WAWSAN KEPENDIDIKAN
Disusun Oleh :
KELAS I IKI
2023
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa karena atas rahmat dan
karunia-Nya kami dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “Landasan dan Falsafah
Pendidikan Jasmani” dan kami ucapkan terimakasih kepada sumber sumber yang telah
membantu kami Menyusun makalah ini dengan tepat waktu. Dan juga kami ucapkan
terimakasih kepada I Putu Herry Widhi Andika, S.Pd., M.Pd. selaku dosen pengampu mata
kuliah Dasar-dasar Penjas karena telah meberi kesempatan dalam meyusun makalah ini.
Kami sangat berharap semoga makalah ini dapat menambah wawasan dan
pengetahuan bagi pembaca mau pun penlis. Kami harap kan keritik dan saran dari pembaca
agar kami dapat memperbaiki makalah ini.
penulis
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR..............................................................................................................2
DAFTAR ISI.............................................................................................................................3
BAB I PENDAHULUAN.........................................................................................................4
1.1 Latar Belakang.............................................................................................................4
1.2 Rumusan Masalah.......................................................................................................4
1.3 Tujuan..........................................................................................................................4
1.4 Manfaat........................................................................................................................5
BAB II PEMBAHASAN..........................................................................................................5
2.1 Pengertian Sistem.............................................................................................................5
2.2 Komponen-Komponen Sistem Pendidikan......................................................................5
2.3 Sistem Penyelenggaraan Pendidikan di Indonesia...........................................................6
2.4 Perbendaan Sistem Pendidikan Orde Lama dengan Sistem Pendidikan Orde Baru........9
BAB III PENUTUP................................................................................................................11
3.1 Kesimpulan.....................................................................................................................11
3.2 Saran..........................................................................................................................12
DAFTAR PUSTAKA.............................................................................................................13
BAB I
PENDAHULUAN
Pendidikan juga dapat berarti usaha untuk memanuasiakan manusia karena sasaran
utama dari pendidikan adalah manusia. Pendidikan ini bermaksud untuk mengembangkan
potensi yang ada dalam diri peserta didik yang dapat dikembangkan melalui pengalaman dan
interaksi secara efisien dan efektif. Interaksi dalam pendidikan sangatlah kompleks tetapi
memiliki hubungan yang saling mempengaruhi dan membentuk sebuah system yang disebut
system pendidikan.
1.3 Tujuan
1.4 Manfaat
Diharapkan makalah ini bermanfaat bagi penulis dan pembaca, dan manfaat yang dapat
kita ambil dari makalah ini adalah dapat memahami mengenai Analisis Sistem
Pendidikan.
BAB II
PEMBAHASAN
Komponen sistem pendidikan adalah bagian- bagian yang mempunyai fungsi tertentu
dalam mencapai tujuan sistem pendidikan. Secara teoretis, suatu pendidikan terdiri dari
komponen-komponen yang menjadi inti dari proses pendidikan. Komponen pendidikan
menurut P.H. Combs (1982) di antaranya:
1. Tujuan dan Prioritas, fungsinya mengarahkan kegiatan sistem. Hal ini merupakan
informasi tentang apa yang hendak dicapai oleh sistem pendidikan dan urutan
pelaksanaannya.
2. Peserta Didik, fungsinya ialah belajar. Diharapkan peserta didik mengalami proses
perubahan tingkah laku sesuai dengan tujuan sistem pendidikan.
3. Manajemen atau Pengelolaan, fungsinya mengkoordinasikan, mengarahkan, dan
menilai sistem pendidikan. Komponen ini bersumber pada sistem nilai dan cita-cita
yang merupakan pola kepemimpinan dalam pengelolaan sistem pendidikan.
4. Struktur dan Jadwal Waktu, fungsinya mengatur pembagian waktu dan kegiatan.
5. Isi dan Bahan Pengajaran, fungsinya untuk menggambarkan luas dan dalamnya bahan
pelajaran yang harus dikuasai peserta didik. Selain itu untuk mengarahkan dan
memolakan kegiatan-kegiatan dalam proses pendidikan.
6. Guru dan Pelaksana, fungsinya menyediakan bahan pelajaran dan menyelenggarakan
proses belajar untuk peserta didik. Selain itu, guru dan pelaksana juga berfungsi
sebagai pembimbing, pengaruh, untuk menumbuhkan aktivitas peserta didik dan
sekaligus sebagai pemegang tanggung jawab terhadap pelaksanaan pendidikan.
7. Alat Bantu Belajar, maksudnya adalah segala sesuatu yang dapat digunakan untuk
mencapai tujuan pendidikan, yang berfungsi untuk mempermudah atau mempercepat
tercapainya tujuan pendidikan.
8. Fasilitas, fungsinya untuk tempat terselenggaranya proses pendidikan.
9. Teknologi, fungsinya memperlancar dan meningkatkan hasil guna proses pendidikan.
Yang dimaksud dengan teknologi ialah semua teknik yang digunakan sehingga sistem
pendidikan berjalan dengan efisien dan efektif.
10. Pengawasan Mutu, fungsinya membina peraturan-peraturan dan standar pendidikan.
11. Penelitian, fungsinya untuk memperbaiki dan mengembangkan ilmu pengetahuan dan
penampilan sistem pendidikan.
12. Biaya, fungsinya melancarkan proses pendidikan dan menjadi petunjuk tentang
tingkat efisiensi sistem pendidikan.
Pendidikan adalah salah satu bagian dari hak asasi manusia, untuk itu setiap negara
wajib memiliki sistem pendidikan yang baik. Begitu pula dengan sistem pendidikan nasional
Indonesia yang sudah diatur dalam peraturan perundang-undangan. Sistem tersebut penting
sebagai landasan bagi penyelenggaraan pendidikan di Indonesia. Sehingga, kualitas
pendidikan di negara Indonesia bisa ditingkatkan dalam rangka mencerdaskan kehidupan
bangsa sesuai amanat yang tercantum dalam UUD 1945. Undang-Undang Sistem Pendidikan
Nasional (Sisdiknas) secara resmi diatur dalam UU Nomor 20 Tahun 2003 yang isinya
mengatur terkait sistem pendidikan yang berlaku di Indonesia.
Fungsi pertama dari sistem pendidikan Indonesia yang berlaku secara nasional adalah
untuk mengembangkan kemampuan peserta didik. Dalam hal ini, sistem pendidikan
berperan sebagai sarana untuk meningkatkan kemampuan intelektual, fisik, dan
emosional peserta didik agar mampu berkontribusi dalam pembangunan bangsa.
Untuk mencapai fungsi ini, sistem pendidikan Indonesia harus menyediakan
kurikulum yang relevan dan bermutu, tenaga pendidik yang berkualitas, serta sarana
dan prasarana yang memadai agar peserta didik dapat berkembang secara optimal.
1. Pendidikan Dasar
Adalah jenjang pertama yang menjadi basis untuk melanjutkan ke pendidikan
menengah. Yaitu berupa SD (Sekolah Dasar) atau MI (Madrasah Ibtidaiyah), serta
jenjang selanjutnya yaitu SMP (Sekolah Menengah Pertama) dan MTs (Madrasah
Tsanawiyah).
2. Pendidikan Menengah
Jenjang ini terbagi atas pendidikan umum dan kejuruan. Contohnya yaitu SMA
(Sekolah Menengah Atas), SMK (Sekolah Menengah Kejuruan), MA (Madrasah
Aliah), serta MAK (Madrasah Aliah Kejuruan).
3. Pendidikan Tinggi
Jenjang terakhir ini diselenggarakan oleh perguruan tinggi dan meliputi beberapa
program pendidikan secara lebih spesifik, di antaranya pendidikan Diploma, Sarjana,
Magister, Doktor, hingga Spesialis.
Selain dibedakan berdasarkan jenjang, program pendidikan nasional juga bisa dibedakan
berdasarkan jenisnya. Menurut UU Nomor 20 Tahun 2003, jenis-jenis program tersebut
diklasifikasikan berdasarkan kelompok yang berbasis pada tujuan pendidikan suatu entitas
secara spesifik, yaitu meliputi:
4. Pendidikan Umum
Meliputi pendidikan dasar dan menengah untuk memberi ilmu pengetahuan yang
dibutuhkan sebelum meneruskan ke tahap selanjutnya.
5. Pendidikan Keagamaan
Adalah pendidikan dasar, menengah, maupun tinggi yang melibatkan penguasaan
ilmu pengetahuan agama.
6. Pendidikan Akademik
Meliputi pendidikan tinggi dengan program sarjana maupun pascasarjana untuk
menguasai disiplin ilmu tertentu.
7. Pendidikan Vokasi
Jenis pendidikan tinggi setara sarjana untuk menyiapkan peserta didik memperoleh
pekerjaan dengan keterampilan terapan tertentu.
8. Pendidikan Kejuruan
Jenis pendidikan menengah untuk menyiapkan peserta didik memiliki profesi pada
bidang tertentu.
9. Pendidikan Khusus
Adalah pengadaan pendidikan untuk peserta didik dengan kecerdasan luar biasa atau
memiliki kebutuhan khusus yang diselenggarakan secara inklusif.
10. Pendidikan Profesi
Pendidikan tinggi lanjutan sesudah program sarjana untuk menyiapkan peserta didik
memperoleh profesi melalui syarat keahlian khusus.
2.4 Perbendaan Sistem Pendidikan Orde Lama dengan Sistem Pendidikan Orde Baru
Jika kita berbicara tentang kurikulum, maka sudah sepatutnya kita membicarakan
seperangkat rencana dan pengaturan mengenai tujuan, isi, dan bahan pelajaran serta cara yang
digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan kegiatan pembelajaran untuk mencapai tujuan
pendidikan tertentu. Kurikulum pada era Orde Lama dibagi manjadi 2 kurikulum di
antaranya:
3. Kurikulum 1964
Fokus kurikulum 1964 adalah pada pengembangan daya cipta, rasa, karsa,
karya, dan moral (Panca wardhana). Mata pelajaran diklasifikasikan dalam
lima kelompok bidang studi: moral, kecerdasan, emosional/artistik,
keterampilan, dan jasmaniah. Pendidikan dasar lebih menekankan pada
pengetahuan dan kegiatan fungsional praktis. Pada kurikulum 1964 ini, arah
pendidikan mulai merambah lingkup praksis. Dalam pengertian bahwa setiap
pelajaran yang diajarkan disekolah dapat berkorelasi positif dengan fungsional
praksis siswa dalam masyarakat.
Pada pendidikan orde baru kesetaran dalam pendidikan tidak dapat diciptakan karena
unsur dominatif dan submisif masih sangat kental dalam pola pendidikan orde baru. Pada
masa ini, peserta didik diberikan beban materi pelajaran yang banyak dan berat tanpa
memperhatikan keterbatasan alokasi kepentingan dengan faktor-faktor kurikulum yang lain
untuk menjadi peka terhadap lingkungan. Beberapa hal negatif lain yang tercipta pada masa
ini adalah:
Pemerintah orde baru yang dipimpin oleh Soeharto megedepankan motto “membangun
manusia Indonesia seutuhnya dan Masyarakat Indonesia”. Pada masa ini seluruh bentuk
pendidikan ditujukkan untuk memenuhi hasrat penguasa, terutama untuk pembangunan
nasional. Siswa sebagai peserta didik, dididik untuk menjadi manusia “pekerja” yang kelak
akan berperan sebagai alat penguasa dalam menentukan arah kebijakan negara. Pendidikan
bukan ditujukan untuk mempertahankan eksistensi manusia, namun untuk mengeksploitasi
intelektualitas mereka demi hasrat kepentingan penguasa. Kurikulum-kurikulum yang
digunakan pada masa orde baru yaitu sebagai berikut:
1. Kurikulum 1968
Kurikulum 1968 menekankan pendekatan organisasi materi pelajaran: kelompok
pembinaan Pancasila, pengetahuan dasar, dan kecakapan khusus. Muatan materi
pelajaran bersifat teoritis, tidak mengaitkan dengan permasalahan faktual di lapangan.
Pada masa ini siswa hanya berperan sebagai pribadi yang masif, dengan hanya
menghapal teori-teori yang ada, tanpa ada pengaplikasian dari teori tersebut. Aspek
afektif dan psikomotorik tidak ditonjolkan pada kurikulum ini. Praktis, kurikulum ini
hanya menekankan pembentukkan peserta didik hanya dari segi intelektualnya saja.
2. Kurikulum 1975
Kurikulum 1975 menekankan pada tujuan, agar pendidikan lebih efektif dan efisien
berdasar MBO (management by objective). Metode, materi, dan tujuan pengajaran
dirinci dalam Prosedur Pengembangan Sistem Instruksional (PPSI), yang dikenal
dengan istilah “satuan pelajaran”, yaitu rencana pelajaran setiap satuan bahasan.
Setiap satuan pelajaran dirinci menjadi : tujuan instruksional umum (TIU), tujuan
instruksional khusus (TIK), materi pelajaran, alat pelajaran, kegiatan belajar-
mengajar, dan evaluasi. Pada kurikulum ini peran guru menjadi lebih penting, karena
setiap guru wajib untuk membuat rincian tujuan yang ingin dicapai selama proses
belajar-mengajar berlangsung. Tiap guru harus detail dalam perencanaan pelaksanaan
program belajar mengajar. Setiap tatap muka telah di atur dan dijadwalkan sedari
awal. Dengan kurikulum ini semua proses belajar mengajar menjadi sistematis dan
bertahap.
3. Kurikulum 1984
Kurikulum 1984 mengusung “process skill approach”. Proses menjadi lebih penting
dalam pelaksanaan pendidikan. Peran siswa dalam kurikulum ini menjadi mengamati
sesuatu, mengelompokkan, mendiskusikan, hingga melaporkan. Model ini disebut
Cara Belajar Siswa Aktif (CBSA) atau Student Active Leaming (SAL). CBSA
memposisikan guru sebagai fasilitator, sehingga bentuk kegiatan ceramah tidak lagi
ditemukan dalam kurikulum ini. Pada kurikulum ini siswa diposisikan sebagai subjek
dalam proses belajar mengajar. Siswa juga diperankan dalam pembentukkan suatu
pengetahuan dengan diberi kesempatan untuk mengemukakan pendapat, bertanya, dan
mendiskusikan sesuatu.
4. Kurilukum 1994
Kurikulum 1994 merupakan hasil upaya untuk memadukan kurikulum-kurikulum
sebelumnya, terutama kurikulum 1975 dan 1984. Pada kurikulum ini bentuk opresi
kepada siswa mulai terjadi dengan beratnya beban belajar siswa, dari muatan nasional
sampai muatan lokal. Materi muatan lokal disesuaikan dengan kebutuhan daerah
masing-masing, misalnya bahasa daerah kesenian, keterampilan daerah, dan lain-lain.
Berbagai kepentingan kelompok-kelompok masyarakat juga mendesak agar isu-isu
tertentu masuk dalam kurikulum. Akhirnya, Kurikulum 1994 menjelma menjadi
kurikulum super padat. Siswa dihadapkan dengan banyaknya beban belajar yang
harus mereka tuntaskan, dan mereka tidak memiliki pilihan untuk menerima atau
tidak terhadap banyaknya beban belajar yang harus mereka hadapi.
Seperti yang telah dijelaskan kita dapat menyimpulkan, bahwa pada masa orde baru
pendidikan hanya berlangsung dari segi kuantitas tanpa diimbangi dengan perkembangan
kualitas. Yang terpenting pada masa ini adalah menciptakan lulusan terdidik sebanyak-
banyaknya tanpa menghasilkan kualitas pengajaran dan hasil didikan. Adapun kurikulum
yang digunakan pada masa ini yaitu kurikulum 1968, kurikulum 1975, kurikulum 1984 dan
kurikulum 1994.
Masa orde lama : Pendidikan lebih di atur oleh pemerintah , pelajar atau mahasiswa di
larang untuk ikut ambil bagian dalam hal politik
Masa orde baru : Pendidikan lebih besifat terbuka , pelajar atau mahasiswa di
perboleh kan ikut berpolitik ( contoh pemilu , pemilihan ketua osis ) , kritik politik
boleh dilakukan oleh lembaga pendidikan ( dalam hal pendidikan pula seperti contoh
kurikulum 2013 )
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
3.2 Saran
Pendidikan merupakan tanggung jawab bersama antara pemerintah, orang tua, dan
masyarakat. Segala aspirasi, tenaga, dana, perlu dimanfaatkan dengan baik oleh lembaga
pendidikan demi kemajua pendidikan di Indonesia. Makna memandang pendidikan sebagai
sistem adalah dalam menangani pendidikan, baik mempertahankan yang sudah ada,
memperbaiki, maupun mengadakan sesuatu yang baru hendaklah memperhatikan bagian
bagiannya secara berimbang atau proporsional. Dengan cara ini diharapkan dapat tercapainya
perbaikan dan kemajuan pendidikan. Sebagai insan olahraga kita seharusnya memberikan
pengertian kepada masyarakat akan pentingnya pendidikan jasmani dan olahraga baik yang
dilakukan di sekolah maupun diluar jam sekolah, hal ini bertujuan agar orang-orang
menyenangi berolahraga, dan agar bangsa yang kita cintai ini kedepan menjadi bangsa yang
kuat secara jasmani dan cerdas secara rohani.
DAFTAR PUSTAKA
Anam, M. A. (2018, November 24). Perbedaan Pndidikan Orde Lama Dan Orde Baru. pp.
http://asyrafalanam.blogspot.com/2018/11/perbedaan-pndidikan-orde-lama-dan-
orde.html.
Rabbani, A. (2023). Pengertian Sistem Pendidikan, Unsur, Komponen, dan Sistem Pendidikan
Nasional. https://www.sosial79.com/2021/03/pengertian-sistem-pendidikan-unsur.html.