Anda di halaman 1dari 17

MAKALAH

“Landasan-Landasan Bimbingan dan Konseling”

(Mata Kuliah : Pengantar BKI)

Dosen Pengampu :

NUR CAHAYA NASUTION, MA

Disusun oleh :

Fina Jauharatul Hamidah (2013000041)

PRODI : BIMBINGAN KONSELING PENDIDIKAN ISLAM

SEMESTER II

SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM MA’ARIF JAMBI


TAHUN AKADEMIK 2020/2021

1
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan atas kehadirat Allah SWT. Berkat


limpahan rahmat dan karunia-Nya kami mampu menyelesaikan tugas
makalah ini guna memenuhi tugas mata kuliah PENGANTAR BKI.

Makalah ini disusun agar pembaca dapat memperluas ilmu


serta menambah wawasan tentang “Landasan-landasan Bimbingan dan
Konseling”. Ucapan terima kasih kami haturkan kepada rekan-rekan dan
semua pihak yang telah membantu, sehingga makalah kami ini dapat
terselesaikan tepat pada waktunya.

Dengan segala kerendahan hati kami sangat mengharapkan


kritik dan sarannya yang bersifat membangun, agar kami dapat
menyusun makalah lebih baik lagi. Kami menyadari masih banyak
kekurangan dan jauh dari sempurna. Karena kesempurnaan
sesungguhnya hanya datangnya dari Allah SWT. Semoga makalah ini
dapat bermanfaat bagi para penulis pada khususnya dan masyarakat
pada umumnya.

Jambi, Maret 2021

Penyusun

DAFTAR ISI

2
KATA PENGANTAR...................................................................................2

DAFTAR ISI...................................................................................................3

BAB I. PENDAHULUAN.............................................................................4

A. Latar Belakang.....................................................................................4

B. Rumusan Masalah...............................................................................5

C. Tujuan Masalah...................................................................................5

BAB II. PEMBAHASAN...............................................................................6

A. Pengertian Landasan Bimbingan dan Konseling............................6

B. Landasan-landasan Bimbingan dan Konseling................................7

BAB III. PENUTUP.......................................................................................16

A. Kesimpulan.........................................................................................16

B. Saran.....................................................................................................16

DAFTAR PUSTAKA.....................................................................................17

BAB I

3
PENDAHULUAN

A.    LATAR BELAKANG

Bimbingan dan Konseling merupakan bagian integral dari


pendidikan di Indonesia. Sebagai sebuah layanan profesional, kegiatan
layanan bimbingan dan konseling tidak bisa dilakukan secara
sembarangan, namun harus berangkat dan berpijak dari suatu landasan
yang kokoh, yang didasarkan pada hasil-hasil pemikiran dan penelitian
yang mendalam. Dengan adanya pijakan yang jelas dan kokoh
diharapkan pengembangan layanan bimbingan dan konseling, baik dalam
tataran teoritik maupun praktek, dapat semakin lebih mantap dan bisa
dipertanggungjawabkan serta mampu memberikan manfaat besar bagi
kehidupan, khususnya bagi para penerima jasa layanan (klien). .

Agar aktivitas dalam layanan bimbingan dan konseling tidak


terjebak dalam berbagai bentuk penyimpangan yang dapat merugikan
semua pihak, khususnya pihak para penerima jasa layanan (klien) maka
pemahaman dan penguasaan tentang landasan bimbingan dan konseling
khususnya oleh para konselor tampaknya tidak bisa ditawar-tawar lagi
dan menjadi mutlak adanya..

Berbagai kesalahkaprahan dan kasus malpraktek yang terjadi


dalam layanan bimbingan dan konseling selama ini,– seperti adanya
anggapan bimbingan dan konseling sebagai “polisi sekolah”, atau
berbagai persepsi lainnya yang keliru tentang layanan bimbingan dan
konseling,- sangat mungkin memiliki keterkaitan erat dengan tingkat
pemahaman dan penguasaan konselor tentang landasan bimbingan dan
konseling. Dengan kata lain, penyelenggaraan bimbingan dan konseling
dilakukan secara asal-asalan, tidak dibangun di atas landasan yang
seharusnya.

Oleh karena itu, dalam upaya memberikan pemahaman tentang


landasan bimbingan dan konseling, khususnya bagi para konselor,
melalui tulisan ini akan dipaparkan tentang beberapa landasan yang
menjadi pijakan dalam setiap gerak langkah bimbingan dan konseling.

    B.     RUMUSAN MASALAH

1. Apa pengertian landasan bimbingan dan konseling?

4
2. Apa saja landasan-landasan bimbingan dan konseling?

    C.     TUJUAN MASALAH

1. Untuk mengetahui pengertian landasan bimbingan dan


konseling

2. Untuk mengetahui landasan-landasan bimbingan dan konseling

BAB II

PEMBAHASAN

5
A.    PENGERTIAN LANDASAN BIMBINGAN DAN KONSELING

Landasan di dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (pusat


bahasa diknas.go.id) diartikan sebagai alas, dasar, atau tumpuan. Adapun
secara istilah, landasan sebagai dasar dikenal pula sebagai fundasi.
Mengacu kepada pengertian tersebut, kita dapat memahami bahwa
landasan adalah suatu alas atau dasar pijakan dari sesuatu hal; suatu titik
tumpu atau titik tolak dari sesuatu hal; atau suatu fundasi tempat
berdirinya sesuatu hal.

Sedangkan menurut pakar, Bimbingan yaitu suatu proses


pemberian bantuan yang terus menerus dan sistematis dari pembimbing
kepada yang dibimbing agar tercapai kemandirian dalam pemahaman
diri, penerimaan diri, pengarahan diri dan perwujudan diri dalam
mencapai tingkat perkembangan yang optimal dan penyesuaian diri
dengan lingkungan.1 Adapun Konseling merupakan bagian dari
bimbingan, baik sebagai pelayanan maupun sebagai teknik.
Konseling suatu jenis pelayanan yang merupakan bagian terpadu dari
bimbingan. Konseli merupakan bagian terpadu dari bimbingan dua orang
individu, dimana konselor berusaha membantu konseli untuk mencapai
pengertian tentang dirinya sendiri dalam hubungan dengan masalah-
masalah yang dihadapinya pada waktu yang akan datang.2

Jadi, Landasan dalam bimbingan dan konseling pada hakekatnya


merupakan faktor-faktor yang harus diperhatikan dan dipertimbangkan
khususnya oleh konselor selaku pelaksana utama dalam mengembangkan
layanan bimbingan dan konseling. Ibarat sebuah bangunan, untuk dapat
berdiri tegak dan kokoh tentu membutuhkan fundasi yang kuat dan tahan
lama. Apabila bangunan tersebut tidak memiliki fundasi yang kokoh,
maka bangunan itu akan mudah goyah atau bahkan ambruk. Demikian
pula, dengan layanan bimbingan dan konseling, apabila tidak didasari
oleh fundasi atau landasan yang kokoh akan mengakibatkan kehancuran

1
Dewa Ketut Sukardi dan Desak P.E. Nila Kusumawati, Proses Bimbingan Dan Konseling
Di Sekolah (Jakarta: Rineka Cipta, 2008), 2.

2
Ibid, 4-5

6
terhadap layanan bimbingan dan konseling itu sendiri dan yang menjadi
taruhannya adalah individu yang dilayaninya (klien).

B. LANDASAN-LANDASAN BIMBINGAN DAN KONSELING

Membicarakan tentang landasan dalam bimbingan dan konseling


pada dasarnya tidak jauh berbeda dengan landasan-landasan yang biasa
diterapkan dalam pendidikan, seperti landasan dalam pengembangan
kurikulum, landasan pendidikan non formal atau pun landasan
pendidikan secara umum. Landasan Bimbingan dan Konseling
menunjukkan urgensi diadakannya BK. Berikut beberapa Landasan BK:

1. Landasan religius

a. Manusia sebagai mahluk Alloh

Manusia adalah mahluk Alloh yang memiliki sisi-sisi kemanusiaan.


Sisi-sisi kemanusiaan tersebut tdiak boleh dibiarkan agar tidak mengarah
pada hal-hal negatif. Perlu adanya bimbingan yang akan mengarahkan
sisi-sisi kemanusiaan tersebut pada hal-hal positif.

b. Sikap keberagamaan

Agama yang menyeimbangkan antara kehidupan dunia dan


akhirat menjadi isi dari sikap keberagamaan. Sikap keberagamaan
tersebut pertama difokuskan pada agama itu sendiri, agama harus
dipandang sebagai pedoman penting dalam hidup, nilai-nilainya harus
diresapi dan diamalkan. Kedua, menyikapi peningkatan iptek sebagai
upaya lanjut dari penyeimbang kehidupan dunia dan akhirat.

c. Peranan agama

Pemanfaatan unsur-unsur agama hendaknya dilakukan secara


wajar, tidak dipaksakan dan tepat menempatkan klien sebagai seorang
yang bebas dan berhak mengambil keputusan sendiri sehingga agama
dapat berperan positif dalam konseling yang dilakukan agama sebagai
pedoman hidup ia memiliki fungsi:

1). Memelihara fitrah

2). Memelihara jiwa

7
3). Memelihara akal

4). Memelihara keturunan

Dalam pembahasan ini kita dapat mengetahui beberapa point yang


berhubungan dengan agama kita yaitu Islam, seperti keyakinan bahwa
manusia dan seluruh alam semesta adalah makhluk Tuhan, sama halnya
dengan kita yang diciptakan oleh Allah SWT.  Kemudian sikap yang
mendorong perkembangan dan perikehidupan manusia berjalan ke arah
dan sesuai dengan kaidah-kaidah agama, sebagaimana kita telah
diajarkan dalam Islam kaidah-kaidah apa saja yang seharusnya dipakai
dalam kehidupan bermasyarakat.3

2.      Landasan filosofis

Kata filosofis atau filsafat berasal dari bahasa Yunani: Philos berarti
cinta dan sophos berarti bijaksana, jadi filosofis berarti kecintaan terhadap
kebijaksanaan. Sikun pribadi mengartikan filsafat sebagai suatu “usaha
manusia untuk memperoleh pandangan atau konsepsi tentang segala
yang ada, dan apa makna hidup manusia dialam semesta ini”.4

Manusia adalah makhluk rasional yang mampu berpikir dan


mempergunakan ilmu untuk meningkatkan perkembangan dirinya,
manusia juga belajar mengatasi masalah-masalah yang dihadapinya,
semua itu terjadi berkat individu tersebut telah belajar dari apa yang telah
dilihat dan didengarnya.

Selain itu manusia juga disebut makhluk, di tinjau dari Islam


pengertian makhluk ini memberikan pemahaman bahwa ia terikat pada
Khaliknya atau Penciptanya, yaitu keterikatan sebagaimana menjadi dasar
penciptaan manusia itu sendiri.  Manusia juga makhluk yang tertinggi
dan termulia derajatnya dan paling indah diantara segenap makhluk
ciptaan Sang Pencipta.  Maka dari itu manusia bisa dijadikan pemimpin
bagi makhluk lainnya. Apabila manusia memiliki ketidaksempurnaan dan
kelemahan maka akan terjadi pembalikan dari yang tertinggi derajatnya
menjadi yang terendah derajatnya.5
3
Prayitno dan Erman Amti, Dasar-dasar Bimbingan dan Konseling, (Jakarta : PT Rineka
Cipta, 2004), 135-180
4
Syamsul Yusuf, A. Juntika Narihsan, Landasan Bimbingan dan Konseling (Bandung:
Remaja Rosdakarnya, 2006), hal. 106
5
Sutirna, Bimbingan dan Konseling Pendidikan Formal, Nonformal dan Informal.
(Yogyakarta: CV.Andi Offset, 2013), 36-38.

8
3. Landasan historis

Secara umum, konsep bimbingan dan konseling telah lama dikenal


manusia melalui sejarah. Sejarah tentang pengembangan potensi individu
dapat ditelusuri dari masyarakat yunani kono. Mereka menekankan
upaya-upaya untuk mengembangkan dan menguatkan individu melalui
pendidikan. Plato dipandang sebagan koselor Yunani Kuno karena dia
telah menaruh perhatian besar terhadap masalah-masalah pemahaman
psikologis individu seperti menyangkut aspek isu-isu moral, pendidikan,
hubungan dalam masyarakat dan teologis.

a. Perkembangan BK dibarat

Sampai awal abad ke-20 belum ada konselor disekolah. Pada


saat itu pekerjaan-pekerjaan konselor masih ditangani oleh para guru.

Gerakan bimbingan disekolah mulai berkembang sebagai


dampak dari revolusi industri dan keragaman latar belakang para
siswa yang masuk kesekolah-sekolah negeri. Tahun 1898 Jesse B.
Davis, seorang konselor di Detroit mulai memberikan layanan
konseling pendidikan dan pekerjaan di SMA. Pada tahun 1907 dia
memasukkan program bimbingan di sekolah tersebut.

Pada waktu yang sama para ahli yang juga mengembangkan program
bimbingan ini diantaranya; Eli Weaper, Frank Parson, E.G Will Amson,
Carlr. Rogers.

Bradley dan Stiller menjelaskan tahapan tentang sejarah bimbingan


sebagai berikut:

1). Vocational exploration: Tahapan yang menekankan tentang analisis


individual dan pasaran kerja

2)      Metting Individual Needs: Tahapan yang menekankan membantu


individu agar meeting memperoleh kepuasan kebutuhan hidupnya.
Perkembangan BK pada tahapan ini dipengaruhi oleh diri dan
memecahkan masalahnya sendiri.

9
3)      Transisional Professionalism: Tahapan yang memfokuskan perhatian
kepada upaya profesionalisasi konselor

4)      Situasional Diagnosis: Tahapan sebagai periode perubahan dan


inovasi pada tahapan ini memfokuskan pada analisis lingkungan dalam
proses bimbingan dan gerakan cara-cara yang hanya terpusat pada
individu.

b. Perkembangan BK di Indonesia

Layanan BK di industri Indonesia telah mulai dibicarakan sejak


tahun 1962. ditandai dengan adanya perubahan sistem pendidikan di
SMA yakni dengan adanya program penjurusan, program penjurusan
merupakan respon akan kebutuhan untuk menyalurkan siswa kejurusan
yang tepat bagi dirinya secara perorangan. Puncak dari usaha ini
didirikan jurusan Bimbingan dan penyuluhan di Fakultas Ilmu
Pendidikan IKIP Negeri, salah satu yang membuka jurusan tersebut
adalah IKIP Bandung (sekrang berganti nama Universitas Pendidikan
Indonesia).

Dengan adanya gagasan sekolah pembangunan pada tahun


1970/1971, peranan bimbingan kembali mendapat perhatian. Gagasan
sekolah pembangunan ini dituangkan dalam program sekolah menengah
pembangunan persiapan, yang berupa proyek percobaan dan peralihan
dari sistem persekolahan Cuma menjadi sekolah pembangunan.

Sistem sekolah pembangunan tersebut dilaksanakan melalui


proyek pembaharuan pendidikan yang dinamai PPSP (Proyek Perintis
Sekolah Pembangunan) yang diujicobakan di IKIP. Badan pengembangan
pendidikan berhasil menyusun 2 naskah penting yakni dengan pola dasar
rencana-rencana pembangunan program Bimbingan dan penyuluhan
melalui proyek-proyek perintis sekolah pembangunan dan pedoman
operasional pelayanan bimbingan pada PPSP.

Secara resmi BK di programkan disekolah sejak diberlakukan


kurikulum 1975, tahun 1975 berdiri ikatan petugas bimbingan Indonesia
(IPBI) di Malang.

Penyempurnaan kurikulum 1975 ke kurikulum 1984 dengan


memasukkan bimbingan karir di dalamnya. Selanjutnya UU No. 0/1989

10
tentang Sisdiknas membuat mantap posisi bimbingan dan konseling yang
kian diperkuat dengan PP No. 20 Bab X Pasal 25/1990 dan PP No. 29 Bab
X Pal 27/1990 yang menyatakan bahwa “Bimbingan merupakan bantuan
yang diberikan kepada siswa dalam rangka upaya menemukan pribadi,
mengenal lingkungan dan merencanakan masa depan.

Perkembangan BK di Indonesia semakin mantap dengan


berubahnya 1 PBI menjadi ABKIN (Asuransi Bimbingan dan Konseling
Indonesia) tapa tahun 2001.

4. Landasan Psikologis

Landasan psikologis dalam bimbingan konseling berarti


memberikan pemahaman tentang tingkah laku individu yang menjadi
sasaran layanan (klien).  Terkadang ada tingkah laku yang sejalan dengan
norma dan ada yang jauh dari norma agama.  Maka dari itu kita harus
mengaitkan semua itu dengan norma-norma yang tepat dalam ajaran
Islam. Jika klien memiliki tingkah laku yang jauh dari norma, maka solusi
apa yang kita berikan padanya, misalnya kita memberikan pengertian
tentang akhlak-akhlak terpuji yang di sukai Allah atau sebaliknya,
sehingga dia dapat mengambil kesimpulan sendiri dan mengerti apa yang
harus dia lakukan kedepannya. Hal ini sangat penting karena bidang
garapan bimbingan dan konseling adalah tingkah laku klien, yaitu
tingkah laku yang perlu diubah atau dikembangkan untuk mengatasi
masalah yang dihadapi.6

Peserta didik sebagai individu yang dinamis dan berada dalam


proses perkembangan, memiliki kebutuhan dan dinamika dalam interaksi
dengan lingkungannya. Di samping itu, peserta didik senantiasa
mengalami berbagai perubahan sikap dan tingkah lakunya. Proses
perkembangan tidak selalu berlangsung secara linier (sesuai dengan arah
yang diharapkan atau norma yang dijunjung tinggi), tetapi bersifat
fluktuatif dan bahkan terjadi stagnasi atau diskontinuitas perkembangan. 7

5. Landasan sosial budaya

6
Prayitno, Dasar-dasar . …, 170
7
Syamsu Yusuf dan A. Juntika Nurihsan, Landasan Bimbingan Dan Konseling, (Bandung:
Remaja Rosdakarya. 2009), 157-158

11
Kebudayaan akan bimbingan timbul karena terdapat faktor yang
menambah rumitnya keadaan masyarakat dimana individu itu hidup.
Faktor-faktor tersebut seperti perubahan kontelasi keuangan,
perkembagan pendidikan, dunia-dunia kerja, perkembangan komunikasi
dan lain-lain.8

MC Daniel memandang setiap anak, sejak lahirnya harus


memenuhi tidak hanya tuntutan biologisnya, tepapi juga tuntutan budaya
ditempat ia hidup, tuntutan Budaya itu menghendaki agar ia
mengembangkan tingkah lakunya sehingga sesuai dengan pola-pola yang
dapat diterima dalam budaya tersebut.9

Tolbert memandang bahwa organisasi sosial, lembaga keagamaan,


kemasyarakatan, pribadi, dan keluarga, politik dan masyarakat secara
menyeluruh memberikan pengaruh yang kuat terhadap sikap,
kesempatan dan pola hidup warganya. Unsur-unsur budaya yang
ditawarkan oleh organisasi dan budaya lembaga-lembaga tersebut
mempengaruhi apa yang dilakukan dan dipikirkan oleh individu, tingkat
pendidikan yang ingin dicapainya, tujuan-tujuan dan jenis-jenis pekerjaan
yang dipilihnya, rekreasinya dan kelompok-kelompok yang
dimasukinya. Bimbingan konseling harus mempertimbangkan aspek
10

sosial budaya dalam pelayanannya agar menghasilkan pelayanan yang


lebih efektif.

6. Landasan ilmiah dan teknologi

Pelayanan bimbingan dan konseling merupakan kegiatan


professional yang memiliki dasar-dasar keilmuan, baik yang menyangkut
teori-teorinya, pelaksanaan kegiatannya, maupun pengembangan-
pengembangan layanan itu secara berkelanjutan.

a. Keilmuan bimbingan dan konseling

8
Rochman Natawidjaya, Psikologi Pendidikan, (Jakarta: Rineka Cipta, 1987),
9
Prayitno, Dasar-Dasar. …Ibid
10
Ibid

12
Ilmu bimbingan dan konseling adalah berbagai pengetahuan
tentang bimbingan dan konseling yang tersusun secara logis dan
sistematik. Sebagai layaknya ilmu-ilmu yang lain, ilmu bimbingan dan
konseling mempunyai obyek kajiannya sendiri, metode pengalihan
pengetahuan yang menjadi ruang lingkupnya, dan sistematika
pemaparannya.

Obyek kajian bimbingan dan konseling ialah upaya bantuan yang


diberikan kepada individu yang mangacu pada ke-4 fungsi pelayanan
yakni fungsi pemahaman, pencegahan, pengentasan dan pemeliharaan/
pengembangan. Dalam menjabarkan tentang bimbingan dan konseling
dapat digunakan berbagai cara/ metode, seperti pengamatan, wawancara,
analisis document (Riwayat hidup, laporan perkembangan), prosedur teks
penelitian, buku teks, dan tulisan-tulisan ilmiah lainnya mengenai obyek
kajian bimbingan dan konseling merupakan wujud dari keilmuan
bimbingan dan konseling.

b. Peran ilmu lain dan teknologi dalam bimbingan dan konseling

Bimbingan dan konseling merupakan ilmu yang bersifat multireferensial,


artinya ilmu dengan rujukan berbagai ilmu yang lain. Misalnya ilmu
statistik dan evaluasi memberikan pemahaman dan tehnik-tehnik.
Pengukuran dan evaluasi karakteristik individu; biologi memberikan
pemahaman tentang kehidupan kejasmanian individu. Hal itu sangat
penting bagi teori dan praktek bimbingan dan konseling.

c. Pengembangan bimbingan konseling melalui penelitian

Pengembangan teori dan pendekatan bimbingan dan konseling


boleh jadi dapat dikembangkan melalui proses pemikiran dan
perenungan, namun pengembangan yang lebih lengkap dan teruji
didalam praktek adalah apabila pemikiran dan perenungan itu
memperhatikan pula hasil-hasil penelitian dilapangan. Melalui penelitian
suatu teori dan praktek bimbingan dan konseling menemukan
pembuktian tentang ketepatan/ keefektifan dilapangan. Layanan
bimbingan dan konseling akan semakin berkembangan dan maju jika
dilakukan penelitian secara terus menerus terhadap berbagai aspek yang
berhubungan dengan BK.

13
7.      Landasan pedagogis

Pendidikan itu merupakan salah satu lembaga sosial yang


universal dan berfungsi sebagai sarana reproduksi sosial.11

a. Pendidikan sebagai upaya pengembangan Individu

Pendidikan adalah upaya memanusiakan manusia. Seorang bagi


manusia hanya akan dapat menjadi manusia sesuai dengan tuntutan
budaya hanya melalui pendidikan. Tanpa pendidikan, bagi manusia yang
telah lahir itu tidak akan mampu memperkembangkan dimensi
keindividualannya, kesosialisasinya, kesosilaanya dan keberagamaanya.

Undang-Undang No. 2 Tahun 2003 tentang sistem pendidikan


nasional menetapkan pengertian pendidikan adalah usaha sadar dan
terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran
agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk
memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian,
kecerdasan akhlak mulia, serta ketrampilan yang diperlukan dirinya,
masyarakat, bangsa dan Negara.

b. Pendidikan sebagai inti Proses Bimbingan Konseling.

Bimbingan dan konseling mengembangkan proses belajar yang


dijalani oleh klien-kliennya. Bimbingan dan Konseling adalah proses yang
berorientasi pada belajar, belajar untuk memahami lebih jauh tentang diri
sendiri, belajar untuk mengembangkan dan merupakan secara efektif
berbagai pemahaman. Dalam konseling klien mempelajari ketrampilan
dalam pengambilan keputusan, pemecahan masalah, tingkah laku,
tindakan, serta sikap-sikap baru. Dengan belajar itulah klien memperoleh
berbagai hal yang baru bagi dirinya; dengan memperoleh hal-hal baru
itulah klien berkembang.

c. Pendidikan lebih lanjut sebagai inti tujuan bimbingan dan konseling

Tujuan Bimbingan dan Konseling disamping memperkuat tujuan-


tujuan pendidikan, juga menunjang proses pendidikan pada umumnya.
Hal itu dapat dimengerti karena program-program bimbingan dan
konseling meliputi aspek-aspek tugas perkembangan individu, khususnya
yang menyangkut kawasan kematangan pendidikan karier, Kematangan
11
Abu Bakar M. Luddin, Dasar-dasar Konseling: Tinjauan Teori dan Praktek, (Bandung:
Citapustaka Media Peirntis, 2010), 29

14
personal dan emosional, serta kematangan sosial, semuanya untuk peserta
didik pada jenjang pendidikan dasar (SD dan SLTP) dan pendidikan
menengah. Hasil-hasil bimbingan dan konseling pada kawasan itu
menunjang keberhasilan pendidikan pada umumnya. Bimbingan
merupakan bagian integral dari proses pendidikan dan memiliki
kontribusi terhadap keberhasilan proses pendidikan disekolah.12

BAB III

PENUTUP

A.    KESIMPULAN

Landasan dalam bimbingan dan konseling pada hakekatnya


merupakan faktor-faktor yang harus diperhatikan dan dipertimbangkan
khususnya oleh konselor selaku pelaksana utama dalam mengembangkan
layanan bimbingan dan konseling. Sebagai sebuah layanan profesional,
bimbingan dan konseling harus dibangun di atas landasan yang kokoh.
Karena landasan bimbingan dan konseling yang kokoh merupakan
tumpuan untuk terciptanya layanan bimbingan dan konseling yang dapat
memberikan manfaat bagi kehidupan

Landasan adalah dasar dasar yang harus kita ketahui untuk


mengetahui macam-macam kategori masalah yang sedang dihadapi oleh
klien. Dan bimbingan dan konseling memerlukan sejumlah landasan
yaitu; landasan filosofis, landasan historis. landasan religius,
landasan psikologis, landasan sosial budaya, landasan
ilmiah dan tekhnologi serta landasan pedagogis.
12
Tohirin, Bimbingan dan Konseling di Sekolah dan Madrasah (Berbasis Integrasi), (Jakarta:
Raja Grafindo Persada, 2013), 11

15
B.     SARAN

Landasan adalah hal yang pokok didalam mencapai suatu tujuan.


Dengan mengetahui landasan-landasan dalam bimbingan dan konseling
diharapkan dapat membantu peserta didik didalam pelaksanaan
pembelajarannya.

DAFTAR PUSTAKA

Luddin, Abu Bakar M. Dasar-dasar Konseling: Tinjauan Teori dan Praktek.


Bandung: Citapustaka Media Peirntis. 2010.

Natawidjaya, Rochman. Psikologi Pendidikan Jakarta: Rineka Cipta. 1987

Prayitno dan Erman Amti, Dasar-dasar Bimbingan dan Konseling. Jakarta :


PT Rineka Cipta. 2004

Sukardi, Dewa Ketut & Desak P.E. Nila Kusumawati, Proses Bimbingan dan
Konseling Di Sekolah .Jakarta: Rineka Cipta. 2008.

Sutirna, Bimbingan dan Konseling Pendidikan Formal, Nonformal dan Informal.


Yogyakarta: CV.Andi Offset. 2013.

Tohirin. Bimbingan dan Konseling di Sekolah dan Madrasah (Berbasis


Integrasi). Jakarta: Raja Grafindo Persada. 2013.

Yusuf, Syamsu & A. Juntika Narihsan, Landasan Bimbingan dan Konseling.


Bandung: Remaja Rosdakarnya. 2006.

16
17

Anda mungkin juga menyukai