Anda di halaman 1dari 6

NAMA :Resti Purnama

NPM :2213054027
KELAS :2A
MATKUL :Belajar dan Pembelajaran

1). Bagaimana sistem pembelajaran dalam standar proses Pendidikan AUD?


a). Pengertian dan Kegunaan Sistem
Sistem berasal dari bahasa latin (systēma) dan bahasa yunani (sustēma) adalah suatu
kesatuan yang terdiri komponen atau elemen yang dihubungkan bersama untuk
memudahkan aliran informasi, materi atau energi.
Secara umum pengertian sistem adalah satu kesatuan komponen yang satu sama lain
saling berkaitan dan saling berinteraksi untuk mencapai suatu hasil yang diharapkan
secara optimal sesuai dengan tujuan yang telah ditetapkan. Untuk mencapai tujuan
tersebut, maka diperlukan perencanaan yakni pengambilan keputusan bagaimana
memberdayakan komponen agar tujuan berhasil secara maksimal.
Secara garis besar, sistem dapat dibagi menjadi dua :
1. Sistem Fisik ( Physical System ) :
Kumpulan komponen-komponen atau unsur-unsur yang saling berinteraksi satu sama
lain secara fisik serta dapat diidentifikasikan secara nyata tujuan-tujuannya. Contoh :
sistem transportasi, yang terdiri dari petugas, mesin, organisasi yang menjalankan
transportasi. Sistem komputer yang terdiri dari peralatan yang berfungsi bersama-
sama untuk menjalankan pengolahan data.
2. Sistem Abstrak ( Abstract System) :
Sistem yang dibentuk akibat terselenggaranya ketergantungan ide, dan tidak dapat
diidentifikasikan secara nyata, tetapi dapat diuraikan elemen-elemennya. Contoh :
Sistem Theologi, hubungan antara manusia dengan Tuhan.
Berdasarkan definisi dan pengertian di atas, maka terdapat beberapa hal penting yang
menjadi karakteristik suatu sistem:
1. Main
objection (tujuan utama): pemusatan tujuan yang sama dari masing-masing
subsistem.
2. Proses: rangkaian kegiatan untuk mencapai tujuan.
3. Organisasi: mencakup struktur dan fungsi organisasi
4. Interaksi: saling keterhubungan antara bagian yang satu dengan lainnya.
5. Interdependensi: bagian yang satu mempunyai ketergantungan dengan bagian
yang lainnya.
6. Integrasi: suatu keterpaduan antara subsistem-subsistem untuk mencapai
tujuan.
Berkaitan dengan uraian di atas pembelajaran dikatakan sebagai sistem karena
pembelajaran merupakan kegiatan yang bertujuan, yakni membelajarkan siswa.
Pembelajaran melalui proses yang merupakan rangkaian kegiatan yang melibatkan
banyak komponen yang saling berinteraksi, interdependensi dan terintegrasi. Oleh
karena itu seorang guru sebagai faktor utama dalam sistem pembelajaran perlu
memahami sistem dengan baik supaya dapat merencanakan pembelajaran sesuai
dengan tujuan yang telah ditentukan dengan hasil yang diharapkan.
Menurut Oemar Hamalik (2001) pembelajaran sebagai suatu sistem artinya suatu
keseluruhan dari komponen-komponen yang berinteraksi dan berinterelasi antara
satu sama lain dan dengan keseluruhan itu sendiri untuk mencapai tujuan
pembelajaran yang telah ditetapkan sebelumnya.
Sistem bermanfaat untuk merencanakan suatu proses pembelajaran, karena
perencanaan merupakan proses dan cara berpikir yang dapat membantu menciptakan
hasil yang diharapkan (Ely, 1979). Proses pembelajaran dengan perencanaan yang
sistematis diharapkan; pertama, peluang keberhasilan untuk mencapai tujuan yang
diharapkan lebih besar. Kedua, terhindar dari hambatan yang kemungkinan muncul
tidak terduga. Ketiga, fasilitas dan sumber yang ada dapat dimanfaatkan secara
optimal dan lebih maksimal sesuai dengan tujuan pembelajaran.

2). Faktor-faktor yang Berpengaruh Terhadap Sistem Pembelajaran


Dalam pendekatan sistem, pembelajaran merupakan suatu kesatuan dari komponen-
komponen pembelajaran yang tidak dapat dipisahkan antara satu dengan yang lain,
karena satu sama lain saling mendukung. Komponen-komponen tersebut dapat
menunjang kualitas pembelajaran.
1. Faktor Guru
Guru adalah komponen yang sangat menentukan dalam implementasi suatu strategi
pembelajaran. Guru tidak hanya berperaan sebagai model atau teladan bagi siswa
yang diajarnya, tetapi juga sebagai pengelola pembelajaran. Oleh karena itu,
keberhasilan suatu proses pembelajaran sangat ditentukan oleh kualitas atau
kemampuan guru.
Guru adalah sebuah profesi. Pelaksanaan tugas guru harus profesional. Walaupun
guru sebagai seorang individu yang memiliki kebutuhan pribadi dan memiliki
keunikan tersendiri sebagai pribadi, namun guru mengemban tugas mengantarkan
anak didiknya mencapai tujuan. Untuk itu guru harus menguasai seperangkat
kemampuan yang disebut dengan kompetensi guru. Oleh karena itu, tidak semua
orang bisa menjadi guru yang profesional. Kompetensi guru itu mencakup
kemampuan menguasai siswa, menguasai tujuan, menguasai metode pembelajaran,
menguasi materi, menguasai cara mengevaluasi, menguasai alat pembelajaran, dan
menguasai lingkungan belajar. (Soetopo, 2005).
Guru memiliki peran yang sangat penting dalam proses belajar mengajar. Menurut
Usman (1990) ada empat peran guru dalam pembelajaran, yaitu: (1) sebagai
demonstrator, lecturer (pengajar), (2) sebagai pengelola kelas, (3) sebagai mediator
dan fasilitator, dan (4) sebagai motivator.
2. Faktor Siswa
Teori didaktik metodik telah bergeser dalam menempatkan siswa sebagai komponen
proses belajar mengajar (PBM). Siswa yang semula dipandang sebagai objek
pendidikan bergeser sebagai subjek pendidikan. Sebagai subjek, siswa adalah kunci
dari semua pelaksanaan pendidikan. Tiada pendidikan tanpa anak didik. Untuk itu
siswa harus dipahami dan dilayani sesuai dengan hak dan tanggung jawabnya
sebagai siswa.
Siswa adalah organisme yang unik yang berkembang sesuai dengan tahap
perkembangannya. Jenis kelamin siswa, tempat kelahiran, tempat tinggal siswa,
tingkat sosial ekonomi, keluarga siswa merupakan aspek latar belakang yang
mempengaruhi proses pembelajaran. Selain itu, sikap dan penampilan siswa di kelas
juga dapat berpengaruh dalam proses pembelajaran.
3. Faktor Sarana dan Prasarana
Kelengkapan sarana dan prasarana akan sangat membantu guru dalam
menyelenggarakan pembelajaran, dengan demikian sarana dan prasarana
berpengaruh terhadap proses pembelajaran. Oleh karena itu pemerintah seharusnya
lebih memperhatikan lagi faktor ini, karena pada kenyataannya bantuan yang
diberikan oleh pemerintah belum merata ke seluruh sekolah yang membutuhkan.
Justru sekolah-sekolah yang sudah maju dengan yang jumlah siswa banyak yang
mendapatkan bantuan sarana dan prasarana. Sedangkan sekolah-sekolah dengan
siswa sedikit yang berada di pelosok daerah mendapat bantuan yang minim, karena
dalam pemberian bantuan sering digunakan dengan prosentase jumlah siswa.
4. Faktor Lingkungan
Mengelola lingkungan pembelajaran baik di kelas maupun di luar kelas bukan
merupakan tugas yang ringan. Oleh karenanya guru harus banyak belajar. Doyle
(1986) berpendapat bahwa hal-hal yang menyebabkan pengelolaan kelas mempunyai
beberapa dimensi. Seperti penelitian yang dilakukan oleh Emersen, Everston dan
Anderson (1980), peristiwa yang terjadi pada waktu awal-awal sekolah banyak
berpengaruh terhadap pengelolaan kelas pada tingkat-tingkat berikutnya.
Dilihat dari dimensi lingkungan, ada dua faktor yang dapat mempengaruhi proses
pembelajaran, yaitu faktor organisasi kelas dan faktor iklim sosial-psikologis.
Organisasi kelas yang terlau besar akan kurang efektif untuk mencapai tujuan
pembelajaran. Borden (2001) menyarankan agar setiap anak mempunyai ruang gerak
sedikitnya tiga meter persegi. Iklim sosial-psikologis dapat terjadi secara internal dan
eksternal. Diharapkan semua yang terlibat dalam sistem pembelajaran dapat
berinteraksi dengan baik, agar tujuan proses pembelajaran dapat tercapai sesuai yang
diharapkan. Faktor lingkungan sebenarnya tidak terlalu berpengaruh besar, karena
semuanya kembali kepada individu masing-masing.

3). komponen dalam Sistem Pembelajaran


1. Tujuan
Sistem pembelajaran sangat tergantung dengan tujuan pembelajaran. Mau dibawa
kemana siswa, apa yang harus dimiliki siswa, semua tergantung pada tujuan yang
ingin dicapai. Tujuan disusun berdasarkan ciri karakteristik anak dan arah yang ingin
dicapai.
Tujuan belajar adalah sejumah hasil belajar yang menunjukkan bahwa siswa telah
melakukan perbuatan belajar, yang umumnya meliputi pengetahuan, keterampilan
dan sikap-sikap yang baru yang diharapkan tercapai oleh siswa (Hamalik, 2003).
Lebih lanjut menurut Oemar Hamalik, bahwasannya komponen tujuan pembelajaran,
meliputi: (1) tingkah laku, (2) kondisi-kondisi tes, (3) standar (ukuran) perilaku.
2. Isi atau Materi Pelajaran
Materi pembelajaran dalam arti yang luas tidak hanya yang tertuang dalam buku
paket yang diwajibkan, akan tetapi mencakup keseluruhan materi pembelajaran.
Setiap aktivitas belajar-mengajar harus ada materinya. Semua materi pembelajaran
harus diorganisasikan secara sistematis agar mudah dipahami oleh anak. Materi
disusun berdasarkan tujuan dan karakteristik siswa.
3. Startegi atau metode pembelajaran
Keberhasilan dalam mencapai tujuan juga sangat tergantung pada komponen ini.
Bagaimana lengkap dan jelasnya komponen lain, tanpa dapat diimplementasikan
dengan strategi yang tepat, maka komponen-komponen tersebut tidak akan memiliki
makna dalam proses pencapaian tujuan.
4. Alat dan sumber belajar
Agar materi pembelajaran lebih mudah dipahami oleh siswa, maka dalam proses
belajar-mengajar digunakan alat pembelajaran. Alat pembelajaran dapat berupa
benda yang sesungguhnya, imitasi, gambar, bagan, grafik, tabulasi dan sebagainya
yang dituangkan dalam media. Media itu dapat berupa alat elektronik, alat cetak, dan
tiruan.

Menggunakan sarana atau alat pembelajaran harus disesuaikan dengan tujuan, siawa,
materi, dan metode pembelajaran. Oleh karena itu diperlukan tenaga pengajar yang
memiliki kemampuan dan kecakapan yang memadai (Asnawir, 2002) diperlukan
guru yang handal dan mempunyai kemampuan (capability) yang tinggi.
5. Evaluasi
Evaluasi dapat digunakan untuk menyusun graduasi kemampuan anak didik,
sehingga ada penanda simbolik yang dilaporkan kepada semua pihak. Evaluasi
dilaksanakan secara komprehensif, obyektif, kooperatif, dan efektif. Evaluasi
dilaksanakan berpedoman pada tujuan dan materi pembelajaran.
Guru harus melakukan evaluasi terhadap hasil tes dan menetapkan standar
keberhasilan. Sebagai contoh, jika semua siswa sudah menguasai kompetensi dasar,
maka pelajaran dapat dilanjutkan dengan catatan guru memberikan perbaikan
(remidial) kepada siswa yang belum mencapai ketuntasan. Dengan adanya evaluasi,
maka dapat diketahui kompetensi dasar, materi, atau individu yang belum mencapai
ketuntasan. (Madjid, 2005) Melalui evaluasi guru dapat melihat kekurangan dalam
pemanfaatan berbagai komponen sistem pembelajaran.
2). Bagaimana cara mengajar dan belajar dalam standar proses Pendidikan
AUD?
Kurikulum PAUD menggunakan pembelajaran tematik dengan pendekatan
pembelajaran yang bermakna dan menyenangkan dalam pemberian rangsangan
pendidikan. Kurikulum sebagai program pengembangan bagi anak mampu
mengembangkan semua potensi anak agar menjadi anak yang kompeten. Hal-hal
yang harus diperhatikan dalam melaksanakan pembelajaran yang menyenangkan di
PAUD. Guru perlu memperhatikan cara anak usia dini belajar dan prinsip-prinsip
pembelajaran PAUD.
Anak usia dini belajar secara bertahap dengan cara berpikir yang khas. Ia mampu
belajar dengan berbagai cara, dan ia belajar dari proses interaksi dengan
lingkungannya. Pada prinsipnya anak belajar melalui bermain. Hal ini sesuai dengan
perkembangan anak, yang menjadikan bermain sebagai kebutuhan anak. Bermain
membuat anak menjadi pembelajar aktif, dan memungkinkan anak menjadi makin
kreatif.
Selain itu, dalam kegiatan bermain yang didukung lingkungan yang kondusif, anak
sesungguhnya juga belajar mengembangkan nilai-nilai karakter. Saat bermain, anak
belajar berbagi, peduli, kerjasama, bertanggungjawab, dll. Penanaman nilai-nilai
karakter untuk anak usia dini akan terjadi dengan sendirinya pada saat anak praktek
langsung dan melihat model/teladan dari orang lain. Di sinilah dukungan dari
lingkungan yang kondusif diperlukan dalam pembentukan karakter anak.
Dengan memanfaatkan media dan sumber belajar yang mudah ditemukan anak, serta
dukungan dari fasilitator (dalam hal ini guru), maka anak dapat berlajar secara
optimal. Dukungan yang dapat diberikan guru berupa:
1. Guru memberi mereka kesempatan untuk mencoba/mengeksplorasi dan
menggunakan berbagai obyek/bahan dengan cara yang beragam.
2. Guru memberi dukungan dengan pertanyaan (dan atau bimbingan) yang
tepat.
3. Guru menghargai setiap usaha dan hasil karya anak dengan tidak
membandingkan dengan anak lainnya.
Pendekatan pembelajaran yang menyenangkan adalah proses pembelajaran yang
dirancang agar anak secara aktif dapat mengamati, menanya, mengumpulkan
informasi, menalar, dan mengomunikasikan, baik terkait diri sendiri, lingkungan,
atau kejadian. Penerapan pendekatan pembelajaran yang baik akan menumbuhkan
kemampuan berpikir anak. Salah satu pendekatan pembelajaran tersebut adalah
pendekatan saintifik.

Anda mungkin juga menyukai