Anda di halaman 1dari 17

ASAS-ASAS BIMBINGAN KONSELING ISLAM

(Makalah ini diajukan untuk memenuhi Tugas Mata Kuliah Bimbingan Konseling
Islam)

Dosen Pengampu: Henni Syafriana Nst, S.Ag, MA, Dr.

Di Susun Oleh : Kelompok IV

MPI-4 Semester VII

CICI CLAUDIA CAHYA (0307173130)

MILKA WATI SELIAN (0307162098)

NUR AISYAH (0307162056)

DOLI AKBAR SIREGAR (0307162010)

ANGGI LUTFIANA (0307161026)

PROGRAM STUDI MANAJEMEN PENDIDIKAN ISLAM

FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUMATERA UTARA

MEDAN

2019
KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum Wr. Wb.

Bismillahirrahmanirrahim

Puji syukur kami panjatkan atas kehadirat Allah Swt atas berkah, rahmat
dan hidayah-Nya kami dapat menyelesaikan makalah kami ini dengan baik untuk
memenuhi tugas mata kuliah Bimbingan Konseling Islam yang berjudul “Asas-
Asas Bimbingan Konseling Islam”. Kemudian tak lupa salawat berangkaikan
salam kami hadiahkan kepada junjungan kami Nabi besar Muhammad SAW.
Oleh karena, itu kami mengaharapkan kritik dan saran yang membangun dari
pembaca untuk kami kedepannya. Terima kasih kepada teman sekelompok yang
sudah bersama-sama mencari refensi buku untuk pembuatan makalah ini.

Terima kasih atas perhatiannya jika ada kekurangan serta kekhilafan kami
mohon maaf sebesar-besarnya karena kami hanyalah manusia biasa yang tak luput
dari kesalahan dan kekhilafan. Sudi kiranya para pembaca tidak hanya berpokus
kepada makalah kami ini saja tetapi juga mencari referensi dengan membaca
buku-buku lainnya agar memperluas wawasan.

Medan, 30 Oktober 2019

Kelompok IV

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ................................................................................... i

DAFTAR ISI .................................................................................................. ii

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah ................................................................... 1


B. Rumusan Masalah ............................................................................. 1
C. Tujuan Masalah ................................................................................. 1

BAB II PEMBAHASAN

A. Pengertian Bimbingan Konseling ..................................................... 2


B. Asas Bimbingan Dan Konseling ....................................................... 3
1. Asas kerahasiaan ..................................................................... 4
2. Asas kesukarelaan ................................................................... 4
3. Asas-asas kebahagiaan dunia dan akhirat ............................... 5
4. Asas fitrah ............................................................................... 5
5. Asas Kemandirian ................................................................... 6
6. Asas Kegiatan .......................................................................... 7
7. Asas Kedinamisan ................................................................... 8
8. Asas Keterpaduan .................................................................... 9
9. Asas Kenormatifan .................................................................. 10
10. Asas keahlian .......................................................................... 11
11. Asas Alih Tangan .................................................................... 11
12. Asas Tutwuri handayani .......................................................... 12

BAB III PENUTUP

Kesimpulan .............................................................................................. 13

DAFTAR PUSTAKA .................................................................................... 14

ii
BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG MASALAH


Bimbingan dan konseling merupakan proses bantuan atau pertolongan
yang diberikan oleh pembimbing (konselor) kepada individu (konseli) melalui
pertemuan tatap muka atau hubungan timbal balik antara keduanya, agar konseli
memiliki kemampuan atau kecakapan melihat dan menemukan masalahnya serta
mampu memecahkan masalahnya sendiri. Atau proses pemberian bantuan atau
pertolongan yang sistematis dari pembimbing (konselor) kepada konseli (siswa)
melalui pertemuan tatap muka atau hubungan timbal balik antara keduanya untuk
mengungkap masalah konseli sehingga konseli mampu melihat masalah sendiri,
mampu menerima dirinya sendiri sesuai dengan potensinya, dan mampu
memecahkan sendiri masalan yang dihadapinya.
Penyelenggaraan layanan dan kegiatan pendukung bimbingan konseling,
selain dimuati oleh fungsi dan didasarkan pada prinsip-prinsip tertentu, juga harus
memenuhi sejumlah asas bimbingan. Pemenuhan asas-asas bimbingan itu akan
memperlancar pelaksanaan dan lebih menjamin keberhasilan layanan/kegiatan,
sedangkan pengingkarannya dapat menghambat atau bahkan menggagalkan
pelaksanaan, serta mengurangi atau mengaburkan hasil layanan/kegiatan
bimbingan dan konseling.

B. RUMUSAN MASALAH
1. Apa yang dimaksud dengan Bimbingan Konseling Islam?
2. Apa saja Asas-asas dalam Bimbingan Konseling Islam?
3. Bagaimana deskripsi Asas-asas bimbingan Konseling Islam?
C. TUJUAN MASALAH
1. Untuk mengetahui Pengertian dari Bimbingan Konseling Islam.
2. Untuk mengetahui pengertian dari asas-asas bimbingan Konseling
Islam.
3. Untuk dapat memahami asas-asas Bimbingan Konseling Islam yang
dapat diterapkan nantinya.

1
BAB II
PEMBAHASAN

A. PENGERTIAN BIMBINGAN KONSELING


Secara etimologis, bimbingan dan konseling terdiri atas dua kata, yaitu
“bimbingan” (terjemahan dari kata “guidance”) dan “konseling” (diadopsi dari
kata “conseling”). Dalam praktik, bimbingan dan konseling merupakan satu
kesatuan kegiatan yang tidak terpisahkan. Keduanya merupakan bagian yang
integral. Untuk pemahaman yang yang lebih jelas, dalam uraian berikut
pengertian bimbingan dan konseling diuraikan secara terpisah.1
Seperti disebut diatas bahwa, “bimbingan” merupakan terjemahan dari
kata “guidance” dari kata dasar “guide” yang berarti menunjukkan jalan (showing
the way), memimpin (leading), memberikan petunjuk (giving instruction),
mengatur (regulating), mrngarahkan (governing), dan memberi nasihat (giving
advice).
Istilah “guidance”, juga diterjemahkan dengan arti bantuan dan tuntunan.
Ada juga yang menerjemahkan dengan arti pertolongan. Jadi secara etimologis,
bimbingan dan konseling berarti bantuan dan tuntunan atau pertolongan, tetapi
tidak semua bantuan, tuntunan atau pertolongan berarti konteksnya bimbingan.
Istilah konseling diadopsi dari bahasa Inggris “conseling” didalam kamus
artinya dikaitkan dengan “counsel” memiliki beberapa arti, yaitu nashiat (to
obtain consel), anjuran (to give counsel) dan pembicaraan (to take counsel).
Berdasarkan arti diatas, konseling secara etimologis berarti pemberian nasihat,
anjuran dan pembicaraan dengan bertukar pikiran.
Mortensen menyatakan bahwa konseling merupakan proses hubungan
antar pribadi dimnana orang yang satu yang membantu yang lainnya untuk
meningkatkan pemahaman dan kecakapan menemukan masalahnya.menyatakan
bahwa konseling merupakan proses hubungan antar pribadi dimnana orang yang

1
Tohirin. 2007. Bimbingan dan Konseling di Sekolah dan Madrasah Berbasis Intregrasi.
(Jakarta: RajaGrafindo Pers) hlm 15

2
satu yang membantu yang lainnya untuk meningkatkan pemahaman dan
kecakapan menemukan masalahnya.
Jadi konseling bisa berarti kontak hubungan umbal balik antara dua orang
(konselor dan klien) untuk menangani masalah klien, yang didukung oleh
keahlian dan dalam suasana yang laras dan integrasi, berdasarkan norma-norma
yang berlaku untuk tujuan yang berguna bagi klien.2
Berdasarkan makna bimbingan dan koseling diatas, dapat dirumuskan
makna bimbingan dan konseling merupakan proses bantuan atau pertolongan
yang diberikan oleh pembimbing (konselor) kepada individu (konseli) melalui
pertemuan tatap muka atau hubungan timbal balik antara keduanya, agar konseli
memiliki kemampuan atau kecakapan melihat dan menemukan masalahnya serta
mampu memecahkan masalahnya sendiri. Atau proses pemberian bantuan atau
pertolongan yang sistematis dari pembimbing (konselor) kepada konseli (siswa)
melalui pertemuan tatap muka atau hubungan timbal balik antara keduanya untuk
mengungkap masalah konseli sehingga konseli mampu melihat masalah sendiri,
mampu menerima dirinya sendiri sesuai dengan potensinya, dan mampu
memecahkan sendiri masalan yang dihadapinya.
B. ASAS BIMBINGAN DAN KONSELING
Menurut Ferdy Pantar dalam blognya, penyelenggaraan layanan dan
kegiatan pendukung bimbingan konseling, selain dimuati oleh fungsi dan
didasarkan pada prinsip-prinsip tertentu, juga harus memenuhi sejumlah asas
bimbingan. Pemenuhan asas-asas bimbingan itu akan memperlancar pelaksanaan
dan lebih menjamin keberhasilan layanan/kegiatan, sedangkan pengingkarannya
dapat menghambat atau bahkan menggagalkan pelaksanaan, serta mengurangi
atau mengaburkan hasil layanan/kegiatan bimbingan dan konseling.3
Ferdy Pantar dan Wawan Junaedi yang dalam blognya menguraikan secara
panjang lebar tentang asas-asas tersebut.

2
Kartono, Kartini. 1985. Bimbingan dan Dasar-Dasar Pelaksanaannya. (Jakarta: CV
Rajawali) hlm 15
3
Lubis Saiful Akhyar. 2007. Konseling Islami. Yogyakarta. eLSAQ Press,h.39

3
1. Asas kerahasiaan
Asas yang menuntut dirahasiakannya segenap data dan keterangan siswa
(klien) yang menjadi sasaran layanan, yaitu data dan keterangan yang tidak boleh
dan tidak layak diketahui orang lain. Dalam hal ini guru pembimbing (konselor)
berkewajiban memelihara dan menjaga semua data dan keterangan itu sehingga
kerahasiaannya benar-benar terjamin.
2. Asas kesukarelaan
Asas yang menghendaki adanya kesukaan dan kerelaan siswa (klien)
mengikuti/ menjalani layanan/ kegiatan yang diperuntukkan baginya.guru
pembimbing (konselor) berkewajiban membina dan mengembangkan
kesukarelaan seperti itu. sedangkan asas-asas bimbingan konseling islam Tohari
Musnamar berpendapat bahwa landasan untuk dijadikan pedoman dalam
penyelenggaraan konseling islami adalah nilai-nilai yang digali dari sumber ajaran
islam.
Untuk itu, ia menawarkan sepuluh asas, yakni : asas ketauhidan,
ketaqwaan, akhlak al-karimah, kebahagiaan dunia akhirat, cinta kasih, toleransi,
kebahagiaan diri dan kemaslahatan umum, keahlian, amanah, dan asas kearifan.
Asas-asas ini adalah prinsip-prinsip yang dijadikan rujukan dalam
penyelenggaraan konseling islami. Namun, karena penyelenggaraannya demikian
kompleks dan kompleksitas manusia menjadi titik tolaknya, maka asas-asas
tersebut merupakan prinsip-prinsip dasar dengan kemungkinan dapat berkembang
lebih luas.
Karena islam adalah agama sempurna yang menjadi “way of life” dalam
menggapai kebahagiaan hidup dunia danakherat, maka maksud-maksud ilahi yang
termaktub dalam Al-qur’an dan hadis merupakan jawaban pasti terhadap seluruh
permasalahan kehidupan manusia. Asas dimaksudkan sebagai kaidah, ketentuan
yang diterapkan serta dijadikan landasan dan pedoman penyelenggaraan konseling
islami, yakni:4

4
Ibid, hlm. 42.

4
3. Asas-asas kebahagiaan dunia dan akhirat
Bimbingan dan konseling islami tujuan akhirnya adalah membantu klien
atau konseli, yakni orang yang di bimbing mencapai kebahagiaan hidup yang
senantiasa didambakan oleh setiap muslim.
Dan di antara mereka ada yang berdo'a: ya Allah kami, berilah kami
kebahagiaan di dunia dan kebahagiaan di akhirat dan perihalah kami dari siksa
api neraka." (Q. S. Al-Baqarah: 201) (Al-Qur'an Digital: 2004)
Kebahagiaan hidup duniawi, bagi seorang muslim, hanya merupakan
kebahagiaan yang sifatnya sementara. Kebahagiaan akhiratlah yang menjadi
tujuan utama, sebab kebagiaan akhirat merupakan kebahagiaan abadi, yang amat
banyak. Kebahagiaan akhirat akan tercapai, bagi semua manusia, jika dalam
kehidupan dunianya juga"mengingat allah".
Maka islam mengajarkan hidup dalam keseimbangan, keselarasan dan keserasian
aturan kehidupan keduniaan dan keakhiratan.
Dan acrilah pada apa yang di anugrakan Allah kepadamu 9kebahagiaan)
negeri akhirat dan janganlah kamu melupakan kebahagiaanmu dari (nikmat)
duniawi, dan berbuat baiklah (kepada orang lain) sebagaimana Allah telah
berbuat baik kepadamu, dan janganlah kamu berbuat kerusakan di (muka bumi).
Sesungguhnya allah tidak menyukai orang-orang yang berbuat kerusakan. (Al-
Qur'an Digital: 2004)
4. Asas fitrah
Bimbingan dan konseling islami merupakan bantuan kepada klien atau
konseli untuk mengenal, memahami dan menghayati fitrahnya, sehingga segala
gerak dan tingkah laku dan tindakannya sejalan dengan fitrahnya tersebut.
Manusia menurut islam, dilahirkan dalam atau dengan membawa fitrah, yaitu
berbagai kemampuan potensi bawaan dan kecenderungan sebagai muslim atau
beragama islam. Bimbingan dann konselingmembantu klien konseli untuk
mengenal dan memahami fitrahnya itu, atau mengenal kembali fitrahnya tersebut
manakalah pernah 'tersesat', serta menghayatinya sehingga dengan demikian akan
mampu mencapai kebahagian hidup di dunia dan akhirat karena bertingkah laku
sesuai dengan fitrahnya itu.
Maka hadapilah wajahmu dengan lurus kepada agama (Allah), (tetaplah

5
atas) fitrah Allah yang telah menciptakan manusia menurut fitrah itu. tetapi tidak
ada perbuatan pada fitrah Allah, (itulah agam ayng lurus, tetapi kebanyakan
manusia tidak mengetahui). (Q. S. Ar-Rum: 30) (Al-Qur'an Digital: 2004).
5. Asas Kemandirian
Asas kemandirian yaitu asas BK yang menunjuk pada tujuan umum BK,
yaitu : peserta didik sebagai sasaran layanan BK diharapkan menjadi individu-
individu yang mandiri dengan ciri-ciri mengenal dan menerima diri sendiri dan
lingkungannya, mampu mengambil keputusan, mengarahkan serta mewujudkan
diri sendiri. Asas bimbingan dan konseling yang menunjuk pada tujuan umum
bimbingan dan konseling, yakni : peserta didik (konseli) sebagai sasaran layanan
bimbingan dan konseling diharapkan menjadi siswa-siswa yang mandiri dengan
ciri-ciri mengenal dan menerima diri sendiri dan lingkungannya,mampu
mengambil keputusan, mengarahkan serta mewujudkan diri sendiri.dalam halam
ini guru pembimbing sehendaknya mampu mengarahkan segenap layanan
bimbingan dan konseling yang diselengarakannya bagi berkembannnya
kemandirian peserta didik.5

Salah satu tujuan pemberian layanan bimbingan dan konseling adalah agar
konselor berusaha menghidupkan kemandirian di dalam diri konseli. Ciri-ciri
kemandirian tersebut yaitu mengenal dan menerima diri sendiri dan
lingkungannya, mampu mengambil keputusan, mengarahkan serta mewujudkan
diri sendiri. Guru pembimbing hendaknya mampu mengarahkan segenap
pelayanan bimbingan dan konseling yang diselenggarakannya bagi
berkembangnya kemandirian konseli. Agar dapat tumbuh sikap kemandirian
tersebut, maka konselor harus memberikan respon yang cermat terhadap konseli
atas keluhan-keluhan yang diungkapkan. Individu yang terbimbing setelah
dibantu diharapkan dapat mandiri dengan ciri-ciri pokok mampu:
a) mengenal diri sendiri dan lingkungan sebagaimana mestinya.
b) menerima diri sendiri dan lingkungan secara positif dan dinamis.
c) mengambil keputusan untuk dan oleh diri sendiri.
d) mengarahkan diri sesui dengan keputusan itu.

5
A, Hallen. Bimbingan & Konseling. (Jakarta : Quantum Teaching, 2005), hlm. 47.

6
e) mewujudkan diri secara optimal sesuai dengan potensi,minat dan
kemampuan-kemampuan yang di miliki.
Kemandirian dengan ciri-ciri umum di atas haruslah disesuikan dengan
tingkat perkembangan dan peranan klien dalam kehidupan sehari-hari.
Kemandiran sebagai hasil konseling menjadi arah dari keseluruhan proses
konseling, dan hal itu didasari baik oleh konselor maupun klien.
Contoh asas kemandirian : ada seorang konseli yang cacat fisik datang
pada kita dia menceritakan bahwa dia tidak memiliki semangat untuk meluruskan
hidupnya, sebagai konselo yang profesional kita harus bisa menumbuhkan rasa
semangat hidup dengan cara memberikan pemahaman agar konseli tersebut
mengenal dan menerima dirinya dan lingkungan, dan mampu mengambil sebuah
keputusan agar konseli tersebut menjadi diri yang mandiri .
6. Asas Kegiatan
Asas kegiatan yaitu asas BK yang mengkehendaki agar peserta didik yang
menjadi sasaran layanan berpartisipasi secara aktif di dalam penyelenggaraan
layanan atau kegiatan BK. Asas bimbingan dan konseling yang menghendaki agar
peserta didik (konseli) yang menjadi sasaran layanan berpartisipasi secara aktif
didalam penyelenggaraan layanan atau kegiatan bimbingan. Dalam hala ini guru
pembimbing perlu mendorong peserta didik untuk aktif dalam setiap layanan atau
kegiatan bimbingn dan konseling yang diperuntukkkan baginya.6
Asas kegiatan bimbingan dan konseling yang menghendaki agar peserta
didik (klien) yang menjadi sasaran layanan dapat berpartisipasi secara aktif di
dalam penyelenggaraan layanan bimbingan. Usaha bimbingan dan konseling akan
menghasilkan buah yang berarti jika klien tidak melakukan sendiri kegiatan dalam
mencapai tujuan bimbingan dan konseling. Para konselor seharusnya bisa
menimbulkan suasana agar konseli yang dibimbing mampu menyelenggarakan
kegiatan yang dimaksudkan dalam penyelesaian masalah. Asas kegiatan ini
merujuk pada pola konseling yang multi dimensional, yang tidak hanya
mengandalkan transaksi verbal antara klien dan konselor. artinya klien harus aktif

6
Salahudin, Anas. BimbingandanKonseling. (Bandung : CV. Pustaka Setia, 2010), hlm.
62.

7
dalam menjalani proses konseling dan aktif pula dalam melaksanakan dan
menerapkan hasil-hasil dari konseling.
Dalam proses pelayanan bimbingan dan konseling kadang-kadang
konselor memberikan beberapa tugas dan kegiatan pada konslinya. Dalam hal ini
konseli harus mampu melaksanakan sendiri kegiatan-kegiatan tersebut dalam
rangka mencapai tujuan bimbingan dan konseling yang telah ditetapkan.Asas ini
menghendaki agar konseli bisa berpartisipasi secara aktif atas kegiatan yang
diselenggarakan oleh konselor. Di pihak lain konselor harus berusaha/ mendorong
agar konseli mampu melaksanakan kegiatan yang telah ditetapkan tersebut.
Asas ini merujuk pada pola konseling”multidimensional” yang tidak
hanya mengandalkan transaksi perbal antara klien dan konselor. Dalam
selenggara, yaitu klien aktif menjalani proses konseling dan aktif pula
melaksanakan/menerapkan hasil-hasil konseling. Contoh asas kegiatan : seorang
konselor harus bisa membuat suatu program kegiatan seperti ospek maupun MOS
(siswa baru ) agar konseli /peserta didik dapat mengenali lingkungan yang baru
serta mampu untuk mnyesuaikan dirinya dengan lingkungan yang baru.
7. Asas Kedinamisan
Yaitu asas bimbingan dan konseling yang menghendaki agar isi layanan
terhadapa sasaran layangan (konseli) yang sama kehendaknya selalu bergerak
maju,tidak monoton dan terus berkembang serta berkelanjutan sesuai dengan
kebutuhan dan tahap perkembangannya dari waktu ke waktu.7 Keberhasilan usaha
pelayanan bimbingan dan konseling ditandai dengan terjadinya perubahan sikap
dan tingkah laku konseli ke arah yang lebih baik.

Untuk mewujudkan terjadinya perubahan sikap dan tingkah laku itu


membutuhkan proses dan waktu tertentu sesuai dengan kedalaman dan kerumitan
masalah yang dihadapi konseli. Isi layanan bimbingan dan konseling dari asas ini
adalah selalu bergerak maju, tidak monoton, dan terus berkembang serta
berkelanjutan sesuai dengan kebutuhan dan tahap perkembangannya dari waktu ke
waktu.Konselor dan pihak-pihak lain diminta untuk memberikan kerjasama
sepenuhnya agar pelayanan bimbingan dan konseling yang diberikan dapat

7
. A, Hallen. 2005. Bimbingan & Konseling. Jakarta : Quantum Teaching.

8
dengan cepat menimbulkan perubahan dalam sikap dan tingkah laku konseli.Asas
kedinamisan mengacuh pada hal-hal baru yang hendaknya terdapat pada dan
menjadi ciri-ciri dari proses konseling dan hasil-hasil nya.
Contoh :
Seorang konselor harus mampu mengikuti pergerakan jaman,agar konselor
dapat menyelesaikan suatu permasalahan yang pada seorang konseli yang
semakin kompleks.misalnya keluarga broken,serta pergaulan bebas dikalangan
pemuda.
8. Asas Keterpaduan
Yaitu asas bimbingan dan koseling yang menghendaki agar berbagai
layanan dan kegiatan bimbingan dan konseling, baik yang dilakukan oleh guru
pembimbing maupun pihak lain, saling menunjang, harmonis,dan terpadu.untuk
ini kerjasama antara guru pembimbing dan pihak-pihak berperan dalam
penyelenggaraan layanan bimbingan dan konseling perlu terus dikembangkan.
Pelayanan bimbingan dan konseling menghendaki terjalin keterpaduan berbagai
aspek dari individu yang dibimbing. Untuk itu konselor perlu bekerja sama
dengan orang-orang yang diharapkan dapat membantu penanggulangan masalah
yang dihadapi konseli. Dalam hal ini peranan guru, orang tua, dan siswa-siswa
yang lain sering kali sangat menentukan. Konselor harus pandai menjalin kerja
sama yang saling mengerti dan saling membantu demi terbantunya konseli yang
mengalami masalah.8
Untuk terselenggaranya asas keterpaduan, konselor perlu memiliki
wawasan yang luas tentang perkembangan klien dan aspek-aspek lingkungan
klien, serta berbagai sumber yang dapat diaktifkan untuk menangani masalah
klien. Kesemuanya itu dipadukan dalam keadaan serasi dan saling menunjang
dalam upaya bimbingan dan konseling .
Contoh :
Seorang konseli melakukan kerjasama dengan seorang psikologi seks
maupun dokter kandungan,dan mengundangnya kesekolah untuk memberikan

8
Luddin, Abu Bakar. Dasar-Dasar Konseling Tinjauan Teori dan Praktik. (Bandung :
Citapustaka Media Perintis, 2010.).

9
pemahaman kepada peserta didik di sekolah agar konseli/peserta didik memiliki
pengetahuan dan pemahaman yang lebih jelas tentang seks.supaya mereka tidak
terjerat dalam pergaulan bebas.
9. Asas Kenormatifan
Asas yang menghendaki agar segenap layanan dan kegiatan bimbingan
dan konseling didasarkan pada nilai dan norma yang ada, tidak boleh bertentangan
dengan nilai, norma yang ada yaitu nilai dan norma agama, hukum, peraturan,
adat istiadat, ilmu pengetahuan dan kebiasaan-kebiasaan yang berlaku. Bukanlah
layanan/kegiatan bimbingan dan konseling yang dapat dipertanggungjawabkan
apabila isi dan pelaksanaanya tidak berdasarkan nilai dan norma yang
dimaksudkan itu. Bahkan lebih jauh lagi, layanan/kegiatan bimbingan dan
konseling ini harus dapat meningkatkan kemampuan peserta didik (konseli) dalam
memahami, menghayati dan mengamalkan nilai dan nilai tersebut.
Usaha bimbingan dan konseling tidak boleh bertentangan dengan norma-
norma yang berlaku, baik ditinjau dari norma agama, norma adat, norma
hokum/Negara, norma ilmu maupun kebiasaan sehari-hari. Asas kenormatifan ini
diterapkan terhadap isi maupun proses penyelenggaraan bimbingan dan konseling.
Seluruh isi dan proses konseling harus sesuai dengan norma-norma yang berlaku.
Demikian pula prosedur, teknis dan peralatan (instrument) yang dipakai tidak
menyimpang dari norma-norma yang berlaku.9

Tetapi harus diingat bahwa konselor tidak boleh memaksakan nilai atau
norma yang dianutnya itukepada konselinya, konselor dapat membicarakan secara
terbuka dan terus terang segala sesuatu yang menyangkut norma dan nilai-nilai
itu, bagaimana berkembangannya, bagaimana penerimaan masyarakat, apa dan
bagaimana akibatnya bila norma dan nilai-nilai itu terus dianut dan lain
sebagainya. Contoh : jika dilingkungan konseli tidak melarang berboncengan
dengan lawan jenis, maka pelayanan bimbingan konseling tidak boleh melarang
hal itu.

9
. Henni Syafriana Nasution, Bimbingan Konseling konsep, teori dan aplikasinya, LPPPI,
Medan, hlm :11

10
10. Asas keahlian
Asas yang menghendaki agar layanan dan kegiatan bimbingan dan
konseling diselenggarakan atas dasar kaidah-kaidah professional. Dalam hal ini,
para pelaksana bimbingan dan konseling hendaknya merupakan tenaga yang
benar-benar ahli dalam bimbingan dan konseling. Keprofesionalan guru
pembimbing/konselor harus terwujud, baik dalam penyelenggaan jenis-jenis
layanan dan kegiatan bimbimngan dan konseling maupun dalam penegakan kode
etik bimbingan dan konseling.
Usaha bimbingan dan konseling perlu dilakukan asas keahlian secara
teratur dan sistematik dengan menggunakan prosedur, teknik dan alat
(instrumentasi bimbingan dan konseling) yang memadai. Untuk itu para para
konselor perlu mendapat lahitan secukupnya, sehingga dengan itu akan dapat
dicapai keberhasilan usaha pemberian layanan. Asas keahlian selain mengacu
kepada kualifikasi konselor (misalnya pendidikan sarjana bimbingan dan
konseling), juga kepada pengalaman. Teori dan praktik bimbingan dan konseling
perlu dipadukan. Oleh karena itu, seorang konselor ahli harus benar-benar
menguasai teori dan praktik konseling secara baik.10
11. Asas Alih Tangan
Asas Alih Tangan, asas ini mengisyaratkan bahwa bila seorang petugas
bimbingan dan konseling sudah menggerakkan segenap kemampuannya untuk
membantu klien belum dapat terbantu sebagaimana yang diharapkan, maka
petugas ini mengalih-tangankan klien tersebut kepada petugas atau badan lain
yang lebih ahli.11 Asas ini menghendaki agar pihak-pihak yang tidak mampu
menyelenggarakan layanan bimbingan dan konseling secara tepat dan tuntas atas
suatu permasalahan klien mengalih tangankan permasalahan itu kepada pihak
yang lebih ahli. Konselor dapat menerima alih tangan kasus dari orang tua, guru-

10
. https://www.academia.edu/22540574/ASAS-
ASAS_BIMBINGAN_DAN_KONSELING, online SABTU, pkl : 08: 20, WIB
11
Henni Syafriana Nasution dan Abdillah. Bimbingan Konseling, Konsep, Teori dan
Aplikasinya. (Medan: LPPPI, 2019), hlm. 15.

11
guru, dll. Demikian pula konselor dapat mengalih tangankan kasus kepada guru
mata pelajaran, guru praktek, dll.12
12. Asas Tutwuri handayani

Asas Tutwuri handayani, asas ini menunjukkan pada suasana umum yang
hendaknya tercipta dalam rangka hubungan keseluruhan antara pembimbing dan
yang dibimbing. Asas bimbingan konseling yang menghendaki agar pelayanan
bimbingan dan konseling secara keseluruhan dapat menciptakan suasana yang
mengayomi (memberikan rasa aman), mengembangkan keteladanan, memberikan
rangsangan dan dorongan serta kesempatan yang seluas-luasnya kepada klien
untuk maju.13

Demikian juga segenap layanan dan kegiatan bimbingan dan konseling


yang diselengggarakan hendaknya disertai dan sekaligus membangun suasana
pengayoman, keteladanan, dan dorongan seperti itu.14 Asas ini menuntut agar
pelayanan bimbingan dan konseling tidak hanya dirasakan pada waktu klien
mengalami masalah dan menghadap kepada konselor saja, namun diluar proses
bantuan bimbingan konseling pun hendaknya dirasakan adanya dan manfaatnya
pelayanan bimbingan dan konseling itu.15

12
Mika Oktaria dan Ruri Maisptya Sari. Buku Ajar Komunikasi dalam Praktek
Kebidanan. (Yogyakarta: Deepublish, 2018), hlm. 24.
13
Opcit, Henni Syafriana, hlm. 15.
14
Opcit, Mika Oktaria, hlm. 24
15
Endang Switri. Bimbingan Konseling Anak Usia Dini. (Bandung: Qiara Media, 2019),
hlm. 16.

12
BAB III

KESIMPULAN

Bimbingan dan konseling merupakan proses bantuan atau pertolongan


yang diberikan oleh pembimbing (konselor) kepada individu (konseli) melalui
pertemuan tatap muka atau hubungan timbal balik antara keduanya, agar konseli
memiliki kemampuan atau kecakapan melihat dan menemukan masalahnya serta
mampu memecahkan masalahnya sendiri. Atau proses pemberian bantuan atau
pertolongan yang sistematis dari pembimbing (konselor) kepada konseli (siswa)
melalui pertemuan tatap muka atau hubungan timbal balik antara keduanya untuk
mengungkap masalah konseli sehingga konseli mampu melihat masalah sendiri,
mampu menerima dirinya sendiri sesuai dengan potensinya, dan mampu
memecahkan sendiri masalan yang dihadapinya.
Asas-asas ini adalah prinsip-prinsip yang dijadikan rujukan dalam
penyelenggaraan konseling islami. Namun, karena penyelenggaraannya demikian
kompleks dan kompleksitas manusia menjadi titik tolaknya, maka asas-asas
tersebut merupakan prinsip-prinsip dasar dengan kemungkinan dapat berkembang
lebih luas. Asas-asas bimbingan dan konseling yaitu asas kerahasiaan,
kesukarelaan, keterbukaan, kekinian, kemandirian, kegiatan, kedinamisan,
keterpaduan, kenormatifan, keahlian, alih tangan dan tut wuri handayani.

13
DAFTAR PUSTAKA

A, Hallen. (2005). Bimbingan & Konseling. Jakarta : Quantum Teaching.

https://www.academia.edu/22540574/ASAS-
ASAS_BIMBINGAN_DAN_KONSELING, online SABTU, pkl : 08: 20 wib.

Kartono, Kartini. (1985). Bimbingan dan Dasar-Dasar Pelaksanaannya. Jakarta: CV


Rajawali

Luddin, Abu Bakar. (2010). Dasar-Dasar Konseling Tinjauan Teori dan Praktik.
Bandung : Citapustaka Media Perintis.

Oktaria, Mika dan Ruri Maisptya Sari. (2018). Buku Ajar Komunikasi dalam
Praktek Kebidanan. Yogyakarta: Deepublish.

Salahudin, Anas. (2010). BimbingandanKonseling. Bandung : CV. Pustaka Setia.

Saiful Akhyar, Lubis. (2007). Konseling Islami. Yogyakarta: eLSAQ Press.

Switri, Endang. (2019). Bimbingan Konseling Anak Usia Dini. Bandung: Qiara
Media.

Syafriana Nasution, Henni dan Abdillah. (2019). Bimbingan Konseling, Konsep,


Teori dan Aplikasinya. Medan: LPPPI.

Tohirin. (2007). Bimbingan dan Konseling di Sekolah dan Madrasah Berbasis


Intregrasi. Jakarta: RajaGrafindo Pers.

14

Anda mungkin juga menyukai