Anda di halaman 1dari 18

MAKALAH

APLIKASI PENDEKATAN SISTEM DALAM PENDIDIKAN ISLAM

UNTUK MEMENUHI TUGAS MATA KULIAH PENDEKATAN SISTEM


DALAM PEMBELAJARAN PAI

DOSEN PEMBIMBING : Hj. NUR HIDAYATI, M.Pd.I

Disusun Oleh :

NAFISAH HUSNA NPM : 19.02.0054

PRODI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM “UISU” PEMATANGSIANTAR

TAHUN AKADEMIK 2021/2022

1
KATA PENGANTAR

Puji syukur senantiasa ke hadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat serta
hidayahnya kepada kita semua, sehingga berkat karunia-nya saya dapat menyelesaikan makalah
ini yang berjudul ‘’ Aplikasi Pendekatan Sistem dalam Pendidikan Islam “ Sholawat dan salam
semoga tetap tercurahkan kepada baginda nabi Muhammad SAW beserta keluarga, sahabat dan
umatnya.

Dengan selesainya makalah ini saya mengucapkan terimakasih kepada semua pihak yang
telah memberi bantuan, bimbingan serta dorongan sehingga saya dapat menyelesaikan makalah
ini. Dan kami mengucapkan banyak terima kasih kepada dosen pembimbing Ibu Hj.Nur
Hidayati,M.Pd.I Sebagai dosen mata kuliah " Pendekatan Sistem Pembelajaran Pembelajaran
PAI '’ yang telah mendidik saya, sehingga saya dapat menyelesaikan makalah ini dengan baik.

Dengan segala kerendahan hati saya menyadari, bahwa makalah ini masih terdapat banyak
kekurangan. Untuk itu saya mengharapkan kritik dan saran yang dapat membangun, untuk
menjadi bahan perbaikan demi kesempurnaan makalah ini kedepannya. Akhirnya saya berharap
agar makalah ini bermanfaat bagi yang membacanya. Semoga dengan hasil karya ini dapat
menambahkan keilmuan kita semua.

Pematangsiantar, 12 Februari 2022

Penulis

2
DAFTAR ISI

Halaman

KATA PENGANTAR..................................................................................… 2
DAFTAR ISI.................................................................................................… 3

BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang...............................................................................….4
B. Rumusan Masalah..........................................................................…. 4
C. Tujuan Penulisan............................................................................…. 4
BAB II PEMBAHASAN
A. Pengertian Aplikasi Pendekatan Sistem pembelajaran PAI..........5
B.  Proses Belajar Mengajar sebagai Sistem…………………….......8
C. Berpikir Sistem Dalam Alikasi Pembelajaran………………......12
BAB III PENUTUP
A. Kesimpulan........................................................................................17
B. Saran .................................................................................................17
DAFTAR PUSTAKA........................................................................................18

3
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Sistem pembelajaran adalah suatu kombinasi terorganisasi yang meliputi unsur-unsur


manusiawi, material, fesilitas, perlengkapan, dan prosedur yang berinteraksi untuk mencapai
suatu tujuan. Sesuai dengan rumusan itu, orang yang terlibat dalam sistempembelajaran adalah
siswa, guru. Material meliputi buku-buku, papan tulis, film, audio. Fasilitas dan
perlengkapan terdiri atas ruang kelas, perlengkapan audio visual, dan komputer. Prosedur
meliputi jadwal dan metode peenyampaian informasi, penyediaan untuk praktik.

Proses pembelajaran harus dirancang secara sistem yang bararti memperhatikan suatu objek
secara utuh. Berdasarkan asumsi inilah, maka sistem dalam pembelajaran perlu diaplikasikan
secara komprehensif dan didesain secara utuh karena keberhasilan atau kegagalan suatu
pembelajaran disebabkan oleh banyak elemen atau faktor. Aplikasi atau penerapan sistem dalam
pembelajaran ini bertujuan agar proses pembelajaran benar-benar sesuai idealisme yaitu mampu
memperdayakan potensi siswa, sehingga menjadi siswa yang utuh dari beberapa aspek, yaitu
aspek kognitif, aspek affektif, dan aspek psikomotorik.

Rumusan Masalah

1. Pengertian Aplikasi Pendekatan Sistem pembelajaran PAI


2. Proses Belajar Mengajar sebagai Sistem
3. Berpikir Sistem Dalam Alikasi Pembelajaran

B. Tujuan
1. Mahasiswa mengetahui Pengertian Aplikasi Pendekatan Sistem pembelajaran PAI
2. Mahasiswa mengetahui Proses Belajar Mengajar sebagai Sistem
3. Mahasiswa mengetahui Berpikir Sistem Dalam Alikasi Pembelajaran

4
BAB II
PEMBAHASAN

A.    Pengertian Aplikasi Sistem dalam Pembelajaran


Sistem dapat didefinisikan sebagai suatu bangunan atau organisasi/lembaga yang terdiri
dari berbagai sub komponen/elemen, yang saling berinteraksi, berinterdependensi, dimana
salah satu komponen atau elemen rusak ataupun hilang mangka akan mengganggu komponen
lainnya sehingga mengganggu kualitas kinerja dari organisasi tersebut.
Sedangkan makna sistem dalam pembelajaran berarti adanya pemahaman atau asumsi guru
bahwa pembelajaran harus didukung oleh berbagai elemen secara utuh dan komprehensif,
meninggalkan salah satu elemen akan menimbulkan kegagalan proses pembelajaran. Artinya
dalam pembelajaran guru tidak cukup hanya menguasai materi saja, guru juga tidak cukup
hanya pandai menggunakan media dan metode saja, tetapi guru harus benar-benar mampu
melaksanakan semua faktor yang ada dalam pembelajaran secara komprehensif.
Selanjutnya yaitu kata aplikasi yang berati proses atau penggunaan atau penerapan. Jadi,
aplikasi sistem dalam pembelajaran secara singkat dapat diartikan sebagai suatu proses untuk
menerapkan makna sistem dalam proses pembelajaran. Makna sistem dalam pembelajaran
tidak cukup dipahami atau didiskusikan, makna sistem harus diaplikasikan dalam proses
pembelajaran agar pembelajaran tersebut mampu menghasilkan hasil yang optimal, yaitu
mapu memberdayakan seluruh potensi yang ada dalam diri siswa yang terdiri dari potensi
kognitif (kualitas intelektual), affektif (kualitas kepribadian), dan psikomotorik (keterampilan
otot/mekanik).

Aplikasi sistem dalam pembelajaran mengandung dua makna, yaitu:


a. Adanya pemahaman secara utuh, komprehensif, dan terpadu.
Dalam hal ini berarti proses pembelajaran itu tergantung dari berbagai elemen, jika salah
satu elemen terganggu atau rusak maka akan menggangu proses pembelajaran. Maka guru
harus memperdayakan semua elemen yang ada dalam pembelajaran. Mulai dari merumuskan
tujuan secara jelas, kemudian dilanjutkan dengan pemilihan metode dan sarana yang
mendukung materi dan tujuan pembelajaran. Terakhir guru juga harus mampu mengelola
lingkungan atau suasana yang mendukung dilaksanakannya proses pembelajaran.

b.   Adanya sikap keterbukaan yang dimiliki guru dan siswa.


Yang dimaksudkan ialah adanya kesediaan untuk menerima kritik atau informasi dari
luar, kita harus menerima kritik dari luar  atau masukan dari orang lain. Jika merasa dirinya
benar dan orang lain salah maka sistem tidak akan bisa diterapkan dalam proses
pembelajaran.1
1 M. Saekhan Muchith, Pembelajaran kontekstual, Rasail Media Group, Semarang: 2008, hal. 18-19

5
1.   Konsep dan Ciri-ciri Sistem dalam Pembelajaran
Sistem pembelajaran adalah suatu kombinasi terorganisasi yang meliputi unsur-unsur
manusiawi, material, fesilitas, perlengkapan, dan prosedur yang berinteraksi untuk mencapai
suatu  tujuan. Sesuai dengan rumusan itu, orang yang terlibat dalam sistempembelajaran
adalah siswa, guru. Material meliputi buku-buku, papan tulis, film, audio. Fasilitas dan
perlengkapan terdiri atas ruang kelas, perlengkapan audio visual, dan komputer. Prosedur
meliputi jadwal dan metode peenyampaian informasi, penyediaan untuk praktik.
Sistem pembelajaran dapat dilaksanakan dalam bentuk membaca buku, sistem belajar di
kelas, di perguruan tinggi, atau di sebuah kota. Sistem pembelajaran senantiasa ditandai oleh
organisasi dan interaksi antar komponen untuk mendidik siswa.
Pembelajaran sebagai suatu sistem memiliki tiga ciri khas, sebagai berikut:
a.   Rencana, penataan intensional orang, material, dan prosedur, yang merupakan unsur
sistem pengajaran sesuai dengan suatu rencana khusus sehingga tidak mengambang.
b.   Kesaling ketergantungan, unsur-unsur suatu sistem merupakan bagian yang koheren
dalam keseluruhan, masing-masing bagian bersifat esensial, satu sama lain saling
memberikan sumbangan tertentu.
c.   Tujuan, setipa sistem pembelajaran memiliki tujuan tertentu. Ciri itu menjadi dasar
perbedaan antara sistem yang dibuat manusia dan sistem-sistem alami. Sistem yang dibuat
oleh manusia, seperti sistem komunikasi, sistem tranportasi, sistem pemerintahan, semuanya
memiliki tujuan. Sistem natural, seperti sistem ekologi, sistem persyaratan pada hewan,
memiliki unnsur-unsur yang saling ketergantungan antara satu dengan yang lain disusun
sesuai dengan rencana tertentu, tetapi tidak mempunyai tujuan dan maksud.
Tujuan sistem menuntun proses merancang sistem. Tujuan utama sistem pembelajaran
adalah siswa belajar. Tugas perancang sistem adalah mengorganisasi orang, material, dan
proseedur agar siswa belajar secara efisien. Karena itu melalui proses mendesain sistem,
perancang membuat rancangan keputusan atas dasar pemberian kemudahan untuk mencapai
tujuan sistem.2

2.   Strategi Dasar Merancang Sistem dalam  Pendidikan


Strategi merancang sistem pembelajaran adalah suatu rencana untuk mengerjakan
prosedur merancang sistem secara efisien. Strategi dibutuhkan berhubungan dengan proses
penerimaan yang sesungguhnya amat kompleks. Dengan suatu strategi tertentu, perancang
dapat menilai semua kemungkinan yang penting untuk dapat sampai pada keputusan atau
penyelesaian dalam rangka mencapai tujuan sistem yang telah ditetapkan.
Ada tiga tahap dalam merencanakan desain suatu sistem, yaitu:
2 Oemar Hamalik,Perencanaan Pengajaran Berdasarkan Pendekatan Sistem, PT Bumi Aksara, Jakarta:2004,
hal.10-11

6
a.   Menganalisis tuntutan-tuntutan sistem, pada tahap ini si perancang perlu
mengidentivikasi hal berikut:
1)  Apa yang mesti dilaksanakan berkenaan dengan tujuan sistem.
2)  Keadaan sistem yang ada sekarang yang berkenaan dengan sumber-sumber dan
hambatan-hambatan yang bertalian dengan pencapaian tujuan sistem. Tujuan, sumber,
dan hambatan perlu mendapat pertimbangan, yang berarti perancang berada dalam
kedudukan untuk menilai semua komponen sistem yang ada dan metode
pengorganisasiannya.
b.  Mendesain sistem, pada tahap ini si perancang memilih dan mengorganisasi komponen
tertentu dan prosedur-prosedur yang akan dilaksanakan dalam sistem serta menguji
cobakannya. Prosedur-prosedur dalam tahap itu berkenaan dengan hal-hal berikut:
1)   Formulasi tujuan
2)   Deskripsi tugas
3)   Jenis-jenis belajar
4)   Analisis tugas
5)   Belajar dan motivasi
6)   Konsep-konsep dan prinsip-prinsip
7)   Pemecahan masalah
8)   Keterampilan-keterampilan motorik-perseptual
c.   Mengevaluasi dampak sistem, pada tahap penilaian atau evaluasi perancang
membandingkan perilaku nyata dengan perilaku yang direncanakan. Apakah sistem perlu
dirancang kembali atau tidak, bergantung pada besarnya perbedaan antara yang direncanakan
dengan yang ada dalam kenyataan. Jadi, tahap ini berkenaan dengan evaluasi sistem.3

B.     Proses Belajar Mengajar sebagai Sistem

3 Oemar Hamalik,Perencanaan Pengajaran Berdasarkan Pendekatan Sistem, PT Bumi Aksara, Jakarta:2004,


hal.19-20

7
Poignant (1969) mengemukakan, ilmu pendidikan berkaitan erat dengan dengan berbagai
spesialis dari berbagai dislipin yang secara keseluruhan mencangkup bidang-bidang
pedagogik, sikologi pendidikan, sosiologi pendidikan, teknologi pendidikan dan sebagainya.
Pada garis besarnya pandangan Poignant terdiri atas:
1)   Ilmu pendidikan merupakan suatu cabang ilmu sosial yang bersifat multidisiplin;
2)   Masalah sistem pendidikan tidak dapat dipecahkan secara mandiri oleh sistem
pendidikan itu sendiri
3)   Sistem pendidikan merupakan suatu sistem yang bersifat terbuka dan memenuhi yang
memenuhi prinsip konsep suatu sistem.
Pembelajaran sebagai sebuah sistem terdapat beberapa hal yang harus terkandung dalam
sistem pembelajaran.
1)   Perencanaan Pembelajaran
Perencanaan merupakan proses penentuan tujuan atau sasaran yang hendak dicapai dan
menetapkan jalan dan sumber yang diperlukan untuk mencapai tujuan seefisien dan seefektif
mungkin. Dalam setiap perencanaan terdapat tiga kegiatan, (a) perumusan tujuan yang ingin
dicapai; (b) pemilihan progam untuk mencapai tujuan itu; (c) identifikasi dan pengerahan
sumber yang jumlahnya selalu terbatas.
Tiga pakar dalam perencanaa, yaitu Breive, Jhonson, dan Young (1973) mengemukakan
bahwa proses perencanaan merupakan salah satu cara memandang masalah secara logis
terhadap apa yang ingin dilakukan, bagaimana memberlakukannya, dan bagaimana caranya
mengetahui bahwa apa yang dilakukan itu benar, dalam proses perencanaan penndidikan
menurut tiga pakar tersebut terdapat delapan langkah yang harus ditempuh secara berurutan,
subtansi dari delapan langkah tersebut mereka sebut dengan area perencanaan yang terdiri
atass menentukan tujuan, memperkirakan kebutuhan, identifikasi sumber-sumber dan
hambatan, formula kinerja tujuan dan prioritas, menyusun alternaltif, analisa alternaltif,
memilih alternaltif, mengembangkan dan melaksanakan proses mencapai tujuan, evaluasi
proses dan kinerja serta modifikasi sistem.
Proses perencanaan dari ketiga pakar tersebut memiliki kemiripan dengan proses
perencanaan yang selama ini digunakan di lingkungan Departeman Pendidikan dan
Kebudayaan, yang terdiri atas kegiatan analisis dan diagnosis, pengembangan alternaltif,
proses pengambilan keputusan, penentuan kebijaksanaan, penentuan progam dan prioritas,

8
perhitungan anggaran, perumusan rencana, penyusunan rincian rencana, melaksanakan
rencana, evaluasi rencana, dan revisi rencana. Langkah-langkah tersebut di lingkungan
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan dikenal dengan nama siklus perencanaan. Manfaat
merencanakan pembelajaran dengan pendekatan sistem di antaranya sebagai berikut:
a.    Dengan pendekatan sistem, arah dan tujuan pembelajaran dapat direncanakan dengan jelas.
Dengan tujuan yang julas, maka kita dapat mnetapkan araah dan sasaran dengan pasti.
Perumusan tujuan merupakan salah satu karakteristik pendekatan sistem. Penentuan
komponen-komponen pembelajaran pada dasarnya diarahkan untuk mencapai tujuan.
Melalui pendekatan sistem, setiap guru dapat lebih memahami tujuan dan arah pembelajaran
untuk menentukan langkah-langkah pembelajaran dan pengembangan komponen yang lain,
dan dapat dijadikan kriteria efektifitas proses pembelajaran.
b.    Pendekatan sistem menuntun guru pada kegiatan yang sistematis. Berpikir secara sistem
adalah berpikir runtut, sehingga melalui langkah-langkah yang jelas dan pasti memungkinkan
hasil yang diperoleh akan maksimal.
c.    Pendekatan sistem dapat merancang pembelajaran dengan mengoptimalkan segala potensi
dan sumber daya yang tersedia. Jadi, berpikir sistematis adalah berpikir bagaimana agar
tujuan yang telah ditetapkan dapat dicapai oleh siswa.
d.   Pendekatan sistem dapat memberikan umpan balik. Melalui umpan balik, dalam pendekatan
sistem, dapat diketahui apakah tujuan telah berhasil dicapai atau belum.
2)  Komponen Pembelajaran
Suatu sistem terdapat suatu kesatuan yang terdiri atas komponen-komponen yang terpadu
dan berproses untuk mencapai suatu tujuan. Proses belajar mengajar suatu sistem terdiri dari
tujuh komponen. Masing-masing komponen mempunyai bagian yang berdiri sendiri, namun
dalam proses sistem masing-masing bergantung dan bersama-sama untuk mencapai tujuan.
Masing-masing komponen sistem dalam pembelajaran akan diulas sebagai berikut.
Siswa
Siswa yang semula dipandang sebagai obyek pendidikan bergeser sebagai subyek
pendidikan. Sebagai subyek, siswa adalah kunci dari semua pelaksanaan pendidikan. Siswa
datang dengan membawa potensi psikologis dan latar belakang kehidupan sosial. Masing-
masing memiliki potensi yang berbeda. Potensi dan kemampuan inilah yang harus
dikembangkan oleh guru di sekolah.

9
Guru
Guru adalah sebuah profesi. Oleh sebab itu, pelaksanaan tugas guru harus profesional.
Walaupun seorang guru memiliki kebutuhan pribadi, guru tetap mengemban tugas
mengantarkan anak didiknya mencapai tujuan. Untuk itu guru harus menguasai seperangkat
kemampuan yang disebut kompetensi guru. Kompetensi guru ini meliputi
Tujuan
Tujuan yang harus dipahami oleh guru meliputi tujuan berjenjang mulai dari tujuan
pendidikan nasional,tujuan institusional, tujuan kurikuler, tujuan umum pembelajaran,
sampai tujuan khusus pembelajaran. Proses pembelajaran tanpa tujuan bagaikan hidup tanpa
arah. Oleh sebab itu, tujuan pendidikan secara keseluruhan harus dikuasai oleh guru. Tujuan
juga disesuaikan dengan karakteristik anak dan arah yang ingin dicapai.
Materi
Materi pembelajaran dalam arti luas tidak hanya yang tertuang dalam buku paket yang
diwajibkan, akan tetapi mencakup keseluruhan materi pembelajaran.
Metode
Metode mengajar  adalah cara dan teknik penyampaian materi pembelajaran yang harus
dikuasai oleh guru. Metode mengajar ditetapkan berdasarkan tujuan dan materi
pembelajaran, serta karakteristik anak.
Sarana atau alat
Agar materi pembelajaran lebih mudah dipahami oleh siswa, maka dalam proses belajar
mengajar digunakan alat pembelajaran. Alat pembelajaran dapat berupa benda yang
sesungguhnya, imitasi atau tiruannya, gambar, bagan, grafik, tabulasi dan sebagainya yang
dituangkan dalam media. Media itu dapat berupa alat elektronik, alat cetak, dan tiruan.
Menggunakan sarana atau lat pembelajaran harus disesuaikan dengan tujuan, anak, materi
dalam metode pembelajaran. 
Evaluasi
Evaluasi diginakan untuk menyusun gradasi kemampuan anak didik, sehingga ada
penanda simbolik yang dilaporkan kepada semua pihak. Evaluasi dilaksanakan berpedoman
pada tujuan dan materi pembelajaran.
Lingkungan

10
Lingkungan ini mencakup lingkungan fisik, lingkungan sosial, lingkungan alam, dan
lingkungan psikologis pada waktu proses belajar mengajar berlangsung.
Semua komponen pembelajaran harus dikelola sedemikian rupa  sehingga anak dapat belajar
dengan maksimal untuk mencapai hasil yang maksimal pula.
3)  Tujuan Pembelajaran
Tujuan pembelajaran merupakan patokan, pedoman, serta orientasi bagi para pelaksana
atau pendesain pembelajaran. Tujuan intruksional  mengandung dua komponen, yaitu
komponen isi dan komponen proses. Komponen isi berfokus pada memperoleh fakta, konsep,
dan prinsip-prinsip yang berhubungan dengan topik yang dipelajari. Sedangkan komponen
proses menitik beratkan perhatian pada kegiatan, pelaksanaan kegiatan yang berkaitan
dengan topik. Jenis-jenis tujuan intruksional dapat digolongkan atas:
a.    Tujuan yang berbentuk tingkah laku
b.    Tujuan yang berupa penampilan
c.    Tujuan yang bersifat mengungkapkan diri
d.    Tujuan yang mengacu pada ranah perilaku
Menurut Oemar Hamalik (2005) bahwa komponen-komponen yang harus terkandung
dalam tujuan pembelajaran, yaitu (1) perilaku terminal (2) kondisi-kondisi (3) standar
ukuran. Hal senada dikemukakan oleh Mager (Hamzah B. Uno, 2008) bahwa tujuan
pembelajaran sebaiknya mencangkup tiga komponen utama, yaitu: (1) menyatakan apa yang
seharusnya dapat dikerjakan siswa selama belajar dan kemampuan apa yang harus dikuasai
pada akhir pembelajaran; (2) perlu dinyatakan kondisi  dan hambatan yang ada pada saat
mendemostrasikan perilaku tersebut; (3) perlu ada petunjuj yang jelas tentang standar
penampilan minimum yang dapat diterima.
Jadi dapat kita simpulkan, yang dimaksud dengan tujuan adalah suatu pernyataan atau
rumusan tentang dekripsi tingkah laku atau kemampuan yang diharapkan dapat diperoleh dan
dimiliki seseorang setelah melakukan atau menyelesaikan kegiatan pendidikan atau
pembelajaran (sesuaidengan hierarkisnya).
Rumusan tujuan pembelajaran yang tepay dapat berfungsi dan bermanfaat dalam kegiatan
pengembangan pembelajaran, minimal sebagai berikut:

11
a.   Tujuan akan menjadi pedoman bagi desainer untuk menyusun pembelajaran yang efektif.
Dengan demikian memberi arah pada desainer pembelajarandalam pemilihan bahan ajar,
yaitu bahan pelajaran yang menopang tercapainya tujuan pembelajaran
b.   Tujuan merupakan pedoman bagi guru dalam menciptakan pengalaman belajar
c.    Tujuan memberikan informasi kepada siswa apa yang harus dipelajari
d.   Tujuan merupakan patokan evaluasi mengenai keberhasilan progam (proses belajar
mengajar)
e.    Tujuan menyatakan pada masyarakat tentang apa yang dikehendaki sekolah, apa yang
hendak dicapai

C.    Berpikir Sistem dalam Aplikasi Pembelajaran


Berpikir sistem dapat juga disamakan dengan berpikir logis. Pola berpikir logis ini sering
ditunjukan dalam  bentuk model pembelajaran. Misalnya, Kaufman mengajukan suatu model
berpikir sistem yang diambil dari mana manajemen pendidikan dapat dirumuskan sebagai
proses enam tahap yang meliputi :
a.       Identifikasi prioritas kebutuhan dan masalah yang berkaitan.
b.      Menentukan persyaratan untuk memecahkan persoalan serta identifikasi alternaltif
pemecahan yang mungkin dilaksanakan untuk memenuhi kebutuhan terteentu.
c.       Pemikiran alternaltif atau penentuan strategi pemecahan berdasarkan alternaltif yang
dimungkinkan.
d.      Pelaksanaan strategi yang dipilih, termasuk manajemen dan kontrol atas strategi
tersebut.
e.       Penilaian keefektifan hasil karya berdasarkan keburuhan dan persyaratan yang telah
ditetapkan terdahulu.
f.       Penyempurnaan satu atau keseluruhan langkah di muka untuk menjamin bahwa sistem
pendidikan itu bersifat responsif, efektif, dan efisien.

Keenam tahapan tersebut merupakn berpikir sistem yang dpat dijadikan landasan dalam
menyelesaikan atau memecahkan masalah yang ada dalam proses pembelajaran. Tahapan

12
tersebut juga dapat diaplikasikan dalam proses pembelajaran. Jika berpikir sistem diterapkan
dalam pembelajaran, maka seorang guru harus melakukan beberapa tindakan sebagai berikut:
a.       Merumuskan tujuan pembelajaran (tujuan intruksional).
     Tujuan adalah sesuatu rencana atau rumusan yang akan diperoleh. Rumusan tujuan akan
sangat membantu guru dalam menentukan arah atau strategi dalam pembelajaran. Dengan
demikian, menentukan tujuan pembelajaran berarti menentukan arah tentang proses
pembelajaran. Tujuan yang dirumuskan akan menentukan proses maupun komponen yang
dibutuuhkan untuk keperluan belajar, seperti bagaimana metode yang digunakan, sarana apa
yang dipersiapkan, gaya seperti apa yang perlu dilakukan dan seterusnya. Makin jelas tujuan
yang dirumuskan akam memperjelas hasil yang ingin dicapai, yaitu terwujudnya
pembelajaran yang efektif dan efisien.
     Perumusan tujuan merupakan progam belajar mengajar yang merupakan proyeksi guru
mengenai kegiatan yang harus dilakukan siswa selama pembelajaran berlangsung.
Perumusan tujuan ini akan menjadi landasan untuk menguraikan diskripsi, satuan bahasan,
merancang kegiatan belajar mengajar, memilih berbagai media dan sumber belajar, dan
merencanakan penilaian penguasaan tujuan.     Dalam perumusan masalah seorang guru
harus memperhatikan beberapa aspek agar proses pembelajaran benar-benar sesuai idealisme,
yaitu mampu memperdayakan potensi siswa sehingga menjadi siswa sehingga menjadi siswa
yang utuh dan menguasai tiga aspek yang meliputi:
1)      Aspek kognitif
Merupakan aspek yang mengungkapkan kegiatan mental. Aspek kognitif terdiri atas
enam tingkatan dengan aspek belajar yang berbeda, yaitu:
a)    Tingkat pengetahuan (knowledge). Tujuan intruksional pada level ini menuntut siswa
untuk mampu mengingat (recall) informasi yang telah diterima sebelumnya.
b)   Tingkat pemahaman (comprehension). Kategori pemahaman dihubungkan dengan
kemampuan untuk menjelaskan pengetahuan dan informasi yang telah diketahui dengan
kata-kata sendiri.
c)    Tingkat penerapan (application). Penerapan merupakan kemampuan untuk
menggunakan atau menerapkan informasi ke dalam situasi yang baru, serta memecahkan
berbagai masalah yang timbul dalam kehidupan sehari-hari.

13
d)   Tingkatan analisis (analysis). Analisis merupakan kemampuan untuk mengidentifikasi
memisahkan, dan membeda komponen atau elemen suatu fakta, konsep, pendapat,
asumsi, hipotesis, dan memeriksa setiap komponen tersebut untuk melihat ada-tidaknya
kontradiksi.
e)    Tingkat sintesis (synthesis). Sibntesis berarti kemampuan dalam mengaitkan dan
menyatukan berbagai elemen dan unsur pengetahuan yang ada sehingga terbentuk pola
baru yang lebih menyeleruh.
f)    Tingkat evaluasi (evaluation). Evaluasi merupakan level tinggi,  yang mengharapkan
siswa mampu membuat penilaian dan keputusan tentang nilai suatu gagasan, produk atau
benda dengan menggunakan kiteria tertentu.
Konsekuensi penerapan sistem seperti ini adalah:
a)      Guru harus mempersiapkan bahan pelajaran ddengan seksama
b)      Dalam proses pembelajaran, sistem belajar siswa aktif perlu dilakukan sehingga
partisipasinya menentukan hasil belajar
c)      Memakan waktu relatif lama dengan metode ceramah
d)     Situasi belajar lebih serius dan lebih hidup
e)      Sedikit lebih melelahkan dibandingkan metode lain

2)      Aspek afektif
Untuk memperoleh gambaran tentang aspek tujuan intruksional afektif secara utuh,
berikut ini akan dijelaskan setiap tingkatan secara berurutan.
a)    Tingkat menerima (receiving), yaitu proses pembentukan sikap dan perilaku dengan
cara membangkitkan kesadaran tentang adanya stimulus tertentu yang mengandung
estetika.
b)   Tingkat tanggapan (responding), yaitu perilaku baru dari siswa sebagai menifestasi dari
pendapatnya, yang timbul akibat adanya perangsang pada saat ia belajar.
c)    Tingkat menilai, diartikan sebagai kemampuan untuk menerima suatu objek atau
kenyataan setelah seseorang sadar bahwa objek tersebut mempunyai nilai atau kekuatan,
dengan cara menyatakan dalam bentuk sikap atau perilaku positif atau negatif

14
d)   Tingkat organisasi (organization), dapat diartikan sebagai proses koseptualisasi nilai-
nilai dan menyusun hubungan antarnilai tersebut, kemudian memilih nilai-nilai terbaik
untuk diterapkan
e)    Tingkat karakterisasi (characterization). Karakterisasi merupakan sikap dan perbuatan
yang secara konsisten dilakukan oleh seseorang selaras dengan nilai-nilai yang dapat
diterimanya, sehingga sikap dan perbuatan itu seolah-olah telah menjadi ciri-ciri
pelakunya.
Berdasarkan pada kelima tingkatan yang dirumuskan oleh Bloom dan Krathwool di
atas, Romiszowski dalam bukunya producing  Instruction System (1984) mengelompokan
aspek afektif menjadi dua tipe perilaku yang berbeda.
a)    Refleks yang terkondisi, yaitu reaksi pada stimulus khusus tertentu yang dilakukan
secara spontan tanpa direncanakan lebih dahulu tujuan reaksinya.
b)   Voluntary (sukarela), adalah aksi dan reaksi yang terencana untuk mengarahkan
ketujjuan tertentu ddengan cara membiasakan latihan-latihan untuk mengontrol diri.

3)      Aspek psikomotor
 Psikomotor adalah aspek yang berorientasi pada keterampilan motorik yang
berhubungan dengan anggota tubuh atau tindakan (action) yang memerlukan koordinasi
antara saraf dan otot.
Kelompok-kelompok tersebut adalah sebagai berikut:
a)    Gerakan seluruh badan, yaitu perilaku seseorang dalam suatu kegiatan yang
memerlukan gerakan fisik secara menyeluruh.
b)   Gerakan yang terkoordinasi, yaitu gerakan yang dihasilkan dari perpaduan antara fungsi
salah satu lebih indra manusia dengan salah satu anggota badan.
c)    Komunikasi nonverbal, yaitu hal-hal yang berkenaan dengan komunikasi yang
menggunakan simbol-simbol atau isyarat, misalnya isyarat dengan tangan, anggukan
kepala, ekspresi wajah, dan lain-lain.
d)   Kebolehan dalam berbicara, dalam hal-hal yang berhubungan dengan koordinasi
gerakan tangan atau anggota badan lainnya dengan ekspresi dan kemampuan berbicara.
b.      Melakuakan proses pengumpulan data dan proses analisisnya.

15
Data dikumpulkan adalah data yang menyangkut tentang (1) anak didik yang meliputi
kemampuan awalnya (entry behavior), tingkat perhatian, kualitas motivasi, konsentrassi,
kedisiplinan, latar belakang sosial, ekonominya. (2) data tantangan materi pelajaran (mata
pelajaran) yang meliputi jenis materinya apakah materi yang bersifat logika, etika atau
estetika, materi itu bersifat deskriptif atau doktriner, materi itu berssifat hafalan atau praktis.
(3) data tentang gguru meliputi masalah kompetensi yang dimiliki yaitu kompetensi
kepribadian, sosial, professional dan paedagogik, falsafah jidup yang dimiliki guru, kualitas
atau kesetabilan emosionalnya, gaya yang dilakukan dalam pembelajarannya, cara memberi
pertanyaan dan menjawab pertanyaan dari siswa, kemampuan mengelola kelas dan
kemampuan memahami landasan kependidikan. (4) data tentang sistem kepemimpinan yang
mengikuti pola dalam menyusun perencanaan, cara dalam  mengidentifikasi masalah, cara
mengambil keputusan, pendekatan dalam pembinaan,serta cara memberikan hukuman dan
ganjaran/penghargaan. Seluruh data teesebut dianalisis sehingga nantinya dapat dijadikan
pedoman dalam proses pembelajaran.
c.       Hasil analisis terhadap data .
     Data yang telah diperoleh kemudian dijadikan dasar atau landasan guru dalam menyusun
materi dan melakukan proses pembelajaran agar proses pembelajaran benar-benar berjalan
secara efektif  dan efisien. Idealnya materi dan cara dalam pembelajaran memang harus
disusun berdasarkan realitas yang terjadi di lapangan atau di dalam lingkungan sekitarnya.
Implikasinya akan melahirkan berbagai macam model pembelajaran. Model atau gaya
mengajar di daerah terpencil harus berbeda di daerah perkotaan meskipun materi atau pokok
pembahsannya sama. Gaya mengajar dengan siswa yang kemampuan homogen harus
berbeda dengan mengajar siswa yang kemampuannya heterogen. Cara mengajar siswa yang
memmiliki IQ tinggi juga  berbeda dengan mengajar siswa yang memilikin IQ sedang/biasa.

16
BAB III
PENUTUP
1.      Kesimpulan
      Aplikasi sistem dalam pembelajaran secara singkat dapat diartikan sebagai suatu proses
untuk menerapkan makna sistem dalam proses pembelajaran. Sistem pembelajaran adalah
suatu kombinasi terorganisasi yang meliputi unsur-unsur manusiawi, material, fesilitas,
perlengkapan, dan prosedur yang berinteraksi untuk mencapai suatu  tujuan.
Pembelajaran sebagai suatu sistem memiliki tiga ciri khas, sebagai berikut:
a.       Rencana, penataan intensional orang, material, dan prosedur, yang merupakan unsur sistem
pengajaran sesuai dengan suatu rencana khusus sehingga tidak mengambang.
b.      Kesaling ketergantungan, unsur-unsur suatu sistem merupakan bagian yang koheren dalam
keseluruhan, masing-masing bagian bersifat esensial, satu sama lain saling memberikan
sumbangan tertentu.
c.       Tujuan, setipa sistem pembelajaran memiliki tujuan tertentu. Ciri itu menjadi dasar
perbedaan antara sistem yang dibuat manusia dan sistem-sistem alami. Sistem yang dibuat
oleh manusia, seperti sistem komunikasi, sistem tranportasi, sistem pemerintahan, semuanya
memiliki tujuan. Sistem natural, seperti sistem ekologi, sistem persyaratan pada hewan,
memiliki unnsur-unsur yang saling ketergantungan antara satu dengan yang lain disusun
sesuai dengan rencana tertentu, tetapi tidak mempunyai tujuan dan maksud.
2.      Saran
           Demikianlah makalah ini yang dapat saya sajikan mengenai “ Aplikasi Sistem dalam
Pembelajaran pai”. Semoga dapat bermanfaat bagi para pembaca dan saya menyadari bahwa
makalah ini jauh dari sempurna, oleh karena itu saya mengharapkan saran dan kritik yang
membangun sebagai masukan serta perbaikan pada tulisan-tulisan berikutnya.

17
DAFTAR PUSTAKA

Endang Soenarya, Pengantar Teori Perencanaan Pendidikan Berdasarkan Pendekatan Sistem,


Adicita Karya Nusa, Yogyakarta:2000
Hamdani, Strategi Belajar Mengajar, CV Pustaka Setia, Bandung: 2011
Kahar Utsman dan Nadhirin,  Perencanaan Pendidikan, Depag , Kudus:2007
Muhammad Rohman dan Sofyan Amri, Strategi dan Desain Pengembangan Sistem
Pembelajaran, Prestasi Pustaka, Jakarta: 2013
M. Saekhan Muchith, Pembelajaran kontekstual, Rasail Media Group, Semarang: 2008
Oemar Hamalik, Perencanaan Pengajaran Berdasarkan Pendekatan Sistem,PT. Bumi Aksara,
Jakarta:2004
Tatang, Ilmu Pendidikan, Pustaka Setia, Bandung:2012

18

Anda mungkin juga menyukai