Anda di halaman 1dari 17

Pendidikan sebagai sistem point j

Latar belakang

Pendidikan merupakan bagian integral dari perkembangan masyarakat dan bangsa. Pendidikan
memainkan peran kunci dalam membentuk individu, meningkatkan kemampuan, dan menciptakan
fondasi bagi perubahan sosial dan ekonomi yang berkelanjutan. Dalam konteks ini, pemahaman yang
mendalam tentang pendidikan sebagai sistem sangatlah penting.

Pendidikan bukan hanya tentang proses pengajaran dan pembelajaran di dalam kelas, tetapi juga
merupakan struktur yang kompleks dengan berbagai komponen yang saling terkait. Sistem
pendidikan mencakup tujuan, kurikulum, metode pengajaran, guru, peserta didik, sarana, prasarana,
dan banyak lagi. Setiap komponen ini memiliki peran penting dalam mencapai tujuan pendidikan
yang berkualitas.

Pentingnya pemahaman tentang sistem pendidikan semakin meningkat seiring dengan


perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, serta perubahan dalam tuntutan masyarakat dan
pasar kerja. Sistem pendidikan yang efektif harus mampu mempersiapkan generasi muda dengan
pengetahuan dan keterampilan yang relevan, serta membentuk karakter yang kuat.

Selain itu, dalam konteks globalisasi, pendidikan menjadi jembatan penting untuk memungkinkan
individu bersaing secara global. Oleh karena itu, pemahaman yang mendalam tentang sistem
pendidikan adalah kunci untuk menghadapi tantangan masa depan.

Makalah ini bertujuan untuk menyelidiki dan menganalisis sistem pendidikan, termasuk komponen-
komponennya, interaksi antara komponen-komponen tersebut, serta dasar hukum dan filosofis yang
mengatur pendidikan di Indonesia. Dalam makalah ini, kami akan menguraikan peran masing-masing
komponen, bagaimana interaksi antara mereka mempengaruhi hasil pendidikan, dan bagaimana
dasar hukum dan filosofis memandu pengembangan sistem pendidikan.
Melalui pemahaman yang lebih dalam tentang pendidikan sebagai sistem, diharapkan kita dapat
mengidentifikasi perbaikan yang diperlukan dalam sistem pendidikan kita dan berkontribusi pada
pembentukan individu yang lebih siap menghadapi tantangan masa depan. Dengan demikian,
makalah ini bertujuan untuk memberikan wawasan yang komprehensif tentang sistem pendidikan
dan peran kunci yang dimainkannya dalam memajukan masyarakat dan bangsa.

Definisi sistem dan sistem pendidikan

Sistem pendidikan merupakan rangkaian-rangkaian dari sub sistem atau unsur-unsur pendidikan
yang saling terkait dalam mewujudkan keberhasilannya. Ada tujuan, kurikulum, materi, metode,
pendidik, peserta didik, sarana, alat, pendekatan dan sebagainya (Mujamil Qomar, 2005).

Sistem berasal dari bahasa yunani “systema” yang memiliki arti sehimpunan bagian atau komponen
yang saling berhubungan secara teratur dan merupakan suatu keseluruhan. Bisa dibilang sistem
adalah istilah yang mempunyai makna sangat luas dan dapat dipakai sebagai sebutan yang melekat
pada sesuatu. Sebuah perkumpulan atau organisasi bisa disebut sebagai sistem. Lalu orang-orang
menyebutnya sistem organisasi. Begitu juga dengan pendidikan sebagai sebuah sistem, pada
akhirnya orang-orang menyebutnya sistem pendidikan. Menurut Wina Sanjaya (2012) sistem
merupakan sebagai satu kesatuan komponen yang satu sama lain saling berhubungan untuk
mencapai suatu hasil yang diharapkan secara optimal sesuai dengan tujuan. Tatang M. Amirin (dalam
Tirtaraharja, 2008) menjelaskan pengertian sistem adalah sebagai berikut:

1. Sistem adalah suatu kebulatan keseluruhan yang komplek atau terorganisir, suatu himpunan
atau perpaduan hal-hal atau bagian-bagian yang membentuk suatu kebulatan atau
keseluruhan yang kompleks atau utuh.
2. Sistem merupakan himpuan komponen yang saling berkaitan yang bersama-sama berfungsi
untuk mencapai suatu tujuan.
3. Sistem merupakan sehimpunan komponen atau subsistem yang terorganisasikan dan
berkaitan sesuai dengan rencana untuk mencapai tujuan tertentu.

Dari beberapa definisi di atas bisa ditarik kesimpulan bahwa sistem merupakan rangkaian
keseluruhan kebulatan kesatuan dari komponen-komponen yang saling berinteraksi antara satu
sama lainnya, yang semuanya itu sebagai satu kesatuan yang utuh dalam mencapai tujuan.

Ciri-Ciri Sistem

Suatu system dalam organisasi tentu memiliki ciri-ciri pokok yang harus ada pada suatu organisasi,
ada ciri-ciri dari system yakni:

1. Memiliki tujuan, dengan begitu proses kerja sistem mengarah pada tujuan.
2. Memiliki batas, yang tujuannya untuk membedakan sistem yang satu dengan sistem lainnya.
3. Bersifat terbuka, karena sistem bisa dihubungkan dengan sistem yang lain sehingga
terbentuk sistem baru yang lebih besar.
4. Terdiri dari beberapa bagian yang disebut dengan istilah komponen atau sub sistem.
5. Bagian-bagian dari suatu sistem merupakan satu kebulatan dari yang utuh dan padu
sehingga bersifat “wholiam” atau dalam bidang psikologi disebut “gestalt”.
6. Saling berhubungan dan ketergantungan, baik di dalam sistem (intern system) ataupun
antara sistem dengan lingkungannya.
7. Adanya proses kegiatan transformasi yang mengubah masukan (input) menjadi hasil
(output), sehingga sistem pada dasarnya merupakan transformator atau processor.
8. Dalam setiap sistem terdapat mekanisme kontrol dengan memanfaatkan terjadinya umpan
balik. Oleh karenanya sistem mempunyai kemampuan untuk mengatur diri sendiri dan
menyesuaikan diri dengan lingkungannya.

Pendidikan ialah usaha untuk mencapai suatu tujuan pendidikan. Usaha tersebut mencakup tiga
unsur pokok, antara lain masukan, unsur proses, usaha itu sendiri ,dan unsur hasil usaha. Masukan
proses usaha keluaran atau hasil departemen pendidikan dan kebudayaan menjelaskan pendidikan
adalah suatu sistem yang memiliki unsur-unsur tujuan sasaran pendidikan, peserta didik,
pengelolaan pendidikan, struktur atau jenjang, kurikulum dan fasilitas. Setiap sistem ini saling
mempengaruhi satu sama lain.

Menurut PH Combs (1968), ada 12 komponen pendidikan yakni tujuan dan prioritas, peserta didik,
manajemen atau pengelolaan, struktur dan jadwal waktu, isi dan bahan pengajaran, guru dan
pelaksanaan, alat bantu belajar, fasilitas, teknologi, pengawasan, penelitian dan biaya.

Berikut komponen-komponen pendidikan tersebut:

1. Tujuan dan prioritas yang merupakan fungsi mengarahkan kegiatan. Hal ini merupakan
informasi apa yang akan dicapai oleh sistem pendidikan dan urutan pelaksanaannya;
2. Peserta didik, yang tugasnya belajar dan diharapkan mengalami proses perubahan tingkah
laku sesuai dengan tujuan sistem pendidikan;
3. Manajemen atau pengelolaan berperan untuk mengkoordinasi, mengarahkan dan menilai
sistem pendidikan;
4. Struktur dan jadwal waktu merupakan komponen yang fungsinya mengatur pembagian
kegiatan dan waktu;
5. Isi dan bahan pengajaran merupakan komponen yang menggambarkan luas dan dalamnya
bahan pelajaran yang harus dikuasai peserta didik;
6. Guru dan pelaksanaan merupakan orang yang menyediakan bahan pelajaran serta
menyelenggarakan proses belajar untuk peserta didik;
7. Alat bantu belajar, yang membuat fungsi yang membuat proses pendidikan lebih bervariasi
dan menarik;
8. Fasilitas, merupakan tempat terjadinya kegiatan pembelajaran;
9. Teknologi, merupakan komponen yang memperlancar dan meningkatkan hasil guna proses
pendidikan;
10. Pengawasan mutu, merupakan komponen yang berfungsi membina peraturan dan standar
pendidikan;
11. Penelitian, adalah fungsi memperbaiki serta mengembangkan ilmu pengetahuan;
12. Biaya, merupakan komponen yang tujuannya memperlancar proses pendidikan.

Komponen komponen pendidikan

Komponen merupakan bagian dari suatu sistem yang memiliki peran dalam keseluruhan
berlangsungnya suatu proses untuk mencapai tujuan sistem. Komponen pendidikan berarti bagian-
bagian dari sistem proses pendidikan yang menentukan berhasil atau tidaknya atau ada atau
tidaknya proses pendidikan. Komponen-komponen yang memungkinkan terjadinya proses
pendidikan adalah; tujuan pendidikan, peserta didik, pendidikan, orang tua, guru/pendidik,
pemimpin masyarakat dan keagamaan, interaksi edukatif peserta didik dan pendidik, isi pendidikan.
Bahkan dapat dikatakan bahwa untuk berlangsungnya proses kerja pendidikan diperlukan
keberadaan komponen-komponen tersebut. Manusia selama hidupnya selalu akan mendapat
pengaruh dari keluarga, sekolah, dan masyarakat luas. Ketiga lingkungan itu sering disebut sebagai
tripusat pendidikan, yang akan mempengaruhi manusia secara bervariasi. Lingkungan pendidikan
merupakan salah satu komponen dalam pendidikan (Hardiyanti,2011).

1. Dasar Pendidikan

Dasar pendidikan bisa diartikan sebagai sesuatu yang menjadi titik tolak untuk memikirkan masalah-
masalah pendidikan atau titik tolak untuk melakukan kegiatan-kegiatan pendidikan. Dalam
pendidikan, yang menjadi dasar pendidikan adalah dasar filosofis, dasar historis, dasar psikologis,
dasar sosiologis, dan dasar yuridis.

2. Tujuan pendidikan

Pendidikan merupakan usaha sadar. Sehingga bisa diketahui bahwa tujuan dari pendidikan adalah
segala hal yang dicita-citakan setiap kegiatan mendidik. Menurut Langeveld dan FH. Phonnik, ada
beberapa macam tujuan pendidikan, yakni tujuan umum, khusus, tidak lengkap, sementara,
insidental dan intermediet.

3. Isi pendidikan

Isi pendidikan merupakan bahan-bahan atau materi pendidikan yang diberikan kepada peserta didik.
Dengan begitu tujuan yang diharapkan bisa tercapai.

4. Metode pendidikan

Metode atau cara bagaimana dalam mendidik, supaya nantinya bisa memilih dan memakai metode
yang tepat sesuai dengan tujuan dan kondisi-kondisi pendukung. Proses pendidikan memungkinkan
terjadinya interaksi antara pendidik dengan peserta didik. Dengan begitu metode pendidikan bisa
didasarkan pada pola hubungan kedua belah pihak.

5. Alat pendidikan

Alat pendidikan adalah segala kondisi dan situasi, tindakan dan perilaku, tingkah laku dan perbuatan
maupun semua hal yang diadakan dengan sengaja dan terencana yang langsung dan tidak langsung.
Alat pendidikan bisa dibagi menjadi dua macam, yakni:

a. Alat pendidikan kebendaan. Fungsinya untuk mewujudkan pendidikan yang efektif.


b. Alat pendidikan bukan kebendaan, misalnya perintah, peringkat, teguran, teladan,
nasehat, hadiah, pujian dan hukuman.
6. Terdidik

Terdidik merupakan individu yang dijadikan sasaran kegiatan pendidikan supaya tujuan yang
diharapkan bisa tercapai dengan baik.
7. Pendidik

Pendidik adalah orang yang bertanggung jawab dalam proses pendidikan supaya Mengarah pada
tujuan pendidikan.

8. Tujuan perencanaan sistem pendidikan

Sistem selalu berhubungan dengan pencapaian suatu tujuan. Sistem pendidikan nasional bertujuan
untuk mencerdaskan kehidupan bangsa dan mengembangkan manusia yang beriman, bertakwa
kepada tuhan yang maha esa, berbudi pekerti luhur, mempunyai pengetahuan dan keterampilan,
kesehatan jasmani dan rohani, kepribadian yang mantap dan mandiri serta rasa tanggung jawab
kemasyarakatan dan kebangsaan.

Agar tujuan pendidikan tercapai, perlu disusun dan difungsionalkan sebuah sistem penyelenggaraan
pendidikan yang baik. Berbagai komponen dalam sistem juga perlu dikenali, dipahami dan
dikembangkan dengan baik sehingga dapat berfungsi dengan tepat, hal inilah yang membuat
pendekatan sistem dalam penyelenggaraan pendidikan penting. Dengan pendekatan sistem
kelemahan masing-masing komponen bisa diketahui dan diperbaiki sehingga tujuan yang diinginkan
bisa tercapai lebih efektif dan efisien. Pendekatan sistem bisa menghasilkan kebijakan berupa
pembaruan sebagian atau menyeluruh, bertahap atau sekaligus. Kebijakan atau keputusan tersebut
dilakukan untuk mencapai tujuan pendidikan secara optimal.

Interaksi dan interpendensi antar komponen pendidikan

Pendidikan pada dasarnya merupakan interaksi antara pendidik dengan peserta didik, untuk
mencapai tujuan pendidikan yang berlangsung dalam lingkungan tertentu. Interaksi ini disebut
interaksi pendidikan, yaitu saling berpengaruh antara pendidik dengan peserta didik. Dalam saling
mempengaruhi ini peranan pendidik lebih besar, karena kedudukannya sebagai orang yang lebih
dewasa, lebih berpengalaman, lebih banyak menguasai nilai-nilai, pengetahuan dan
keterampilan.sedangkan peranan peserta didik lebih banyak sebagai penerima pengaruh dan
pengikut (Sukmadinata, 2009: 3).

Penulis simpulkan bahwa interaksi merupakan hubungan timbal balik Antara individu dengan
individu, individu dengan kelompok, atau kelompok Dengan kelompok.

Interaksi dan interdependensi antara komponen pendidikan sangat penting dalam


menyelenggarakan sistem pendidikan yang efektif. Berikut adalah contoh-contoh interaksi dan
interdependensi antar komponen pendidikan:

1. Guru dan Siswa:

- Guru memberikan pengajaran kepada siswa.


- Siswa belajar dari guru dan berinteraksi dengan guru dalam proses pembelajaran.

- Kualitas pengajaran guru memengaruhi pemahaman dan perkembangan siswa.

2. Kurikulum dan Materi Pembelajaran:

- Kurikulum mencakup rencana pembelajaran dan materi yang akan diajarkan.

- Materi pembelajaran disesuaikan dengan kurikulum.

- Efektivitas kurikulum tergantung pada pemilihan materi yang relevan dan metode pengajaran
yang tepat.

3. Sekolah dan Komunitas:

- Sekolah adalah bagian penting dari komunitas.

- Sekolah berinteraksi dengan komunitas sekitarnya untuk mendukung pendidikan.

- Komunitas dapat memberikan sumber daya, dukungan, atau bantuan finansial kepada sekolah.

Sarana dan Prasarana:

Fasilitas fisik, seperti ruang kelas dan perpustakaan, harus mendukung metode pengajaran dan
pembelajaran yang efektif.

Ketersediaan teknologi, buku teks, dan sumber daya lainnya berperan penting dalam mendukung
pendidikan.

Orang Tua dan Guru:

Orang tua memiliki peran dalam mendukung pendidikan anak-anak di rumah.

Guru perlu berkomunikasi dengan orang tua untuk memberikan pemahaman yang lebih baik tentang
perkembangan siswa.

4. Evaluasi dan Perbaikan:

- Evaluasi hasil belajar siswa merupakan bagian penting dari pendidikan.

- Hasil evaluasi digunakan untuk mengidentifikasi area perbaikan.

- Proses perbaikan berkaitan dengan peningkatan kurikulum, pelatihan guru, dan sumber daya.

5. Siswa dan Orang Tua:

- Orang tua mendukung pendidikan anak-anak mereka.

- Siswa memerlukan dukungan dan bimbingan dari orang tua.


- Keterlibatan orang tua dapat meningkatkan motivasi dan prestasi siswa.

6. Teknologi dan Pendidikan:

- Teknologi memengaruhi cara pengajaran dan pembelajaran.

- Penggunaan teknologi dapat meningkatkan akses ke informasi dan sumber daya.

- Guru perlu terus belajar untuk mengintegrasikan teknologi dalam pembelajaran.

Semua komponen ini saling berhubungan dan bergantung satu sama lain dalam upaya menciptakan
sistem pendidikan yang efektif dan berkualitas. Interaksi dan interdependensi antara komponen-
komponen ini penting untuk mencapai tujuan pendidikan yang baik.

Dasar pendidikan

Dasar- dasar pendidikan di negara Indonesia secara yuridis formal telah dirumuskan antara lain
sebagai berikut:

1. Undang-Undang tentang Pendidikan dan Pengajaran No. 4 tahun 1950,


Nomor 2 tahun 1945, Bab III Pasal 4 Yang Berbunyi: Pendidikan dan
Pengajaran berdasarkan atas asas-asas yang termasuk dalam Pancasila,
Undang-Undang Dasar RI dan kebudayaan bangsa Indonesia.
2. Ketetapan MPRS No. XXVII/ MPRS/ 1966 Bab II Pasal 2 yang berbunyi: Dasar
pendidikan adalah falsafah negara Pancasila.
3. Dalam GBHN tahun 1973, GBHN 1978, GBHN 1983 dan GBHN 1988 BabIV
bagian pendidikan berbunyi: Pendidikan Nasional berdasarkan Pancasila.
4. Tap MPR Nomor II/MPR/1993 tentang GBHN dalam Bab IV bagian
Pendidikan yang berbunyi: Pendidikan Nasional (yang berakar pada
Kebudayaan bangsa Indonesia dan berdasarkan Pancasila dan Undang-
Undang Dasar 1945.
5. Undang-undang RI No 2 Tahun 1989, tentang Sistem Pendidikan Nasional
berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945.
6. Undang-undang RI No 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional
berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945.

Dengan demikian jelaslah bahwa dasar pendidikan di Indonesia adalah Pancasila dan Undang-
Undang Dasar 1945 sesuai dengan UUSPN No. 2 tahun 1989 dan UU Sisdiknas No. 20 tahun 2003.
Dalam Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan
Nasional disebutkan bahwa pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan
suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi
dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan,
akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa, dan Negara (UU
Sisdiknas Nomor 20 Tahun 2003). Indonesia merupakan negara yang kaya akan sumber daya alam
(SDA) dan Sumber daya manusia (SDM). Kekayaan alam Indonesia meliputi ribuan pulau yang
berjajar mulai dari Sabang sampai Merauke dengan kandungan yang ada pada tiap-tiap pulau, baik
dari hasil laut maupun di luar laut. Di sisi lain, kualitas SDM akan menentukan kualitas bangsa. Untuk
itu, kualitas SDM perlu ditingkatkan melalui berbagai program pendidikan yang dilaksanakan secara
sistematis dan terarah berdasarkan kepentingan yang mengacu pada kemajuan ilmu pengetahuan
dan teknologi (IPTEK) dan dilandasi oleh keimanan dan ketaqwaan (IMTAQ). Pendidikan merupakan
upaya yang terencana dalam proses pembimbingan dan pembelajaran bagi individu agar tumbuh
berkembang menjadi manusia yang mandiri, bertanggung jawab, kreatif, berilmu, sehat, dan
berakhlak (berkarakter) mulia. Fungsi dan tujuan pendidikan nasional, seperti yang tertulis dalam
Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003, menegaskan bahwa pendidikan nasional berfungsi
mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bemartabat
dalam rangka mencerdaskan kehidupan Bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta
didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak
mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta
bertanggung jawab (UU Sisdiknas Nomor 20 Tahun 2003).

Tujuan pendidikan

Tujuan utama yang harus menjadi orientasi dalam pendidikan salah satunya adalah mengembangkan
potensi dan mencerdaskan manusia menjadi semakin lebih baik. Tujuan pendidikan ini termuat
dalam Undang-Undang Nomor 20 tahun 2003 yang berbunyi, sebagai berikut: “Mengembangkan
kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka
mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar
menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat,
berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung
jawab.”

Kata tujuan dalam bahasa Indonesia mempunyai dua arti yaitu: arah dan titik akhir. Maka tujuan
pendidikan dalam hal ini dapat di artikan sebagai arah pendidikan dan titik akhir pendidikan. Karena
itu, pendidikan merupakan factor pertama dan yang utama dalam proses mendidik. Mengenai hal
ini, Winarno surachmad menegaskan bahwa : “ pendidikan adalah suatu usaha yang bersifat sadar
tujuan”. Bahkan menurut Langeveld : “semua pendidikan yang tidak diarahkan kepada tujuan itu
tidak dapat disebut pendidikan”. Kedua pendapat diatas menunjukkan tentang betapa pentingnya
tujuan pendidikan.

Tujuan Umum Pendidikan

Berikut ini adalah tujuan pendidikan dari peraturan yang pernah disahkan oleh pemerintahan
Indonesia dari tahun ke tahun:

Tujuan Pendidikan Menurut Undang-Undang Nomor 4 Tahun 1950

Undang-Undang Nomor 4 Tahun 1950 atau diubah menjadi Undang-Undang Nomor 12 Tahun 1954
merupakan Undang-Undang tentang Sistem Pendidikan Nasional yang kali pertama disahkan dan
digunakan oleh pemerintah Indonesia. Penyelenggaraan pendidikan sebenarnya tidak langsung lahir
begitu saja, pendidikan Indonesia banyak mengalami proses yang cukup panjang untuk mencapai
pendidikan khas Indonesia sendiri. Pendidikan sendiri bukanlah persiapan untuk hidup, namun
pendidikan adalah kehidupan bagi umat manusia sendiri. Walaupun pemerintah Indonesia di awal
kemerdekaan sudah mengesahkan UU No. 4 Tahun 1950, tetapi proses pendidikan yang terjadi di
masyarakat masih berlangsung menggunakan sistem pendidikan kolonial, dan mulai dapat
diterapkan secara perlahan-lahan. Sebagai undang-undang yang disahkan oleh negara yang baru
merdeka, UU No. 4 Tahun 1950 memiliki tujuan untuk mengubah dari sistem pendidikan kolonial
menjadi sistem pendidikan yang lebih memperhatikan rakyat yang baru saja merdeka. Semangat
memerdekaan rakyat Indonesia merupakan tujuan utama dari Undang-Undang ini. Hal itu dapat
dilihat pada pasal 3 dan pasal 4 berikut ini:

Pasal 3

Berdasarkan Bab III Pasal 3 Undang-Undang Nomor 4 Tahun 1950, tujuan pendidikan negara
Indonesia adalah membentuk manusia susila yang cakap serta menjadikannya warga negara yang
bersikap demokratis dan bertanggung jawab terhadap kesejahteraan masyarakat dan tanah air
Indonesia.

Pasal 4

Berdasarkan Bab II Pasal 4 Undang-Undang Nomor 4 Tahun 1950, tujuan pendidikan dan pengajaran
yang ingin dicapai yaitu menciptakan manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha
Esa dan memiliki budi pekerti yang luhur, memiliki pengetahuan dan keterampilan, kesehatan
jasmani dan rohani, kepribadian yang mantap dan mandiri serta rasa tanggung jawab
kemasyarakatan dan kebangsaan. Tujuan pendidikan tersebut secara langsung disesuaikan dengan
asas-asas yang terkandung pada kelima sila Pancasila serta tersurat dalam Undang Undang Dasar
1945.

Tujuan Pendidikan Menurut UU NO. 2 Tahun 1985

Setelah Undang-Undang Nomor 4 Tahun 1950 menjadi dasar dari tujuan pendidikan pada masa awal
kemerdekaan. Perkembangan zaman akhirnya membuat pemerintahan era Presiden Soeharto pada
waktu itu melakukan penambahan pada tujuan pendidikan Indonesia.

Berdasarkan Undang Undang No. 2 Tahun 1985, tujuan pendidikan yaitu untuk mencerdaskan
kehidupan bangsa dan juga untuk mengembangkan manusia yang seutuhnya. Maksud dari manusia
seutuhnya yang disebutkan di dalam pasal 4 bisa dimaknai dengan manusia yang cerdas secara
komprehensif.

Hal itu sesuai delapan tipe kecerdasan yang telah dirumuskan dalam Renstra Kementerian
Pendidikan, yaitu: beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, budi pekerti yang luhur,
keterampilan dan pengetahuan yang memadai, kesehatan jasmani dan rohani yang baik, serta
kepribadian yang mantap, mandiri, dan juga mempunyai rasa tanggung jawab dalam urusan
bermasyarakat dan berbangsa.

Tujuan Pendidikan Menurut UU NO. 20 Tahun 2003

Berdasarkan Bab II Pasal 2 Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003, dasar pendidikan nasional yaitu
pendidikan nasional yang berdasarkan kepada Pancasila dan Undang-Undang Dasar Negara Republik
Indonesia Tahun 1945. Secara normatif, ketentuan dasar pendidikan nasional ini memiliki kemiripan
dengan undang-undang sebelumnya.
Selanjutnya, merujuk pada pasal 3 Undang Undang Nomor 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan
Nasional berbunyi bahwa tujuan pendidikan nasional adalah untuk mengembangkan potensi peserta
didik supaya menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak
mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta
bertanggung jawab.

Tujuan Pendidikan Nasional yang terdapat dalam Undang-undang No. 20 Tahun 2003 merupakan
tujuan pendidikan yang menjadikan Pancasila dan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia
Tahun 1945 sebagai dasar untuk menyelenggarakan pendidikan.

UU Nomor 20 Tahun 2003 dapat disimpulkan bahwa tujuan pendidikan Indonesia yaitu untuk
mengembangkan potensi para pelajar dalam hal ini peserta didik agar bisa menjadi manusia yang
beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Mahas Esa. Selain itu, siswa juga diharapkan dapat
mempunyai kepribadian yang berakhlak mulia, berilmu, mandiri, mulia, kreatif, sehat, dan yang
paling penting adalah membentuk pelajar menjadi warga negara yang memiliki sikap demokratis dan
juga bertanggung jawab. Pemerolehan dan pengembangan pendidikan dapat membuat peserta didik
memiliki kemauan atau motivasi untuk menjadi pribadi yang lebih baik di dalam berbagai aspek
kehidupan. Pendidikan yang baik dari taman kanak-kanak hingga perguruan tinggi juga merupakan
suatu syarat utama yang dibutuhkan untuk membantu memajukan bangsa Indonesia.

Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 juga memberikan batasan soal apa itu pengertian
pendidikan. Pembatasan itu ditegaskan bahwa pendidikan adalah usaha secara sadar dan telah
terencana yang dilaksanakan untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar
peserta didik dapat berperan aktif untuk mengembangkan potensi di dalam dirinya.

Usaha dalam upaya mengembangkan potensi tersebut akan membantu pelajar untuk mempunyai
kekuatan spiritual dalam urusan keagamaan, pengendalian diri, kecerdasan, akhlak mulia,
kepribadian, dan juga keterampilan yang dibutuhkan oleh pelajar secara pribadi, masyarakat, bangsa,
dan juga negara.

Tujuan Khusus Pendidikan

Perumusan tujuan khusus pendidikan, merupakan penjabaran dari tujuan umum dan didasarkan atas
pertimbangan-pertimbangan sebagai berikut: karena adanya perbedaan bakat, umur dan jenis
kelamin anak didik. Karena adanya perbedaan lingkungan anak didik, misalnya lingkungan kota dan
desa, lingkungan keluarga kaya dan miskin. Karena adanya perbedaan kesanggupan pendidik,
berhubung terbatasnya fasilitas dan alat-alat pelajaran yang tersedia. Karena adanya perbedaan azas
pendidikan dari berbagai badan pendidikan misalnya, karena azas agama, kebangsaan, ideology dll.
Karena adanya perbedaan falsafah bangsa / masyarakat serta adanya perbedaan cita-cita bangsa
pada waktu dan tempat tertentu.

Pendidik

Terdapat beberapa jenis pendidik dalam konsep pendidikan sebagai gejala kebudayaan, yang tidak
terbatas pada pendidikan sekolah saja. Pendidik berfungsi sebagai pembimbing, pengaruh untuk
menumbuhkan aktifitas peserta didik dan sekaligus sebagai pemegang tanggung jawab terhadap
pelaksanaan pendidikan.

Syarifullah (1982) mendasarkan pada konsep pendidikan sebagai gejala kebudayaan, yang termasuk
kategori pendidik adalah :
a. Orang Dewasa

Orang dewasa sebagai pendidik dilandasi oleh sifat umum yaitu :

· Manusia yang memiliki pandangan hidup prinsip hidup yang pasti dan tetap.

· Manusia yang telah memiliki tujuan hidup atau cita-cita untuk mendidik.

· Manusia yang cakap mengambil keputusan batin sendiri atau perbuatanya sendiri dan yang
akan dipertanggungjawabkan sendiri.

· Manusia yang telah cakap menjadi anggota masyarakat secara konstruktif dan aktif penuh
inisiatif.

· Manusia yang telah mencapai umur kronologis paling rendah 18 tahun.

· Manusia berbudi luhur dan berbadan sehat.

· Manusia yang berani dan cakap hidup berkeluarga.

· Manusia yang berkepribadian yang utuh dan bulat.

b. Orang Tua

Orang tua sebagai pendidik utama dan yang pertama dan berlandaskan pada hubungan cinta kasih
bagi keluarga atau anak yang lahir di lingkungan keluarga mereka. Secara umum dapat dikatakan
bahwa semua orang tua adalah pendidik, namun tidak semua orang tua mampu melaksanakan
pendidikan dengan baik.

c. Guru / Pendidik

Kedudukan guru sebagai pendidik dituntut memenuhi persyaratan-persyaratan yaitu :

· Persyaratan pribadi didasarkan pada ketentuan yang terkait dengan nilai dari tingkah laku yang
dianut, kemampuan intelektual, sikap dan emosional.

· Persyaratan jabatan (profesi) terkait dengan pengetahuan yang dimiliki baik yang berhubungan
dengan pesan yang ingin disampaikan maupun cara penyampaiannya, dan memiliki filsafat
pendidikan yang dapat dipertanggungjawabkan.

d. Pemimpin Kemasyarakatan dan Pemimpin Keagamaan.

Peran pemimpin masyarakat menjadi pendidik didasarkan pada aktifitas pemimpin dalam
mengadakan pembinaan atau bimbingan kepada anggota yang dipimpin. Pemimpin keagamaan
sebagai pendidik, tampak pada aktifitas pembinaan atau pengembangan sifat kerohanian manusia,
yang didasarkan pada nilai-nilai keagamaan.
Toto Suharto mengutip dari pendapat Muraini dan Abdul Majid dalam bukunya mengemukakan tiga
fungsi pendidik yaitu :

a. Fungsi intruksional yang bertugas melaksanakan pengajaran.


b. Fungsi edukasional yang bertugas mendidik peserta didik agar mencapai tujuan
pendidikan.
c. Fungsi managerial yang bertugas memimpin dan mengelola pendidikan.

Peserta Didik

Berfungsi sebagai objek yang sekaligus sebagai subjek pendidikan. Persoalan yang berhubungan
dengan peserta didik terkait dengan sikap anak didik dikemukakan oleh Langeveld sebagai berikut :

Anak bukanlah orang dewasa dalam bentuk kecil, oleh sebab itu anak memiliki sifat kodrat kekanak-
kanakan yang berbeda dengan sifat hakikat kedewasaan. Anak memiliki sikap menggantungkan diri,
membutuhkan pertolongan dan bimbingan baik jasmani maupun rohani. Ia juga mengemukakan sifat
hakikat manusua dalam pendidikan, bahwa anak didik harus diakui sebagai makhluk individualitas,
sosialitas dan moralitas. Manusia sebagai makhluk yang harus di didik dan mendidik

Isi pendidikan

Isi pendidikan perlu dimaknai terlebih dahulu apa yang dimaksud dengan mendidik. Menurut
Drikarya (2006), mendidik adalah pertolongan atau pengaruh yang diberikan oleh orang yang
bertanggung jawab kepada anak supaya anak menjadi dewasa. Tujuan untuk mendewasakan seorang
anak tersebut ditetapkan sebagai isi atau materi pendidikan. Isi pendidikan adalah segala sesuatu
yang diberikan kepada peserta didik untuk keperluan pertumbuhan kepribadiannya. Isi pendidikan
berbeda dengan isi pengajaran. Isi pendidikan berupa nilai, pengetahuan dan ketrampilan.
Sedangkan isi pengajaran adalah pengetahuan dan ketrampilan. Hal ini berkaitan dengan mendidik,
yaitu transfer nilai, pengetahuan dan ketrampilan kepada peserta didik, dan jika mengajar berarti
transfer pengetahuan dan ketrampilan (Sumitro, 2005). Nilai yang dimaksud dalam alinea di tersebut
adalah nilai-nilai kemanusiaan yang berupa pengalaman dan penghayatan manusia mengenai hal-hal
yang berharga bagi hidup manusia. Nilai tersebut akan membentuk sikap dan kepribadian peserta
didik pada hidup yang baik.

Nilai yang dimaksud berupa nilai-nilai kemanusiaan yang berupa pengalaman dan penghayatan
manusia mengenai hal-hal yang berharga bagi hidup manusia. Nilai juga dapat diartikan sebagai
sesuatu yang bersifat abstrak dan akan membentuk satu sikap serta kepribadian peserta didik pada
hidup yang lebih baik. Internalisasi nilai dianggap sebagai suatu parameter keberhasilan di dalam
pendidikan. Internalisasi nilai ini dilihat dari beberapa tahap yakni kognitif (pengenalan), afektif
(perasaan), konatif (kehendak). Setelah peserta didik mengerti sesuatu, diharapkan mereka akan
menghargai apa yang telah dipelajari dan kemudian memunculkan suatu komitmen untuk
melakukannya secara terus menerus atau konsisten. Pada saat melaksanakan pendidikan, seorang
guru menggunakan kurikulum dan program pendidikan. Kurikulum dalam arti luas adalah
keseluruhan kegiatan yang disusun dan dikembangkan oleh sekolah diperuntukan bagi peserta didik
dalam bimbingan guru melalui kegiatan intrakulikuler dan ekstrakulikuler. Jika dipandang dalam arti
sempit, kurikulum adalah keseluruhan mata pelajaran yang disusun secara sistematis dan berurutan
serta disajikan kepada peserta didik.

Faktor yang diperhatikan dalam menyusun kurikulum yaitu,

1. Harus mengingat kepentingan peserta didik, yaitu pertumbuhan dan perkembangan serta
kebutuhannya.
2. Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi
3. Mengaju dan menunjang pembangunan
4. Perkembangan dan dinamika masyarakat (lingkungan)
5. Kesenian dan kebudayan

Jika faktor-faktor yang diperhatikan dalam menyusun kurikulum itu terlaksana maka kurikulum
berjalan sesuai dengan yang diharapkan. Hal ini menunjukkan bahwa tujuan pendidikan nasional
pada Undang-Undang No. 20 tahun 2003 telah tercapai dan sekaligus sebagai ciri keberhasilan dan
tujuan nasional pada pembukaan UUD 1945 alinea 4, yaitu mencerdaskan kehidupan bangsa.

Metode Pendidikan

Metode adalah cara yang teratur untuk mencapai tujuan. Metode pendidikan adalah cara-cara yang
dipakai oleh orang atau sekelompok orang untuk membimbing anak/peserta didik sesuai dengan
perkembangannya kearah tujuan yang hendak dicapai. Metode pendidikan tersebut selalu terkait
dengan proses pendidikan, yaitu bagaimana cara melaksanakan kegiatan pendidikan agar tercapai
tujuan pendidikan (Sumitro, 2005). Metode pendidikan berkaitan dengan bentuk pendidikan. Berikut
bentuk-bentuk pendidikan:

1. Pendidikan Otoriter

Pendidik ditempatkan pada pihak yang berkuasa dan utama (primer), Sedangkan peserta didik
ditempatkan pada pihak yang sekunder. Peserta didik Diperlakukan sebagai obyek pendidikan
dikarenakan keadaaan ini banyak dilakukan di Negara-negara komunis, dimana negara mengatur
segala-galanya.

2. Pendidikan Liberal

Bentuk pendidikan liberal menekankan pada hak individu dan kebebasan, Dalam pendidikannya anak
dijadikan subyek yang memegang peranan penting. Anak (peserta didik) diberi kedaulatan untuk
mencapai kehidupan bebas. Kedudukan pendidik hanyalah sebagai pendorong peserta didik untuk
Mengembangkan bakat dan kreativitasnya.
3. Pendidikan Demokratis

Bentuk pendidikan demokratis yakni bentuk pendidikan yang menempatkan pendidik dan peserta
didik dalam kedudukan yang seimbang. Pendidik menempatkan diri sebagai pembimbing peserta
didik, dilain pihak peserta didik mempunyai kedudukan sebagai subyek sekaligus obyek. Karena
antara pendidik dan peserta didik mempunyai kedudukan yang seimbang, maka metode
pendidikannya lebih mengarah pada metode diskusi, tanya jawab, pemberian tugas, problem solving
dan berjalan dalam suasana yang logis.

Alat pendidikan

Alat pendidikan merupakan faktor pendidikan yang sengaja dibuat dan digunakan demi pencapaian
tujuan pendidikan tertentu atau dengan kata lain alat pendidikan adalah situasi, kondisi, tindakan
dan perlakuan yang diadakan secara sengaja untuk mencapai tujuan pendidikan tertentu (Sumitro,
2005). Macam alat pendidikan menurut Sumitro (2005) menurut wujudnya meliputi:

1. Perbuatan pendidik, yakni alat pendidikan yang bersifat non material. Alat pendidikan non
material ini dibedakan menjadi dua, yakni bersifat mengarah dan mencegah. Mengarahkan
antara isi: memberi teladan, membimbing, menasehati, perintah, pujian dan hadiah.
Mencegah antara lain: melarang atau mencegah, menegur, mengancam dan bahkan
menghukum.

2. Benda-benda sebagai alat bantu pendidikan. Dengan demikian bersifat materi. Sering pula
disebut hardware. Alat pendidikan yang bersifat material ini contohnya buku-buku, gambar,
alat permainan, alat peraga, alat laboratorium, meja kursi, papan tulis, OHP, kapur dsb.sesuai
dengan metode pendidikan, agar alat pendidikan tersebut dapat dikatakan baik jika
memperhatikan hal-hal sebagai Berikut:
a. Tujuan pendidikan
Alat pendidikan harus sesuai dengan tujuan pendidikan tertentu. Misal Mendidik anak
untuk makan dengan baik/sopan maka alat pendidikan yang Sesuai adalah memberi
contoh.
b. Pendidik
Pendidik harus memahami peranan alat tersebut dan cakap menggunakannya, Pendidik
harus mengetahui karakteristik peserta didiknya, harus disesuaikan Pula dengan situasi,
kondisi, ruang dan waktu.
c. Peserta didik
Alat pendidikan harus sesuai dengan tujuan pendidikan tertentu. Pendidik Harus
memahami peranan alat tersebut dan cakap menggunakannya. Pendidik Harus
mengetahui karakteristik peserta didiknya, harus disesuaikan pula dengan Situasi,
kondisi, ruang dan waktu. Peserta didik mampu menerima penggunaan Alat pendidikan
dan tidak menimbulkan akibat sampingan yang merugikan peserta didik. Penggunaan
alat pendidikan yang berupa tindakan pendidik antara lain:
1) Teladan
2) Pujian dan hadiah
3) Perintah
4) Larangan
5) Teguran
6) Ancaman
7) Hukuman

Lingkungan pendidikan

Lingkungan pendidikan adalah suatu sistem yang kompleks dimana berbagai faktor lingkungan yang
berpengaruh terhadap praktek pendidikan atau berbagai lingkungan tempat berlangsungnya proses
pendidikan, yang merupakan bagian dari lingkungan sosial (Kunaryo, 1999:62). Didalam lingkungan
pendidikan merupakan kunci utama penanaman karakter dan akhlak peserta didik, dari yang kurang
baik menjadi yang lebih baik. Tergantung pada bekal masing-masing dari setiap anak. Oleh karna itu,
pendidikan karakter adalah suatu usaha manusia atau seorang pendidik secara sadar dan terencana
untuk mendidik dan memberdayakan potensi peserta didik guna membangun karakter pribadinya
sehingga dapat menjadi individu yang bermanfaat bagi diri sendiri dan lingkungannya. Dalam
masalah pendidikan disekolah, lingkungan pendidikan memiliki makna dan peran yang sangat
penting dalam membentuk pendidikan karakter terhadap anak atau peserta didik. Jawab besar
dalam menghasilkan generasi yang berkarakter, berbudaya, dan bermoral.

Lingkungan pendidikan meliputi lingkungan fisik, lingkungan budaya dan lingkungan sosial atau
masyarakat. Lingkungan fisik adalah sesuatu yang terdapat di luar individu yang meliputi tempat,
keadaan alam, serta keadaan iklim. Lingkungan budaya meliputi bahasa, seni, ekonomi, politik,
pandangan hidup, keagamaan dan ilmu pengetahuan. Lingkungan sosial atau masyarakat meliputi
keluarga, kelompok bermain, organisasi dan sebagainya.

Menurut Ki Hajar Dewantara, lingkungan pendidikan berdasar pada kelembagaannya dibedakan


menjadi tiga yang kemudian disebut tri pusat pendidikan.

1. Lingkungan Keluarga

Keluarga merupakan pusat pendidikan yang utama dan pertama. Keluarga mempunyai pengaruh
yang besar terhadap perkembangan kepribadian terbentuk. Di dalam keluarga inilah kepribadian
anak dibentuk sejak kecil. Anak mengenal keluarga sebagai kesatuan hidup bersama. Pengaruh
keluarga akan semakin berkurang saat anak semakin dewasa karena sudah dipengaruhi faktor
lingkungan yang lain.

2. Lingkungan Perguruan atau Sekolah

Perguruan atau sekolah disebut juga balai wiyata adalah lingkungan pendidikan yang
mengembangkan dan meneruskan pendidikan anak menjadi warga negara yang cerdas, terampil dan
bertingkah laku baik. Sekolah merupakan lembaga sosial formal yang didirikan oleh negara atau
yayasan tertentu untuk mencerdaskan kehidupan bangsa. Sekolah mewakili orang tua dan
masyarakat dan di pihak lain mewakili negara.

3. Lingkungan Pergerakan atau Organisasi Pemuda

Organisasi pemuda ada yang bersifat informal (kelompok sebaya, kelompok Bermain) dan ada yang
bersifat formal (diusahakan oleh pemerintah atau yayasan Atau partai tertentu). Lingkungan
pendidikan ini diharapkan mampu membina Pemuda dan pemudi melalui pendidikan diri sendiri,
memadukan perkembangan Kecerdasan, budi pekerti dan perilaku sosial. Lingkungan pendidikan
memiliki pengaruh yang berbeda-beda terhadap individu (peserta didik) tergantung jenis lingkungan
yang di mana peserta didik terlibat di dalamnya. Selain itu, intensitas pengaruh lingkungan
pendidikan juga tergantung kemampuan anak Menyerap rangsangan tersebut yang sesuai
kebutuhannya, serta sejauh mana lingkungan Mampu memahami dan memberikan fasilitas terhadap
kebutuhan individu (peserta didik).

Kesimpulan

Pendidikan adalah sebuah sistem yang terdiri dari berbagai komponen yang saling berinteraksi untuk
mencapai tujuan pendidikan. Komponen-komponen pendidikan meliputi tujuan, peserta didik,
manajemen, kurikulum, guru, alat bantu belajar, fasilitas, teknologi, pengawasan, penelitian, dan
biaya.

Pendidikan di Indonesia memiliki dasar hukum yang kuat, yang didasarkan pada Pancasila dan
Undang-Undang Dasar 1945. Tujuan pendidikan nasional adalah mencerdaskan kehidupan bangsa
dan mengembangkan manusia yang beriman, bertakwa, berbudi pekerti luhur, memiliki
pengetahuan, keterampilan, kesehatan jasmani dan rohani, serta rasa tanggung jawab
kemasyarakatan dan kebangsaan.

Interaksi dan interdependensi antara komponen pendidikan sangat penting dalam


menyelenggarakan sistem pendidikan yang efektif. Semua komponen ini saling berhubungan dan
bergantung satu sama lain dalam upaya menciptakan sistem pendidikan yang berkualitas. Dengan
dasar yang kuat dan pemahaman tentang komponen-komponen pendidikan serta interaksinya,
sistem pendidikan di Indonesia diharapkan dapat mencapai tujuan pendidikan nasional secara
optimal dan berkontribusi pada perkembangan masyarakat dan bangsa.

Pendidikan adalah faktor kunci dalam mengembangkan potensi manusia dan mencerdaskan
kehidupan bangsa. Tujuan pendidikan Indonesia, sebagaimana tercantum dalam berbagai undang-
undang pendidikan, adalah menciptakan manusia yang beriman, bertakwa, berakhlak mulia, sehat,
berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan bertanggung jawab, sambil menjadikan Pancasila dan Undang-
Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 sebagai dasar penyelenggaraan pendidikan.

Pendidikan melibatkan berbagai pihak, termasuk pendidik, peserta didik, dan lingkungan pendidikan.
Pendekatan pendidikan bisa bervariasi, mulai dari pendidikan otoriter hingga pendidikan demokratis,
yang bergantung pada peran dan hubungan antara pendidik dan peserta didik. Isi pendidikan harus
mencakup nilai, pengetahuan, dan keterampilan, sambil memperhatikan tujuan pendidikan yang
ditetapkan. Lingkungan pendidikan yang meliputi keluarga, sekolah, dan organisasi pemuda memiliki
peran yang penting dalam membentuk karakter dan perkembangan peserta didik. Lingkungan
tersebut berfungsi sebagai tempat di mana nilai-nilai dan norma-norma sosial diterapkan dan
dipraktikkan oleh individu.

Dalam mengoptimalkan pendidikan, penting untuk memahami berbagai metode, alat pendidikan,
dan faktor lingkungan yang memengaruhi proses pendidikan. Kesadaran akan peran penting
pendidikan dalam pembangunan bangsa harus senantiasa dijunjung tinggi, sehingga generasi muda
dapat menjadi agen perubahan yang berkontribusi positif terhadap masyarakat dan negara.

Makalah ini telah merinci sejumlah konsep dan faktor terkait dengan pendidikan, dengan harapan
memberikan pemahaman yang lebih mendalam tentang bagaimana pendidikan berperan dalam
membentuk masyarakat dan negara.

Daftar Pustaka:

Depdiknas .2003. Undang-undang RI No.20 tahun 2003.tentang sistem pendidikan nasional.

Sumitro. 2005. Pengantar Pendidikan. Yogyakarta: UNY.

Qomar, Mujamil. (2005). Epistemologi Pendidikan Islam: dari Metode Rasional Hingga

Metode Kritik. In Epistemologi Pendidikan Islam: dari Metode Rasional Hingga

Metode Kritik.

Sanjaya, Wina. (2012). Perencanaan dan Desain Sistem Pembelajaran. Jakarta: Prenada

Media Group.

Tirtaraharja, Umar. (2010). Pengantar Pendidikan. Jakarta: Rineka Cipta.

Coombs, P. (1968). The World Educational Crisis. New York: Oxford University Press.

Hardiyanti, Yati. (2011), Komponen-Komponen Pendidikan. Makassar: Universitas

Hasanuddin.

Anda mungkin juga menyukai