Anda di halaman 1dari 16

LANDASAN BIMBINGAN DAN KONSELING

Mata Kuliah : Bimbingan Konseling

Dosen Pengampu : Khairina Siregar, M.PSi

Disusun oleh:

Kelompok 2

Ardelia Putri Hasibuan (0309172068)

Ayu Dea Maulana (0309172070)

Dinda Fauziah Zahra (0309171027)

Faradika Oktavia Alfi (0309172042)

M. Adji Dwi Sakti (0309171032)

Rara Amiati (0309172090)

Yulianti (0309172085)

Semester/Jurusan : IV/Pendidikan IPS

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN IPS

FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUMATERA UTARA

MEDAN

2018
KATA PENGANTAR

Segala puji bagi Allah SWT yang telah memberikan kami kemudahan
sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini dengan tepat waktu. Tanpa
pertolongan-Nya tentunya kami tidak akan sanggup untuk menyelesaikan makalah
ini dengan baik. Shalawat serta dalam semoga terlimpah curahkan kepada baginda
tercinta kita yaitu Nabi Muhammad SAW yang kita nanti-nantikan syafa’atnya di
akhirat nanti.

Kami mengucapkan syukur kepada Allah SWT atas limpahan nikmat


sehat-Nya, baik itu berupa sehat fisik maupun akal pikiran, sehingga kami mampu
untuk menyelesaikan pembuatan makalah sebagai tugas dari mata kuliah
Bimbingan dan Konseling dengan judul “Landasan Bimbingan dan Konseling”.

Kami tentu menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna
dan masih banyak terdapat kesalahan serta kekurangan di dalamnya. Untuk itu,
kami mengharapkan kritik serta saran dari pembaca untuk makalah ini, supaya
makalah ini nantinya dapat menjadi makalah yang lebih baik lagi. Kemudian
apabila terdapat banyak kesalahan pada makalah ini kami mohon maaf yang
sebesar-besarnya.

Kami juga mengucapkan terimakasih kepada semua pihak khususnya


Dosen dan teman-teman seperjuangan dalam menulis makalah ini. Demikian,
semoga makalah ini dapat bermanfaat. Terima Kasih.

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ............................................................................................. i

DAFTAR ISI ........................................................................................................... ii

BAB I ...................................................................................................................... 1

PENDAHULUAN .................................................................................................. 1

1.1.Latar Belakang Masalah................................................................................ 1

1.2.Rumusan Masalah ......................................................................................... 1

BAB II ..................................................................................................................... 2

PEMBAHASAN ..................................................................................................... 2

2.1.Landasan Bimbingan dan Konseling ............................................................ 2

2.1.1.Landasan Filosofis ................................................................................. 2

2.1.2.Landasan Psikologis............................................................................... 4

2.1.3.Landasan Religius .................................................................................. 5

2.1.4.Landasan Sosial-Budaya ........................................................................ 7

2.1.5.Landasan Pedagogis ............................................................................... 8

2.1.6.Landasan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi .......................................... 9

2.1.7.Landasan Yuridis Formal ..................................................................... 10

BAB III ................................................................................................................. 11

PENUTUP............................................................................................................. 11

3.1.Kesimpulan ................................................................................................. 11

3.2.Saran ........................................................................................................... 12

DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................... 13

ii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1.Latar Belakang Masalah


Layanan bimbingan dan konseling merupakan bagian integral dari
pendidikan di Indonesia. Sebagai sebuah layanan profesional, kegiatan layanan
bimbingan dan konseling tidak bisa dilakukan secara sembarangan, namun harus
berangkat dan berpijak dari suatu landasan yang kokoh, yang didasarkan pada
hasil-hasil pemikiran dan penelitian yang mendalam. Dengan adanya pijakan yang
jelas dan kokoh diharapkan pengembangan layanan bimbingan dan konseling,
baik dalam tataran teoritik maupun praktek, dapat semakin lebih mantap dan bisa
dipertanggungjawabkan serta mampu memberikan manfaat besar bagi kehidupan,
khususnya bagi para penerima jasa layanan (klien).

Agar aktivitas dalam layanan bimbingan dan konseling tidak terjebak


dalam berbagai bentuk penyimpangan yang dapat merugikan semua pihak,
khususnya pihak para penerima jasa layanan (klien) maka perlu pemahaman dan
penguasaan tentang landasan bimbingan dan konseling khususnya oleh para
konselor.

Oleh karena itu, dalam upaya memberikan pemahaman tentang landasan


bimbingan dan konseling, khususnya bagi para konselor, melalui makalah ini akan
dipaparkan tentang beberapa landasan yang menjadi pijakan bimbingan dan
konseling.

1.2.Rumusan Masalah
Dari pemaparan yang ada di atas makka pemakalah ingin menguraikan
tentang landasan yang ada dalam bimbingan dan konseling sebagaimana terdapat
dalam rumusan masalah dibawah ini:

1. Landasan apa saja yang ada dalam bimbingan dan konseling?


2. Bagaimana penjelasan tentang landasan dalam bimbingan dan konseling
tersebut?

1
BAB II

PEMBAHASAN

2.1.Landasan Bimbingan dan Konseling


Landasan dapat dipahami sebagai acuan atau juga dasar pelaksanaan.
Dalam layanan bimbingan dan konseling, landasan dapat dipahami sebagai
pemahaman terhadap berbagai latar belakang perlunya layanan bimbingan
konseling. Landasan bimbingan dan konseling juga bisa dipahami sebagai syarat
pengetahuan yang harus dimiliki untuk dapat melaksanakan layanan bimbingan
dan konseling dengan lebih baik. Hal ini penting diperhatikan karena pemahaman
landasan bimbingan dan konseling akan memberikan kontribusi terhadap kerja
bimbingan dan konseling itu sendiri.

Landasan bimbingan dan konseling sangat kompleks dan beragam sesuai


dengan beragamnya latar belakang peserta didik. Menurut Abu Bakar M. Luddin
mengutip pendapat Prayitno dan Erman Amti, terdapat beberapa landasan dalam
bimbingan dan konseling, yaitu filosofis, religius, psikologis, sosial-budaya,
ilmiah dan teknologi, serta landasan pedagogis. Landasan pada aspek-aspek
tersebut perlu dipahami untuk menunjang pelaksanaan bimbingan dan konseling
yang efektif dan efisien. Masing-masing landasan tersebut dapat dijabarkan
sebagai berikut:1

2.1.1.Landasan Filosofis
Landasan filosofis merupakan landasan yang dapat memberikan arahan
dan pemahaman secara khusus dalam melaksanakan setiap kegiatan bimbingan
dan konseling. Landasan filosofi dalam pelaksanaan bimbingan dan konseling
cenderung berkenaan dengan pertanyaan-pertanyaan filosofis tentang hakikat
manusia. Tanpa memahami filsafat tentang manusia, pelaksanaan layanan
bimbingan dan konseling akan menjadi tidak optimal hasilnya. Oleh karena itu,
setiap pelaksana layanan bimbingan dan konseling harus memperhatikan landasan
filosofis secara sungguh-sungguh.

1
Muhammad Irham, Bimbingan & Konseling, (Yogyakarta: AR-RUZZ MEDIA, 2014), Cet 1, h.
88

2
Prayitno (2003) memberikan gambaran tentang hakikat manusia yang
harus diketahui oleh setiap pelaksana layanan bimbingan dan konseling (baik
untuk guru BK, maupun guru mata pelajaran yaitu:

a. Manusia adalah makhluk rasional yang mampu berpikir dan


mempergunakan ilmu untuk meningkatkan perkembangan dirinya.
b. Manusia dapat belajar mengatasi masalah-masalah yang dihadapinya
apabila dia berusaha memanfaatkan kemampuan-kemampuan yang ada
pada dirinya.
c. Manusia berusaha terus-menerus mengembangkan dan menjadikan dirinya
sendiri, khsusnya melalui pendidikan.
d. Manusia dilahirkan dengan potensi untuk menjadi baik dan buruk. Hidup
berarti upaya untuk mewujudkan kebaikan dan menghindarkan atau
setidak-tidaknya mengontrol keburukan.
e. Manusia memiliki dimensi fisik, psikologis, dan spiritual yang harus dikaji
secara mendalam.
f. Manusia akan menjalani tugas-tugas kehidupannya, kebahagiaan manusia
terwujud melalui pemenuhan tugas-tugas kehidupannya sendiri.
g. Manusia adalah unik, dalam arti manusia itu mengarahkan kehidupannya
sendiri.
h. Manusia adalah bebas merdeka dalam berbagai keterbatasannya untuk
membuat pilihan-pilihan yang menyangkut perikehidupannya sendiri.
Kebebasan ini memungkinkan manusia berubah dan menentukan siapa
sebenarnya diri manusia itu dan akan menjadi apa manusia itu.
i. Manusia pada hakikatnya positif, yang pada setiap saat dan dalam suasana
apapun, manusia berada dalam keadaan terbaik untuk menjadi sadar dan
berkemampuan untuk melakukan sesuatu.

Dengan memahami hakikat manusia tersebut, setiap upaya bimbingan dan


konseling diharapkan tidak menyimpang dan hakikat tentang manusia itu sendiri.
Seorang konselor (guru, tutor) dalam berinteraksi dengan kliennya (peserta didik)

3
harus mampu melihat dan memperlakukan kliennya sebagai sosok utuh manusia
dengan berbagai dimensi dan keunikannya.2

2.1.2.Landasan Psikologis
Psikologi merupakan kajian tentang tingkah laku individu. Landasan
psikologis dalam bimbingan dan konseling berarti memberikan pemahaman
tentang tingkah laku individu yang menjadi sasaran layanan (klien). Hal ini sangat
penting karena bidang garapan bimbingan dan konseling adalah tingkah laku
klien, yaitu tingkah laku klien yang perlu diubah atau dikembangkan apabila ia
hendak mengatasi masalah-masalah yang dihadapinya atau ingin mencapai tujuan-
tujuan yang dikehendakinya.

Dalam proses pendidikan, peserta didik tidak jarang mengalami masalah


stagnasi perkembangan, sehingga menimbulkan masalah-masalah psikologis,
seperti lahirnya perilaku menyimpang, frustaso, depresi, agresi atau bersifat
infantilitas (kekanak-kanakan).

Agar perkembangan pribadi peserta didik/klien dapat tumbuh dan


berkembang secara seimbang, dan agar terhindar dari masalah-masalah
psikologis, maka setiap peserta didik/klien perlu diberikan bantuan yang bersifat
pribadi (pendekatan inilah pada akhirnya menjadi konseling individu), yaitu
bantuan yang dapat memfasilitasi perkembangan peserta didik melalui pendekatan
psikologis.

Pada sisi lain, setiap konselor maupun guru pembimbing harus memahami
aspek-aspek psikologis pribadi pelajar/klien, sehingga dengan modal itu pulalah
para konselor dapat memberikan bimbingan dan arahan yang tepat, sehingga
pelajar/klien memiliki pencerahan diri dan mampu memperoleh kehidupan yang
bermakna, yaitu suatu kehidupan yang bukan hanya berarti buat diri pribadinya
saja, tetapi lebih dari itu bermanfaat bagi orang yang ada di sekitarnya.

Untuk kepentingan bimbingan dan konseling sejumlah daerah kajian


dalam bidang psikologis perlu dikuasai, yaitu tentang:

2
Sutirna, Bimbingan dan Konseling, (Yogyakarta: CV ANDI OFFSET, 2013), h. 36-38

4
(1) Motif dan motivasi
(2) Pembawaan dasar dan lingkungan
(3) Perkembangan individu
(4) Belajar, balikan dan penguatan
(5) Kepribadian3

2.1.3.Landasan Religius
Pada bagian terdahulu telah dikemukakan beberapa unsur-unsur
keagamaan terkait erat dalam hakikat, keberadaan, dan perikehidupan
kemanusiaan. Dalam pembahasan lebih lanjut tentang landasan religius bagi
layanan bimbingan dan konseling perlu ditekankan tiga hal pokok, yaitu:

a. Keyakinan bahwa manusia dan seluruh alam semesta adalah makhluk


tuhan.
b. Sikap yang mendorong perkembangan dari perikehidupan manusia
berjalan kea rah dan sesuai dengan kaidah-kaidah agama.
c. Upaya yang memungkinkan berkembang dan dimanfaatkannya secara
optimal suasana dan perangkat budaya (termasuk ilmu pengetahuan dan
teknologi) serta kemasyarakatan yang sesuai dan meneguhkan kehidupan
beragama untuk membantu perkembangan dan pemecahan masalah
individu.4

Tujuan pendidikan salah satunya adalah membentuk manusia yang


beriman dan bertakwa kepada Tuhan YME serta manusia yang memiliki
kepribadian utuh. Tujuan tersebut menegaskan bahwa dalam pendidikan selalu
ada unsur religius yang hendak dicapai. Tujuan pendidikan tersebut juga
menunjukkan bahwa agama tidak dapat dilepaskan dari sisi kemanusiaan dan
peserta didik.

3
Lahmuddin Lubis, Landasan Formal Bimbingan Konseling di Indonesia, (Medan: Citapustaka
Media Perintis, 2011), Cet 1, h. 16-17
4
Prayitno, Dasar-Dasar Bimbingan dan Konseling, (Jakarta: PUSAT PERBUKUAN
DEPDIKNAS, 2009), Cet 2, h.146

5
Agama mengajarkan dan menuntut kesalehan secara pribadi dan sosial
dalam bentuk habluminallah dan habluminannas. Keduanya harus tumbuh secara
seimbang dan berdampingan. Oleh sebab itu, peran agma dalam kegiatan layanan
bimbingan dan konseling menjadi dasar dan dorongan terciptanya manusia
dengan kepribadian yang bulat, utuh, dan seimbang.

Menurut Erman Amti, implementasi landasan religius dalam layanan


bimbingan antara lain pembimbing diharapkan mendesain dan memasukkan
unsur-unsur agama dalam kegiatan bimbingan dan konseling. Dengan catatan,
muatan agama tersebut masih dalam tataran wajar dan masih memberikan
kebebasan pada peserta didik untuk menentukan nasibnya sendiri. Oleh sebab itu,
pembimbing haruslah memiliki pemahaman tentang nilai-nilai keagamaan yang
berlaku dalam kehidupan sosial, pribadi, belajar dan karier.

Menurut Prayitno dan Erman Amti, pendidikan secara umum dan


bimbingan konseling secara khusus ingin menetapkan peserta didik dengan
berbagai kemuliaannya sebagai makhluk Tuhan. Bahkan, menurut William,
seorang filsuf Amerika mengatakan bahwa dalam kaitannya dengan bimbingan
konseling, peran agama atau religiusitas sangat besar. Ia mengatakan bahwa terapi
terbaik bagi keresahan dan kecemasan (stress) adalah iman kepada Tuhan. Oleh
sebab itu, kegiatan bimbingan dan konseling berupayah untuk diselenggarakan
secara terintegrasi dengan nilai-nilai agama. Hal ini disebabkan beberapa alasan,
sebagai berikut:

a. Mayoritas peserta didik beragama dengan keyakinan pada Tuhan masing-


masing.
b. Pada dasarnya, ketika dipisahkan antara agama dan bimbingan konseling
akan terjadi tumpang tindih nilai-nilai yang disampaikan.
c. Keyakinan beragama terbukti memiliki kontribusi yang positif terhadap
kesehatan mental peserta didik dalam bentuk pemeliharaan fitrah,
pemeliharaan jiwa, dan pemeliharaan akal.5

5
Muhammad Irham, Bimbingan & Konseling, (Yogyakarta: AR-RUZZ MEDIA, 2014), Cet 1, h.
104-105

6
2.1.4.Landasan Sosial-Budaya
Manusia merupakan makhluk sosial yang tidak dapat lepas dan terbebas
dari pengaruh dan kondisi lingkungannya. Bahkan, keunikan setiap peserta didik
tidak lepas dari pengaruh lingkungannya. Manusia menjadi individu yang unik
karena pengaruh nilai-nilai, aspirasi, ide-ide, dan harapan lingkungannya, baik
secara fisik maupun sosial. Hal inilah yang kemudian menjadikan adanya
perbedaan norma yang dipegang peserta didik. Oleh sebab itu, kegiatan layanan
bimbingan dan konseling harus sangat memerhatikan faktor latar belakang sosial
kemasyarakatan dan budaya peserta didik serta pemahaman multikultural.

Kebutuhan bimbingan dan konseling akan terus meningkat dan semakin


kompleks sejalan dengan semakin berkembangnya masyarakat dan semakin
rumitnya struktur serta tuntutan masyarakat sebagai dampak globalisasi. Mengutip
pandangan para ahli bimbingan dan konseling, Syamsu Yusuf dan A. Juntika
Nurihsan menjelaskan latar belakang sosial budaya yang menjadi faktor pemicu
perlunya bimbingan dan konseling sebagai berikut:

a. Perubahan konstelasi keluarga


Fungsi dasar keluarga paling tidak mencakup fungsi keagamaan,
sosial-budaya, cinta kasih, perlindungan, reproduksi, sosialisasi dan
pendidikan, ekonomi, serta fungsi pembinaan. Namun demikian, semakin
berjalannya waktu, keluarga tidak lagi memerankan fungsi-fungsi tersebut
tidak berjalan dengan baik. Dampaknya adalah kehidupan moralitas
peserta didik yang cukup memprihatinkan, kekerasan dalam keluarga, dan
banyak aspek lagi yang berakhir pada penderitaan anak di tengah
keluarganya sendiri. Oleh sebab itu, pendidikan melalui bimbingan dan
konseling memiliki tanggung jawab pendidikan tersebut.
b. Perkembangan pendidikan
Globalisasi dan demokratis menjadikan dunia pendidikan semakin
berkembang. Perkembangan pendidikan saat ini cenderung meninggi,
meluas dan mendalam. Meninggi artinya semakin terbuka kesempatan
mengenyam pendidikan yang lebih tinggi. Meluas artinya berkembangnya
jurusan khusus dan sekolah-sekolah kejuruan. Mendalam artinya semakin

7
berkembangnya ruang lingkup kajiannya, semakin kompleks, dan
mendalam pembahasannya.
c. Perkembangan dunia kerja dan sosial-ekonomi
Heterogenitan masyarakat suatu wilayah berdampak pada kondisi
sosial dan ekonomi yang juga semakin timpang. Kondisi ini memunculkan
kecemburuan, rendah diri, minder, dan sebagainya. Kondisi ini ditambah
dengan semakin sulit dan kompetitifnya dunia kerja yang semakin sedikit
menggunakan tenaga manusia.
d. Perkembangan teknologi komunikasi dan informasi
Perkembangan teknologi informasi berdampak pada penggantian
tenaga manusia dengan mesin secara besar-besaran dan semakin
bervariasinya bidang pekerjaan.
e. Perkembangan kondisi moral dan keagamaan
Moral dan agama peserta didik semakin lama semakin tergerus
oleh budaya masyarakat. Nilai-nilai moral dan agama yang dianggap
norma tertinggi sekarang mulai meluntur disebabkan semakin beragamnya
norma penilaian.6

2.1.5.Landasan Pedagogis
Menurut Tirtarahaja dan La Sula, pendidikan merupakan transformasi
sosial-budaya bagai masyarakat peserta didik dalam menjaga dan
mempertahankan eksistensi manusia dan budayanya. Pendidikan juga merupakan
lembaga sosial yang berfungsi melakukan reproduksi sosial. Selain itu,
pendidikan juga memiliki fungsi pengembangan diri segenap potensi yang
dimiliki peserta didik. Oleh sebab itu, pendidikan harus menjadi pijakan dan dasar
kegiatan bimbingan dan konseling. Hal ini karena bimbingan konseling dan
pendidikan saling mendukung. Pendidikan adalah proses menyiapkan peserta
didik melalui kegiatan-kegiatan pengajaran, bimbingan, dan pelatihan.

Kegiatan pendidikan dan bimbingan konseling secara konseptual


seharusnya dilaksanakan secara terpadu dan terintegrasi dengan proses pendidikan
lain seperti pengajaran, olahraga, dan ekstrakurikuler. Hal ini karena kegiatan

6
Ibid, h.100-103

8
bimbingan dan konseling adalah kegiatan pengiring dan pendamping proses
pendidikan. Dengan kata lain, pendidikan merupakan kegiatan pengembangan
manusia dan bimbingan konseling merupakan salah satu kegiatan pendidikan,
serta inti tujuan pendidikan adalah bimbingan dan konseling.7

2.1.6.Landasan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi


Layanan bimbingan dan konseling merupakan kegiatan profesional yang
memiliki dasar-dasar keilmuan, baik yang menyangkut teori maupun praktik.
Pengetahuan tentang bimbingan dan konseling disusun secara logis dan sistematis
dengan menggunakan berbagai metode, seperti pengamatan, wawancara, analisis
dokumen, prosedur tes, inventori, atau analisis laboratoris yang dituangkan dalam
bentuk laporan penelitian, buku teks, dan tulisan-tulisan ilmiah lainnya.

Sejak awal dicetuskannya gerakan bimbingan, layanan bimbingan dan


konseling telah menekankan pentingnya logika, pemikiran, pertimbangan, dan
pengolahan lingkungan secara ilmiah (McDaniel dalam Prayitno, 2003).
Bimbingan dan konseling merupakan ilmu yang bersifat multireferensial.
Beberapa disiplin ilmu lain telah memberikan sumbangan bagi perkembangan
teori dan praktik bimbingan dan konseling, seperti psikologi, ilmu pendidikan,
statistik, evaluasi, biologi, filsafat, sosiologi, antroplogi, ilmu ekonomi,
manajemen, ilmu hukum, dan agama. Beberapa konsep dari disiplin ilmu tersebut
telah diadopsi untuk kepentingan pengembangan bimbingan dan konseling, baik
dalam pengembangan teori maupun praktiknya. Selain dihasilkan melalui
pemikiran kritis para ahli, pengembangan teori dan pendekatan bimbingan dan
konseling juga dihasilkan melalui berbagai bentuk penelitian.

Sejalan dengan perkembangan ilmu dan teknologi, khususnya teknologi


informasi berbasis komputer, sejak tahun 1980-an peranan komputer telah banyak
dikembangkan dalam bimbingan dan konseling. Menurut Gausel (Prayitno, 2003)
bidang yang telah banyak memanfaatkan jasa komputer ialah bimbingan karir dan
bimbingan konseling pendidikan. Surya (2006) mengemukakan bahwa sejalan
dengan perkembangan teknologi komputer, interaksi antara konselor dengan
individu yang dilayaninya (klien) tidak hanya dilakukan melalui hubungan tatap

7
Ibid, h. 106-107

9
muka tetapi dapat juga dilakukan melalui hubungan secara virtual (maya) melalui
internet, dalam bentuk cyber counseling. Dikemukakan pula, bahwa
perkembangan dalam bidang teknologi komunikasi menurut kesiapan dan adaptasi
konselor dalam penguasaan teknologi dalam melaksanakan bimbingan dari
konseling.

Dengan adanya landasan ilmiah dan teknologi ini, konselor berperan pula
sebagai ilmuan sebagaimana dikemukakan oleh MCDaniel (dalam Prayitno,
2003). Sebagai ilmuan, konselor harus mampu mengembangkan pengetahuan dan
teori tentang bimbingan dan konseling, baik berdasarkan hasil pemikiran kritisnya
maupun melalui berbagai bentuk kegiatan penelitian.

Guru BK maupun guru mata pelajaran disarankan untuk menguasai


keterampilan penggunaan teknologi modern karena dunia maya akan menjadi
peluang untuk dapat digunakan sebagai media dalam layanan bimbingan dan
konseling.8

2.1.7.Landasan Yuridis Formal


Landasan yuridis formal berkaitan dengan berbagai peraturan dan
perundangan yang berlaku di Indonesia tentang penyelenggaraan bimbingan dan
konseling, yang bersumber dari Undang-Undang Dasar, Undang-Undang,
Peraturan Pemerintah, Keputusan Menteri, serta berbagai aturan dan pedoman
lainnya yang mengatur tentang penyelenggaraan bimbingan dan konseling di
Indonesia.

Berdasarkan landasan-landasan di atas, pentingnya pelaksanaan bimbingan


dan konseling di dunia pendidikan, baik itu di pendidikan formal, nonformal, dan
informal telah sesuai dengan berbagai landasan sebagai dasar hukum tertulis
pelaksanaan bimbingan dan konseling.9

8
Sutirna, Bimbingan dan Konseling, (Yogyakarta: CV ANDI OFFSET, 2013), h. 46-47
9
Ibid, h. 49

10
BAB III

PENUTUP

3.1.Kesimpulan
Ada 7 landasan yang dalam bimbingan dan konseling yaitu sebagai berikut:

1.Landasan Filosofis

Landasan filosofis merupakan landasan yang dapat memberikan arahan


dan pemahaman khususnya bagi konselor dalam melaksanakan setiap kegiatan
bimbingan dan konseling yang lebih bisa dipertanggungjawabkan secara logis,
etis maupun estetis.

2.Landasan Psikologis

Merupakan landasan yang memberikan pemahaman bahwa tingkah laku


individu tidak terjadi dalam keadaan kosong, melainkan mengandung latar
belakang, latar depan, sangkut paut dan isi tertentu. Tingkah laku berlangsung
dalam lingkugan tertentu yang di dalamnya terdapat unsur waktu, tempat, dan
berbagai kondisi lain. Tingkah laku merupakan perwujudan hasil interaksi antara
keadaan intern dan ekstern.

3.Landasan Religius

Landasan religiud bimbingan dan konseling pada dasarnya ingin


menetapkan klien/siswa sebagai makhluk Tuhan dengan segenap kemuliaannya
menjadi fokus sentral upaya bimbingan dan konseling.

4.Landasan Sosial-Budaya

Merupakan landasan yang dapat memberikan pemahaman kepada konselor


tentang dimensi kesosialan dan dimensi kebudayaan sebagai faktor yang
mempengaruhi terhadap perilaku individu.

5.Landasan Pedagogis

11
Pedagogis merupakan ilmu yang mengkaji bagaimana membimbing anak,
bagaimana sebaiknya pendidik berhadapan dengan anak didik, apa tugas pendidik
dalam mendidik anak, apa yang menjadi tujuan mendidik anak.

6.Landasan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi

Landasan ilmu pengetahuan dan teknologi berkaitan dengan layanan


bimbingan dan konseling sebagai kegiatan ilmiah, yang harus senantiasa
mengikuti laju perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang demikian
pesat.

7.Landasan Yuridis Formal

Landasan yuridis formal berkaitan dengan berbagai peraturan dan


perundangan yang berlaku di Indonesia tentang penyelenggaraan bimbingan dan
konseling yang bersumber dari Undang-Undang Dasar.

3.2.Saran
Landasan adalah hak yang pokok di dalam mencapai suatu tujuan. Dengan
mengetahui landasan-landasan dalam bimbingan dan konseling diharapkan dapat
membantu peserta didik di dalam pelaksanaan pembelajarannya.

12
DAFTAR PUSTAKA

Irham, M. (2014). Bimbingan & Konseling. Yogyakarta: AR-RUZZ MEDIA.

Lubis, L. (2011). Landasan Formal Bimbingan Konseling di Indonesia. Bandung:


CITAPUSTAKA MEDIA PERINTIS.

Prayitno. (2013). Dasar-Dasar Bimbingan & Konseling. Jakarta: PT RINEKA


CIPTA.

Sutirna. (2013). Bimbingan dan Konseling. Yogyakarta: CV. ANDI OFFSET.

Yusuf, S. (2005). Landasan Bimbingan & Konseling. Bandung: PT REMAJA


ROSDAKARYA.

13

Anda mungkin juga menyukai