Anda di halaman 1dari 33

MAKALAH DASAR SISTEM PEMBELAJARAN PENDAHULUAN

Masalah mutu lulusan pendidikan merupakan salah satu masalah yang sering menjadi sorotan
dalam usaha pengembangan pendidikan, di samping masalah perluasan kesempatan belajar,
efektifitas dan efisiensi serta relevansi lulusan dengan dunia kerja. Dalam usaha memecahkan
masalah mutu lulusan, telah banyak usahausaha yang dilakukan, misalnya perbaikan kurikulum,
pengadaan buku dan media pendidikan, serta peningkatan kemampuan tenaga guru dan dosen
melalui penataran, pelatihan, dan pendidikan lanjut. Namun kegiatan-kegiatan tersebut belum
dilaksanakan secara terintegrasi dan terpadu satu sama lain, sehingga dirasa seakan- akan tidak
menggunakan pendekatan sistem dalam perancangannya. Begitu pula dalam pengembangan
bahan-bahan acuan perkuliahan dan ajaran yang kurang memperhatikan konsep-konsep
pendekatan sistem atau rancangan pembelajaran. Atas dasar itu para calon guru, guru, instruktur,
atau pengelola pendidikan harus memahami dan mendalami konsep-konsep pendekatan sistem
dalam rancangan pembelajaran sesuai dengan level atau tingkatan yang diharapkan. Dengan
memahami konsep-konsep tersebut, diharapkan para calon pengajar, guru, instruktur, dan
pengelola pendidikan dapat menggunakan pendekatan sistem dalam merancang pembelajaran
yang akan dilakukannya untuk meningkatkan efektivitas dan efisiensi proses pembelajaran,
sehingga usaha peningkatan mutu lulusan bisa tercapai.

PEMBAHASAN

A. Pengertian Sistem

Sistem merupakan suatu konsep abstrak yang memiliki artian sangat luas. Oemar Hamalik
(2001:1) mendefinisikan sistem sebagai seperangkat komponen atau unsur-unsur yang saling
berinteraksi untuk mencapai suatu tujuan tertentu. Selain itu,

Rina Widyaningsih (5J) 09310228

sistem juga didefinisikan sebagai suatu kebulatan keseluruhan yang kompleks atau terorganisir
(Tatang M. Amirin dalam Irfan, 2010). Sebagai ilustrasi, dosen, mahasiswa, karyawan, dan rektor
merupakan sistem dari IKIP PGRI SEMARANG. Akan tetapi dalam artian yang luas IKIP PGRI
SEMARANG merupakan suatu subsistem dalam Perguruan Tinggi Swasta di Semarang .
Sedangkan, dalam artian yang lebih luas lagi Perguruan Tinggi Swasata di Semarang (termasuk
IKIP PGRI SEMARANG di dalamnya) merupakan subsistem dari Perguruan Tinggi Swasta di
Indonesia. Berdasarkan ilustrasi ini, suatu sistem pada hakikatnya adalah system of interest, yang
mengandung makna bahwa sistem itu tergantung dari batasan-batasan yang ditentukan. Jadi, jika
kita berbicara tentang suatu sistem maka kita harus memberikan batasan dari system tersebut
secara jelas.

B. Sistem Pengajaran

Pendekatan sistem pengajaran mengandung dua aspek, yakni aspek filosofis dan aspek proses.
Aspek filosofis adalah pandangan hidup yang mendasari sikap perancang sistem yang terarah
pada kenyataan, intinya sistem filosofis ini merupakan kumpulan dari sejumlah komponen, yang
saling berinteraksi dan saling bergantungan satu sama lain. Sedangkan, aspek proses adalah suatu
proses dan suatu perangkat konseptual.

Sistem pengajaran adalah kombinasi terorganisasi yang meliputi unsur-unsur manusiawi,


material, fasilitas, perlengkapan, dan prosedur yang berinteraksi untuk mencapai suatu tujuan.
Unsur manusiawi dalam sistem pembelajaran adalah siswa, guru/pengajar, pustakawan, laboran,
tenaga administrasi serta orang-orang yang mendukung terhadap keberhasilan proses
pembelajaran. Unsur material adalah berbagai bahan pelajaran yang dapat disajikan sebagai
sumber belajar, misalnya buku-buku, film, slide, foto, CD, dan lain sebagainya. Unsur fasilitas
dan perlengkapan adalah segala sesuatu yang dapat mendukung terhadap jalannya proses
pembelajaran, misalnya ruang kelas, penerangan, perlengkapan komputer, audio
Rina Widyaningsih (5J) 09310228

visual, dan lain sebagainya. Unsur prosedur adalah kegiatan-kegiatan yang dilakukan dalam
proses pembelajaran misalnya strategi dan metode pembelajaran, jadwal pembelajaran,
pelaksanaan evaluasi, dan lain sebagainya.

Berdasarkan rumusan di atas terdapat tiga ciri khas dalam sistem pengajaran yaitu rencana,
kesalingketergantungan, dan tujuan. Tujuan utama dalam system pengajaran adalah siswa yang
belajar. Tugas seorang perancang sistem adalah adalah mengorganisasi orang, material, fasilitas,
perlengkapan, dan prosedur agar siswa belajar secara efektif dan efisien.

C. Masalah-Masalah Pengajaran dan Pemecahannya

Suatu masalah timbul karena orang merasa tidak puas terhadap apa yang telah atau sedang
terjadi. Oleh karena itu, masalah perlu diselesaikan atau dipecahkan segera. Pemecahan masalah
sebaiknya menggunakan pendekatan sistem. Adapun prosedur pemecahan masalah dengan
pendekatan sistem dimulai dari perumusan masalah, analitis, seleksi dan sintesis untuk
menemukan pemecahan yang optimal, implementasi yang terkendalikan, kemudian evaluasi dan
revisi bila diperlukan.

Masalah-masalah dalam sistem pengajaran bisa dikategorikan ke dalam beberapa jenis, yaitu :

a. Arah → tujuan pembelajaran tidak dipahami oleh siswa. b. Evaluasi → prosedur evaluasi tidak
dikenal oleh siswa. c. Isi dan urutan → isi pelajaran tidak jelas dan urutannya tidak logis d.
Metode → kurang mendorong dan tak memajukan belajar e. Hambatan → sumber-sumber seperti
keterampilan guru, kemampuan siswa, dan sumber-sumber sekolah tidak dikenal.

D. Strategi Dasar Merancang Sistem Pengajaran

Strategi merancang sistem pengajaran adalah suatu rencana untuk mengerjakan prosedur
merancang sistem secara efektif dan efisien. Dalam

Rina Widyaningsih (5J) 09310228

merencanakan desain suatu sistem, ada tiga tahap yang perlu dilakukan yakni, menganalisis
tuntutan-tuntutan system, mendesain system, dan mengevaluasi dampak sistem.

PENUTUP

Sistem adalah kumpulan dari sekian banyak komponen yang saling berintegrasi, saling berfungsi
secara kooperatif dan saling mempengaruhi dalam rangka mencapai tujuan tertentu. Dalam
membicarakan sistem harus ada batasan yang jelas karena sistem memiliki artian yang sangat
luas.

Dalam merencanakan pembelajaran guru hendakanya menggunakan pendekatan sistem agar


usaha peningkatan mutu lulusan bisa tercapai. Hal ini dikarenakan, melalui pendekatan sistem
arah dan tujuan pembelajaran dapat direncanakan dengan jelas, pendekatan sistem menuntun
guru pada kegiatan yang sistematis, pendekatan sistem dapat merancang pengajaran dengan
mengoptimalkan segala potensi dan sumberdaya yang tersedia, dan pendekatan sistem dapat
memberikan umpan balik.

DAFTAR PUSTAKA

El-Faraby, Andi. 2010.

Konsep Dasar Sistem Pembelajaran. http://andinurdiansah.blogspot.com/2010/10/konsep-dasar-


sistempembelajaran.html, diunduh pada tanggal 16 September 2011 pukul 13.30 WIB. Hamalik,
Oemar. 2001. Perencanaan Pengajaran Berdasarkan Pendekatan Sistem. Jakarta : Bumi Aksara.
Irfan, Mochammad. 2010.

Perencanaan Sistem Pengajaran. http://mochammadirfan99.blogspot.com/2010/10/makalah-


perencanaan-sistempengajaran.html?zx=7e51b1520654e83, diunduh pada tanggal 16 September
2011 pukul 13.25 WIB. Sanjaya, Wina. 2011. Perencanaan dan Desain Sistem Pembelajaran.
Jakarta : Kencana Prenada Media Group.
Konsep Dasar Sistem Pembelajaran

Sistem adalah satu kesatuan komponen yang satu sama lain saling berhubungan untuk
mencapai tujuan tertentu. Oleh karena itu, sistem mempunyai 3 ciri yaitu memiliki tujuan
tertentu, memiliki fungsi tertentu, ditunjang oleh berbagai komponen. Untuk mencapai tujuan
dari sistem, setiap sistem pasti memiliki fungsi tertentu. Agar proses pendidikan berjalan dan
dapat mencapai tujuan secara optimal diperlukan fungsi perencanaan, fungsi administrasi, fungsi
kurikulum, fungsi bimbingan, dan lain sebagainya. Fungsi inilah yang terus menerus berproses
hingga tercapainya tujuan. Untuk melaksanakan fungsinya, setiap sistem pasti memiliki
komponen-komponen yang satu sama lain saling berhubungan. Komponen inilah yang dapat
menentukan kelancaran proses suatu sistem. Agar fungsi perencanaan dapat berjalan dengan
baik, diperlukan komponen silabus, RPP, agar fungsi administrasi dapat menunjang keberhasilan
sistem pendidikan diperlukan komponen administrasi kelas, administrasi siswa, adminisrasi guru,
dan lain sebagainya. Sebagai suatu sistem, setiap komponen harus dapat melaksanakan fungsinya
dengan tepat.
Ada beberapa sifat komponen dalam suatu sistem, yaitu:
1. Dilihat dari fungsinya, setiap komponen itu ada yang bersifat integral dan ada komponen yang
bersifat tidak integral. Komponen integral adalah komponen yang tidak dapat dipisahkan dari
keberadaan sistem itu sendiri. Misalnya, komponen guru dan siswa dalam sistem pendidikan.
Komponen tidak integral adalah komponen pelengkap yang keberadaannya tidak mempenaruhi
sistem. Misalnya komponen perpustakaan dalam suatu sistem lembaga sekolah.
2. Setiap komponen dalam suatu sistem saling berhubungan atau saling berinteraksi, saling
mempengaruhi, dan saling berkaitan. Semua komponen yang membentuk sistem harus berfungsi
dengan baik sehingga tidak merusak keberadaan sistem secara keseluruhan.
3. Setiap komponen dalam suatu sistem merupakan keseluruhan yang bermakna.
4. setiap komponen dalam suatu sistem adalah bagian dari sistem yang lebih besar. Komponen
dalam suatu sistem pada dasarnya adalah subsistem dari suatu sistem.
Sistem pembelajaran adalah kombinasi terorganisasi yang meliputi unsur-unsur
manusiawi, material, fasilitas, perlengkapan, dan prosedur yang berinteraksi untuk mencapai
suatu tujuan. Unsur manusiawi dalam sistem pembelajaran adalah siswa, guru/pengajar,
pustakawan, laboran, tenaga administrasi serta orang-orang yang mendukung terhadap
keberhasilan proses pembelajaran. Unsur material adalah berbagai bahan pelajaran yang dapat
disajikan sebagai sumber belajar, misalnya buku-buku, film, slide, foto, CD, dan lain sebagainya.
Unsur fasilitas dan perlengkapan adalah segala sesuatu yang dapat mendukung terhadap jalannya
proses pembelajaran, misalnya ruang kelas, penerangan, perlengkapan komputer, audio visual,
dan lain sebagainya. Unsur prosedur adalah kegiatan-kegiatan yng dilakukan dalam proses
pembelajaran misalnya strategi dan metode pembelajaran, jadual pembelajaran, pelaksanaan
evaluasi, dan lain sebagainya.
Sebagai suatu sistem, seluruh unsur yang membentuk sistem itu memiliki ciri saling
ketergantungan yang diarahkan untuk mencapai suatu tujuan. Keberhasilan sistem pembelajaran
adalah keberhasilan pencapaian tujuan pembelajaran. Yang harus mencapai tujuan adalah siswa
sebagai subjek belajar, sehingga tujuan utama sistem pembelajaran adalah keberhasilan siswa
mencapai tujuan.
Tugas utama seorang perencana sistem pembelajaran meliputi tiga hal pokok, yaitu:
1. sebagai perencana, yaitu mengorganisasikan semua unsur yang ada agar berfungsi dengan baik
sehingga tidak merusak sistem.
2. sebagai pengelola implementasi sesuai dengan prosedur dan jadual yang
direncanakan mengevaluasi keberhasilan siswa dalam mencapai tujuan untuk menentukan
efektivitas dan efisiensi sistem pembelajaran.
KONSEP DASAR SISTEM PEMBELAJARAN

1. Pengertian Sistem

Sistem merupakan satu kesatuan komponen yang satu sama lain saling berhubungan untuk
mencapai tujuan tertentu. Sistem mempunyai tiga ciri, yaitu:

1. Setiap sistem memiliki tujuan


2. Setiap sistem memiliki fungsi
3. Setiap sistem memiliki komponen

Ada beberapa sifat komponen dalam suatu sistem, yaitu:

1. Dilihat dari fungsinya, ada sistem yang bersifat integral, yaitu sistem yang tidak dapat
dipisahkan dari keberadaan sistem itu sendiri. Dan sistem yang bersifat tidak integral,
yaitu sistem yang bersifat pelengkap.
2. Setiap komponen dalam suatu sistem saling berhubungan atau saling berinteraksi, saling
mempengaruhi dan saling berkaitan.
3. Setiap komponen dalam sistem merupakan keseluruhan yang bermakna
4. Setiap komponen dalam sistem adalah bagian dari sistem yang lebih besar

2. Sistem Pembelajaran

Sistem pembelajaran adalah suatu kombinasi terorganisasi yang meliputi unsur-unsur


manusiawi, material, fasilitas, perlengkapan dan prosedur yang berinteraksi untuk mencapai
suatu tujuan.

1. Manusiawi ; guru, siswa, serta orang-orang yang mendukung pembelajaran


2. Material; berbagai bahan pelajaran yang dapat disajikan sebagai sumber belajar
3. Fasilitas dan perlengkapan; segala sesuatu yang dapat mendukung terhadap jalannya
proses pembelajaran
4. Prosedur; kegiatan-kegiatan yang dilakukan dalam proses pembelajaran.

Dengan demikian, tugas seorang desainer pembelajaran meliputi tiga hal sebagai berikut:

1. Sebagai perencana, yaitu mengorganisasikan semua unsur supaya berfungsi dnegan baik
2. Sebagai pengelola implementasi sesuai dengan prosedur dan jadwal yang telah
ditentukan.
3. Mengevaluasi keberhasilan siswa dalam mencapai tujuan pembelajaran.

B. MANFAAT PENDEKATAN SISTEM DALAM PEMBELAJARAN

Merencanakan pembelajaran dengan pendekatan sistem memiliki beberapa manfaat, diantaranya


adalah:

1. Melalui pendekatan sistem, arah dan tujuan pembelajaran dapat direncanakan dengan
jelas.
2. Pendekatan sistem menuntun guru pada kegiatan yang sistematis
3. Pendekatan sistem dapat merancang pembelajaran dengan mengoptimalkan segala potensi
dan sumber daya yang tersedia.
4. Pendekatan sistem dapat memberikan umpan balik.
C. KOMPONEN SISTEM PEMBELAJARAN

Komponen sistem pembelajaran terdiri dari:

1. Siswa

Proses pembelajaran pada hakekatnya diarahkan untuk membelajarkan siswa agar dapat
mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Sehingga siswa harus dijadikan sebagai pusat dari segala
kegiatan.

2. Tujuan

Tujuan adalah komponen terpenting dalam pembelajaran setelah komponen siswa sebagai subjek
belajar. Dalam dunia pendidikan, persoalan tujuan merupakan persoalan tentang visi dan misi
lembaga pendidikan itu sendiri. Tujuan yang lebih umum diturunkan kepada tujuan yang lebih
spesifik. Tujuan khusus yang direncanakan guru meliputi:

1. Pengetahuan, informasi, serta pemahaman sebagai bidang kognitif.


2. Sikap dan apresiasi sebagai bidang afektif
3. Berbagai kemampuan sebagai bidang motorik

3. Kondisi

Kondisi adalah berbagai pengalaman belajar yang dirancang agar siswa dapat mencapai tujuan
khusus seperti yang telah dirumuskan. Pengalaman belajar harus mendorong siswa supaya aktif
baik secara fisik maupun nonfisik.

4. Sumber-sumber belajar

Sumber belajar berkaitan dengan segala sesuatu yang memungkinkan siswa dapat memperoleh
pengalaman belajar, yang meliputi lingkungan fisik dan fersonal. Desainer harus mampu
menentukan sumber belajar apa dan bagaimana cara memanfaatkannya.

5. Hasil belajar

Hasil belajar berkaitan dengan pencapaian dalam memperoleh kemampuan sesuai dengan tujuan
khusus yang direncanakan. Tugas utama dalam hal ini adalah merancang instrumen yang dapat
mengumpulkan data tentang keberhasilan siswa mencapai tujuan pembelajaran.

D. KRITERIA DAN VARIABEL-VARIABEL YANG DAPAT MEMPENGARUHI

SISTEM PEMBELAJARAN

1. Hasil belajar sebagai kriteria keberhasilan sistem pembelajaran

Pembelajaran merupakan suatu sistem yang kompleks yang keberhasilannya dapat dilihat dari
dua aspek, yakni aspek proses dan aspek produk. Keberhasila pembelajaran dari sisi produk
adalah keberhasilan siswa mengenai hasil yang diperoleh dengan mengabaikan proses
pembelajaran. Keberhasilan seperti ini cenderung mengkerdilkan makna pembelajaran itu
sendiri.

2. Variabel yang berpengaruh terhadap keberhasilan sistem pembelajaran

Hal-hal yang dapat mempengaruhi kegiatan proses sitem pembelajaran diantaranya adalah:
a. Faktor guru

Dalam sistem pembelajaran, guru berperan sebagai perencana (planer) atau desainer (desainer)
pembelajaran, sebagai implementator atau mungkin sebagai keduanya. Dalam melaksanakan
perannya sebagai implementator rencana dan desain pembelajaran bukan hanya berperan sebagai
model atau teladan bagi siswa yang diajarinya akan tetapi juga sebagai pengelola pembelajaran.
Ada beberapa hal yang dapat mempengaruhi kualitas guru (Dunkin, 1974).

1. Teacher formative experience, meliputi jenis kelamin dan semua pengalaman hidup guru
yang menjadi latar belakang sosial mereka.
2. Teacher training experience, meliputi pengalaman-pengalaman yang berhubungan dengan
aktifitas dan latar belakang pendidikan guru.
3. Teacher properties, adalah segala sesuatu yang berhubungan dengan sifat yang dimiliki
oleh guru.

b. Faktor Siswa

Faktor yang dapat mempengaruhi proses pembelajaran dari aspek siswa terdiri dari:

1. Pupil formative experience, jenis kelamin dan latar belakang kehidupan sosial siswa.
2. Pupil properties, segala seuatu yang berhubungan dengan sifat yang dimiliki oleh siswa.

c. Faktor sarana dan prasarana

Sarana adalah segala sesuatu yang secara langsung mendukung kelancaran proses pembelajaran.
Sedangkan prsarana adalah segala sesuatu yang tidak langsung mendukung kelancaran proses
pembelajaran. Terdapat beberapa keuntungan bagi lembaga pendidikan yang memiliki
kelengkapan sarana dan prasarana, yaitu:

1. Dapat menumbuhkan motivasi dan gairah guru dalam mengajar


2. Dapat memberikan berbagai pilihan pada siswa untuk belajar.

d. Faktor lingkungan

Dilihat dari lingkungan, ada dua faktor yang dapat mempengaruhi proses pembelajaran, yaitu:

1. Faktor organisasi kelas

Faktor ini meliputi jumlah siswa dalam suatu kelas. organisasi kelas yang terlalu besar kurang
efektif untuk mencapai tujuan pembelajaran, sehingga kelas cenderung:

1. Sumber daya kelompok akan bertambah luas sesuai dengan jumlah siswa sehingga waktu
yang tersedia semakin sempit.
2. Kelompok belajar akan kurang mampu memanfaatkan dan menggunakan semua sumber
daya yang ada.
3. Kepuasan belajar siswa cenderung akan menurun
4. Perbedaan individu antar anggota akan semakin nampak, sehingga akan semakin sukar
mencapai kesepakatan.
5. Anggota kelompok yang terlalu banyak cenderung akan memaksa sebagian besar siswa
menunggu.
6. Anggota kelompok yang terlalu banyak cenderung siswa kurang aktif dan berpartisifasi
dalam belajar.
2. Faktor iklim sosial-psikologis

Faktor sosial-psikologis adalah keharmonisan hubungan antar orang yang terlibat dalam proses
pembelajaran. Iklim ini terjadi secara internal (dalam sekolah ) dan eksternal (dengan dunia luar
sekolah).

Sumber :

Sanjaya, Wina (2008), Perencanaan dan Desain Sistem Pembelajaran. Jakarta; Kencana Prenada
Miada Group.
DASAR PEMBELAJARAN

1. ASAS-ASAS BELAJAR
a. Tujuan Belajar
Tujuan adalah perangkat hasil yang hendak dicapai setelah siswa melakukan kegiatan
belajar. Tujuan yang disadari oleh siswa sendiri sangat bermakna dalam upaya menggerakkan
kegiatan belajar untuk mencapai hasil yang optimal.
Sehubungan dengan deskripsi tugas yang menjelaskan apa yang mereka harus lakukan, juga
perlu dipertunjukkan/diberitahukan tujuan yang hendak dicapai oleh siswa, setelah
pembelajaran tersebut dilaksanakan. Hal ini perlu agar para siswa mengetahui tujuan daripada
kegiatan itu. Misalnya mengapa penting dan bagaimana tujuan itu dapat membantu mereka. Para
siswa akan melakukan kegiatan dan berperan serta lebih baik. Untuk itu guru perlu membangun
dalam diri siswa predisposisi yang dapat menambah inklinasi belajar.
Asas ini paling efektif apabila diterapkan pada permulaan urutan pembelajaran. Cara
pemberitahuannya tujuan kepada siswa memang juga krusihe teacher must be sincere and
convicting in making introductory remarks about the purposes of the activity (Kourilsky.,
1987, h. 15). Jika mungkin, hubungkan kegiatan dengan pribadi siswa, dan jelaskan bagaimana
kegiatan itu berpengaruh positif terhadap mereka perolehan bila mereka berpartisipasi dalam
pembelajaran itu.
Upaya yang mungkin dilakukan untuk mengarahkan perhatian siswa kepada tujuan
pelajaran, antara lain sebagai benkut :
1). Bagi siswa yang berada pada tingkat lanjutan, dapat diberikan suatu tes nyata, lalu individu
menerima umpan balikan, serta bantuan mengerjakan tes, dan melaksanakan diskusi kelompok
kecil. Dengan cara ini diharapkan siswa lebih siap berpartisipasi secara aktif dalam pelajaran
tersebut.
2). Bagi siswa tingkat SD, barangkali lebih efektif jika menggunakan situasi kehidupan nyata
berdasarkan pengalaman siswa sendiri atau dari contoh media yang kemudian
didiskusikan sehingga mereka lebih terarah pada pelajaran karena merasa jelas nilai
pelajaran itu bagi mereka.
3). Mempertunjukkan nilai pelajaran itu bagi pribadi dan intelektual siswa, misalnya
meningkatkan keterampilan berpikir kritis, memperbaiki cara berkomunikasi, sehingga
mereka lihat pentingnya pelajaran itu dan melakukan kegiatan sebagaimana mestinya.
b. Motivasi Belajar
Motivasi sering tumpang tindih dengan asas-asas belajar lainnya, namun demikian kita
perlu mengenal konsep pokok (key concept) daripada motivasi kelas ini sebagai suatu asas
belajar tersendiri.
Tafsiran tentang motivasi menurut pandangan lama, sering di anggap sama artinya
dengan perhatian. Misalnya guru berupaya menarik perhatian siswa terhadap pokok yang
akan diajarkan dengan cara tertentu, sehingga siswa tertarik minatnya untuk mempelajari
bahan yang baru tersebut. Tumbuhnya perhatian dan minat siswa belajar dianggap telah
tumbuhnya motivasi belajar siswa bersangkutan.
Motivasi dapat bersumber dan dalam diri siswa sendiri berdasar kan kebutuhan,
dorongan dan kesadaran pada tujuan belajar. Motivasi ini disebut motivasi intrinsik. Motivasi
belajar dapat juga tumbuh berkat rangsangan dan tekanan atau desakan dari luar, misalnya
dengan hadiah, ganjaran, hukuman dan pemberian harapan lainnya, yang di sebut motivasi
ekstrinsik. Kedua jenis motivasi ini berdayaguna dalam melakukan proses belajar, kendatipun
motivasi yang bersumber dari diri sendiri dinilai lebih baik.
Kendatipun demikian, motivasi ekstrinsik perlu digerakkan dan digunakan untuk
mendorong kegiatan belajar siswa, dengan cara menciptakan kondisi-kondisi yang relevan.
Kondisi-kondisi kelas berikut mi dapat meningkatkan motivasi di dalam kelas: suasana
lingkungan kelas, keterlibatan siswa secara langsung, mendorong keberhasilan, transfer dan
retensi.
Suasana Lingkungan Kelas
Pada umumnya, siswa memberikan respons dan berperilaku baik jika guru bersifat
menunjang dan membantu selama berlangsungnya pembelajaran. Motivasi siswa dipengaruhi
secara positif oleh guru yang bersemangat dan antusias terhadap isi/materi yang diajarkannya.
Guru juga perlu memberikan umpan balik yang positif sepanjang berlangsungnya kegiatan belajar
mengajar. Untuk itu, guru perlu menciptakan suasana lingkungan kelas yang menyenangkan
(comportable) dan menunjang (supportive), sehingga membangkitkan motivasi siswa untuk
mencapai hasil belajar yang positif.
Keterlibatan Langsung Siswa
Jika mata ajaran dalam kelas dihubungkan dengan kehidupan pribadi siswa dan minatnya,
maka proses belajar biasanya lebih melibatkan dan memotivasi siswa. Karena itu guru hendaknya
memilih topik pelajaran yang populer bagi para siswa, agar mereka secara aktif
berpartisipasi dalam kegiatan belajar. Karena itu guru perlu sewaktu-waktu mengubah pelajaran
yang diberikannya untuk mengakomodasikan minat dan daerah keterlibatan pribadi siswa.

Menjamin Keberhasilan
Umumnya siswa akan memberikan respons yang positif bila mereka mengalami
keberhasilan. Memang kadang-kadang ada siswa yang justru bekerja keras setelah
mengalami kegagalan, namun umumnya motivasi belajar lebih meningkat berkat tumbuhnya
rasa keberhasilan. Karena itu, guru hendaknya berupaya sebanyak mungkin memberikan
kesempatan berhasil kepada siswa sepanjang urutan belajar. Untuk itu, guru dituntut memberikan
penguatan ekstra (extra reinforcement) dan bimbingan, agar supaya siswa mau belajar lebih keras
dengan penuh perhatian melaksanakan tugas-tugas belajarnya.
C. Umpan Balik Hasil Belajar
Asas Pengetahuan tentang hasil kadang-kadang disebut "Umpan Balik Pembelajaran", yang
menunjuk pada sambutan yang cepat dan tepat terhadap siswa agar mereka mengetahui
bagaimana mereka sedang bekerja. Lebih cepat siswa mendapat informasi balikan tentunya lebih
baik, sehingga informasi salah segera dapat diperbaiki melalui kegiatan belajar berikutnya. Guru
dapat memberikan umpan balik ini dengan berbagai cara, seperti : mengajukan pertanyaan dan
memberikan jawaban silih berganti, antara guru dan para siswa, pertukaran dan mengoreksi
karangan-karangan di dalam kelas, memeriksa karangan oleh seorang volenteer kelas, atau
mengecek dan mengomentari langsung di tempat (on the spot) oleh guru sambil berkeliling
dalam kelas. Nada bahasa atau ucapan guru mengkomunikasikan pengetahuan tentang hasil yang
dicapai oleh siswa juga sangat penting. Semangat keterbukaan terhadap pertanyaan-pertanyaan
dan suasana ajakan dan dukungan akan mendorong siswa untuk mencari sendiri umpan balik.
Bila prinsip ini dilaksanakan secara konsisten dan terus-menerus, maka dapat memperbaiki
prestasi belajar siswa serta sikap mereka.
Beberapa contoh pelaksanaan asas pengetahuan tentang hasil di dalam kelas, antara lain :
1). Kelompok baca, para siswa membaca sebuah cerita dalam hati. Kemudian siswa menceritakan
kembali bagian-bagian penting dari cerita itu secara berurutan, sedangkan lainnya mendengarkan
dan melakukan koreksi, ini dilakukan secara bergiliran.
2). Guru menjelaskan hasil-hasil tes bentuk esay kepada kelas, dengan mengklasifikasikannya
menjadi kelompok baik, sedang, dan kurang, dan kemudian mendiskusikannya dengan para siswa
pada hari berikutnya.
d. Transfer Hasil Belajar
Hasil belajar dalam kelas harus dapat dilaksanakan ke dalam situasi-situasi di luar sekolah.
Dengan kata lain, murid dapat mentransferkan hasil belajar itu ke dalam situasi-situasi yang
sesungguhnya di dalam inasyarakat.
Tentang transfer hasil belajar, kita setidak-tidaknya akan menemukan 3 teori, yaitu :
1). Teori disiplin formal (The formal discipline theory)
Teori ini menyatakan, bahwa sikap, pertimbangan, ingatan, imajinasi, dan sebagainya dapat
diperkuat melalui latihan-latihan akademis. Mata pelajaran-mata pelajaran seperti geometri,
bahasa latin sangat penting dalam melatih daya pikir seseorang. Demikian pula halnya dengan daya
pikir kritis, ingatan, pengalaman, pengamatan, dan sebagainya dapat dikembangkan melalui
latihan-latihan akademis.
2). Teori unsur-unsur yang identik (The identical elements theory) Transfer terjadi apabila di antara
dua situasi atau dua kegiatan terdapat unsur-unsur yang bersamaan (identik). Latihan di dalam
satu situasi mempengaruhi perbuatan, tingkah laku dalam situasi yang lainnya. Teori ini banyak
digunakan dalam kursus latihan jabatan, di mana kepada siswa diberikan respons-respons yang
diharapkan diterapkan dalam situasi kehidupan yang sebenarnya. Para ahli psikologi, banyak
menekankan kepada persepsi para siswa terhadap unsur-unsur yang identik ini.
3). Teori generalisasi (The generalization theory)
Teori ini merupakan revisi terhadap teori unsur-unsur yang identik. Tetapi generalisasi
menekankan kepada kompleksitas dari apa yang dipelajari. Internalisasi daripada
pengertian-pengertian, keterampilan, sikap-sikap dan apresiasi dapat mempengaruhi kelakuan
seseorang. Teori ini menekankan kepada pembentukan pengertian (concept formation) yang
dihubungkan dengan pengalaman-pengalaman lain. Transfer terjadi apabila siswa menguasai
pengertian-pengertian umum untuk kesimpulan-kesimpulan umum.
2. AKTIVITAS BELAJAR/KETERLIBATAN LANGSUNG
Siswa (peserta didik) adalah suatu organisme yang hidup. Dalam dirinya terkandung banyak
kemungkinan dan potensi yang hidup dan sedang berkembang. Dalam diri masing-masing siswa
tersebut terdapat prinsip aktif yakni keinginan berbuat dan bekerja sendiri. Prinsip aktif
mengendalikan tingkah lakunya. Pendidikan/pembelajaran perlu mengarahkan tingkah laku
menuju ke tingkat perkembangan yang diharapkan. Potensi yang hidup perlu mendapat
kesempatan berkembang ke arah tujuan tertentu.
Siswa memiliki kebutuhan-kebutuhan jasmani, rohani, dan sosial yang perlu mendapat
pemuasan, dan oleh karenanya menimbulkan dorongan berbuat/tindakan tertentu. Tiap saat
kebutuhan itu bisa berubah dan bertambah, sehingga varietasnya menjadi bertambah besar.
Dengan sendirinya perbuatan itu pun menjadi banyak macam ragamnya.
Pendidikan modern lebih menitikberatkan pada aktivitas sejati, di mana siswa belajar sambil
bekerja. Dengan bekerja, siswa memperoleh pengetahuan, pemahaman, dan keterampilan serta
perilaku lainnya, termasuk sikap dan nilai. Sehubungan dengan hal tersebut, sistem pembelajaran
dewasa ini sangat menekankan pada pendayagunaan asas keaktifan (aktivitas) dalam proses
belajar dan pembelajaran untuk mencapai tujuan yang telah ditentukan.
Jenis-jenis Aktivitas
Aktivitas belajar banyak macamnya. Para ahli mencoba mengadakan klasifikasi, antara lain
Paul D. Dierich membagi kegiatan belajar menjadi 8 kelompok, sebagai berikut :
a. Kegiatan-kegiatan visual : membaca, melihat gambar-gambar, mengamati eksperimen,
demonstrasi, pameran, mengamati orang lain bekerja, atau bermain.
b. Kegiatan-kegiatan lisan (oral) : Mengemukakan suatu fakta atau prinsip, menghubungkan
suatu kejadian, mengajukan pertanyaan, memberi saran, mengemukakan pendapat,
berwawancara, diskusi.
c. Kegiatan-kegiatan mendengarkan : mendengarkan penyajian bahan, mendengarkan percakapan
atau diskusi kelompok, mendengarkan suatu permainan instrumen musik, mendengarkan siaran
radio.
d. Kegiatan-kegiatan menulis : menulis cerita, menulis laporan, memeriksa karangan, bahan-bahan
kopi, membuat sketsa, atau rangkuman, mengerjakan tes, mengisi angket.
e. Kegiatan-kegiatan menggambar : menggambar, membuat grafik, diagram, peta, pola.
f. Kegiatan-kegiatan metrik : melakukan percobaan, memilih alat- alat, melaksanakan
pameran, membuat model, menyelenggarakan permainan (simulasi), menari, berkebun.
g. Kegiatan-kegiatan mental .- merenungkan, mengingat, memecahkan masalah, menganalisis
faktor-faktor, menemukan hubungan-hubungan, membuat keputusan.
h. Kegiatan-kegiatan emosional : minat, membedakan, berani, tenang, dan sebagainya. Kegiatan-
kegiatan dalam kelompok ini terdapat pada semua kegiatan tersebut di atas, dan bersifat
tumpang tindih (Burton, 1952, h. 436).
Manfaat Aktivitas dalam Pembelajaran
Penggunaan asas aktivitas dalam proses pembelajaran memiliki manfaat tertentu, antara
lain :
1). Siswa mencari pengalaman sendiri dan langsung mengalami sendiri.
2). Berbuat sendiri akan mengembangkan seluruh aspek pribadi siswa.
3). Memupuk kerjasama yang harmonis di kalangan para siswa yang pada gilirannya dapat
memperlancar kerja kelompok.
4). Siswa belajar dan bekerja berdasarkan minat dan kemampuan sendiri, sehingga sangat
bermanfaat dalam rangka pelayanan perbedaan individual.
5). Memupuk disiplin belajar dan suasana belajar yang demokratis dan kekeluargaan,
musyawarah dan mufakat.
6). Membina dan memupuk kerjasama antara sekolah dan masyarakat, dan hubungan antara
guru dan orang tua siswa, yang bermanfaat dalam pendidikan siswa.
7). Pembelajaran dan belajar dilaksanakan secara realistik dan konkrit, sehingga
mengembangkan pemahaman dan berpikir kritis serta menghindarkan terjadinya verbalisme.
8). Pembelajaran dan kegiatan belajar menjadi hidup sebagaimana halnya kehidupan dalam
masyarakat yang penuh dinamika.
Upaya Pelaksanaan Aktivitas dalam Pembelajaran
Asas aktivitas dapat diterapkan dalam semua kegiatan dan proses pembelajaran. Untuk
memudahkan guru dalam melaksanakan asas ini, maka dalam hal ini dipilih empat alternatif
pendayagunaan saja, yakni:
1). Pelaksanaan aktivitas pembelajaran dalam kelas.
Asas aktivitas dapat dilaksanakan dalam setiap kegiatan tatap muka dalam kelas yang
terstruktur, baik dalam bentuk komunikasi langsung, kegiatan kelompok, kegiatan kelompok
kecil, belajar independen.
2). Pelaksanaan aktivitas pembelajaran sekolah masyarakat. Dalam pelaksanaan
pembelajaran dilakukan dalam bentuk membawa kelas ke dalam masyarakat, melalui
metode karyawisata, survei, kerja pengalaman, pelayanan masyarakat, berkemah,
berproyek, dan sebagainya. Cara lain, mengundang nara sumber dari masyarakat ke dalam
kelas, dengan metode manusia sumber/ nara sumber dan pengajar tamu (guest lecture), dan
pelatih luar.
3). Pelaksanaan aktivitas pembelajaran dengan pendekatan Cara Belajar Siswa Aktif (CBSA).
Pembelajaran dilaksanakan dengan titik berat pada keaktifan siswa dan guru bertindak
sebagai fasilitator dan nara sumber, yang memberikan kemudahan bagi siswa untuk belajar.
3. PERBEDAAN INDIVIDUAL
Pada dasarnya tiap individu merupakan satu kesatuan, yang ber beda antara satu
dengan yang lainnya. Perbedaan itu dapat dilihat dari dua segi, yakni horizontal dan vertikal.
Perbedaan segi horizontal adalah perbedaan individu dalam aspek mental, seperti: tingkat
kecerdasan, bakat, minat, ingatan, emosi, dan sebagainya. Perbedaan vertikal adalah perbedaan
individu dalam aspek jasmaniah, seperti : bentuk, tinggi dan besarnya badan, tenaga, dan
sebagainya. Masing-masing aspek individu tersebut besar pengaruhnya terhadap kegiatan dan
keberhasilan belajar.
Perbedaan individual disebabkan oleh dua faktor, ialah faktor keturunan atau bawaan
kelahiran, dan faktor pengaruh lingkungan. Kedua faktor ini memberikan pengaruh terhadap
pertumbuhan dan perkembangan siswa/peserta didik. Mungkin salah satu faktor ada yang lebih
dominan, namun tetap kedua faktor tersebut masing-masing berpengaruh, dan pada gilirannya
ternyata tidak ada dua individu yang sama.
Jenis-jenis Perbedaan Individual
Perbedaan individual menyangkut dengan berbagai aspek diri, yang masing-masing
memiliki ciri-ciri tertentu.
1). Kecerdasan.
Siswa yang kurang cerdas menunjukkan ciri-ciri belajar lebih lamban, memerlukan
banyak latihan, membutuhkan waktu yang lebih lama untuk maju, tidak mampu melakukan
abstraksi. Siswa yang memiliki tingkat kecerdasan yang tinggi umumnya memiliki perhatian
yang lebih baik, belajar lebih cepat, kurang memerlukan latihan, mampu menyelesaikan
pekerjaannya dalam waktu yang singkat, mampu menarik kesimpulan dan melakukan abstraksi.
2). Bakat (aptitude).
Bakat mempengaruhi perkembangan individu. Untuk mengetahui bakat itu perlu diadakan tes
bakat (aptitude test) pada waktu mereka mulai bersekolah. Bakat turut menentukan perbedaan
hasil belajar, sikap, minat, dan lain-lain.
3). Keadaan Jasmani.
Keadaan jasmani tiap siswa berbeda-beda. Perbedaan itu terdapat pada struktur badan (tinggi,
berat, dan koordinasi anggota badan), cacat badan (gangguan pada penglihatan, sakit menahun,
mudah pusing kepala, dan lain-lain), gangguan penyakit tertentu. Hal-hal tersebut dapat
mempengaruhi efisiensi dan kegairahan belajar, mudah lelah, kurang berminat melakukan
berbagai kegiatan; dan akan mempengaruhi hasil belajar.
4). Penyesuaian Sosial dan Emosional.
Keadaan sosial dan emosi individu berbeda antara satu dengan yang lainnya. Berbagai
sikap sosial dan emosional, adalah : pendiam, pemberang, pemalu, pemberani, mudah bereaksi,
senang bekerjasama, suka mengasingkan diri, mudah terpengaruh, sensitif, sedang
menggantungkan diri kepada orang lain. Tingkah laku sosial dan emosional ini dapat berubah
sesuai dengan kondisi dan situasi di sekitarnya. Keadaan ini besar pengaruhnya terhadap
kegiatan dan keberhasilan belajar siswa.
5). Keadaan Keluarga.
Keadaan keluarga, besar pengaruhnya terhadap individu, dan oleh karenanya terjadi perbedaan
individual yang dilatarbelakangi perbedaan keadaan keluarga. Pengaruhnya terjadi pada
perbedaan dalam hal-hal : pengalaman, sikap, apresiasi, minat, sikap ekonomis, cara
berkomunikasi, kebiasaan berbicara, hubungan kerjasama, pola pikir, dan lain-lain. Perbedaan
dalam hal-hal tersebut mempengaruhi tingkah laku dan perbuatan belajar di sekolah.
6). Prestasi Belajar
Perbedaan hasil belajar di kalangan para siswa disebabkan oleh faktor-faktor kematangan, latar
belakang pribadi, sikap dan bakat terhadap pelajaran, jenis mata ajaran yang diberikan, dan
sebagainya.
Upaya Pelayanan Perbedaan Individual
Ada beberapa upaya yang dapat dilakukan oleh guru untuk memberikan pelayanan
perbedaan individual melalui proses pembelajaran, ialah :
1). Anak-anak yang tergolong cerdas akan berkembang sesuai dengan kemampuannya dengan
cara : (1). akselerasi, yakni memberi kesempatan kepada siswa tersebut untuk naik kelas
lebih cepat satu atau dua tingkat sekaligus; (2). program tambahan, yakni memberikan tugas-
tugas tambahan pada setiap tingkatan kelas.
2). Pengajaran individual, yang dilaksanakan dalam bentuk pemberian tugas kepada setiap
individu siswa yang juga dinilai secara individual; atau dengan pengajaran kelompok
dengan tugas-tugas okasional, dan dinilai secara kelompok pula.
3). Penyelenggaraan kelas khusus bagi siswa yang cerdas. Pemben tukan kelas dilakukan
pada awal tahun (berdasarkan hasil tes inteligensi), atau pada akhir tahun (berdasarkan tes
akhir tahun).
4). Bagi siswa yang lamban dapat diselenggarakan kelas remedial yang bertujuan untuk
mengadakan perbaikan, baik bagi siswa yang lamban dalam satu mata pelajaran, maupun yang
lamban dalam beberapa mata pelajaran. Upaya perbaikan ini dilakukan dengan bimbingan guru
dan/atau dengan bantuan anak-anak yang tergolong pandai.
5). Pengelompokan siswa berdasarkan kemampuan, menjadi kelompok kurang, kelompok
sedang, dan kelompok pandai. Pembagian kelompok berdasarkan hasil tes inteligensi, angka
rata-rata dan hasil tes objektif. Guru menyesuaikan dan mendeferensiasikan bahan
pelajaran sesuai dengan tingkat kemampuan masing-masing kelompok tersebut.
6). Pembentukan kelompok informal oleh siswa sendiri berdasarkan minat, abilitet, kapasitas,
kebutuhan dan kematangannya. Mereka belajar secara kelompok, sedangkan guru bertindak
sebagai nara sumber.
7). Masih ada cara-cara lain yang dapat diupayakan, seperti : memberikan pelajaran pilihan,
deferensiasi tugas, sistem tutorial, dan sebagainya (Oemar Hamalik, 1986).
4. PENGULANGAN DAN LATIHAN
Pengertian latihan dalam hubungan mengajar dan belajar adalah suatu
tindakan/perbuatan pengulangan yang bertujuan untuk lebih memantapkan hasil belajar.
Pemantapan itu diartikan sebagai usaha perbaikan dan sebagai upaya perluasan.
Sedangkan hasil belajar diartikan meliputi semua aspek tingkah laku. Latihan dapat
merupakan proses individual dan dapat pula merupakan proses kelompok.
Manfaat Latihan dalam Pembelajaran
Latihan bermanfaat dalam proses pembelajaran, karena:
1). Latihan memberikan pengalaman pendidikan bagi para siswa.
2). Latihan dapat memantapkan hasil belajar, penguasaan aspek-aspek perubahan tingkah laku
siswa, seperti : kebiasaan, keterampilan, sikap, pengertian, penghargaan, dan lain-lain.
3). Latihan berfungsi mengembangkan kemampuan berpikir untuk memecahkan masalah-
masalah yang dihadapi baik secara individual maupun secara berkelompok.
4). Latihan penting, artinya untuk kehidupan sehari-hari bagi para siswa, misal : Transfer
belajar.
5). Latihan membantu cara pembelajaran yang lebih efektif, seperti mengingat (memorization),
meniru dan otomatisasi jawaban-jawaban.
6). Latihan dapat mendorong dan memperluas motivasi belajar para siswa.
Manfaat tersebut menggambarkan bahwa asas latihan dalam pembelajaran sangat esensial
bagi tercapainya hasil belajar.
Prinsip-prinsip Pelaksanaan Ulangan dan Latihan
Ada beberapa faktor yang perlu diperhatikan agar latihan efektif
1). Lingkungan belajar besar pengaruhnya dalam latihan. Lingkungan terdiri dari : lingkungan
kelas, sekolah, keluarga dan masyarakat.
2). Latihan harus fungsional, artinya berfungsi bagi diri siswa itu sebabnya latihan harus
menarik minatnya. Memang sering ada pelajaran yang tidak sesuai dengan minat
siswa. Untuk itu hendaknya siswa harus dilatih dulu dengan hal-hal yang berdekatan.
3). Latihan dilaksanakan secara sistematis. Latihan dilakukan berdasarkan rencana yang
teliti dengan urutan yang tersusun baik. Latihan itu terpusat pada minat siswa, ditujukan untuk
menguasai kecakapan-kecakapan tertentu dengan pimpinan guru. Contohnya : belajar membaca,
mula-mula guru menerangkan kemudian memberi pertanyaan-pertanyaan, selanjutnya
menunjukkan gambargambar, seterusnya memberikan kalimat-kalimat ilustrasi mengarahkan
perhatian siswa terhadap bagian-bagian yang berlainan dan sulit memperhatikan makna
bentuk ucapan kesempatan mempergunakannya dalam berbicara akhimya menulis setiap kata
baru.
4). Latihan dilaksanakan tepat pada waktunya. Latihan akan berhasil baik, bila dilaksanakan
dalam saat yang tepat artinya tidak terlalu cepat tetapi juga tidak terlambat. Kalau para
siswa telah memahami hal-hal yang telah dijelaskan oleh guru, misalnya tentang cara
memecahkan soal hitungan, baru kemudian diberikan sejumlah soal sebagai latihan.
Dengan kata lain, latihan diberikan setelah siswa memahami dengan benar sesuatu bahan, lalu
dilaksanakan latihan untuk mencapai kecepatan.
5). Efektivitas suatu latihan bergantung pada banyaknya bahan. Ba han yang terlalu banyak
memerlukan waktu lama. Bila bahan itu tidak bermakna maka waktu yang diperlukan untuk
latihan juga akan lebih lama. Sebaliknya, kalau bahan yang dipelajari tidak terlalu banyak
dan juga merupakan bahan-bahan yang bermakna, maka waktu latihan akan berkurang, dan
hasil latihan akan lebih baik.
6). Distribusi latihan mempengaruhi keefektifan program latihan. Distribusi latihan ada 2
jenis : massed practice dan distributed practice. Jenis distribusi mana yang dilakukan
tergantung pada kondisi tertentu. Pada massed practice, waktu istirahat lebih pendek agar
supaya tidak lupa dan melelahkan, oleh karena latihan demikian memerlukan jangka waktu yang
lama, seperti : dalam pengajaran unitek. Latihan-latihan yang fungsional dan sistematis untuk
memperoleh kecakapan-kecakapan yang bertalian dengan unitek tersebut sebaiknya digunakan
distributed practice, di mana waktu istirahat lebih lama dan periode latihan itu dalam jangka
pendek.
Upaya Pendayagunaan Latihan dalam Pembelajaran
Ada beberapa bentuk latihan yang dapat digunakan dalam proses pembelajaran, sesuai
dengan teori belajar. Bentuk/teknik/prosedur tersebut hampir sama artinya :
1). Repetition (ulangan). Ulangan berarti mengulang suatu perbuatan berkali-kali dan ini sudah
biasa dilakukan orang sejak kecil sampai dewasa bahkan seumur hidupnya. la selalu suka
mengulang perbuatan-perbuatannya. Dari segi pendidikan, berbuat mengulang berkali-kali
belum tentu mencapai tujuan tertentu. Ulangan yang dikategorikan sebagai latihan ialah
apabila ulangan itu merupakan suatu usaha dalam rangka latihan dengan tujuan memperteguh
atau memperkuat penguasaan hasil belajar. Dengan demikian hasil belajar itu menjadi miliknya
dan bermanfaat bagi hidupnya.
2). Latihan otomatisasi (drill). Drill atau sering juga disebut repetitive drill method, adalah
upaya untuk memantapkan keterampilan-keterampilan otomatis atau asosiasi yang telah
diperoleh.
3). Review atau Reteaching. Cara ini adalah untuk mengajarkan kembali atau mempelajari
kembali bahan-bahan yang telah diajarkan dengan maksud memperoleh pemahaman,
memperluas atau memperdalam dan memperjelas hal-hal tersebut. Bila siswa melihat terdapat
kesamaan antara unsur-unsur dalam situasi semula dengan situasi waktu diadakannya
review, maka akan terjadi transfer belajar. Dalam hal ini, review merupakan teknik
membimbing siswa untuk menerapkan hasil belajar ke situasi yang baru.
4). Practice. Suatu keterampilan dapat dikuasai oleh siswa bila telah mengalami proses latihan
(practice). Latihan adalah paling esensial dalam kondisi belajar. Practice is approriate whenever
a more or less fixed pattern of automatic response is needed (Hoover, 1966, h. 390). Latihan tidak
memerlukan ulangan yang betul-betul sama, misalnya belajar mengetik, menyetir mobil, dan
sebagainya.
5). Review dan Practice. Kedua prosedur ini sama pentingnya dalam proses pembelajaran,
kendatipun terdapat kesamaan dan perbedaan. Kesamaannya, kedua teknik merupakan
keharusan belajar dalam kelas, practice merupakan aspek yang penting dari review, sedangkan
review menggunakan practice sebagai jalan ke pemecahan masalah. Tujuan utama practice
ialah untuk memperbaiki belajar. Tujuan utama review adalah untuk memperluas belajar.
Perbedaannya ialah practice bersifat efektif dalam pengajaran keterampilan dan
kebiasaan-kebiasaan, bahkan merupakan suatu proses individualisasi. Review bersifat
efektif untuk menumbuhkan pengertian, sikap, apresiasi dan terutama merupakan suatu
proses pertimbangan kelompok.
5. LINGKUNGAN
Individu dan lingkungan terjalin proses interaksi atau sariing mempengaruhi satu dengan
yang lainnya. Tlngkah laku individu dapat menyebabkan perubahan pada lingkungan bentuk
positif atau negatif. Pengaruh positif berarti menimbulkan perubahan ke arah perbaikan,
penyempurnaan atau penambahan. Pengaruh negatif, bila tingkah laku itu bersifat merusak.
Sebaliknya, lingkungan dapat pula memberikan pengaruh dan menimbulkan perubahan
pada tingkah laku individu. Tantangan-tantangan alam membuat manusia harus berpikir
tentang cara menghadapinya, seperti; banjir, berjangkitnya penyakit tertentu, kekurangan
makanan, kurang sekolah, dan sebagainya; manusia terus berpikir dan berusaha mengatasi dan
memecahkan masalah-masalah yang timbul. Dengan berinteraksi dengan lingkungan, maka
manusia mendapat pengalaman dan berkembang menjadi manusia yang mampu men-
dayagunakan dan/atau menyesuaikan diri dengan lingkungannya. Hal im berarti, bahwa
lingkungan dapat memberikan pengaruh yang bersifat mendidik, karena menimbulkan perubahan
tingkah laku yang baik, dan sebaliknya dapat menyebabkan gangguan dan perusakan tingkah
laku, karena menyebabkan gangguan dan merusak perkembangan pribadi individu.
Jenis-jenis Lingkungan
Ruang lingkup lingkungan sangat luas. Untuk mengenal lingkungan secara rinci harus
ditinjau aspek-aspeknya yang mencakup bidang-bidang kehidupan di dalamnya. William Burton
mengadakan klasifikasi lingkungan, yang meliputi : daerah, keadaan alam, sejarah, masalah ke-
pendudukan, pertanian, ekonomi dan perdagangan, pabrik dan industri" perbankan dan keuangan,
transportasi, komunikasi, mata pencarian, distribusi kekayaan, standar hidup, kesehatan,
pendidikan, agama, pemerintahan dan politik, tempat rekreasi, pandangan atau prakarsa
masyarakat (Burton, 1953, h. 515-516). Tiap aspek tersebut meliputi beberapa hal, misalnya
bidang ekonomi terdiri dari toko-toko, tempat jual beli, koperasi, dan sebagainya.

Manfaat Mempelajari Lingkungan Masyarakat


Masyarakat adalah lingkungan sosial bagi siswa, dan oleh karena mereka perlu disiapkan
hidup di masyarakat dari mana dia berasal, dan perlu mengenal masyarakat sekitarnya secara
saksama. Manfaat mempelajari masyarakat sebagai lingkungan pendidikan bagi, peserta didik,
adalah sebagai berikut ;
1). menanamkan pengertian yang realistik tentang proses-proses sosial dalam kehidupan.
2). mengembangkan kesadaran dan sensitif terhadap masalah-masalah sosial.
3). siswa belajar berdasarkan minat, belajar menjadi lebih bermakna.
4). merupakan latihan berpikir ilmiah, berdasarkan fakta yang ada di masyarakat.
5). mendorong rasa tanggungjawab terhadap masyarakat.
6). memperkuat dan memperkaya pelaksanaan kurikulum dalam situasi praktis dan
senyatanya.
7). mempersiapkan siswa ke arah kehidupan masyarakat.
8). turut berupaya memperbaiki kualitas kehidupan masyarakat.
9). memadukan sekolah dengan masyarakat dalam upaya menjadikan sekolah sebagai lembaga
kesejahteraan masyarakat.
10). memupuk kerja sama antara individu-individu dengan lembaga- lembaga kemasyarakatan.
11). mengembangkan kemampuan dan kebiasaan melakukan observasi di kalangan siswa.
12). mengembangkan apresiasi dan pengertian terhadap pelayanan sosial dari masyarakat.

Upaya Pembelajaran Berdasarkan Lingkungan


Pendayagunaan lingkungan dalam proses pembelajaran dapat dilaksanakan dengan berbagai
cara, yakni dengan cara membawa lingkungan ke dalam kelas, dan dengan cara membawa
siswa ke masyarakat. Cara pertama berkenaan dengan metode nara sumber (manusia sumber)
yakni sumber masyarakat atau orang tertentu dengan penga laman dan kemampuan dalam
suatu bidang tertentu diminta untuk memberikan bimbingan.
Cara kedua ialah membawa siswa (kelas) ke dalam lingkungan masyarakat, yakni dengan
teknik (1). karyawisata atau ekskursi, (2) melakukan survei dalam bentuk wawancara dan
observasi, (3) pengabdian/pelayanan pada masyarakat, (4). kerja pengalaman, dan (5).
berkemah/kemah siswa. Teknik apa pun yang akan dilaksanakan dalam proses pembelajaran
berdasarkan lingkungan, namun prosedur pada prinsipnya adalah sama, yang terdiri dari
kegiatan persiapan/ perencanaan, kegiatan pelaksanaan, kegiatan penafsiran pengalaman, dan
kegiatan tindak lanjut (Oemar Hamalik, 1989, h. 1989).
Kegiatan persiapan/perencanaan. Kegiatan perencanaan dilakukan oleh siswa dengan
bimbingan guru. Kegiatan itu berupa merumuskan tujuan, menentukan objek/sasaran,
pembentukan panitia siswa, merencanakan anggaran biaya, rencana kegiatan belajar/pe -
ngalaman, menetapkan peraturan tata tertib, pembentukan kelompok-kelompok studi, rencana,
perlengkapan/peralatan, dan sebagainya.
Kegiatan pelaksanaan. Pada tahapan ini, siswa melaksanakan kegiatan-kegiatan yang telah
direncanakan, seperti : melaksanakan keberangkatan, atau mengundang sasaran, menyiapkan
tempat, melaksanakan acara-acara tertentu, mengunjungi objek, mengikuti ce ramah dan
diskusi, melaksanakan wawancara dan observasi, melak sanakan kegiatan praktik,
memberikan pelayanan kepada masyarakat dalam bidang tertentu, dan sebagainya.
Kegiatan penafsiran pengalaman. Pada tahap ini kelompok siswa membahas
pengalaman-pengalaman yang telah diperoleh, membuat laporan individual dan kelompok,
mengikuti tes, membuat laporan umum berdasarkan evaluasi dan pembahasan, serta menganalisis
kelemahan-kelemahan dan keberhasilan kegiatan pelaksanaan. Dengan penafsiran pengalaman
tersebut, diharapkan siswa dapat menguasai dan/atau merangkum semua pengalaman dan
proses pembelajaran ini.
Kegiatan tindak lanjut. Pada tahap ini, para siswa berupaya menerapkan dan
mengkaitkan pengalaman yang diperoleh dengan mata pelajaran yang diberikan di
sekolah. Selain dari itu, kelompok/kelas juga dapat membuat alternatif bagi program
selanjutnya, yang akan dilaksanakan oleh kelas bersangkutan.
DASAR PEMBELAJARAN

1. ASAS-ASAS BELAJAR
a. Tujuan Belajar
Tujuan adalah perangkat hasil yang hendak dicapai setelah siswa melakukan kegiatan
belajar. Tujuan yang disadari oleh siswa sendiri sangat bermakna dalam upaya menggerakkan
kegiatan belajar untuk mencapai hasil yang optimal.
Sehubungan dengan deskripsi tugas yang menjelaskan apa yang mereka harus lakukan, juga
perlu dipertunjukkan/diberitahukan tujuan yang hendak dicapai oleh siswa, setelah
pembelajaran tersebut dilaksanakan. Hal ini perlu agar para siswa mengetahui tujuan daripada
kegiatan itu. Misalnya mengapa penting dan bagaimana tujuan itu dapat membantu mereka. Para
siswa akan melakukan kegiatan dan berperan serta lebih baik. Untuk itu guru perlu membangun
dalam diri siswa predisposisi yang dapat menambah inklinasi belajar.
Asas ini paling efektif apabila diterapkan pada permulaan urutan pembelajaran. Cara
pemberitahuannya tujuan kepada siswa memang juga krusihe teacher must be sincere and
convicting in making introductory remarks about the purposes of the activity (Kourilsky.,
1987, h. 15). Jika mungkin, hubungkan kegiatan dengan pribadi siswa, dan jelaskan bagaimana
kegiatan itu berpengaruh positif terhadap mereka perolehan bila mereka berpartisipasi dalam
pembelajaran itu.
Upaya yang mungkin dilakukan untuk mengarahkan perhatian siswa kepada tujuan
pelajaran, antara lain sebagai benkut :
1). Bagi siswa yang berada pada tingkat lanjutan, dapat diberikan suatu tes nyata, lalu individu
menerima umpan balikan, serta bantuan mengerjakan tes, dan melaksanakan diskusi kelompok
kecil. Dengan cara ini diharapkan siswa lebih siap berpartisipasi secara aktif dalam pelajaran
tersebut.
2). Bagi siswa tingkat SD, barangkali lebih efektif jika menggunakan situasi kehidupan nyata
berdasarkan pengalaman siswa sendiri atau dari contoh media yang kemudian
didiskusikan sehingga mereka lebih terarah pada pelajaran karena merasa jelas nilai
pelajaran itu bagi mereka.
3). Mempertunjukkan nilai pelajaran itu bagi pribadi dan intelektual siswa, misalnya
meningkatkan keterampilan berpikir kritis, memperbaiki cara berkomunikasi, sehingga
mereka lihat pentingnya pelajaran itu dan melakukan kegiatan sebagaimana mestinya.
b. Motivasi Belajar
Motivasi sering tumpang tindih dengan asas-asas belajar lainnya, namun demikian kita
perlu mengenal konsep pokok (key concept) daripada motivasi kelas ini sebagai suatu asas
belajar tersendiri.
Tafsiran tentang motivasi menurut pandangan lama, sering di anggap sama artinya
dengan perhatian. Misalnya guru berupaya menarik perhatian siswa terhadap pokok yang
akan diajarkan dengan cara tertentu, sehingga siswa tertarik minatnya untuk mempelajari
bahan yang baru tersebut. Tumbuhnya perhatian dan minat siswa belajar dianggap telah
tumbuhnya motivasi belajar siswa bersangkutan.
Motivasi dapat bersumber dan dalam diri siswa sendiri berdasar kan kebutuhan,
dorongan dan kesadaran pada tujuan belajar. Motivasi ini disebut motivasi intrinsik. Motivasi
belajar dapat juga tumbuh berkat rangsangan dan tekanan atau desakan dari luar, misalnya
dengan hadiah, ganjaran, hukuman dan pemberian harapan lainnya, yang di sebut motivasi
ekstrinsik. Kedua jenis motivasi ini berdayaguna dalam melakukan proses belajar, kendatipun
motivasi yang bersumber dari diri sendiri dinilai lebih baik.
Kendatipun demikian, motivasi ekstrinsik perlu digerakkan dan digunakan untuk
mendorong kegiatan belajar siswa, dengan cara menciptakan kondisi-kondisi yang relevan.
Kondisi-kondisi kelas berikut mi dapat meningkatkan motivasi di dalam kelas: suasana
lingkungan kelas, keterlibatan siswa secara langsung, mendorong keberhasilan, transfer dan
retensi.
Suasana Lingkungan Kelas
Pada umumnya, siswa memberikan respons dan berperilaku baik jika guru bersifat
menunjang dan membantu selama berlangsungnya pembelajaran. Motivasi siswa dipengaruhi
secara positif oleh guru yang bersemangat dan antusias terhadap isi/materi yang diajarkannya.
Guru juga perlu memberikan umpan balik yang positif sepanjang berlangsungnya kegiatan belajar
mengajar. Untuk itu, guru perlu menciptakan suasana lingkungan kelas yang menyenangkan
(comportable) dan menunjang (supportive), sehingga membangkitkan motivasi siswa untuk
mencapai hasil belajar yang positif.
Keterlibatan Langsung Siswa
Jika mata ajaran dalam kelas dihubungkan dengan kehidupan pribadi siswa dan minatnya,
maka proses belajar biasanya lebih melibatkan dan memotivasi siswa. Karena itu guru hendaknya
memilih topik pelajaran yang populer bagi para siswa, agar mereka secara aktif
berpartisipasi dalam kegiatan belajar. Karena itu guru perlu sewaktu-waktu mengubah pelajaran
yang diberikannya untuk mengakomodasikan minat dan daerah keterlibatan pribadi siswa.

Menjamin Keberhasilan
Umumnya siswa akan memberikan respons yang positif bila mereka mengalami
keberhasilan. Memang kadang-kadang ada siswa yang justru bekerja keras setelah
mengalami kegagalan, namun umumnya motivasi belajar lebih meningkat berkat tumbuhnya
rasa keberhasilan. Karena itu, guru hendaknya berupaya sebanyak mungkin memberikan
kesempatan berhasil kepada siswa sepanjang urutan belajar. Untuk itu, guru dituntut memberikan
penguatan ekstra (extra reinforcement) dan bimbingan, agar supaya siswa mau belajar lebih keras
dengan penuh perhatian melaksanakan tugas-tugas belajarnya.
C. Umpan Balik Hasil Belajar
Asas Pengetahuan tentang hasil kadang-kadang disebut "Umpan Balik Pembelajaran", yang
menunjuk pada sambutan yang cepat dan tepat terhadap siswa agar mereka mengetahui
bagaimana mereka sedang bekerja. Lebih cepat siswa mendapat informasi balikan tentunya lebih
baik, sehingga informasi salah segera dapat diperbaiki melalui kegiatan belajar berikutnya. Guru
dapat memberikan umpan balik ini dengan berbagai cara, seperti : mengajukan pertanyaan dan
memberikan jawaban silih berganti, antara guru dan para siswa, pertukaran dan mengoreksi
karangan-karangan di dalam kelas, memeriksa karangan oleh seorang volenteer kelas, atau
mengecek dan mengomentari langsung di tempat (on the spot) oleh guru sambil berkeliling
dalam kelas. Nada bahasa atau ucapan guru mengkomunikasikan pengetahuan tentang hasil yang
dicapai oleh siswa juga sangat penting. Semangat keterbukaan terhadap pertanyaan-pertanyaan
dan suasana ajakan dan dukungan akan mendorong siswa untuk mencari sendiri umpan balik.
Bila prinsip ini dilaksanakan secara konsisten dan terus-menerus, maka dapat memperbaiki
prestasi belajar siswa serta sikap mereka.
Beberapa contoh pelaksanaan asas pengetahuan tentang hasil di dalam kelas, antara lain :
1). Kelompok baca, para siswa membaca sebuah cerita dalam hati. Kemudian siswa menceritakan
kembali bagian-bagian penting dari cerita itu secara berurutan, sedangkan lainnya mendengarkan
dan melakukan koreksi, ini dilakukan secara bergiliran.
2). Guru menjelaskan hasil-hasil tes bentuk esay kepada kelas, dengan mengklasifikasikannya
menjadi kelompok baik, sedang, dan kurang, dan kemudian mendiskusikannya dengan para siswa
pada hari berikutnya.
d. Transfer Hasil Belajar
Hasil belajar dalam kelas harus dapat dilaksanakan ke dalam situasi-situasi di luar sekolah.
Dengan kata lain, murid dapat mentransferkan hasil belajar itu ke dalam situasi-situasi yang
sesungguhnya di dalam inasyarakat.
Tentang transfer hasil belajar, kita setidak-tidaknya akan menemukan 3 teori, yaitu :
1). Teori disiplin formal (The formal discipline theory)
Teori ini menyatakan, bahwa sikap, pertimbangan, ingatan, imajinasi, dan sebagainya dapat
diperkuat melalui latihan-latihan akademis. Mata pelajaran-mata pelajaran seperti geometri,
bahasa latin sangat penting dalam melatih daya pikir seseorang. Demikian pula halnya dengan daya
pikir kritis, ingatan, pengalaman, pengamatan, dan sebagainya dapat dikembangkan melalui
latihan-latihan akademis.
2). Teori unsur-unsur yang identik (The identical elements theory) Transfer terjadi apabila di antara
dua situasi atau dua kegiatan terdapat unsur-unsur yang bersamaan (identik). Latihan di dalam
satu situasi mempengaruhi perbuatan, tingkah laku dalam situasi yang lainnya. Teori ini banyak
digunakan dalam kursus latihan jabatan, di mana kepada siswa diberikan respons-respons yang
diharapkan diterapkan dalam situasi kehidupan yang sebenarnya. Para ahli psikologi, banyak
menekankan kepada persepsi para siswa terhadap unsur-unsur yang identik ini.
3). Teori generalisasi (The generalization theory)
Teori ini merupakan revisi terhadap teori unsur-unsur yang identik. Tetapi generalisasi
menekankan kepada kompleksitas dari apa yang dipelajari. Internalisasi daripada
pengertian-pengertian, keterampilan, sikap-sikap dan apresiasi dapat mempengaruhi kelakuan
seseorang. Teori ini menekankan kepada pembentukan pengertian (concept formation) yang
dihubungkan dengan pengalaman-pengalaman lain. Transfer terjadi apabila siswa menguasai
pengertian-pengertian umum untuk kesimpulan-kesimpulan umum.
2. AKTIVITAS BELAJAR/KETERLIBATAN LANGSUNG
Siswa (peserta didik) adalah suatu organisme yang hidup. Dalam dirinya terkandung banyak
kemungkinan dan potensi yang hidup dan sedang berkembang. Dalam diri masing-masing siswa
tersebut terdapat prinsip aktif yakni keinginan berbuat dan bekerja sendiri. Prinsip aktif
mengendalikan tingkah lakunya. Pendidikan/pembelajaran perlu mengarahkan tingkah laku
menuju ke tingkat perkembangan yang diharapkan. Potensi yang hidup perlu mendapat
kesempatan berkembang ke arah tujuan tertentu.
Siswa memiliki kebutuhan-kebutuhan jasmani, rohani, dan sosial yang perlu mendapat
pemuasan, dan oleh karenanya menimbulkan dorongan berbuat/tindakan tertentu. Tiap saat
kebutuhan itu bisa berubah dan bertambah, sehingga varietasnya menjadi bertambah besar.
Dengan sendirinya perbuatan itu pun menjadi banyak macam ragamnya.
Pendidikan modern lebih menitikberatkan pada aktivitas sejati, di mana siswa belajar sambil
bekerja. Dengan bekerja, siswa memperoleh pengetahuan, pemahaman, dan keterampilan serta
perilaku lainnya, termasuk sikap dan nilai. Sehubungan dengan hal tersebut, sistem pembelajaran
dewasa ini sangat menekankan pada pendayagunaan asas keaktifan (aktivitas) dalam proses
belajar dan pembelajaran untuk mencapai tujuan yang telah ditentukan.
Jenis-jenis Aktivitas
Aktivitas belajar banyak macamnya. Para ahli mencoba mengadakan klasifikasi, antara lain
Paul D. Dierich membagi kegiatan belajar menjadi 8 kelompok, sebagai berikut :
a. Kegiatan-kegiatan visual : membaca, melihat gambar-gambar, mengamati eksperimen,
demonstrasi, pameran, mengamati orang lain bekerja, atau bermain.
b. Kegiatan-kegiatan lisan (oral) : Mengemukakan suatu fakta atau prinsip, menghubungkan
suatu kejadian, mengajukan pertanyaan, memberi saran, mengemukakan pendapat,
berwawancara, diskusi.
c. Kegiatan-kegiatan mendengarkan : mendengarkan penyajian bahan, mendengarkan percakapan
atau diskusi kelompok, mendengarkan suatu permainan instrumen musik, mendengarkan siaran
radio.
d. Kegiatan-kegiatan menulis : menulis cerita, menulis laporan, memeriksa karangan, bahan-bahan
kopi, membuat sketsa, atau rangkuman, mengerjakan tes, mengisi angket.
e. Kegiatan-kegiatan menggambar : menggambar, membuat grafik, diagram, peta, pola.
f. Kegiatan-kegiatan metrik : melakukan percobaan, memilih alat- alat, melaksanakan
pameran, membuat model, menyelenggarakan permainan (simulasi), menari, berkebun.
g. Kegiatan-kegiatan mental .- merenungkan, mengingat, memecahkan masalah, menganalisis
faktor-faktor, menemukan hubungan-hubungan, membuat keputusan.
h. Kegiatan-kegiatan emosional : minat, membedakan, berani, tenang, dan sebagainya. Kegiatan-
kegiatan dalam kelompok ini terdapat pada semua kegiatan tersebut di atas, dan bersifat
tumpang tindih (Burton, 1952, h. 436).
Manfaat Aktivitas dalam Pembelajaran
Penggunaan asas aktivitas dalam proses pembelajaran memiliki manfaat tertentu, antara
lain :
1). Siswa mencari pengalaman sendiri dan langsung mengalami sendiri.
2). Berbuat sendiri akan mengembangkan seluruh aspek pribadi siswa.
3). Memupuk kerjasama yang harmonis di kalangan para siswa yang pada gilirannya dapat
memperlancar kerja kelompok.
4). Siswa belajar dan bekerja berdasarkan minat dan kemampuan sendiri, sehingga sangat
bermanfaat dalam rangka pelayanan perbedaan individual.
5). Memupuk disiplin belajar dan suasana belajar yang demokratis dan kekeluargaan,
musyawarah dan mufakat.
6). Membina dan memupuk kerjasama antara sekolah dan masyarakat, dan hubungan antara
guru dan orang tua siswa, yang bermanfaat dalam pendidikan siswa.
7). Pembelajaran dan belajar dilaksanakan secara realistik dan konkrit, sehingga
mengembangkan pemahaman dan berpikir kritis serta menghindarkan terjadinya verbalisme.
8). Pembelajaran dan kegiatan belajar menjadi hidup sebagaimana halnya kehidupan dalam
masyarakat yang penuh dinamika.
Upaya Pelaksanaan Aktivitas dalam Pembelajaran
Asas aktivitas dapat diterapkan dalam semua kegiatan dan proses pembelajaran. Untuk
memudahkan guru dalam melaksanakan asas ini, maka dalam hal ini dipilih empat alternatif
pendayagunaan saja, yakni:
1). Pelaksanaan aktivitas pembelajaran dalam kelas.
Asas aktivitas dapat dilaksanakan dalam setiap kegiatan tatap muka dalam kelas yang
terstruktur, baik dalam bentuk komunikasi langsung, kegiatan kelompok, kegiatan kelompok
kecil, belajar independen.
2). Pelaksanaan aktivitas pembelajaran sekolah masyarakat. Dalam pelaksanaan
pembelajaran dilakukan dalam bentuk membawa kelas ke dalam masyarakat, melalui
metode karyawisata, survei, kerja pengalaman, pelayanan masyarakat, berkemah,
berproyek, dan sebagainya. Cara lain, mengundang nara sumber dari masyarakat ke dalam
kelas, dengan metode manusia sumber/ nara sumber dan pengajar tamu (guest lecture), dan
pelatih luar.
3). Pelaksanaan aktivitas pembelajaran dengan pendekatan Cara Belajar Siswa Aktif (CBSA).
Pembelajaran dilaksanakan dengan titik berat pada keaktifan siswa dan guru bertindak
sebagai fasilitator dan nara sumber, yang memberikan kemudahan bagi siswa untuk belajar.
3. PERBEDAAN INDIVIDUAL
Pada dasarnya tiap individu merupakan satu kesatuan, yang ber beda antara satu
dengan yang lainnya. Perbedaan itu dapat dilihat dari dua segi, yakni horizontal dan vertikal.
Perbedaan segi horizontal adalah perbedaan individu dalam aspek mental, seperti: tingkat
kecerdasan, bakat, minat, ingatan, emosi, dan sebagainya. Perbedaan vertikal adalah perbedaan
individu dalam aspek jasmaniah, seperti : bentuk, tinggi dan besarnya badan, tenaga, dan
sebagainya. Masing-masing aspek individu tersebut besar pengaruhnya terhadap kegiatan dan
keberhasilan belajar.
Perbedaan individual disebabkan oleh dua faktor, ialah faktor keturunan atau bawaan
kelahiran, dan faktor pengaruh lingkungan. Kedua faktor ini memberikan pengaruh terhadap
pertumbuhan dan perkembangan siswa/peserta didik. Mungkin salah satu faktor ada yang lebih
dominan, namun tetap kedua faktor tersebut masing-masing berpengaruh, dan pada gilirannya
ternyata tidak ada dua individu yang sama.
Jenis-jenis Perbedaan Individual
Perbedaan individual menyangkut dengan berbagai aspek diri, yang masing-masing
memiliki ciri-ciri tertentu.
1). Kecerdasan.
Siswa yang kurang cerdas menunjukkan ciri-ciri belajar lebih lamban, memerlukan
banyak latihan, membutuhkan waktu yang lebih lama untuk maju, tidak mampu melakukan
abstraksi. Siswa yang memiliki tingkat kecerdasan yang tinggi umumnya memiliki perhatian
yang lebih baik, belajar lebih cepat, kurang memerlukan latihan, mampu menyelesaikan
pekerjaannya dalam waktu yang singkat, mampu menarik kesimpulan dan melakukan abstraksi.
2). Bakat (aptitude).
Bakat mempengaruhi perkembangan individu. Untuk mengetahui bakat itu perlu diadakan tes
bakat (aptitude test) pada waktu mereka mulai bersekolah. Bakat turut menentukan perbedaan
hasil belajar, sikap, minat, dan lain-lain.
3). Keadaan Jasmani.
Keadaan jasmani tiap siswa berbeda-beda. Perbedaan itu terdapat pada struktur badan (tinggi,
berat, dan koordinasi anggota badan), cacat badan (gangguan pada penglihatan, sakit menahun,
mudah pusing kepala, dan lain-lain), gangguan penyakit tertentu. Hal-hal tersebut dapat
mempengaruhi efisiensi dan kegairahan belajar, mudah lelah, kurang berminat melakukan
berbagai kegiatan; dan akan mempengaruhi hasil belajar.
4). Penyesuaian Sosial dan Emosional.
Keadaan sosial dan emosi individu berbeda antara satu dengan yang lainnya. Berbagai
sikap sosial dan emosional, adalah : pendiam, pemberang, pemalu, pemberani, mudah bereaksi,
senang bekerjasama, suka mengasingkan diri, mudah terpengaruh, sensitif, sedang
menggantungkan diri kepada orang lain. Tingkah laku sosial dan emosional ini dapat berubah
sesuai dengan kondisi dan situasi di sekitarnya. Keadaan ini besar pengaruhnya terhadap
kegiatan dan keberhasilan belajar siswa.
5). Keadaan Keluarga.
Keadaan keluarga, besar pengaruhnya terhadap individu, dan oleh karenanya terjadi perbedaan
individual yang dilatarbelakangi perbedaan keadaan keluarga. Pengaruhnya terjadi pada
perbedaan dalam hal-hal : pengalaman, sikap, apresiasi, minat, sikap ekonomis, cara
berkomunikasi, kebiasaan berbicara, hubungan kerjasama, pola pikir, dan lain-lain. Perbedaan
dalam hal-hal tersebut mempengaruhi tingkah laku dan perbuatan belajar di sekolah.
6). Prestasi Belajar
Perbedaan hasil belajar di kalangan para siswa disebabkan oleh faktor-faktor kematangan, latar
belakang pribadi, sikap dan bakat terhadap pelajaran, jenis mata ajaran yang diberikan, dan
sebagainya.
Upaya Pelayanan Perbedaan Individual
Ada beberapa upaya yang dapat dilakukan oleh guru untuk memberikan pelayanan
perbedaan individual melalui proses pembelajaran, ialah :
1). Anak-anak yang tergolong cerdas akan berkembang sesuai dengan kemampuannya dengan
cara : (1). akselerasi, yakni memberi kesempatan kepada siswa tersebut untuk naik kelas
lebih cepat satu atau dua tingkat sekaligus; (2). program tambahan, yakni memberikan tugas-
tugas tambahan pada setiap tingkatan kelas.
2). Pengajaran individual, yang dilaksanakan dalam bentuk pemberian tugas kepada setiap
individu siswa yang juga dinilai secara individual; atau dengan pengajaran kelompok
dengan tugas-tugas okasional, dan dinilai secara kelompok pula.
3). Penyelenggaraan kelas khusus bagi siswa yang cerdas. Pemben tukan kelas dilakukan
pada awal tahun (berdasarkan hasil tes inteligensi), atau pada akhir tahun (berdasarkan tes
akhir tahun).
4). Bagi siswa yang lamban dapat diselenggarakan kelas remedial yang bertujuan untuk
mengadakan perbaikan, baik bagi siswa yang lamban dalam satu mata pelajaran, maupun yang
lamban dalam beberapa mata pelajaran. Upaya perbaikan ini dilakukan dengan bimbingan guru
dan/atau dengan bantuan anak-anak yang tergolong pandai.
5). Pengelompokan siswa berdasarkan kemampuan, menjadi kelompok kurang, kelompok
sedang, dan kelompok pandai. Pembagian kelompok berdasarkan hasil tes inteligensi, angka
rata-rata dan hasil tes objektif. Guru menyesuaikan dan mendeferensiasikan bahan
pelajaran sesuai dengan tingkat kemampuan masing-masing kelompok tersebut.
6). Pembentukan kelompok informal oleh siswa sendiri berdasarkan minat, abilitet, kapasitas,
kebutuhan dan kematangannya. Mereka belajar secara kelompok, sedangkan guru bertindak
sebagai nara sumber.
7). Masih ada cara-cara lain yang dapat diupayakan, seperti : memberikan pelajaran pilihan,
deferensiasi tugas, sistem tutorial, dan sebagainya (Oemar Hamalik, 1986).
4. PENGULANGAN DAN LATIHAN
Pengertian latihan dalam hubungan mengajar dan belajar adalah suatu
tindakan/perbuatan pengulangan yang bertujuan untuk lebih memantapkan hasil belajar.
Pemantapan itu diartikan sebagai usaha perbaikan dan sebagai upaya perluasan.
Sedangkan hasil belajar diartikan meliputi semua aspek tingkah laku. Latihan dapat
merupakan proses individual dan dapat pula merupakan proses kelompok.
Manfaat Latihan dalam Pembelajaran
Latihan bermanfaat dalam proses pembelajaran, karena:
1). Latihan memberikan pengalaman pendidikan bagi para siswa.
2). Latihan dapat memantapkan hasil belajar, penguasaan aspek-aspek perubahan tingkah laku
siswa, seperti : kebiasaan, keterampilan, sikap, pengertian, penghargaan, dan lain-lain.
3). Latihan berfungsi mengembangkan kemampuan berpikir untuk memecahkan masalah-
masalah yang dihadapi baik secara individual maupun secara berkelompok.
4). Latihan penting, artinya untuk kehidupan sehari-hari bagi para siswa, misal : Transfer
belajar.
5). Latihan membantu cara pembelajaran yang lebih efektif, seperti mengingat (memorization),
meniru dan otomatisasi jawaban-jawaban.
6). Latihan dapat mendorong dan memperluas motivasi belajar para siswa.
Manfaat tersebut menggambarkan bahwa asas latihan dalam pembelajaran sangat esensial
bagi tercapainya hasil belajar.
Prinsip-prinsip Pelaksanaan Ulangan dan Latihan
Ada beberapa faktor yang perlu diperhatikan agar latihan efektif
1). Lingkungan belajar besar pengaruhnya dalam latihan. Lingkungan terdiri dari : lingkungan
kelas, sekolah, keluarga dan masyarakat.
2). Latihan harus fungsional, artinya berfungsi bagi diri siswa itu sebabnya latihan harus
menarik minatnya. Memang sering ada pelajaran yang tidak sesuai dengan minat
siswa. Untuk itu hendaknya siswa harus dilatih dulu dengan hal-hal yang berdekatan.
3). Latihan dilaksanakan secara sistematis. Latihan dilakukan berdasarkan rencana yang
teliti dengan urutan yang tersusun baik. Latihan itu terpusat pada minat siswa, ditujukan untuk
menguasai kecakapan-kecakapan tertentu dengan pimpinan guru. Contohnya : belajar membaca,
mula-mula guru menerangkan kemudian memberi pertanyaan-pertanyaan, selanjutnya
menunjukkan gambargambar, seterusnya memberikan kalimat-kalimat ilustrasi mengarahkan
perhatian siswa terhadap bagian-bagian yang berlainan dan sulit memperhatikan makna
bentuk ucapan kesempatan mempergunakannya dalam berbicara akhimya menulis setiap kata
baru.
4). Latihan dilaksanakan tepat pada waktunya. Latihan akan berhasil baik, bila dilaksanakan
dalam saat yang tepat artinya tidak terlalu cepat tetapi juga tidak terlambat. Kalau para
siswa telah memahami hal-hal yang telah dijelaskan oleh guru, misalnya tentang cara
memecahkan soal hitungan, baru kemudian diberikan sejumlah soal sebagai latihan.
Dengan kata lain, latihan diberikan setelah siswa memahami dengan benar sesuatu bahan, lalu
dilaksanakan latihan untuk mencapai kecepatan.
5). Efektivitas suatu latihan bergantung pada banyaknya bahan. Ba han yang terlalu banyak
memerlukan waktu lama. Bila bahan itu tidak bermakna maka waktu yang diperlukan untuk
latihan juga akan lebih lama. Sebaliknya, kalau bahan yang dipelajari tidak terlalu banyak
dan juga merupakan bahan-bahan yang bermakna, maka waktu latihan akan berkurang, dan
hasil latihan akan lebih baik.
6). Distribusi latihan mempengaruhi keefektifan program latihan. Distribusi latihan ada 2
jenis : massed practice dan distributed practice. Jenis distribusi mana yang dilakukan
tergantung pada kondisi tertentu. Pada massed practice, waktu istirahat lebih pendek agar
supaya tidak lupa dan melelahkan, oleh karena latihan demikian memerlukan jangka waktu yang
lama, seperti : dalam pengajaran unitek. Latihan-latihan yang fungsional dan sistematis untuk
memperoleh kecakapan-kecakapan yang bertalian dengan unitek tersebut sebaiknya digunakan
distributed practice, di mana waktu istirahat lebih lama dan periode latihan itu dalam jangka
pendek.
Upaya Pendayagunaan Latihan dalam Pembelajaran
Ada beberapa bentuk latihan yang dapat digunakan dalam proses pembelajaran, sesuai
dengan teori belajar. Bentuk/teknik/prosedur tersebut hampir sama artinya :
1). Repetition (ulangan). Ulangan berarti mengulang suatu perbuatan berkali-kali dan ini sudah
biasa dilakukan orang sejak kecil sampai dewasa bahkan seumur hidupnya. la selalu suka
mengulang perbuatan-perbuatannya. Dari segi pendidikan, berbuat mengulang berkali-kali
belum tentu mencapai tujuan tertentu. Ulangan yang dikategorikan sebagai latihan ialah
apabila ulangan itu merupakan suatu usaha dalam rangka latihan dengan tujuan memperteguh
atau memperkuat penguasaan hasil belajar. Dengan demikian hasil belajar itu menjadi miliknya
dan bermanfaat bagi hidupnya.
2). Latihan otomatisasi (drill). Drill atau sering juga disebut repetitive drill method, adalah
upaya untuk memantapkan keterampilan-keterampilan otomatis atau asosiasi yang telah
diperoleh.
3). Review atau Reteaching. Cara ini adalah untuk mengajarkan kembali atau mempelajari
kembali bahan-bahan yang telah diajarkan dengan maksud memperoleh pemahaman,
memperluas atau memperdalam dan memperjelas hal-hal tersebut. Bila siswa melihat terdapat
kesamaan antara unsur-unsur dalam situasi semula dengan situasi waktu diadakannya
review, maka akan terjadi transfer belajar. Dalam hal ini, review merupakan teknik
membimbing siswa untuk menerapkan hasil belajar ke situasi yang baru.
4). Practice. Suatu keterampilan dapat dikuasai oleh siswa bila telah mengalami proses latihan
(practice). Latihan adalah paling esensial dalam kondisi belajar. Practice is approriate whenever
a more or less fixed pattern of automatic response is needed (Hoover, 1966, h. 390). Latihan tidak
memerlukan ulangan yang betul-betul sama, misalnya belajar mengetik, menyetir mobil, dan
sebagainya.
5). Review dan Practice. Kedua prosedur ini sama pentingnya dalam proses pembelajaran,
kendatipun terdapat kesamaan dan perbedaan. Kesamaannya, kedua teknik merupakan
keharusan belajar dalam kelas, practice merupakan aspek yang penting dari review, sedangkan
review menggunakan practice sebagai jalan ke pemecahan masalah. Tujuan utama practice
ialah untuk memperbaiki belajar. Tujuan utama review adalah untuk memperluas belajar.
Perbedaannya ialah practice bersifat efektif dalam pengajaran keterampilan dan
kebiasaan-kebiasaan, bahkan merupakan suatu proses individualisasi. Review bersifat
efektif untuk menumbuhkan pengertian, sikap, apresiasi dan terutama merupakan suatu
proses pertimbangan kelompok.
5. LINGKUNGAN
Individu dan lingkungan terjalin proses interaksi atau sariing mempengaruhi satu dengan
yang lainnya. Tlngkah laku individu dapat menyebabkan perubahan pada lingkungan bentuk
positif atau negatif. Pengaruh positif berarti menimbulkan perubahan ke arah perbaikan,
penyempurnaan atau penambahan. Pengaruh negatif, bila tingkah laku itu bersifat merusak.
Sebaliknya, lingkungan dapat pula memberikan pengaruh dan menimbulkan perubahan
pada tingkah laku individu. Tantangan-tantangan alam membuat manusia harus berpikir
tentang cara menghadapinya, seperti; banjir, berjangkitnya penyakit tertentu, kekurangan
makanan, kurang sekolah, dan sebagainya; manusia terus berpikir dan berusaha mengatasi dan
memecahkan masalah-masalah yang timbul. Dengan berinteraksi dengan lingkungan, maka
manusia mendapat pengalaman dan berkembang menjadi manusia yang mampu men-
dayagunakan dan/atau menyesuaikan diri dengan lingkungannya. Hal im berarti, bahwa
lingkungan dapat memberikan pengaruh yang bersifat mendidik, karena menimbulkan perubahan
tingkah laku yang baik, dan sebaliknya dapat menyebabkan gangguan dan perusakan tingkah
laku, karena menyebabkan gangguan dan merusak perkembangan pribadi individu.
Jenis-jenis Lingkungan
Ruang lingkup lingkungan sangat luas. Untuk mengenal lingkungan secara rinci harus
ditinjau aspek-aspeknya yang mencakup bidang-bidang kehidupan di dalamnya. William Burton
mengadakan klasifikasi lingkungan, yang meliputi : daerah, keadaan alam, sejarah, masalah ke-
pendudukan, pertanian, ekonomi dan perdagangan, pabrik dan industri" perbankan dan keuangan,
transportasi, komunikasi, mata pencarian, distribusi kekayaan, standar hidup, kesehatan,
pendidikan, agama, pemerintahan dan politik, tempat rekreasi, pandangan atau prakarsa
masyarakat (Burton, 1953, h. 515-516). Tiap aspek tersebut meliputi beberapa hal, misalnya
bidang ekonomi terdiri dari toko-toko, tempat jual beli, koperasi, dan sebagainya.

Manfaat Mempelajari Lingkungan Masyarakat


Masyarakat adalah lingkungan sosial bagi siswa, dan oleh karena mereka perlu disiapkan
hidup di masyarakat dari mana dia berasal, dan perlu mengenal masyarakat sekitarnya secara
saksama. Manfaat mempelajari masyarakat sebagai lingkungan pendidikan bagi, peserta didik,
adalah sebagai berikut ;
1). menanamkan pengertian yang realistik tentang proses-proses sosial dalam kehidupan.
2). mengembangkan kesadaran dan sensitif terhadap masalah-masalah sosial.
3). siswa belajar berdasarkan minat, belajar menjadi lebih bermakna.
4). merupakan latihan berpikir ilmiah, berdasarkan fakta yang ada di masyarakat.
5). mendorong rasa tanggungjawab terhadap masyarakat.
6). memperkuat dan memperkaya pelaksanaan kurikulum dalam situasi praktis dan
senyatanya.
7). mempersiapkan siswa ke arah kehidupan masyarakat.
8). turut berupaya memperbaiki kualitas kehidupan masyarakat.
9). memadukan sekolah dengan masyarakat dalam upaya menjadikan sekolah sebagai lembaga
kesejahteraan masyarakat.
10). memupuk kerja sama antara individu-individu dengan lembaga- lembaga kemasyarakatan.
11). mengembangkan kemampuan dan kebiasaan melakukan observasi di kalangan siswa.
12). mengembangkan apresiasi dan pengertian terhadap pelayanan sosial dari masyarakat.

Upaya Pembelajaran Berdasarkan Lingkungan


Pendayagunaan lingkungan dalam proses pembelajaran dapat dilaksanakan dengan berbagai
cara, yakni dengan cara membawa lingkungan ke dalam kelas, dan dengan cara membawa
siswa ke masyarakat. Cara pertama berkenaan dengan metode nara sumber (manusia sumber)
yakni sumber masyarakat atau orang tertentu dengan penga laman dan kemampuan dalam
suatu bidang tertentu diminta untuk memberikan bimbingan.
Cara kedua ialah membawa siswa (kelas) ke dalam lingkungan masyarakat, yakni dengan
teknik (1). karyawisata atau ekskursi, (2) melakukan survei dalam bentuk wawancara dan
observasi, (3) pengabdian/pelayanan pada masyarakat, (4). kerja pengalaman, dan (5).
berkemah/kemah siswa. Teknik apa pun yang akan dilaksanakan dalam proses pembelajaran
berdasarkan lingkungan, namun prosedur pada prinsipnya adalah sama, yang terdiri dari
kegiatan persiapan/ perencanaan, kegiatan pelaksanaan, kegiatan penafsiran pengalaman, dan
kegiatan tindak lanjut (Oemar Hamalik, 1989, h. 1989).
Kegiatan persiapan/perencanaan. Kegiatan perencanaan dilakukan oleh siswa dengan
bimbingan guru. Kegiatan itu berupa merumuskan tujuan, menentukan objek/sasaran,
pembentukan panitia siswa, merencanakan anggaran biaya, rencana kegiatan belajar/pe -
ngalaman, menetapkan peraturan tata tertib, pembentukan kelompok-kelompok studi, rencana,
perlengkapan/peralatan, dan sebagainya.
Kegiatan pelaksanaan. Pada tahapan ini, siswa melaksanakan kegiatan-kegiatan yang telah
direncanakan, seperti : melaksanakan keberangkatan, atau mengundang sasaran, menyiapkan
tempat, melaksanakan acara-acara tertentu, mengunjungi objek, mengikuti ce ramah dan
diskusi, melaksanakan wawancara dan observasi, melak sanakan kegiatan praktik,
memberikan pelayanan kepada masyarakat dalam bidang tertentu, dan sebagainya.
Kegiatan penafsiran pengalaman. Pada tahap ini kelompok siswa membahas
pengalaman-pengalaman yang telah diperoleh, membuat laporan individual dan kelompok,
mengikuti tes, membuat laporan umum berdasarkan evaluasi dan pembahasan, serta menganalisis
kelemahan-kelemahan dan keberhasilan kegiatan pelaksanaan. Dengan penafsiran pengalaman
tersebut, diharapkan siswa dapat menguasai dan/atau merangkum semua pengalaman dan
proses pembelajaran ini.
Kegiatan tindak lanjut. Pada tahap ini, para siswa berupaya menerapkan dan
mengkaitkan pengalaman yang diperoleh dengan mata pelajaran yang diberikan di
sekolah. Selain dari itu, kelompok/kelas juga dapat membuat alternatif bagi program
selanjutnya, yang akan dilaksanakan oleh kelas bersangkutan.

Anda mungkin juga menyukai