Anda di halaman 1dari 5

Pengertian Pendekatan Sistem dan Penerapannya dalam

Pengajaran di Sekolah
Pendekatan Sistem banyak di gunakan oleh berbagai pihak dalam usahanya
menganalisis serta menata berbagai gejala usaha dan lembaga-lembaga demi kelancaran
proses serta peningkatan hasil. Pembahasan tentang pendekatan sistem mencakup cara
berpikir (untuk memahami suatu gejala atau objek berpikir dalam kaitannya dengan
unsur-unsur lain dalam kawasan sub sistem, dan kawasan supra sistem), metode analisis
(dalam hal ini sejaralan dengan langkah-langkah pemecahan masalah = problem
solving), dan kegiatan manajemen atau pengelolaan proses secara terpadu serta terarah
(bagaimana mengatur-menggerakkan-mengontrol agar semua fungsi dari berbagai
komponen terkoordinasi serta menymbang secara maksimal demi tercapainya tujuan
yang telah di tetapkan). (Warijan,dkk., 1984:6).

Dalam uraian lebih lanjut, tiga sudut pandang yang bertalian dengan pengertian
pendekatan sistem tersebut akan di gunakan secara simultan.

A. PENGERTIAN DAN CIRI-CIRI PENDEKATAN SISTEM


Dalam cakupan pengertian sistem termuat adanya berbagai komponen (unsur),
berbagai kegiatan (menunjuk fungsi dari setiap komponen), adanya saling
hubungan serta ketergantungan antar komponen, adanya keterpaduan (kesatuan
organis = integrasi) antar komponen, adanya keluasan sistem (ada kawasan di
dalam sistem dan diluar sistem), dan gerak dinamis semua fungsi dari semua
komponen tersebut mengarah (berorientasi = berkiblat) ke pencapaian tujuan
sistem ang telah di tetapkan lebih dahulu. Bertolak dari identifikasi sistem
tersebut, akan disajikan beberapa batasan sistemuntuk diarifi seperlunya, batasan
sistem tersebut, adalah:
1. Sistem adalah komposisi (susunan yang serasi) dari komponennya.
2. Sistem adalah rangkaian komponen yang saling berkaitan dan berfungsi ke
arah tercapainya tujuan sistem yang telah ditetapkan lebih dahulu. (Warijan,
dkk., 1984: 1)
3. Sistem adalah pengkoordinasian (pengorganisasian) seluruh komponen serta
kegiatan dalam rangka pencapaian tujuan yang telah ditetapkan lebih dulu.
4. A system is an organized or complex whole; an assemblage or combination
of things or parts forming a complex or unitari whole. (Johnson, Kast, dan
Rosenzweig, 1973: 4).

Pengertian dan ciri-ciri sistem atau pendekatan sistem dapat dihubungkan


dengan analisis kondisi fisik (misalnya: sistem tata surya, rakitan mesin), dapat
dihubungkan dengan analisis biotis (misalnya: jaring-jaring ekologis, koordinasi tubuh
manusia), dan dapat dihubungkan dengan analisis gejala sosial (misalnya: kehidupan
ekonomis, gejala pendidikan, pola nilai hidup). Analisis sistem sosial relatif lebih rumit
dibanding analisis fisis dan sistem biotis, sistem sosial pada umumnya dan khususnya,
sistem pendidikan bersifat terbuka, yaitu suatu sistem yang mudah dipengaruhi oleh
kejadian-kejadian di luar sistemnya (rentan terhadap pengaruh luar), misalnya: sistem
sekolah mudah dipengaruhi oleh situasi masyarakatnya (supra sistemnya). Karakter
sistem pendidikan yang bersifat terbuka ini menuntut konsekuensi penyelenggaraan
pendidikan sekolah yang kritis (dalam mawas diri) dan kreatif ( dalam mencari alternatif
pengembangan yang positif) secara berkesinambungan.

Secara lebih rinci, ciri-ciri yang terkandung dalam sistem atau pendekatan
sistem, adalah:

1. Adanya tujuan
Setiap rakitan sistem pasti bertujuan, tujuan sistem telah ditentukan lebih
dahulu, dan itu menjad tolak ukur pemilihan komponen serta kegiatan dalam
proses kerja sistem. Komponen, fungsi komponen, dan tahap kerja yang ada
dalam suatu sistem mengarah ke pencapaian tujuan sistem. Tujuan sistem adalah
pusat orientasi dalam suatu sistem.1
2. Adanya komponen sistem (selain tujuan):
Jika suatu sistem itu adalah sebuah mesin, maka setiap bagian (onderdil) adalah
kompinen dari mesin (sistemnya);demikian pula halnya dengan pengajaran di
sekolah sebagai sistem, maka semua unsur yang tercakup di dalamnya (baik
manusia maupun non manusia) dan kegiatan-kegiatan lain yang terjadi
didalamnya adalah merupakan komponen sistem. Jadi setiap sistem pasti
memiliki komponen-komponen sistem.
3. Adanya fungsi yang menjamin dinamika (gerak) dan kesatua kerja sistem.
Tubuh kita merupakan suatu sistem, setiap organ (bagian) dalam tubuh tersebut
mengemban fungsi tertentu, yang keseluruhannya (semua fungsi komponen
sistem) dikoordinasikan secara kompak, agar diri kita dan kehidupan kita
sebagai manusia berjalan secara sehat dan semestinya.
Penyelenggaraan pengajaran di sekolah merupakan suatu sistem, maka setiap
komponen yang mempunyai fungsi tertentu itu mesti menyumbang secara
sepantasnya dalam rangka mencapai tujuan dan semua fungsi tersebut perlu
dikoordinasikan secara terpadu agar proses pengajaran berlangsung secara
efektif dan efisien.
Misalnya: fungsi komponen yang berstatus guru adalah pembimbing belajar
siswa (pendorong motivasi belajar siswa, pengarah, pengatur (organisator),
situasi belajar siswa, sebagai narasumber (fasilitator), bertindak sebagai
penyebar kebijakan, penilaian hasil belajar siswa,dsb): jika guru cakap

1
Samana, Sistem Pengajaran, (Yogyakarta: Kanisius,1992), h.23-24
menjalankan fungsinya maka akan sangat membantu kelancaran serta
keberhasilan belajar siswa dan sebaliknya.
4. Adanya interaksi antar komponen;
Antar komponen dalam suatu sistem terdapat saling hubungan, saling
mempengaruhi, dan saling ketergantungan.
Misalnya: keguruan seseorang barulah menjadi nyata jika ada siswa yang
bersedia untuk di didiknya; siswa yang reponsif, kritis, dan koordinatif banyak
membantu guru dalam mengembangkan kariernya.
5. Adanya transformasi dan sekaligus umpan balik;
Fungsi dari setiap komponen merupakan bagian tak terpisahkan dari keseluruhan
fungsi sistem. Dalam sistem pengajaran yang berinti pada interaksi personal,
peran dari komponen-komponen (selain guru dan siswa) adalah untuk
meningkatkan nilai interaksi personal tersebut demi keberhasilan belajar siswa
transformasi yang terjadi dalam interaksi guru siswa secara lebih teknis
merupakan transaksi pesan-pesan (pemahaman -> pengintegrasian ->
pengembangan diri)
6. Adanya daerah batasan dan lingkungan sistem
Pengertian supra sistem, sistem, sub sistem, dan sub-sub sistem menunjuk suatu
indikator bahwa setiap sistem memiliki keutuhannya masing-masing (punya
daerah sistem tertentu = inner system), yang dikelilingi oleh daerah luar
sistemnya (lingkungannya = external system). Daerah batasan suatu sistem dan
lingkungannya akan tampak jelas dan eksklusif bila suatu sistem itu
berhubungan dengan gejala fisis dan atau mekanis (misalnya: suatu mesin
dengan modul dan onderdil onderdilnya), tetapi batasan suatu sistem dan
lingkungannya tampak menjadi samar-samar bila suatu sistem itu berhubungan
dengan gejala sosial (misalnya: pendidikan).2

B. PENERAPAN PENDEKATAN SISTEM DALAM PENGAJARAN DI


SEKOLAH

Secara implisit isi pembahasan dari bab ini telah termuat dala uraian-uraian yang
mendahuluinya. Secara lebih eksplisit, rinci, dan operasional, dalam bab ini akan
diketengahkan model-model pen dekatan sistem lengkap. Baik dalam kebebasan yang
luas (wilayah nasional) maupun dalam lingkup yang sempit (misalnya: satuan pe lajaran
SP)

1. Lingkup penerapan

Penerapan sistem yang dapat diakses bervari dengan distribusi yang sangat luas hingga
sesuai dengan yang disumbangkan. Contoh: Perencanaan dan pelaksanaan sistem
pendidikan nasional, yang

2
Ibid, h.25-26
a. meliputi pelayanan pendidikan jalur sekolah dan pendidikan jalur luar sekolah, yang
mencakup pengembangan jenjang dan jenis sekolah, yang mencakup pengembangan isi
kurikulum dan fasilitas penunjangnya (untuk setiap jenjang dan jenis sekolah) yang
mencakup kebijakan kependidikan yang pendek dan mahal, kesemuanya adalah
penggunaan kompleks Pembinaan dan pengembangan program pendidikan nasional
dengan arah serta proses pembangunan nasi-onal semesta dan perencanaan ini
merupakan ajang penerangan- sebuah sistem dalam bidang pendidikan yang sangat luas

b. Perencanaan dan pelaksanaan sistem pendidikan yang berhubungan dengan


pendidikan dalam jalur sekolah (menyangkuf semua jenjang dan jenis sekolah),
pembahasannya dilengkapi di-sain serta isi kurikulum dengan mempertimbangkan
kekhususan masing-masing jenjang dan setiap jenis sekolah dan hubungan antar jenjang
dengan jenis sekolah, kesemuanya adalah komitmen yang kompleks. Pembinaan dan
pengembangan sistem pendidikan nasional merupakan ajang penerapan sis dalam
pendidikan yang sangat luas.

C. Kawasan penerapan sistem dalam pelatihan dan pengembangan pendidikan setiap


jenjang dan jenis sekolah Tertentu, merupakan penerapan sistem dalam pendidikan yang
cuku pluas

D.Penerapanpendekatansistemdalampembinaansertapengembanganbidangstudiataumata
pelajarandalamjenjangsertajenissekolahtertentu (misalnya: yang berkaitandengan BS-
IPA di SD), merupakan penerapan sistem dalam kiat pendidikan yang lengkap

E. Penyusunan (pengembangan) satuan pelajaran (SP) dan pengerjaan kegiatan belajar-


mengajar agar dapat mencapai tujuan (TIK) yang efektif dan efisien yang
menggunakan sistem (secara resmi telah disetujui penggunaannya disekolah-sekolah
kita sejak kurikulum 1975): penerapan sistem dalam kaitannya SP ini sebagai sangat
efisien.

2. Berbagai model yang mendukungsistem di sekolah di Banyak model sistem yang


telahdikembangkan para pakar, dalamuraian di bawahiniakandiketengahkanbeberapa
model saja, yaitu:

a. Langkah-langkahpengembangankurikulum LPTK (LembagaPendidikan Tenaga


Kependidikan) berdasarkankompetensi (PGBK Pendidikan Guru
BerdasarkanKompetensi), yang di-kembangkanolehDepdikbud RI.,
Memilikialirsebagaiberikut

1) Mengidentifikasikompetensikeguruan;

2) Merumuskantujuanpendidikankeguruan yang selarasdengankompetensikeguruan:

3) Menetapkanpengalamanbelajarcalon guru yang


relevandengantujuansertakompetensikeguruan;
4) Menetapkanpokokbahasan, topik, dan sub topiksebagaiisipelajaran yang
akandiolahdandikuasaiolehcalon guru selamapengalamanbelajarnya di sekolah,
sebagaisaranamencapaitujuansertakompetensikeguruannya;

5) Mengalokasiwaktubelajarcalon guru; dan 6) Kodifikasipengalamanbelajar


(penamaanbidangstudiataumatapelajarandanpengaturanaturanteknis-
administrasilainnya).3

b. Langkah-langkahpengembanganinstruksional (Warijandkk 1984: 17),


memilikialirsebagaiberikut:

1) Tahapmenerima. yangmemuatanalisiskebutuhan; Pblgmendalamikarakteristiksiswa

2) Tahappengembangan, yang meliputi: perumusantujuaninstruksional: kuanalisistugas


yang harusdipenuhiolehsiswa: menentukanstrategiinstruksional (pemilihan KBM
dancfektif-efisien) pendayagunaan media yang relevan: pengembanganprototip
(desaininstruksionalatau S4 ( Satuan Acara Pelajaran) atau SP): Tahapevaluasi, yang
diterbitkan: adakanujicoba; perlukahulasandanrevisi (?) implementasi: danevaluasi

3) Model perencanaansesuaidengan Kaufman (1972 17 Lihat: Abdul Gafur, 1980: 18)

Keenamlangkahkerja di dalam model Kaufman di atas, dapatditerapkandenganbaik di


dalam di dalam yang luas yang di keluarkan: di dalampengelompokanpelajaran
(mengaturmasalahmenunjukkeisi TIK;
menentukanpersyaratandanaltematifmengaturmenunjukbahan yang
sesuaiataubelajarbelajar yang harusdidalamisiswa; memilihstrategipenentuanpemilihan
yang disetujui-metode-teknikkerja; melaksanakanpeng-pengajaran
(cukupjelasmaksudnya); menentukanhasilperencanaan yang
menunjukpadaevaluasiformatif: danrevisimenunjukperlutidakdiadakandiadakan
program sertapelaksanaanperbaikanperbaikan. Model instruksionalempiris (W.J.
Phopamdan E.L. Baker, w. 1981: 25) 4

3
Ibid, h.28-29
4
Ibid, h.30-31

Anda mungkin juga menyukai