Anda di halaman 1dari 17

MAKALAH

PEMANFAATAN SISTEM INFORMASI MANAJEMEN PEMBIAYAAN SEKOLAH

Dosen Pengampu: Dr.Sulistiyana,S.Pd., M.Pd

Oleh:
Muhammad Jafis (2210115310003)

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GEOGRAFI


FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UN9VERSITAS LAMBUNG MANGKURAT
2023
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat allah yang maha kuasa atas segala limpahan rahmat, taufik dan
hidayahnya sehingga penulis dapat menyelesaikan penyusunan makalah ini dalam bentuk
maupun lainnya yang sangat sederhana. Pada kesempatan ini, penulis sampaikan ucapan
terimakasih kepada pembimbing kuliah ini Ibu Dr.Sulistiyana,S.Pd., M.Pd., yang telah
membimbing penulis dalam mengikuti proses pembelajaran dan menyelesaikan tugas ini.

Makalah ini membahas tentang “PEMANFAATAN SISTEM INFORMASI


MANAJEMEN PEMBIAYAAN SEKOLAH”. Harapan penulis semoga makalah ini
membantu menambah pengetahuan dan pengalaman bagi para pembaca dan juga khusus nya
bagi penulis sendiri. Makalah ini penulis akui masih banyak kekurangan karena pengalaman
yang kamimiliki masih sangat kurang. Oleh karena itu, kami berharap para pembaca untuk
memberikan masukan-masukan yang bersifat membangun sehingga penulis dapa
tmemperbaiki bentuk maupun isi makalah ini agar kedepannya dapat menjadikan lebih baik.

Banjarmasin, 23 Oktober 2023

Penulis

ii
DAFTAR ISI

PEMANFAATAN SISTEM INFORMASI MANAJEMEN PEMBIAYAAN SEKOLAH i

KATA PENGANTAR..............................................................................................................ii

DAFTAR ISI...........................................................................................................................iii

BAB I PENDAHULUAN.........................................................................................................1

1.1. Latar Belakang.............................................................................................................1


1.2. Rumusan Masalah.......................................................................................................2
1.3. Tujuan..........................................................................................................................2
BAB II KAJIAN TEORITIK..................................................................................................3

2.1. Pengertian Manajemen Sekolah..................................................................................3


2.2. Konsep Dasar Manajemen Pembiayaan Sekolah........................................................3
2.3. Pola Pembiayaan Sekolah............................................................................................5
2.4. Manajemen Pembiayaan pada Sekolah.......................................................................6
BAB III METODOLOGI........................................................................................................9

3.1. Metode.........................................................................................................................9
3.2. Desain Penelitian.........................................................................................................9
3.3. Analisis Data...............................................................................................................9
BAB IV PEMBAHASAN.......................................................................................................10

4.1. Sistem Informasi Sekolah..........................................................................................10


4.2. Sistem Informasi pada Manajemen Pembiayaan Sekolah.........................................10
BAB V KESIMPULAN..........................................................................................................12

5.1. Kesimpulan................................................................................................................12
5.2. Saran..........................................................................................................................12
DAFTAR REFERENSI.........................................................................................................13

iii
BAB I PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Pendidikan merupakan usaha yang dilakukan sebagai investasi dalam menghasilkan


manusia-manusia yang memiliki pengetahuan, sikap dan keterampilan yang dibutuhkan
dalam pembangunan suatu bangsa. Pendidikan merupakan usaha sadar dan terencana untuk
mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif
mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian
diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya,
masyarakat, bangsa dan negara( UU Sisdiknas, 2003 pasal 1 ayat 1).

Pendidikan dipandang sebagai alat vital dalam memajukan dan membuat suatu bangsa
menjadi modern, mempunyai ketangguhan dalam menghadapi permasalahan kehidupannya.
Dalam hal ini pendidikan pun dianggap merupakan faktor yang dapat menentukan kualitas
hidup atau meningkatkan standar hidup suatu bangsa. Pada awalnya pendidikan masih jarang
mendapatkan perhatian dari para ahli ekonomi, karena a) peranan pendidikan dalam ekonomi
nasional dinilai relatif kecil, b) adanya pola pikir yang memandang kemakmuran merupakan
sesuatu yang bersifat material dan fisik, dan c) hasil dari riset ekonomi diperoleh bahwa
pendidikan merupakan sektor yang paling banyak mengeluarkan biaya pajak yang cukup
besar dari pemerintah. (Jones, 1985).

Memahami besarnya biaya pajak yang dikeluarkan dari pemerintah untuk


penyelenggaraan pendidikan, para ahli ekonomi mulai tertarik pada pendidikan dan
mempertanyakan seberapa besar pengaruh pendidikan pada ekonomi atau sebaliknya.

Perhatian itu diantaranya mulai ditunjukkan oleh Adam Smith seorang ahli ekonomi
yang berpendapat bahwa kita merasa berhutang budi pada pendidikan, karena pendidikan
membuat kita menjadi unggul dan intelligent, panjang akal dan memiliki kebiasaan yang
baik. Namun, masih banyak perdebatan yang terjadi mengenai pendapat Adam Smith ini,
salah satunya ialah orang merasa bahwa pengaruh pendidikan pada ekonomi datangnya
kemudian, tidak langsung pada saat itu bisa dirasakan (Vaizey, 1962:19).

Satu hal yang penting terhadap pemikiran baru bahwa pendidikan dianggap sebagai
salah satu bentuk investasi (Human Invesment). Dimana konsep ini menyatakan bahwa orang
yang memiliki keterampilan tertentu, kebiasaan dan pengetahuan dapat mereka jual dalam

1
bentuk untuk memperoleh upah atau gaji, sehingga dapat diperankan sebagai sumber selama
hidup mereka (Jones, 1985). Lebih jauh “human capital” ini dapat dianalogikan sebagai
modal fisik karena kedua-duanya digunakan untuk menghasilkan pendapatan tetap bertahun-
tahun lamanya.

Pendidikan dapat dipandang sebagai konsumsi jika pendidikan benefit-nya dapat


dinikmati langsung pada saat dikonsumsi, dan pendidikan sebagai investasi tentu benefit-nya
dapat dirasakan setelah beberapa waktu kemudian.

Dalam menyelenggarakan pendidikan memerlukan biaya,Biaya dipergunakan untuk


menyediakan gedung sekolah atau kampus dan fasilitas lainnya, untuk membayar guru atau
dosen, menyediakan kurikulum dan pelayanan lainnya. Salah satunya adalah perguruan tinggi
merupakan salah satu jenjang pendidikan yang menyelenggarakan proses pendidikan
diantaranya untuk menghasilkan sumber daya yang memiliki kompetensi dalam bidang
manajemen.

Karena dalam penyelenggaraan pendidikannya tidak terlepas dari penggunaan dana


atau biaya sehingga lembaga pendidikan harus memprioritaskan perhatian dalam pengelolaan
biaya ini, sehingga biaya yang dimiliki berdasarkan penerimaan dapat dialokasikan dengan
sebaik-baiknya.

1.2. Rumusan Masalah

Makalahs ini bertujuan untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan kritis terkait


manajemen pembiayaan sekolah. Beberapa pertanyaan mungkin mencakup:
1. Bagaimana pola pembiayaan sekolah dilakukan?
2. Apa saja faktor-faktor eksternal dan internal yang mempengaruhi pembiayaan
pendidikan?
3. Bagaimana manajemen keuangan diterapkan dalam konteks sekolah?
1.3. Tujuan

Makalah ini bertujuan untuk :


1. Menganalisis pola pembiayaan sekolah.
2. Menyelidiki faktor-faktor eksternal dan internal yang memengaruhi pembiayaan
pendidikan.
3. Mengevaluasi penerapan manajemen keuangan dalam konteks sekolah.

2
3
BAB II KAJIAN TEORITIK

1.1. Pengertian Manajemen Sekolah

Istilah manajemen memiliki banyak makna, di antaranya pengelolaan, ketatalaksanaan,


kepemimpinan, pembinaan, pengurusan dan lain sebagainya. Untuk menghindari penafsiran
yang berbeda-beda, maka penulis perlu menjelaskan pengertian secara komprehensif.
Manajemen berasal dari kata to manage yang artinya mengatur, pengaturan yang dilakukan
melalui proses dan diatur berdasarkan urutan dan fungsi-fungsi manajemen itu. Jadi
manajemen adalah suatu proses untuk mewujudkan tujuan yang diinginkan (Malayu S. P
Hasibuan,2006:1).

Hersey dan Blanchard (1988:4) sebagaimana dikutip oleh Syarifudin (2005:41)


manajemen adalah proses bekerja sama antara individu dan kelompok serta sumber daya
yang lainnya dalam mencapai tujuan organisasi sebagai aktivitas manajemen. Sedangkan
menurut George R. Terry (2009:1) manajemen adalah suatu proses atau kerangka kerja yang
melibatkan bimbingan atau pengarahan suatu kelompok orang-orang ke arah tujuan-tujuan
organisasional atau maksud-maksud yang nyata.

Dari beberapa definisi di atas, dapat penulis simpulkan bahwa manajemen adalah
proses pengelolaan terhadap sumber daya yang dimiliki baik berupa sumber daya insani
maupun sumber daya yang berupa potensi-potensi yang dimiliki guna mencapai tujuan yang
telah direncanakan.

1.2. Konsep Dasar Manajemen Pembiayaan Sekolah

Biaya dalam pendidikan meliputi biaya langsung (direct cost) dan tidak langsung
(indirect cost), biaya langsung terdiri dari biaya-biaya yang dikeluarkan untuk keperluan
pelaksanaan pengajaran dan kegiatan-kegiatan belajar siswa berupa pembelian alat-alat
pembelajaran, sarana belajar, biaya transportasi, gaji guru, baik yang dikeluarkan oleh
pemerintah, orang tua maupun siswa sendiri. Sedangkan biaya tidak langsung berupa
keuntungan yang hilang (earning forgone) dalam bentuk biaya kesempatan yang hilang
(opportunity cost) yang dikorbankan oleh siswa selama belajar.

Anggaran biaya pendidikan terdiri dari dua sisi yang berkaitan satu sama lain, yaitu sisi
anggaran penerimaan dan anggaran pengeluaran untuk mencapai tujuan-tujuan pendidikan.
Anggaran penerimaan adalah pendapatan yang diproleh setiap tahun oleh sekolah dari

4
berbagai sumber resmi dan diterima secara teratur. Sedangkan anggaran dasar pengeluaran
adalah jumlah uang yang dibelanjakan setiap tahun untuk kepentingan pelaksanaan
pendidikan di sekolah. Belanja sekolah sangat ditentukan oleh komponen-komponen yang
jumlah dan proporsinya bervariasi diantara sekolah yang satu dan daerah yang lainnya. Serta
dari waktu kewaktu. Berdasarkan pendekatan unsur biaya pengeluaran sekolah dapat
dikategorikan ke dalam beberapa item pengeluaran, yaitu:

1) Pengeluaran untuk pelaksanaan pelajaran


2) Pengeluaran untuk tata usaha sekolah
3) Pemeliharaan sarana-prasarana sekolah
4) Kesejahteraan pegawai
5) Administrasi
6) Pembinaan teknis edukatif
7) Pendataan.

Dalam konsep pembiayaan pendidikan dasar ada dua hal penting yang perlu dikaji atau
dianalisis, yaitu biaya pendidikan secara keseluruhan (total cost) dan biaya satuan per siswa
(unit cost). Biaya satuan ditingkat sekolah merupakan agregate biaya pendidikan tingkat
sekolah, baik yang bersumber dari pemerintah, orang tua, dan masyarakat yang dikeluarkan
untuk penyelenggaraan pendidikan dalam satu tahun pelajaran. Biaya satuan permurid
merupakan ukuran yang menggambarkan seberapa besar uang yang dialokasikan ke sekolah-
sekolah secara efektif untuk kepentingan murid dalam menempuh pedidikan. Adapun konsep
dasar pembiayaan pendidikan adalah sebagai berikut :

1. Konsep Penganggaran. Dalam kegiatan umum keuangan, kegiatan pendidikan


meliputi tiga hal, yaitu: Budgeting (Penyusunan Anggaran), Accounting
(Pembukuan), Auditing (Pemeriksaan).
a. Budgeting (Penyusunan Anggaran). Penganggaran merupakan kegiatan atau
proses penyusunan anggaran (budget). Budget merupakan rencana operasional
yang dinyatakan secara kuantitatif dalam bentuk satuan uang yang digunakan
sebagai pedoman dalam kurun waktu tertantu.
b. Accounting (Pembukuan). Pengurusan ini meliputi dua hal yaitu, pertama
mengurusi hal yang menyangkut kewenangan menentukan kebijakan menerima
atau mengeluarkan uang. Pengurusan kedua menyangkut urusan tindak lanjut dari
urusan pertama yaitu, menerima, menyimpan dan mengeluarkan uang.

5
Pengurusan ini tidak menyangkut kewenangan menentukan, tetapi hanya
melaksanakan dan dikenal dengan istilah pengurusan bendaharawan.
c. Auditing (Pemeriksaan). Auditing adalah semua kegiatan yang menyangkut
pertanggungjawaban penerimaan, penyimpanan dan pembayaran atau penyerahan
uang yang dilakukan bendaharawan kepada pihak-pihak yang berwenang. Bagi
unitunit yang ada didalam departemen, mempertanggungjawabkan urusan ini
kepada BPK melalui departemen masing-masing. Auditing sangat penting dan
sangat bermanfaat bagi empat pihak, yaitu:
1) Bendaharawan
2) Lembaga yang bersangkutan
3) Bagi Atasan
4) Badan Pemeriksa Keuangan
2. Hal-Hal Yang Berpengaruh terhadap Pembiayaan Pendidikan. Secara garis besar
dipengaruhi oleh dua hal yaitu Faktor Eksternal dan Faktor Internal.
a. Faktor Eksternal, yaitu faktor yang ada di luar sistem pendidikan yang meliputi
hal–hal sebagai berikut :
1) Berkembangnya demokrasi Pendidikan
2) Kebijaksanaan pemerintah
3) Tuntutan akan Pendidikan
4) Adanya inflasi
b. Faktor Internal
1) Tujuan Pendidikan
2) Pendekatan yang digunakan
3) Materi yang disajikan
4) Tingkat dan jenis Pendidikan

1.3. Pola Pembiayaan Sekolah

Pendidikan dalam hal ini sekolah yang dipimpin oleh kepala sekolah mengarah pada
perbaikan kualitas hidup masyarakat, dimana peserta didik menjadi individu yang
berkembang sebagai energi masa depan, aset yang sangat berharga, calon penggerak dunia
dan agen pembaruan yang akan berpartisipasi dalam perkembangan dan pertumbuhan
ekonomi mikro, sekaligus ekonomi makro. Jadi, keuntungan yang dibenarkan itu berada di
luar sekolah, saat siswa lulus menjadi profesional yang matang dan cukup usia menjadi warga
negara produktif membangun kekuatan ekonomi keluarga, masyarakat dan bangsanya.

6
Betapa banyak orang-orang yang pangkat dan jabatannya tinggi, status sosialnya pun
berada pada tingkatan di atas orang-orang kebanyakan, namun memiliki kesamaan sikap
buruk dalam hal penyikapan uang atau benda berharga di lingkunga sekolah. Bukankah sama
status kriminalnya antara seorang miskin yang mencuri uang dengan orang kaya yang
mencuri uang. Pakainya mungkin beda, namanya juga beda, gelar dan pangkat serta status
sosialnya pun barangkali berbeda, tapi tetap mereka berdua sama-sama pencuri. Maka, lebih
baiklah dalam bersikap, utamakanlah perbuatan baik sebagai kepala sekolah dalam
memimpin keuangan dan pola pembiayaan program pendidikan sekolah, angan tergoda untuk
menjadi pencuri harta sekolah, karena itu hanya akan menyamakan status diri dengan
pencuri-pencuri lainnya.

Pola pembiayaan sekolah perlu dirancang dengan kebijakan umum kepala sekolah
dengan mengakomodasi jenis penganggaran sekolah sebagai berikut :

a. Itemisasi (itemized budgeting) penganggaran berbasis kebutuhan sekolah dengan


menempatkan identitas kebutuhan dan nilainya itu per-satuan kebutuhan.
b. Programisasi (programmed budgeting) penganggaran berbasis kebutuhan
program sekolah, dimana setiap identitas kebutuhan sekolah dan nilainya
dikelompokkan sesuai dengan program sekolah.
c. Performisasi (performed budgeting) penganggaran berdasarkan kebutuhan
sekolah yang menitikberatkan pada hasil yang dicapai, dimana identitas anggaran
dan nilainya hanya memunculkan satu kesatuan hasil yang dicapai saja.
d. Sistemisasi (sistemized budgeting) penganggaran berdasrkan kebutuhan total
sistem dalam anggaran sekolah, dimana identitas anggaran dari masukan, proses
dan luaran dijelaskan beserta nilainya dalam rencana anggaran untuk menjadi
anggaran tetap.

1.4. Manajemen Pembiayaan pada Sekolah

Berdasarkan undang - undang No. 20 tahun 2003 pasal 48 tentang Pengelolaan dana
Pendidikan menyatakan : bahwa pengelolaan dana pendidikan berdasarkan pada perinsip
keadilan,efesien, transparansi dan akuntabiltas.

Pembiayaan menurut Indra Bastian (2006:160) bahwa ditinjau dari sudut human capital
(modal manusia) sebagai unsur modal pendidikan diperhitungkan sendiri sebagai faktor
penentu keberhasilan seseorang, baik secara sosial maupun ekonomi. Nilai pendidikan
merupakan asset moral, dimana pengetahuan dan keterampilan yang diperoleh dalam

7
pendidikan dianggap sebagai upaya pengumpulan dana untuk membiayai operasional dan
pengembangan sektor pendidikan.

Tujuan pembiayaan pendidikan dalam kehidupan sehari-hari bahwa biaya pendidikan


merupakan sebuah investasi yaitu tindakan untuk memperoleh nilai asset yang dikuasai.
Sekolah memiliki peran yang sangat sentral dan strategis dalam pembangunan suatu bangsa
karena disebabkan oleh dua hal yaitu pertama, lulusan sekolah akan memposisikan diri atau
diposisikan masyarakat sebagai kaum terpelajar, baik dalam keluarga ataupun dimasyarakat;
kedua, produk jasa sekolah dianggap berperan dalam menentukan konsep kerakter bangsa.

Prinsip Manajemen keuangan bukan hanya berkutat seputar pencatatan akuntansi. Dia
merupakan bagian penting dari manajemen program dan tidak boleh dipandang sebagai suatu
aktivitas tersendiri yang menjadi bagian pekerjaan orang keuangan. Manajemen keuangan
pada NGO lebih merupakan pemeliharaan suatu kendaraan. Apabila kita tidak memberinya
bahan bakar dan oli yang bagus serta service teratur, maka kendaraan tersebut tidak akan
berfungsi secara baik dan efisien. Lebih parah lagi, kendaraan tersebut dapat rusak ditengah
jalan dan gagal untuk mencapai tujuan yang ditetapkan. Dalam prakteknya, Manajemen
Keuangan Adalah tindakan yang diambil dalam rangka menjaga kesehatan keuangan
organisasi. Untuk itu, dalam membangun sistem manajemen keuangan yang baik perlulah
kita untuk mengidentifikasi prinsipprinsip manajemen keuangan yang baik.

Ada 7 prinsip dari manajemen keuangan yang harus diperhatikan :

1. Konsistensi (Consistency). Sistem dan kebijakan keuangan dari organisasi harus


konsisten dari waktu ke waktu. Ini tidak berarti bahwa sistem keuangan tidak boleh
disesuaikan apabila terjadi perubahan di organisasi.
2. Akuntabilitas (Accountability). Akuntabilitas adalah kewajiban moral atau hukum,
yang melekat pada individu, kelompok atau organisasi untuk menjelaskan
bagaimana dana, peralatan atau kewenangan yang diberikan pihak ketiga telah
digunakan. NGO mempunyai kewajiban secara operasional, moral dan hukum untuk
menjelaskan semua keputusan dan tindakan yang telah mereka ambil.
3. Transparansi (Transparency). Organisasi harus terbuka berkenaan dengan
pekerjaannya, menyediakan informasi berkaitan dengan rencana dan aktivitasnya
kepada para pemangku kepentingan. Termasuk didalamnya, menyiapkan laporan
keuangan yang akurat, lengkap dan tepat waktu serta dapat dengan mudah diakses
oleh pemangku kepentingan dan penerima manfaat.

8
4. Kelangsungan Hidup (Viability). Agar keuangan terjaga, pengeluaran organisasi di
tingkat stratejik maupun operasional harus sejalan/disesuaikan dengan dana yang
diterima. Kelangsungan hidup (viability) merupakan suatu ukuran tingkat keamanan
dan keberlanjutan keuangan organisasi.
5. Integritas (Integrity). Dalam melaksanakan kegiatan operasionalnya, individu yang
terlibat harus mempunyai integritas yang baik. Selain itu, laporan dan catatan
keuangan juga harus dijaga integritasnya melalui kelengkapan dan keakuratan
pencatatan keuangan.
6. Pengelolaan (Stewardship). Organisasi harus dapat mengelola dengan baik dana
yang telah diperoleh dan menjamin bahwa dana tersebut digunakan untuk mencapai
tujuan yang telah ditetapkan. Secara praktek, organisasi dapat melakukan
pengelolaan keuangan dengan baik melalui : berhati-hati dalam perencanaan
stratejik, identifikasi resiko-resiko keuangan dan membuat system pengendalian dan
sistem keuangan yang sesuai dengan organisasi.
7. Standar Akuntansi (Accounting Standards). Sistem akuntansi dan keuangan yang
digunakan organisasi harus sesuai dengan prinsip dan standar akuntansi yang
berlaku umum. Hal ini berarti bahwa setiap akuntan di seluruh dunia dapat mengerti
sistem yang digunakan organisas,

9
BAB III METODOLOGI

1.1. Metode

Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif, mengutamakan pemahaman


mendalam terhadap konteks dan dinamika manajemen serta administrasi di sekolah.
Pendekatan ini memungkinkan peneliti untuk mengeksplorasi fenomena secara holistik,
menggali pandangan, sikap, dan pengalaman stakeholder yang terlibat dalam manajemen
sekolah

1.2. Desain Penelitian

Desain penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah studi kasus. Pendekatan
ini memberikan ruang untuk menyelidiki kasus-kasus khusus di beberapa sekolah,
memungkinkan peneliti untuk memahami lebih dalam dinamika dan kompleksitas
manajemen sekolah.

1.1. Analisis Data


Instrumen pengumpulan data ini adalah dengan mencari artikel ilmiah terkait dengan
tema. Data yang dikumpulkan melalui wawancara, observasi, dan analisis dokumen akan
dianalisis menggunakan analisis tematik. Proses ini melibatkan pengelompokan temuan
menjadi tema-tema utama yang mencerminkan pola atau masalah krusial dalam manajemen
dan administrasi sekolah.

Hasil analisis akan digunakan untuk menyusun gambaran yang komprehensif tentang
permasalahan dan potensi solusi dalam konteks manajemen sekolah. Interpretasi temuan akan
dilakukan dengan merujuk pada kerangka teoritis dan literatur yang relevan.

10
BAB IV PEMBAHASAN

1.1. Sistem Informasi Sekolah

Menurut Jessup dan Valacich (dalam Hidayati et al., 2019), sistem informasi
merupakan kombinasi perangkat keras, perangkat lunak dan jaringan telekomunikasi, dimana
si pembuat sistem informasi tersebut membangun, menggunakan, mengumpulkan, membuat
dan mendistribusikan data yang berguna dalam organisasi.

Adapun sistem informasi, khususnya dalam keuangan, bertujuan untuk membantu


perusahaan atau organisasi dalam menyajikan laporan keuangan ke dalam bentuk informasi
yang akurat dan terpercaya. Sehingga sistem informasi berkaitan dengan akuntansi ini
menjadi keunggulan tersendiri bagi perusahaan atau organisasi tersebut (Purnama, 2016).
Dengan digunakannya sistem informasi di sekolah maka dapat mempermudah tugas-tugas di
sekolah, bahkan meningkatkan efektifitas dan kinerja sekolah (Darmansah & Suhendro,
2020).

Sistem informasi pada kenyataannya kini sangat berkaitan erat dengan pengolahan
berbasis komputer, karena output yang dihasilkan akan sangat akurat dan efektif. Maka
sistem informasi saat ini tidak akan pernah lepas dari istilah komputer-based (Sudjiman &
Sudjiman, 2020).

1.2. Sistem Informasi pada Manajemen Pembiayaan Sekolah

Manajemen pembiayaan sekolah adalah suatu hal penting dalam proses pembiayaan
pada satuan pendidikan. Hal ini tentu menuntut sekolah untuk mempunyai kemampuan dalam
merencanakan, melaksanakan, mengevaluasi sampai dengan mempertanggung-jawabkan
pembiayaan tersebut (Afriansyah, 2019) secara akuntabel dan transparan (Rahmanto, 2021).
Sekolah dituntut pula untuk mengelola pembiayaan secara efektif dan efisien (Nafisah &
Widiyanto, 2017). Maka, dengan dimanfaatkannya sistem informasi pada manajemen
pembiayaaan sekolah, akan sangat mempermudah pekerjaan sekolah untuk memenuhi
tuntutan-tuntutan tersebut.

Perencanaan pembiayaan pendidikan biasanya disusun berdasarkan kebutuhan


operasional dan penyelenggaraan sekolah, seperti gaji guru dan pegawai, peningkatan proses
pembelajaran di kelas, pengadaan dan pemeliharaan sarana prasarana, pembinaaan

11
kesiswaan, peningkatan profesional guru, administrasi serta pengawasan. Dalam pengawasan
pengelolaan keuangan sekolah, semestinya dilakukan pada semua tahap pengelolaan, mulai
dari perencanaan, pelaksanaan hingga pelaporan (Rahayu, 2019).

12
BAB V KESIMPULAN

1.1. Kesimpulan

Pemanfaatan sistem informasi pada manajemen pembiayaan di sekolah mutlak


diperlukan. Karena tidak hanya akan mempermudah pekerjaan bagi sekolah, namun juga
akan terjadi transparansi dan akuntabel, sehingga akan meningkatkan kepercayaan publik.
Seiring kemajuan teknologi yang kian pesat, sistem informasi yang digunakan tidak cukup
hanya sekedar pelengkap saja, namun mesti terotomasi dan terintegrasi sehingga menjadi
sebuah kebutuhan (Bahri, 2021b) yang dapat memudahkan dalam proses penginputan, data
pembayaran dan pengeluaran, mempercepat kinerja, serta meningkatkan keakuratan dalam
transaksi keuangan (Habib & Al Kindhi, 2018).

Tahap perencanaan, pelaksanaan, pengawasan dan pelaporan yang tidak dapat


dipisahkan dalam proses manajemen pembiayaan mestinya dapat pula terintegrasi didalam
sebuah sistem informasi yang terpadu.

Penggunaan beberapa aplikasi dan media yang berbeda-beda, akan rentan pada data
yang tidak sinkron serta dokumentasi yang terpisah dan tidak padu. Sekolah dapat
mengembangkan aplikasi pengelola keuangan berbasis web yang terintegrasi, bersama pihak
yang berkompeten, agar pemanfaatan sistem informasi dapat terus teroptimalkan seiring
kemajuan teknologi.

1.2. Saran

a. Integrasi Sistem Informasi: Saran utama adalah mengintegrasikan sistem informasi


agar seluruh tahapan manajemen pembiayaan, mulai dari perencanaan hingga
pelaporan, dapat dilakukan secara terpadu. Hal ini dapat mencegah ketidaksesuaian
data dan meningkatkan efisiensi.
b. Pengoptimalan Teknologi: Penting untuk terus mengoptimalkan teknologi yang
digunakan, termasuk aplikasi berbasis web, agar sesuai dengan perkembangan
terkini. Hal ini akan memastikan bahwa sekolah dapat memanfaatkan fitur terbaru
dan mendapatkan manfaat penuh dari teknologi.

13
DAFTAR REFERENSI

1,2,11,3–10

Arwildayanto, Lamatenggo N, Rosadi AA. Transparency of education financing management


at high school in Gorontalo City. Int J Innov Creat Chang. 2019;5(4):679-691.
Anggraini DM. Analysis of Education Financing Management (Multi Case in SMPN 1 and
SMPN 3 Pringgabaya). Int J Multicult Multireligious Underst. 2019;5(6):206.
doi:10.18415/ijmmu.v5i6.923
Awaludin RF, Bahri S, Muslih M. Penerapan Zachman Framework Dalam Perancangan
Sistem Informasi Manajemen Keuangan Sekolah. CESS (Journal Comput Eng Syst Sci.
2021;6(1):78. doi:10.24114/cess.v6i1.20433
Habib A, Kindhi B Al. Rancang Bangun Sistem Informasi Manajemen Keuangan Sekolah.
INTENSIF J Ilm Penelit dan Penerapan Teknol Sist Inf. 2018;2(2):136.
doi:10.29407/intensif.v2i2.12139
Megawaty DA, Setiawansyah S, Alita D, Dewi PS. Teknologi dalam pengelolaan
administrasi keuangan komite sekolah untuk meningkatkan transparansi keuangan.
Riau J Empower. 2021;4(2):95-104. doi:10.31258/raje.4.2.95-104
Prihanarko A, Hidayati D. Pemanfaatan Sistem Informasi Pada Manajemen Pembiayaan
Sekolah. Manaj Pendidik. 2023;18(1):71-82. doi:10.23917/jmp.v18i1.21316
Kurniawan D, Santoso AB. Perancangan Sistem Informasi Manajemen Keuangan Di Smk
Muhammadiyah 2 Bandarlampung. Lontar Komput. 2022;6(3):141-152.
https://ojs.unud.ac.id/index.php/lontar/article/view/32449
Imron, Moh J. Manajemen Pembiayaan Sekolah. Al-Ibrah. 2016;1(1):69-93.
Sujasan S, Wibowo UB. The survival of school financing management in COVID-19
pandemic. J Educ Learn. 2021;15(4):563-570. doi:10.11591/edulearn.v15i4.20297
Surahman S, Hibana, Rauf SAA. Management of Education Financing to Improve the
Quality of Education. IJIER Int J Islam Educ Res. 2021;576(2):46-53.
Nugraha AY, Wibowo UB. Manajemen sistem informasi e-budgeting pada Sekolah
Menengah Atas Negeri di Kota Yogyakarta. J Akuntabilitas Manaj Pendidik.
2020;8(1):70-80. doi:10.21831/jamp.v8i1.30596

14

Anda mungkin juga menyukai