Anda di halaman 1dari 13

MK.

WAWSAN KEPENDIDIKAN

ANALISIS SISTEM PENDIDIKAN

Dosen pengampu : I Putu Herry Widhi Andika, S.Pd., M.Pd.

Disusun Oleh :

I Gede Dina Anyariawan 2316011043

I Made Anom Kusuma Natha 2316011067

KELAS I IKI

PROGRAM STUDI S1 PENDIDIKAN JASMANI KESEHATAN DAN REKREASI

JURUSAN PENDIDIKAN OLAHRAGA FAKULTAS OLAHRAGA DAN KESEHATAN


UNIVERSITAS PENDIDIKAN GANESHA

2023
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa karena atas rahmat dan
karunia-Nya kami dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “Landasan dan Falsafah
Pendidikan Jasmani” dan kami ucapkan terimakasih kepada sumber sumber yang telah
membantu kami Menyusun makalah ini dengan tepat waktu. Dan juga kami ucapkan
terimakasih kepada I Putu Herry Widhi Andika, S.Pd., M.Pd. selaku dosen pengampu mata
kuliah Dasar-dasar Penjas karena telah meberi kesempatan dalam meyusun makalah ini.

Kami sangat berharap semoga makalah ini dapat menambah wawasan dan
pengetahuan bagi pembaca mau pun penlis. Kami harap kan keritik dan saran dari pembaca
agar kami dapat memperbaiki makalah ini.

Singaraja, 09 oktober 2023

penulis
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR..............................................................................................................2
DAFTAR ISI.............................................................................................................................3
BAB I PENDAHULUAN.........................................................................................................4
1.1 Latar Belakang.............................................................................................................4
1.2 Rumusan Masalah.......................................................................................................4
1.3 Tujuan..........................................................................................................................4
1.4 Manfaat........................................................................................................................5
BAB II PEMBAHASAN..........................................................................................................5
2.1 Pengertian Sistem.............................................................................................................5
2.2 Komponen-Komponen Sistem Pendidikan......................................................................5
2.3 Sistem Penyelenggaraan Pendidikan di Indonesia...........................................................6
2.4 Perbendaan Sistem Pendidikan Orde Lama dengan Sistem Pendidikan Orde Baru........9
BAB III PENUTUP................................................................................................................11
3.1 Kesimpulan.....................................................................................................................11
3.2 Saran..........................................................................................................................12
DAFTAR PUSTAKA.............................................................................................................13
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Pada hakekatnya pendidikan dalam konteks pembangunan nasional mempunyai


fungsi yaitu pemersatu bangsa, penyamaan kesempatan, dan pengembangan potensi diri.
Pendidikan diharapkan dapat memperkuat keutuhan bangsa dalam Negara Kesatuan Republik
Indonesia (NKRI), memberi kesempatan yang sama bagi setiap warga negara untuk
berpartisipasi dalam pembanguan, dan memungkinkan setiap warga negara untuk
mengembangkan potensi yang dimiliki secara maksimal.

Menurut UU No 20 Tahun 2003 tentang sisitem Pendidikan Nasional menyatakan


bahwa Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan
proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk
memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak
mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara.
Sedangkan Sistem pendidikan nasional adalah keseluruhan komponen pendidikan yang saling
terkait secara terpadu untuk mencapai tujuan pendidikan nasional.

Pendidikan juga dapat berarti usaha untuk memanuasiakan manusia karena sasaran
utama dari pendidikan adalah manusia. Pendidikan ini bermaksud untuk mengembangkan
potensi yang ada dalam diri peserta didik yang dapat dikembangkan melalui pengalaman dan
interaksi secara efisien dan efektif. Interaksi dalam pendidikan sangatlah kompleks tetapi
memiliki hubungan yang saling mempengaruhi dan membentuk sebuah system yang disebut
system pendidikan.

Pendidikan sangat diharapkan diterima di kalangan pihak dan Masyarakat karena


pendidikan sangat pentik untuk kehidupan manusia. Karena melalui pendidikan manusia
mampu menghadapi perubahan di era modern yang sangat pesat. Oleh karena itu dengan
makalah ini kami akan mejelaskan tentang analisis system pendidikan.

1.2 Rumusan Masalah

1. Apa pengertian sistem ?


2. Apa saja komponen-komponen sistem pendidikan ?
3. Bagaimana sistem penyelenggaraan pendidikan di Indonesia ?
4. Apa saja perbedaan dari sistem pendidikan orde lama dan sistem pendidikan orde
baru?

1.3 Tujuan

1. Untuk dapat mengetahui pengertian dari sistem


2. Untuk mengetahui komponen-komponen sistem pendidikan
3. Untuk mengetahui bagaimana sistem penyelenggaraan pendidikan di Indonesia
4. Untuk mengetahui apa perbedaan dari sistem pendidikan orde lama dan sistem
pendidikan orde baru.

1.4 Manfaat

Diharapkan makalah ini bermanfaat bagi penulis dan pembaca, dan manfaat yang dapat
kita ambil dari makalah ini adalah dapat memahami mengenai Analisis Sistem
Pendidikan.

BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Sistem

Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) mengatakan pengertian dari


sistem adalah perangkat unsur yang secara teratur saling berhubungan sehingga
membentuk suatu totalitas. Istilah sistem berasal dari bahasa Yunani systema, yang berarti
Kumpulan bagian atau komponen yang saling berhubungan secara teratur dan merupakan
suatu keseluruhan.
Sistem adalah seperangakat metode, prosedur, dan aktivitas terperinci yang
melaksanakan kegiatan tertentu, melakukan tugas, mencapai tujuan atau sasaran, atau
memecahkan suatau masalah. Terdapat beberapa poin penting tentang sistem, antara lain:
 Bahwa sistem memiliki bagian atau komponen, yang sering disebut
dengan istilah sub-sistem.
 Ada interaksi antarkomponen atau sub-sistem yang menjadi bagian dari
sistem.
 Mekanisme interaksi antarkomponen sistem sebaiknya bersifat dinamis,
sinergis, dan harmonis.
 Keberadaan sistem tersebut merupakan satu kesatuan yang utuh.
 Adanya tujuan atau fungsi yang ingin dicapai oleh sistem.

Keberadaan sistem dalam kehidupan manusia merupakan sesuatu yang bersifat


alamiah. Berbagai macam kehidupan di muka bumi semuanya serba sistem (sistemik), dalam
arti terdapat tata mekanisme alamiah yang sinergis dan harmonis. Ada unit kehidupan
sistemik dengan bentuk paling besar dan dengan cakupan yang paling luas disebut
makrosistem, seperti unit kehidupan jagat raya. Sebaliknya, terdapat unit kehidupan yang
paling sempit yang disebut mikro sistem, misalnya unit kehidupan virus. Suatu sistem
memiliki karakteristik antara lain:

 Adanya suatu keseluruhan (totalitas)


 Adanya komponen-komponen
 Berfungsinya komponen komponen secara teratur
 Adanya keterkaitan diantara semua komponen
 Adanya tujuan yang hendak dicapai secara efisien dan efektif

2.2 Komponen-Komponen Sistem Pendidikan

Komponen sistem pendidikan adalah bagian- bagian yang mempunyai fungsi tertentu
dalam mencapai tujuan sistem pendidikan. Secara teoretis, suatu pendidikan terdiri dari
komponen-komponen yang menjadi inti dari proses pendidikan. Komponen pendidikan
menurut P.H. Combs (1982) di antaranya:

1. Tujuan dan Prioritas, fungsinya mengarahkan kegiatan sistem. Hal ini merupakan
informasi tentang apa yang hendak dicapai oleh sistem pendidikan dan urutan
pelaksanaannya.
2. Peserta Didik, fungsinya ialah belajar. Diharapkan peserta didik mengalami proses
perubahan tingkah laku sesuai dengan tujuan sistem pendidikan.
3. Manajemen atau Pengelolaan, fungsinya mengkoordinasikan, mengarahkan, dan
menilai sistem pendidikan. Komponen ini bersumber pada sistem nilai dan cita-cita
yang merupakan pola kepemimpinan dalam pengelolaan sistem pendidikan.
4. Struktur dan Jadwal Waktu, fungsinya mengatur pembagian waktu dan kegiatan.
5. Isi dan Bahan Pengajaran, fungsinya untuk menggambarkan luas dan dalamnya bahan
pelajaran yang harus dikuasai peserta didik. Selain itu untuk mengarahkan dan
memolakan kegiatan-kegiatan dalam proses pendidikan.
6. Guru dan Pelaksana, fungsinya menyediakan bahan pelajaran dan menyelenggarakan
proses belajar untuk peserta didik. Selain itu, guru dan pelaksana juga berfungsi
sebagai pembimbing, pengaruh, untuk menumbuhkan aktivitas peserta didik dan
sekaligus sebagai pemegang tanggung jawab terhadap pelaksanaan pendidikan.
7. Alat Bantu Belajar, maksudnya adalah segala sesuatu yang dapat digunakan untuk
mencapai tujuan pendidikan, yang berfungsi untuk mempermudah atau mempercepat
tercapainya tujuan pendidikan.
8. Fasilitas, fungsinya untuk tempat terselenggaranya proses pendidikan.
9. Teknologi, fungsinya memperlancar dan meningkatkan hasil guna proses pendidikan.
Yang dimaksud dengan teknologi ialah semua teknik yang digunakan sehingga sistem
pendidikan berjalan dengan efisien dan efektif.
10. Pengawasan Mutu, fungsinya membina peraturan-peraturan dan standar pendidikan.
11. Penelitian, fungsinya untuk memperbaiki dan mengembangkan ilmu pengetahuan dan
penampilan sistem pendidikan.
12. Biaya, fungsinya melancarkan proses pendidikan dan menjadi petunjuk tentang
tingkat efisiensi sistem pendidikan.

2.3 Sistem Penyelenggaraan Pendidikan di Indonesia

Pendidikan adalah salah satu bagian dari hak asasi manusia, untuk itu setiap negara
wajib memiliki sistem pendidikan yang baik. Begitu pula dengan sistem pendidikan nasional
Indonesia yang sudah diatur dalam peraturan perundang-undangan. Sistem tersebut penting
sebagai landasan bagi penyelenggaraan pendidikan di Indonesia. Sehingga, kualitas
pendidikan di negara Indonesia bisa ditingkatkan dalam rangka mencerdaskan kehidupan
bangsa sesuai amanat yang tercantum dalam UUD 1945. Undang-Undang Sistem Pendidikan
Nasional (Sisdiknas) secara resmi diatur dalam UU Nomor 20 Tahun 2003 yang isinya
mengatur terkait sistem pendidikan yang berlaku di Indonesia.

Dalam regulasi tersebut, sistem penyelenggaraan pendidikan wajib menerapkan


beberapa prinsip penting. Di antaranya yaitu pendidikan wajib diselenggarakan dengan cara
demokratis, berkeadilan, serta tidak bersifat diskriminatif. Untuk itu, penyelenggaraan
pendidikan wajib dilakukan dengan menjunjung tinggi nilai-nilai HAM atau Hak Asasi
Manusia, nilai agama, nilai budaya, serta kemajemukan bangsa dengan satu kesatuan sistemis
melalui sistem terbuka dan multimakna. Selain itu, penyelenggaraan sistem pendidikan juga
harus berada dalam proses pembudayaan dan pemberdayaan terhadap peserta didik sepanjang
hayat dengan cara memberi keteladanan, membangun kemauan, serta mengembangkan
kreativitas peserta didik dalam proses pembelajaran. Hal ini dilakukan dengan
mengembangkan budaya membaca, menulis, hingga berhitung bagi segenap masyarakat.
Penting pula untuk memberdayakan seluruh komponen masyarakat melalui peran serta dalam
menyelenggarakan dan mengendalikan mutu pendidikan.

A. Fungsi Sistem Pendidikan Nasional di Indonesia

Tujuan sistem pendidikan di Indonesia yang tertuang dalam Undang-Undang yaitu


untuk mengembangkan potensi peserta didik supaya menjadi manusia yang beriman,
bertakwa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, serta menjadi warga
negara yang demokratis dan bertanggung jawab. Dasar, fungsi, dan tujuan sistem pendidikan
Indonesia tersebut sudah tertuang dalam Pasal 3 UU Nomor 20 Tahun 2003. Di dalamnya
disebutkan bahwa pendidikan nasional memiliki fungsi mengembangkan kemampuan serta
membentuk watak dan peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan
kehidupan bangsa.

 Fungsi 1 – Mengembangkan Kemampuan

Fungsi pertama dari sistem pendidikan Indonesia yang berlaku secara nasional adalah
untuk mengembangkan kemampuan peserta didik. Dalam hal ini, sistem pendidikan
berperan sebagai sarana untuk meningkatkan kemampuan intelektual, fisik, dan
emosional peserta didik agar mampu berkontribusi dalam pembangunan bangsa.
Untuk mencapai fungsi ini, sistem pendidikan Indonesia harus menyediakan
kurikulum yang relevan dan bermutu, tenaga pendidik yang berkualitas, serta sarana
dan prasarana yang memadai agar peserta didik dapat berkembang secara optimal.

 Fungsi 2 – Membentuk Watak dan Peradaban Bangsa

Fungsi selanjutnya dari sistem pendidikan di Indonesia adalah untuk membentuk


karakter atau watak dan peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka
mencerdaskan kehidupan bangsa. Dalam hal ini, sistem pendidikan harus berperan
sebagai sarana untuk membentuk karakter peserta didik agar mampu menjadi warga
negara yang baik dan berkarakter, serta mampu berkontribusi positif bagi masyarakat.
Untuk menjalankan kedua fungsi utama di atas sesuai amanat peraturan perundang-
undangan, maka sistem pendidikan Indonesia harus mampu menyediakan kurikulum
yang sesuai. Kurikulum tersebut harus mampu mengembangkan kemampuan peserta
didik sesuai dengan tingkat pendidikan yang dijalani, meliputi aspek kognitif, afektif,
dan psikomotorik.

B. Jenjang Program Pendidikan Nasional Indonesia dan Jenisnya

Berdasarkan UU Nomor 20 Tahun 2003 terkait Sisdiknas, sistem pendidikan Indonesia


terdiri atas beberapa tingkatan sesuai dengan level perkembangan peserta didik, kemampuan,
dan tujuan yang ingin diraih. Adapun jenjang pendidikan tersebut terdiri dari sebagai berikut:

1. Pendidikan Dasar
Adalah jenjang pertama yang menjadi basis untuk melanjutkan ke pendidikan
menengah. Yaitu berupa SD (Sekolah Dasar) atau MI (Madrasah Ibtidaiyah), serta
jenjang selanjutnya yaitu SMP (Sekolah Menengah Pertama) dan MTs (Madrasah
Tsanawiyah).
2. Pendidikan Menengah
Jenjang ini terbagi atas pendidikan umum dan kejuruan. Contohnya yaitu SMA
(Sekolah Menengah Atas), SMK (Sekolah Menengah Kejuruan), MA (Madrasah
Aliah), serta MAK (Madrasah Aliah Kejuruan).
3. Pendidikan Tinggi
Jenjang terakhir ini diselenggarakan oleh perguruan tinggi dan meliputi beberapa
program pendidikan secara lebih spesifik, di antaranya pendidikan Diploma, Sarjana,
Magister, Doktor, hingga Spesialis.

Selain dibedakan berdasarkan jenjang, program pendidikan nasional juga bisa dibedakan
berdasarkan jenisnya. Menurut UU Nomor 20 Tahun 2003, jenis-jenis program tersebut
diklasifikasikan berdasarkan kelompok yang berbasis pada tujuan pendidikan suatu entitas
secara spesifik, yaitu meliputi:

4. Pendidikan Umum
Meliputi pendidikan dasar dan menengah untuk memberi ilmu pengetahuan yang
dibutuhkan sebelum meneruskan ke tahap selanjutnya.
5. Pendidikan Keagamaan
Adalah pendidikan dasar, menengah, maupun tinggi yang melibatkan penguasaan
ilmu pengetahuan agama.
6. Pendidikan Akademik
Meliputi pendidikan tinggi dengan program sarjana maupun pascasarjana untuk
menguasai disiplin ilmu tertentu.
7. Pendidikan Vokasi
Jenis pendidikan tinggi setara sarjana untuk menyiapkan peserta didik memperoleh
pekerjaan dengan keterampilan terapan tertentu.
8. Pendidikan Kejuruan
Jenis pendidikan menengah untuk menyiapkan peserta didik memiliki profesi pada
bidang tertentu.
9. Pendidikan Khusus
Adalah pengadaan pendidikan untuk peserta didik dengan kecerdasan luar biasa atau
memiliki kebutuhan khusus yang diselenggarakan secara inklusif.
10. Pendidikan Profesi
Pendidikan tinggi lanjutan sesudah program sarjana untuk menyiapkan peserta didik
memperoleh profesi melalui syarat keahlian khusus.

2.4 Perbendaan Sistem Pendidikan Orde Lama dengan Sistem Pendidikan Orde Baru

A. Sistem Pendidikan masa orde lama

Jika kita berbicara tentang kurikulum, maka sudah sepatutnya kita membicarakan
seperangkat rencana dan pengaturan mengenai tujuan, isi, dan bahan pelajaran serta cara yang
digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan kegiatan pembelajaran untuk mencapai tujuan
pendidikan tertentu. Kurikulum pada era Orde Lama dibagi manjadi 2 kurikulum di
antaranya:

1. Rentang Tahun 1945-1968


Kurikulum pertama yang lahir pada masa kemerdekaan memakai istilah dalam
bahasa Belanda “leer plan” artinya rencana pelajaran. Perubahan arah
pendidikan lebih bersifat politis, dari orientasi pendidikan Belanda ke
kepentingan nasional. Sedangkan, asas pendidikan ditetapkan Pancasila.
Kurikulum yang berjalan saat itu dikenal dengan sebutan “Rencana Pelajaran
1947”, yang baru dilaksanakan pada tahun 1950. Orientasi Rencana Pelajaran
1947 tidak menekankan pada pendidikan pikiran. Yang diutamakan adalah:
pendidikan watak, kesadaran bernegara dan bermasyarakat.

2. Rencana Pelajaran Terurai 1952


Kurikulum ini lebih merinci setiap mata pelajaran yang disebut “Rencana
Pelajaran Terurai 1952”. Silabus mata pelajarannya jelas sekali, dan seorang
guru mengajar satu mata pelajaran. Pada masa ini memang kebutuhan peserta
didik akan ilmu pengetahuan lebih diperhatikan, dan satuan mata pelajaran
lebih dirincikan. Namun, dalam kurikulum ini siswa masih diposisikan sebagai
objek karena guru menjadi subjek sentral dalam pentransferan ilmu
pengetahuan. Guru yang menentukan apa saja yang akan diperoleh siswa di
kelas, dan guru pula yang menentukan standar-standar keberhasilan siswa
dalam proses pendidikan.

3. Kurikulum 1964
Fokus kurikulum 1964 adalah pada pengembangan daya cipta, rasa, karsa,
karya, dan moral (Panca wardhana). Mata pelajaran diklasifikasikan dalam
lima kelompok bidang studi: moral, kecerdasan, emosional/artistik,
keterampilan, dan jasmaniah. Pendidikan dasar lebih menekankan pada
pengetahuan dan kegiatan fungsional praktis. Pada kurikulum 1964 ini, arah
pendidikan mulai merambah lingkup praksis. Dalam pengertian bahwa setiap
pelajaran yang diajarkan disekolah dapat berkorelasi positif dengan fungsional
praksis siswa dalam masyarakat.

B. Sistem Pendidikan Pada Masa Orde Baru


Orde baru berlangsung dari tahun 1968 hingga 1998, dan dapat dikatakan sebagai era
pembangunan nasional. Dalam bidang pembangunan pendidikan, khususnya pendidikan
dasar, terjadi suatu loncatan yang sangat signifikan dengan adanya Instruksi Presiden (Inpres)
Pendidikan Dasar. Namun, yang disayangkan adalah pengaplikasian inpres ini hanya
berlangsung dari segi kuantitas tanpa diimbangi dengan perkembangan kualitas. Yang
terpenting pada masa ini adalah menciptakan lulusan terdidik sebanyak-banyaknya tanpa
memperhatikan kualitas pengajaran dan hasil didikan.

Pada pendidikan orde baru kesetaran dalam pendidikan tidak dapat diciptakan karena
unsur dominatif dan submisif masih sangat kental dalam pola pendidikan orde baru. Pada
masa ini, peserta didik diberikan beban materi pelajaran yang banyak dan berat tanpa
memperhatikan keterbatasan alokasi kepentingan dengan faktor-faktor kurikulum yang lain
untuk menjadi peka terhadap lingkungan. Beberapa hal negatif lain yang tercipta pada masa
ini adalah:

1. Produk-produk pendidikan diarahkan untuk menjadi pekerja. Sehingga, berimplikasi


pada hilangnya eksistensi manusia yang hidup dengan akal pikirannya (tidak
memanusiakan manusia).
2. Lahirnya kaum terdidik yang tumpul akan kepekaan sosial, dan banyaknya anak muda
yang berpikiran positivistik
3. Hilangnya kebebasan berpendapat.

Pemerintah orde baru yang dipimpin oleh Soeharto megedepankan motto “membangun
manusia Indonesia seutuhnya dan Masyarakat Indonesia”. Pada masa ini seluruh bentuk
pendidikan ditujukkan untuk memenuhi hasrat penguasa, terutama untuk pembangunan
nasional. Siswa sebagai peserta didik, dididik untuk menjadi manusia “pekerja” yang kelak
akan berperan sebagai alat penguasa dalam menentukan arah kebijakan negara. Pendidikan
bukan ditujukan untuk mempertahankan eksistensi manusia, namun untuk mengeksploitasi
intelektualitas mereka demi hasrat kepentingan penguasa. Kurikulum-kurikulum yang
digunakan pada masa orde baru yaitu sebagai berikut:

1. Kurikulum 1968
Kurikulum 1968 menekankan pendekatan organisasi materi pelajaran: kelompok
pembinaan Pancasila, pengetahuan dasar, dan kecakapan khusus. Muatan materi
pelajaran bersifat teoritis, tidak mengaitkan dengan permasalahan faktual di lapangan.
Pada masa ini siswa hanya berperan sebagai pribadi yang masif, dengan hanya
menghapal teori-teori yang ada, tanpa ada pengaplikasian dari teori tersebut. Aspek
afektif dan psikomotorik tidak ditonjolkan pada kurikulum ini. Praktis, kurikulum ini
hanya menekankan pembentukkan peserta didik hanya dari segi intelektualnya saja.

2. Kurikulum 1975
Kurikulum 1975 menekankan pada tujuan, agar pendidikan lebih efektif dan efisien
berdasar MBO (management by objective). Metode, materi, dan tujuan pengajaran
dirinci dalam Prosedur Pengembangan Sistem Instruksional (PPSI), yang dikenal
dengan istilah “satuan pelajaran”, yaitu rencana pelajaran setiap satuan bahasan.
Setiap satuan pelajaran dirinci menjadi : tujuan instruksional umum (TIU), tujuan
instruksional khusus (TIK), materi pelajaran, alat pelajaran, kegiatan belajar-
mengajar, dan evaluasi. Pada kurikulum ini peran guru menjadi lebih penting, karena
setiap guru wajib untuk membuat rincian tujuan yang ingin dicapai selama proses
belajar-mengajar berlangsung. Tiap guru harus detail dalam perencanaan pelaksanaan
program belajar mengajar. Setiap tatap muka telah di atur dan dijadwalkan sedari
awal. Dengan kurikulum ini semua proses belajar mengajar menjadi sistematis dan
bertahap.

3. Kurikulum 1984
Kurikulum 1984 mengusung “process skill approach”. Proses menjadi lebih penting
dalam pelaksanaan pendidikan. Peran siswa dalam kurikulum ini menjadi mengamati
sesuatu, mengelompokkan, mendiskusikan, hingga melaporkan. Model ini disebut
Cara Belajar Siswa Aktif (CBSA) atau Student Active Leaming (SAL). CBSA
memposisikan guru sebagai fasilitator, sehingga bentuk kegiatan ceramah tidak lagi
ditemukan dalam kurikulum ini. Pada kurikulum ini siswa diposisikan sebagai subjek
dalam proses belajar mengajar. Siswa juga diperankan dalam pembentukkan suatu
pengetahuan dengan diberi kesempatan untuk mengemukakan pendapat, bertanya, dan
mendiskusikan sesuatu.

4. Kurilukum 1994
Kurikulum 1994 merupakan hasil upaya untuk memadukan kurikulum-kurikulum
sebelumnya, terutama kurikulum 1975 dan 1984. Pada kurikulum ini bentuk opresi
kepada siswa mulai terjadi dengan beratnya beban belajar siswa, dari muatan nasional
sampai muatan lokal. Materi muatan lokal disesuaikan dengan kebutuhan daerah
masing-masing, misalnya bahasa daerah kesenian, keterampilan daerah, dan lain-lain.
Berbagai kepentingan kelompok-kelompok masyarakat juga mendesak agar isu-isu
tertentu masuk dalam kurikulum. Akhirnya, Kurikulum 1994 menjelma menjadi
kurikulum super padat. Siswa dihadapkan dengan banyaknya beban belajar yang
harus mereka tuntaskan, dan mereka tidak memiliki pilihan untuk menerima atau
tidak terhadap banyaknya beban belajar yang harus mereka hadapi.

Seperti yang telah dijelaskan kita dapat menyimpulkan, bahwa pada masa orde baru
pendidikan hanya berlangsung dari segi kuantitas tanpa diimbangi dengan perkembangan
kualitas. Yang terpenting pada masa ini adalah menciptakan lulusan terdidik sebanyak-
banyaknya tanpa menghasilkan kualitas pengajaran dan hasil didikan. Adapun kurikulum
yang digunakan pada masa ini yaitu kurikulum 1968, kurikulum 1975, kurikulum 1984 dan
kurikulum 1994.
 Masa orde lama : Pendidikan lebih di atur oleh pemerintah , pelajar atau mahasiswa di
larang untuk ikut ambil bagian dalam hal politik
 Masa orde baru : Pendidikan lebih besifat terbuka , pelajar atau mahasiswa di
perboleh kan ikut berpolitik ( contoh pemilu , pemilihan ketua osis ) , kritik politik
boleh dilakukan oleh lembaga pendidikan ( dalam hal pendidikan pula seperti contoh
kurikulum 2013 )

BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Dari pembahasan makalah diatas kita dapat memperoleh kesimpulan :


a. Sistem adalah seperangakat metode, prosedur, dan aktivitas terperinci yang
melaksanakan kegiatan tertentu, melakukan tugas, mencapai tujuan atau sasaran, atau
memecahkan suatau masalah. Keberadaan sistem dalam kehidupan manusia
merupakan sesuatu yang bersifat alamiah. Berbagai macam kehidupan di muka
bumisemuanya serba sistem (sistemik), dalam arti terdapat tata mekanisme alamiah
yang sinergis dan harmonis. Ada unit kehidupan sistemik denganbentuk paling besar
dan dengan cakupan yang paling luas disebut makrosistem, seperti unit kehidupan
jagat raya. Sebaliknya, terdapat unitkehidupan yang paling sempit yang disebut mikro
sistem, misalnya unitkehidupan virus.
b. Komponen sistem pendidikan adalah bagian- bagian yang mempunyai fungsi tertentu
dalam mencapai tujuan sistem pendidikan. Secara teoretis, suatu pendidikan terdiri
dari komponen-komponen yang menjadi inti dari proses pendidikan.
c. Sistem penyelenggaraan pendidikan wajib menerapkan beberapa prinsip penting. Di
antaranya yaitu pendidikan wajib diselenggarakan dengan cara demokratis,
berkeadilan, serta tidak bersifat diskriminatif. Untuk itu, penyelenggaraan pendidikan
wajib dilakukan dengan menjunjung tinggi nilai-nilai HAM atau Hak Asasi Manusia,
nilai agama, nilai budaya, serta kemajemukan bangsa dengan satu kesatuan sistemis
melalui sistem terbuka dan multimakna. Selain itu, penyelenggaraan sistem
pendidikan juga harus berada dalam proses pembudayaan dan pemberdayaan terhadap
peserta didik sepanjang hayat dengan cara memberi keteladanan, membangun
kemauan, serta mengembangkan kreativitas peserta didik dalam proses pembelajaran.
Hal ini dilakukan dengan mengembangkan budaya membaca, menulis, hingga
berhitung bagi segenap masyarakat. Penting pula untuk memberdayakan seluruh
komponen masyarakat melalui peran serta dalam menyelenggarakan dan
mengendalikan mutu pendidikan.
d. Tujuan sistem pendidikan di Indonesia yang tertuang dalam Undang-Undang yaitu
untuk mengembangkan potensi peserta didik supaya menjadi manusia yang beriman,
bertakwa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, serta menjadi
warga negara yang demokratis dan bertanggung jawab. Dasar, fungsi, dan tujuan
sistem pendidikan Indonesia tersebut sudah tertuang dalam Pasal 3 UU Nomor 20
Tahun 2003. Di dalamnya disebutkan bahwa pendidikan nasional memiliki fungsi
mengembangkan kemampuan serta membentuk watak dan peradaban bangsa yang
bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa.
e. Pada masa orde lama pendidikan lebih di atur oleh pemerintah , pelajar atau
mahasiswa di larang untuk ikut ambil bagian dalam hal politik. Sedangkan pada masa
orde baru pendidikan lebih besifat terbuka , pelajar atau mahasiswa di perboleh kan
ikut berpolitik ( contoh pemilu , pemilihan ketua osis ) , kritik politik boleh dilakukan
oleh lembaga pendidikan ( dalam hal pendidikan pula seperti contoh kurikulum 2013 )

3.2 Saran

Pendidikan merupakan tanggung jawab bersama antara pemerintah, orang tua, dan
masyarakat. Segala aspirasi, tenaga, dana, perlu dimanfaatkan dengan baik oleh lembaga
pendidikan demi kemajua pendidikan di Indonesia. Makna memandang pendidikan sebagai
sistem adalah dalam menangani pendidikan, baik mempertahankan yang sudah ada,
memperbaiki, maupun mengadakan sesuatu yang baru hendaklah memperhatikan bagian
bagiannya secara berimbang atau proporsional. Dengan cara ini diharapkan dapat tercapainya
perbaikan dan kemajuan pendidikan. Sebagai insan olahraga kita seharusnya memberikan
pengertian kepada masyarakat akan pentingnya pendidikan jasmani dan olahraga baik yang
dilakukan di sekolah maupun diluar jam sekolah, hal ini bertujuan agar orang-orang
menyenangi berolahraga, dan agar bangsa yang kita cintai ini kedepan menjadi bangsa yang
kuat secara jasmani dan cerdas secara rohani.

DAFTAR PUSTAKA

Anam, M. A. (2018, November 24). Perbedaan Pndidikan Orde Lama Dan Orde Baru. pp.
http://asyrafalanam.blogspot.com/2018/11/perbedaan-pndidikan-orde-lama-dan-
orde.html.

Rabbani, A. (2023). Pengertian Sistem Pendidikan, Unsur, Komponen, dan Sistem Pendidikan
Nasional. https://www.sosial79.com/2021/03/pengertian-sistem-pendidikan-unsur.html.

Ulfajaya, H. (2021, Desember 05). Penyelenggaraan Sistem Pendidikan Nasional. pp.


https://www.kompasiana.com/harfitri15600/61acdc0375ead64c7259af42/
penyelenggaraan-sistem-pendidikan-nasional.

Anda mungkin juga menyukai