilan peran guru dalam kegiatan BK, yaitu:
a. Informator, guru diharapkan sebagai pelaksana cara mengajar informatif, laboratorium,
studi lapangan, dan sumber informasi kegiatan akademik maupun umum.
b. Organisator, guru sebagai pengelola kegiatan akademik, silabus, jadwal pelajaran dan lain-
lain.
c. Motivator, guru harus mampu merangsang dan memberikan dorongan serta reinforcement
untuk mendinamisasikan potensi siswa, menumbuhkan swadaya (aktivitas) dan daya cipta
(kreativitas) sehingga akan terjadi dinamika di dalam proses belajar-mengajar.
d. Director, guru harus dapat membimbing dan mengarahkan kegiatan belajar siswa sesuai
dengan tujuan yang dicita-citakan.
14
pengetahuan.
g. Fasilitator, guru akan memberikan fasilitas atau kemudahan dalam proses belajar-
mengajar.
h. Mediator, guru sebagai penengah dalam kegiatan belajar siswa.
i. Evaluator, guru mempunyai otoritas untuk menilai prestasi anak didik dalam bidang
akademik maupun tingkah laku sosialnya, sehingga dapat menentukan bagaimana anak
didiknya berhasil atau tidak.
BAB III
PENUTUP
3.1 KESIMPULAN
Selain guru bimbingan dan konseling dalam bimbingan konseling guru mata pelajaran juga
mempunyai peran penting dalam bimbingan dan konseling, yaitu untuk memudahkan proses
pembelajaran didalam kelas, guru sebagai pengajar harus memiliki pemahaman anak yang
diajarnya. Selain guru pengajar peran kepala sekolah juga memiliki peran sangat penting
dalam bimbingan dan konseling kepala sekolah bertanggung jawab terhadap kelancaran
pelaksanaan seluruh program sekolah, khususnya program layanan bimbingan dan konseling
di sekolah yang dipimpinnya. Karena posisinya yang sentral, kepala sekolah adalah orang
yang paling berpengaruh dalam pengembangan atau peningkatan pelayanan bimbingan dan
konseling di sekolahnya. Sebagai supervisor, kepala sekolah bertanggung jawab dalam
melaksanakan program-program penilaian, penelitian dan perbaikan atau peningkatan
layanan bimbingan dan konseling. Ia membantu mengembangkan kebijakan dan prosedur-
prosedur bagi pelaksanaan program bimbingan dan konseling di sekolahnya.
15
DAFTAR PUSTAKA
-, http://eko13.wordpress.com/2008/03/16/pengertian-bimbingan/
-, http://one.indoskripsi.com/judul-skripsi-makalah-tentang/fungsi-tujuan-dan-asas-asas-bimbingan-
dan-konseling
-. http://makalah-di.blogspot.com/2009/11/makalah-asas-dan-tujuan-bimbingan.html
-. http://sobatbaru.blogspot.com/2009/01/pengertian-bimbingan-dan-konseling.html
16