Anda di halaman 1dari 22

MAKALAH

STANDAR SARANA DAN PRASARANA


SEKOLAH MENENGAH PERTAMA

Diajukan sebagai salah satu tugas terstruktur


Dalam Mata Kuliah Manajemen Sarana dan Prasarana
Konsentrasi Manajemen Pendidikan Islam

Disusun Oleh: Kelompok XII


M. Wali
Ridwan Bukhori
Desi Mayasari
Siska

Dosen Pembimbing:
Afriwes, M. Pd

MANAJEMEN PENDIDIKAN ISLAM (MPI)


SEKOLAH TINGGI ILMU TARBIYAH (STITNU) SAKINAH
DHARMASRAYA
2021 M/ 1443 H
KATA PENGANTAR

Alhamdulillah puji syukur kehadirat Allah SWT, karena berkat rahmat-Nya


penyusun dapat menyelesaikan makalah dengan judul Pendekatan Sistem
Berkenaan Dengan Planning dan Evaluating dalam mata kuliah Pendekatan
Sistem Dalam Manajemen ini. Kami ucapkan rasa terimakasih kepada Bapak
Afriwes, M.Pd selaku dosen pengampu, karena dengan adanya tugas ini kita dapat
menambah ilmu serta wawasan khususnya bagi penyusun makalah, dan kepada
semua pihak yang telah membantu sehingga makalah ini dapat diselesaikan tepat
pada waktunya.
Makalah ini masih jauh dari kata sempurna, oleh karena itu, kritik dan saran
yang bersifat membangun sangat kami harapkan demi sempurnanya makalah ini.
Semoga makalah ini dapat memberikan informasi dan bermanfaat untuk
pengembangan wawasan dan peningkatan ilmu pengetahuan bagi kita semua.

Dharmasraya, 2 Oktober 2021

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR...................................................................................................i
DAFTAR ISI.................................................................................................................ii

BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang...........................................................................................................1
B. Rumusan Masalah......................................................................................................1
C. Manfaat dan Tujuan Penulisan...................................................................................2
BAB II PEMBAHASAN
A. Pendekatan Sistem.....................................................................................................3
B. Planning.....................................................................................................................4
C. Ruang Lingkup Perencanaan Pendidikan...................................................................5
D. Karakteristik Perencanaan dalam Pendidikan............................................................9
E. Prinsip-prinsip Perencanaan Pendidikan....................................................................9
F. Proses Penyusunan Perencanaan dalam Pendidikan.................................................11
G. Evaluating (Controlling, monitoring, dan Evaluating).............................................14

BAB III PENUTUP


A. Kesimpulan ..............................................................................................................16
B. Saran.........................................................................................................................18

DAFTAR PUSTAKA

ii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah


Bagi setiap pendidik, baik yang berstatus sebagai kepala sekolah maupun
sebagai guru mata pelajaran dituntut untuk memahami konsep-konsep dasar tentang
perencanaan pendidikan, pendekatan dalam perencanaan pendidikan dan beragam
model perencanaan pendidikan. Kualitas pemahaman kepala sekolah terhadap ketiga
konsep tersebut akan berpengaruh positif terhadap pelaksanaan manajemen
pendidikan di setiap satuan pendidikan. Demikian juga bagi guru, kualitas
pemahaman terhadap ketiga konsep tersebut akan mendukung pelaksanaan empat
kompetensi professional guru dalam proses layanan pendidikan kepada peserta didik.
Sistem sebagaimana didefinsikan adalah kumpulan atau sekelompok elemen
bebas yang bekerjasama untuk menyelesaikan tujuan tertentu. Definisi lain sistem
adalah susunan yang saling berhubungan dari elemen-elemen yang saling berinteraksi
di desain untuk menyelesaikan fungsi yang telah di tentukan sebelumnya.
Berdasarkan kaidah ini, pendekataan sistem dalam perencanaan, ada elemen yang
saling berhubungan, baik proses maupun desain strukturnya, sehingga setiap
fungsinya merupakan satu kesatuan dan bekerjasama untuk menghasilkan suatu
keluaran atau produk. Akibatnya seeorang perencana harus memperhatikan variable
dan kendala kritis, serta akibat interaksi antar berbagai variable dalam sistem. Dalam
kaitan ini, Kaufman menegaskan bahwa pendekatan system merupakan cara
mengidentifikasi kebutuhan, menseleksi masalah, menyusun identifikasi persyaratan
solusi masalah, membat beberapa alternative solusi, mengevaluasi hasil, merevisi
persyaratan pada sebagaian atau seluruh system terkait dengan keterbatasan
memenuhi kebutuhan.

B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan pendekatan sistem?
2. Apa apayang dimaksud dengan planning atau perencanaan?
1
2

3. Apa yang dimaksud dengan evaluating atau evaluasi?

C. Manfaat dan Tujuan Penulisan Makalah


adapun manfaat dan tujuan penulisan makalah adalah sebagai berikut:
1. Untuk mengetahui apa yang dimaksud dengan pendekatan sistem.
2. Untuk mengetahui apa yang dimaksud dengan planning atau perencanaan.
3. Untuk mengetahui apa yang dimaksud dengan evaluating atau evaluasi
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pendekatan Sistem
Pada prinsipnya, segala sesuatu yang ada di bumi ini memiliki sistemnya
masing-masing. Artinya, sistem itu diperlukan oleh semua makhluk yang ada di bumi
ini.Seorang manusia adalah suatu sistem. Kehidupan manusia dalam suatu keluarga
adalah satu sistem. Mobil, sekolah, organisasi, desa, kampus, pejabat, kerajaan,
negara, dunia, dan lain-lain memiliki sistemnya masing-masing. Jika sistem
tersebut diklasifikasikan, dikenal ada beberapa macam teori sistem, yaitu:
a. Berdasarkan wujudnya, sistem dibedakan menjadi 4 jenis, yaitu: sistem fisik
(mobil), sistem konseptual (ilmu), sistem biologi (tubuh manusia), dan sistem
sosial (sekolah).
b. Berdasarkan asal usul kejadiannya, sistem dibedakan menjadi 2 jenis, yaitu sistem
alamiah (tata surya) dan sistem buatan manusia (pendidikan).
c. Berdasarkan daya gerak yang ada di dalamnya, sistem dibedakan menjadi dua
jenis yaitu sistem mekanistik/deterministic (sepeda motor), dan sistem
organismik/probabilistic (organisasi).
d. Berdasarkan hubungan dengan lingkungannya, sistem dibedakan menjadi dua jenis
yaitu sistem terbuka (sistem yang berinteraksi dan memiliki ketergantungan
kepada lingkungan atau sistem lain yang ada di dalam supra sistemnya, mengambil
input(masukan) dari lingkungannya dan memberikan outputpada lingkungannya
dan sistem yang tertutup (sistem yang tidak berhubungan dengan lingkungan).1
Berdasarkan beberapa sistem di atas, maka pendidikan bisa dikelompokkan dalam
sistem terbuka, sebab tidak mungkin apabila pendidikan dapat melaksanakan
fungsinya dengan baik jikaia selalu mengisolasi dirinya dengan lingkungan. Faktor
yang mempengaruhi pendidikan adalah filsafat negara, agama,sosial, kebudayaan,

1
Dinn Wahyudin, Pengantar Pendidikan, (Jakarta: Universitas Terbuka, 2008), h. 51
3
4

politik, ekonomi, dan demografi. Ketujuh faktor ini merupakan suprasistem


dari sistem pendidikan.2

B. Planning (Perencanaan)3
Gorton mengatakan bahwa pengelola lembaga pendidikan dalam menjalankan
manejemen pendidikan harus melakukan seranglaian perencanaan yang terkait
dengan sesuatu yang akan dikerjakan pada masa yang akan datang. Hal-hal yang
perlu diperhatikan dalam perencanaan adalah sebagai berikute:
Mengidentifikasi kebutuhan pengembangan fisik pendidikan untuk memenuhi
kebutuhan seluruh komunitas pendidikan yang ada. Kebutuhan fisik tersebut
misalnya jumlah ruang belajar, perpustakaan, laboratorium, tempat ibadah, ruang
khusus kesehatan,, ruang khusus pembinaan organisasi, ruang kantor kepala sekolah,
ruang guru, tata usaha, kantin, dan sebagainya.
Perencanaan dilakukan secara komperehensif untuk mendukung perencanaan
secara umum. Perencanaan yang dibuat harus memiliki keterkaitan antara
perencanaan di setiap bagian manajemen, seperti perencanaan bidang kurikulum,
peserta didik, sarana prasarana, hubungan masyarakat, keuangan, dan bidang
kepegawaian.
Implementasi perencanaan. Seluruh perencanaan yang telah dibuat harus
dilaksanakan dan dipertanggungjawabkan setiap tahun, atau sesuai dengan
ketentuan yang ditetapkan dalam satuan pendidikan. Dalam hal ini, perencanaan
disusun oleh setiap pembantu kepala sekolah sesuai bidangnya masing-masing
melalui persetujuan dan pengesahan kepala sekolah. Oleh karena itu yang
bertanggung jawab dalam pelaksaan isi perencanaan adalah wakil kepala sekolah
sesuai bidangnya masing-masing.
Pengembangan program bersifat efektif dan efisien Nilai efektifitas sangat

2
Made Pidarta, Landasan Kependidikan, (Jakarta: Rineka Cipta, 2007), 30-31.
3
M. Thoha, Manajemen Pendidikan Islam, (Surbaya; CV. Salsabila Putra Pratama, 2016), h.
7-8
5

penting diperhatikan dalam menyususn perencanaan untuk mencapai sasaran yang


tepat dan akurasi ntujuan yang maksimal. Demikian pula efesiensi diperlukan untuk
menngukur modal yang dibutuhkan dalam sebuah perencaan terkait dengan tujuan
yang ingin dicapai.
Perencanaan disusun berdasarkan rangking tujuan yang ingin dicapai dengan
memperhatikan kondisi yang berkembang di suatu lembaga pendidikan. Perencanaan
dilakukan dengan memperhatikan kondisi staf. Perencanaan merupakan faktor paling
penting dalam manajeman. Kegagalan dalam merencanakan sama dengan
merencanakan kehancuran, atau dengan ungkapan lain failing to plan is planning to
fail (gagal merencanakan adalah merencanakan untuk gagal). Perencanaan adalah
awal dari seluruh proses manajemen sebelum melangkah pada proses yang lain,
seorang manajer harus mematangkan perencaannya terlebih dahulu. Oleh karena itu
perencanaan harus dibuat dengan memperhatikan kondisi staf yang akan
melaksanakan isi rencana tersebut.

C. Ruang Lingkup Perencanaan Pendidikan


Ruang lingkup perencanaan pendidikan mempunyai jangkauan yang cukup
luas, dan dapat ditinjau dari berbagai aspek, antara lain:
1. Ditinjau dari aspek Spasialnya, yaitu perencanaan pendidikan yang memiliki
karakter yang terkait dengan ruang, tempat atau batasan wilayah. Perencanaan ini
dapat terbagi menjadi: (1) perencanaan pendidikan nasional, yaitu mencakup
seluruh proses usaha layanan pendidikan yang dilakukan oleh pemerintah pusat,
yang bertujuan untuk mencapai tujuan pendidikan nasional, yang meliputi seluruh
jenjang pendidikan dari tingkat dasar sampai perguruan tinggi, yang diatur dalam
sistem pendidikan nasional (sispenas) melalui Undang-Undang Sistem Pendidikan
Nasional; (2) perencanaan pendidikan regional, yaitu perencanaan pendidikan
yang dibuat dan diberlakukan dalam wilayah regional tertentu, misalnya
perencanaan pengembangan layanan pendidikan tingkat Propinsi dan Kabupaten/
Kota, yang menyangut seluruh jenis layanan pendidikan di semua jenjang untuk
6

daerah atau propinsi tertentu; (3) perencanaan pendidikan kelembagaan, yaitu


perencanaan pendidikan yang mencakup satu institusi atau lembaga pendidikan
tertentu, misalnya perencanaan pengembangan layanan pendidikan Sekolah
Menengah Atas (SMA) ‘Mandiri’ kota ‘Maju’ tahun 2010, perencanaan
Universitas ‘Citra Bangsa’, dan sejenisnya.
2. Dintinjau dari aspek sifat dan karakteristik modelnya, dapat dibagi menjadi: (1)
perencanaan pendidikan terpadu (integrated educational planning), yaitu
perencanaan pendidikan yang mencakup seluruh aspek yang terkait dengan proses
pembangunan pendidikan yang esensial (mendasar), dalam koridor perencanaan
pembangunan nasional, dalam hal ini perencanaan pendidikan ada keterpaduan
atau keterkaitan secara sistemik dengan perencanaan pembangunan bidang
ekonomi, politik, hukum dan sebagainya; (2) perencanaan pendidikan
komprehensif (comprehension educational planning), yaitu perencanaan
pendidikan yang disusun secara sistematik, rasional, objektif yang menyangkut
keseluruhan konsep penting dalam layanan pendidikan, sehingga perencanaan itu
memberikan suatu pemahaman yang lengkap atau sempurna tentang ‘apa’ dan
‘bagaimana’ memberikan layanan pendidikan yang berkualitas; (3) perencanaan
pendidikan strategik (strategic educational planning), yaitu perencanaan
pendidikan yang mengandung pokok-pokok perencanaan untuk menjawab
persoalan atau opini, atau isu mutakhir yang dihadapi oleh dunia pendidikan,
misalnya, persoalan yang dihadapi dunia pendidikan sekarang adalah masalah
‘tranformasi teknologi’, atau masalah ‘rendahnya kualitas guru’, atau masalah
‘keterkaitan antara dunia usaha dengan output lulusan’, dan sebagainya. Jadi,
perencanaan ini menyangkut beragam strategi untuk menghadapi persoalan yang
muncul.
3. Ditinjau dari aspek waktunya. Perencanaan pendidikan terbagi menjadi beberapa
jenis, yaitu: (1) perencanaan pendidikan jangka panjang (long term educational
planning), yaitu perencanaan pendidikan yang disusun dalam jangka waktu 10
(sepuluh) tahun ke atas, isi perencanaan jangka panjang ini belum ditampilkan
7

sasaran yang bersifat kuantitatif, melainkan dalam bentuk proyeksi atau perspektif
atas keadaan ideal yang diinginkan dalam pembangunan pendidikan. Contoh,
program pendidikan nasional dalam sistem pendidikan nasional; (2) perencanaan
pendidikan jangka menengah (medium term educational planning), yaitu
perencanaan pendidikan yang disusun dalam jangka waktu antara tiga sampai
delapan tahun (perencanaan untuk empat atau lima tahun atau satu periode
kepemimpinan). Perencanaan jangka menengah merupakan penjabaran lebih
kongkrit dari perencanaan jangka panjang, yang sudah merumuskan sasaran atau
tujuan yang secara kuantitatif akan dicapai; dan (3) perencanaan pendidikan
jangka pendek (short term educational planning), yaitu perencanaan pendidikan
yang disusun dalam jangka waktu maksimal satu tahun. Perencanaan ini sering
disebut perencanaan operasional tahunan (annual operational planning), yang
memuat langkah-langkah strategis dan operasional sehari-hari, yang merupakan
penjabaran lebih rinci dan aplikatif dari perencanaan jangka menengah.
4. Ditinjau dari aspek tingkatan teknis perencanaan. Perencanaan ini dibedakan
menjadi: (1) perencanaan pendidikan makro, yaitu perencanaan pendidikan yang
bersifat nasional atau sering disebut dengan perencanaan pendidikan nasional,
yang berlaku di seluruh negara kesatuan RI dari jenjang pendidikan dasar sampai
perguruan tinggi. Perencanaan pendidikan makro ini disebut juga dengan ‘sistem
pendidikan nasional’ (Sispenas); (2) perencanaan pendidikan mikro, yaitu
perencanaan pendidikan yang disusun dan disesuaikan dengan kondisi otonomi
daerah masing-masing. Dalam perencanaan pendidikan mikro, secara teknis perlu
memperhatikan: (a) ketentuan/ standar; (b) kondisi geografis dan demografis; dan
(c) infrastruktur yang ada di daerah, sedangkan secara non teknis perlu
memperhatikan: (a) aspirasi dan peran serta masyarakat terhadap pendidikan; (b)
kondisi sosial, ekonomi, budaya, politik dan kamanan daerah; (3) perencanaan
pendidikan sektoral, yaitu kumpulan program atau kegiatan pendidikan yang
menekankan pada sektor tertentu, namun tetap ada keterkaitan dengan sektor
lainnya; (4) perencanaan pendidikan kawasan, yaitu perencanaan pendidikan yang
8

memperhatikan kawasan lingkungan tertentu sebagai pusat kegiatan pendidikan,


misalnya perencanaan pendidikan kawasan pesisir, kawasan pinggiran kota; (5)
perencanaan pendidikan proyek, yaitu perencanaan operasional yang menyangkut
implementasi kebijakan untuk mencapai tujuan, misalnya perencanaan proyek
unik sekolah baru SMK.
5. Ditinjau dari aspek jenis perencanaan. Perencanaan pendidikan ini dibedakan
menjadi: (1) perencanaan pendidikan dari atas ke bawah (top down educational
planning), perencanaan ini sering disebut juga perencanaan pendidikan makro atau
perencanaan pendidikan nasional; (2) perencanaan pendidikan dari bawah ke atas
(bottom up educational planning), yaitu perencanaan pendidikan yang dibuat oleh
tenaga perencana dari tingkat bawah kemudian disampaikan ke pusat, misalnya
perencanaan yang dibuat oleh guru, kepala sekolah, Dinas Pendidikan kemudian
disampaikan ke Kementrian Pendidikan Nasional; (3) perencanaan pendidikan
menyerong dan menyamping (diagonal educational planning), perencanaan ini
sering disebut perencanaan sektoral, yaitu perencanaan yang melibatkan kerjasama
antar departemen atau lembaga, misalnya, lembaga Kementrian Pendidikan
Nasional dengan Bappeda Propinsi; (4) perencanaan pendidikan mendatar
(horizontal educational planning), yaitu perencanaan pendidikan yang dibuat
dengan menjalin kerjasama antar lembaga atau departemen yang sederajat,
misalnya perencanaan pendidikan antara kementrian pendidikan dan kementrian
agama dan kementrian sosial; (5) perencanaan pendidikan menggelinding
(rolling educational planning), yaitu perencanaan pendidikan yang dibuat oleh
pejabat yang berwenang dalam bentuk perencanaan jangka pendek, menengah dan
panjang; (6) perencanaan pendidikan gabungan atas ke bawah dan bawah ke atas
(top down and bottom up educational planning), yaitu perencanaan pendidikan
yang mengintegrasikan atau mengakomodasi kepentingan pusat dan daerah
(lokal).4

4
Usman, Husain, Manajemen, Teori, Praktik, dan Riset Pendidikan, (Jakarta: Bumi Aksara,
2008), h. 57.
9

D. Karakteristik Perencanaan dalam Pendidikan


Karakteristik perencanaan pendidikan. Berdasarkan beberapa pengertian,
tujuan, manfaat, dan ruang lingkup perencanaan pendidikan tersebut di atas, maka
ciri-ciri (karakteristik) suatu perencanaan pendidikan antara lain, perencanaan
pendidikan harus: (1) berorientasi pada visi, misi kelembagaan yang akan
diwujudkan; (2) mempunyai tahapan program jangka waktu tertentu (jangka pendek,
menengah dan panjang) yang akan dicapai secara berkesinambungan; (3)
mengutamakan nilai-nilai manusiawi, kerena pendidikan itu membangun manusia
yang berkualitas, yang bermanfaat bagi dirinya dan masyarakatnya; (4) memberikan
kesempatan untuk mengembangkan segala potensi peserta didik secara maksimal; (5)
komprehensif dan sistematis dalam arti tidak praktikal atau segmentasi tetapi
menyeluruh, terpadu (integral) dan disusun secara logis, rasional serta mencakup
berbagai jalur, jenis dan jenjang pendidikan; (6) diorientasikan untuk mempersiapkan
kualitas sumber daya manusia (SDM) yang berkualitas, yang sanggup mengisi
berbagai sektor pembangunan; (7) dikembangkan dengan memperhatikan
keterkaitannya dengan berbagai komponen pendidikan secara sistematis; (8)
menggunakan sumber daya (resources) internal dan eksternal secermat mungkin; (9)
berorientasi kepada masa datang, karena pendidikan adalah proses jangka panjang
dan jauh untuk menghadapi berbagai persoalan di masa depan; (10) responsif
terhadap kebutuhan yang berkembang di masyarakat dan bersifat dinamik; dan (11)
merupakan sarana untuk mengembangkan inovasi pendidikan, sehingga proses
pembaharuan pendidikan terus berlangsung dengan.5

E. Prinsip-Prinsip Perencanaan Pendidikan


Prinsip-prinsip perencanaan pendidikan. Ada beberapa prinsip yang harus
diperhatikan dalam penyusunan perencanaan pendidikan, antara lain:

5
Makmun, Abin Syamsudin dan Udin Syaefudin Sa’ud, Perencanaan Pendidikan, Suatu
Pendekatan Komprehensif, (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2006), h. 43-44
10

1. Prinsip interdisipliner, yaitu menyangkut berbagai bidang keilmuan atau beragam


kehidupan. Hal ini penting karena hakikat layanan pendidikan kepada peserta
didik harus menyangkut berbagai jenis pengetahuan, beragam ketrampilan dan
nilai-norma kehidupan yang berlaku di masyarakat.
2. Prinsip fleksibel, yaitu bersifat lentur, dinamik dan responsif terhadap
perkembangan atau perubahan kehidupan di masyarakat. Hal ini penting, karena
hakikat layanan pendidikan kepada peserta didik adalah menyiapkan siswa untuk
mampu menghadapi perkembangan Ilmu pengetahuan dan teknologi (Iptek) dan
beragam tantangan kehidupan terkini.
3. Prinsip efektifitas-efisiensi, artinya dalam penyusunan perencanaan pendidikan
didasarkan pada perhitungan sumber daya yang ada secara cermat dan matang,
sehingga perencanaan itu ‘berhasil guna’ dan ‘bernilai guna’ dalam pencapaian
tujuan pendidikan.
4. Prinsip progress of change, yaitu terus mendorong dan memberi peluang kepada
semua warga sekolah untuk berkarya dan bergerak maju ke depan dengan
beragam pembaharuan layanan pendidikan yang lebih berkualitas, sesuai dengan
peranan masing-masing.
5. Prinsip objektif, rasional dan sistematis, artinya perencanaan pendidikan harus
disusun berdasarkan data yang ada, berdasarkan analisa kebutuhan dan
kemanfaatan layanan pendidikan secara rasional (memungkinkan untuk
diwujudkan secara nyata), dan mempunyai sistematika dan tahapan pencapaian
program secara jelas dan berkesinambungan.
6. Prinsip kooperatif-komprehensif, artinya perencanaan yang disusun mampu
memotivasi dan membangun mentalitas semua warga sekolah dalam bekerja
sebagai suatu tim (team work) yang baik. Disamping itu perencanaan yang
disusun harus mencakup seluruh aspek esensial (mendasar) tentang layanan
pendidikan akademik dan non akademik setiap peserta didik.
11

7. Prinsip human resources development, artinya perencanaan pendidikan harus


disusun sebaik mungkin dan mampu menjadi acuan dalam pengembangan sumber
daya manusia secara maksimal dalam mensukseskan program pembangunan
pendidikan. Layanan pendidikan pada peserta didik harus betul-betul mampu
membangun individu yang unggul baik dari aspekintelektual (penguasaan science
and technology), aspek emosional (kepribadian atau akhlak), dan
aspek spiritual (keimanan dan ketakwaan) , atau disebut IESQ yang unggul.6

F. Proses Penyusunan Perencanaan dalam Pendidikan


Proses atau tahapan penyusunan perencanaan pendidikan. Menurut Banghart
and Trull dalam Sa’ud ada beberapa tahapan yang semestinya dilalui dalam
penyusunan perencanaan pendidikan, antara lain:7

1. Tahap need assessment, yaitu melakukan kajian terhadap beragam kebutuhan atau
taksiran yang diperlukan dalam proses pembangunan atau pelayanan
pembelajaran di setiap satuan pendidikan. Kajian awal ini harus cermat, karena
fungsi kajian akan memberikan masukan tentang: (a) pencapaian program
sebelumnya; (b) sumber daya apa yang tersedia, dan (c) apa yang akan dilakukan
dan bagaimana tantangan ke depan yang akan dihadapi.
2. Tahap formulation of goals and objective, yaitu perumusan tujuan dan sasaran
perencanaan yang hendak dicapai. Perumusan tujuan perencanaan pendidikan
harus berdasarkan pada visi, misi dan hasil kajian awal tentang beragam
kebutuhan atau taksiran (assessment) layanan pendidikan yang diperlukan.
3. Tahap policy and priority setting, yaitu merancang tentang rumusan prioritas
kebijakan apa yang akan dilaksanakan dalam layanan pendidikan. Rumusan

6
Anonym, http://rudtsoneclick.blogspot.com/2013/05/makalah-manajemen-sistem-
pendidikan.html, Langgulung, Hasan, Asas-Asas Pendidikan Islam, (Jakarta: Pustaka Al-Husna, 1992).
7
Sa’ud U. S.Makmun, Perencanaan Pendidikan Suatu Pendekatan Komprehensif, (Bandung,
Remaja Rosdakarya, 2007), h. 27-28
12

prioritas kebijakan ini harus dijabarkan kedalam strategi dasar layanan pendidikan
yang jelas, agar memudahkan dalam pencapaian tujuan.
4. Tahap program and project formulation, yaitu rumusan program dan proyek
pelaksanaan kegiatan operasional perencanaan pendidikan, menyangkut layanan
pedidikan pada aspek akademik dan non akademik.
5. Tahap feasibility testing, yaitu dilakukan uji kelayakan tentang beragam sumber
daya (sumber daya internal/ eksternal; atau sumber daya manusia/ material).
Apabila perencanaan disusun berdasarkan sumber daya yang tersedia secara
cermat dan akurat, akan menghasilkan tingkat kelayakan rencana pendidikan yang
baik.
6. Tahap plan implementation, yaitu tahap pelaksanaan perencanaan pendidikan
untuk mewujudkan tujuan pendidikan. Keberhasilan tahap ini sangat ditentukan
oleh: (a) kualitas sumber daya manusianya (kepala sekolah, guru, komite sekolah,
karyawan, dan siswa); (b) iklim atau pola kerjasama antar unsur dalam satuan
pendidikan sebagai suatu tim kerja (team work) yang handal; dan (c) kontrol atau
pengawasan dan pengendalian kegiatan selama proses pelaksanaan atau
implementasi program layanan pendidikan.
7. Tahap evaluation and revision for future plan, yaitu kegiatan untuk menilai
(mengevaluasi) tingkat keberhasilan pelaksanaan program atau perencanaan
pendidikan, sebagai feedback(masukan atau umpan balik), selanjutnya dilakukan
revisi program untuk rencana layanan pendidikan berikutnya yang lebih baik.
Merujuk pada uraian dari pengertian perencanaan pendidikan sampai tahapan
dalam penyusunan perencanaan pendidikan tersebut di atas, menunjukkan bahwa
kedudukan perencanaan pendidikan dalam proses layanan pendidikan di setiap satuan
pendidikan adalah sangat penting, karena dengan adanya perencanaan pendidikan
yang baik dapat:
1. Meningkatkan kualitas kegiatan atau aktivitas layanan pendidikan anak secara
maksimal, baik menyangkut aspek akademik atau non akademiknya. Hal ini
disebabkan seluruh aktivitas warga sekolah harus berdasarkan pada program yang
13

telah disusun dengan baik dalam suatu perencanaan pendidikan secara sistematik
dan integral.
2. Mengetahui beberapa sumber daya internal dan eksternal yang dimiliki untuk
dimanfaatkan secara maksimal, dan juga mengetahui beberapa kendala, hambatan
dan tantangan yang akan dihadapi dalam upaya pencapaian tujuan. Hal ini
disebabkan, suatu perencanaan pendidikan yang baik pasti akan memuat tentang
beberapa peluang dalam mencapai tujuan dan prediksi tantangan atau hambatan
yang akan muncul, serta strategi yang harus dilakukan dalam mengatasi hambatan
tersebut.
3. Memberi peluang pada setiap warga sekolah dalam meningkatkan beragam
kemampuan, keahlian atau ketrampilan secara maksimal, dalam rangka
mewujudkan tujuan layanan pendidikan.
4. Memberikan kesempatan bagi pelaksana program untuk memilih beberapa
alternatif pilihan tentang metode atau strategi atau pendekatan yang tepat dalam
pelaksanaan perencanaan pendidikan, agar efektif dalam upaya mencapai tujuan
pendidikan.
5. Memudahkan dalam pencapaian tujuan pendidikan, karena perencanaan
pendidikan yang baik selalu dirancang dengan tahapan-tahapan pelaksanaan
program layanan pendidikan (jangka pendek, menengah dan panjang), disamping
itu telah disusun skala prioritas sasaran tujuan yang akan dicapai.
6. Memudahkan dalam melakukan evaluasi tentang seberapa besar pencapaian
tujuan layanan pendidikan yang telah diraih, karena dalam perencanaan
pendidikan yang baik selalu merumuskan indikator-indikator pencapaian tujuan
dan instrumen apa yang dipakai dalam mengukur keberhasilan dalam kegiatan
untuk mencapai tujuan.
7. Memudahkan dalam melakukan revisi program layanan pendidikan dan proses
penyusunan perencanaan pendidikan berikutnya, sesuai dengan dinamika dan
perkembangan kehidupan sosial-budaya.8
8
Ibid., h. 29-30
14

G. Evaluating (Controling, Monitoring, dan Evaluating)9


Evaluasi merupakan suatu proses yang sistematik dan berkesinambungan
untuk mengetahui efisien kegiatan. Evaluasi adalah proses pengukuran dan
penilaian untuk mengetahui hasil belajar yang telah dicapai seseorang. Sedangkan
fungsi evaluasi : a. Sebagai alat seleksi b. Sebagai alat pengukur keberhasilan c.
Sebagai alat penempatan d. Sebagai alat diagnostic.
Tahap evaluasi strategi ini merupakan tahap akhir dalam implementasi strategi.
Dalam tahap ini manajemen sudah harus mempunyai gagasan yang jelas mengenai
tingkat perubahan yang diinginkan, baik menyangkut struktur organisasi, budaya
lembaga maupun gaya kepemimpinan. Menurut Thomas V. Bonoma dalam Hari
Purnomo dan Zulkiflimansyah (1999), untuk melakukan tahap implementasi dan
evaluasi strategi dengan baik dan berhasil, manajemen lembaga perlu terbiasa dan
membiasakan diri dengan empat jenis keahlian dasar, yaitu:
a. Kemampuan Berinteraksi (Interacting Skills). Kemampuan ini ditunjukkan dengan
kapabilitas manajemen lembaga dalam berinteraksi dan berempati dengan berbagai
perilaku dan sikap orang lain untuk mencapai tujuannya
b. Kemampuan Mengalokasi (Allocation Skills) Kemampuan ini diperlukan untuk
menunjang kemampuan manajemen dalam menjadwallkan tugas-tugas, anggaran
waktu, serta sumberdaya-sumberdaya lain secara efisien.
c. Kemampuan Memonitoring (Monitoring Skills) Kemampuan ini meliputi
kapabilitas perusahaan dalam menggunakan informasi secara efisien untuk
memperbaiki atau menyelesaikan berbagai masalah yang timbul dalam proses
implementasi.
d. Kemampuan Mengorganisasikan (Organizing Skills) Merupakan kemampuan
untuk menciptakan jaringan atau organisasi informal dalam rangka menyesuaikan
diri dengan berbagai masalah yang mungkin terjadi.10
9
Op.Cit., h. 10-11
10
Lukaman. H, Mukhtar, Dasar- Dasar Manajemen Pendidikan, (Jambi: Timur Laut Aksara,
15

Pengontrolan biasa juga disebut dengan pengawasan. Fungsi dari pengawasan


adalah mengidentifikasai efektifitas organisasi berdasarkan perencanaan yang telah
dibuat. Demikian pula pengawasan meliputi efisiensi dari masing-masing program,
pengorganisasian, dan pemimpinan. Pengawasan diperlukan sebagai pertimbangan
dalam menentukan kebijakan organisasi (pendidikan) pada masa selanjutnya.
Dalam kasus manajemen pendidikan, pengontorolan mutlak dibutuhkan untuk
bahan evaluasi perbaikan program pada masa yang akan datang. Di samping itu
semangat kerja para staf akan termotivasi apabila pimpinan sekolah memberikan
arahan dan penghargaan terhadap prestasi kerja mereka.

2018), h.113-115
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Uraian tentang pendekatan sistem berkenaan dengan planning dan evaluating
tersebut di atas dapat diambil pokok-pokok kajian sebagai kesimpulan sebagai
berikut.
Pertama, bahwa konsep yang ada dalam pengertian perencanaan pendidikan.
Kedua, manfaat perencanaan pendidikan adalah dapat digunakan sebagai: (a) standar
pelaksanaan dan pengawasan proses layanan pendidikan; (b) media pemilihan
berbagai alternatif langkah strategi penyelesaian yang terbaik bagi upaya pencapaian
tujuan pendidikan; (c) media mengefisiensikan dan mengefektifkan pemanfaatan
beragam sumber daya lembaga pendidikan; (d) media untuk memudahkan dalam
berkoordinasi dengan berbagai pihak atau lembaga pendidikan yang terkait, dalam
rangka meningkatkan kualitas layanan pendidikan; dan (e) alat dalam mengevaluasi
pencapaian tujuan proses layanan pendidikan.
Ketiga, suatu perencanaan pendidikan, paling tidak memiliki ciri atau
karakteristik, yaitu perencanaan pendidikan harus: (a) berorientasi pada visi, misi
kelembagaan yang akan diwujudkan; (b) mempunyai tahapan program jangka waktu
tertentu yang akan dicapai secara berkesinambungan; (c) mengutamakan nilai-nilai
manusiawi dan bermanfaat bagi dirinya dan masyarakatnya; (d) memberikan
kesempatan untuk mengembangkan segala potensi peserta didik secara maksimal; (e)
komprehensif dan sistematis serta disusun secara logis, rasional; (f) diorientasikan
untuk mempersiapkan kualitas sumber daya manusia yang berkualitas; (g)
dikembangkan dengan memperhatikan keterkaitannya dengan berbagai komponen
pendidikan secara sistematis; (h) menggunakan sumber daya (resources) internal dan
eksternal secermat mungkin; (i) berorientasi kepada masa dating atau visioner; dan (j)
responsif terhadap kebutuhan yang berkembang di masyarakat dan bersifat dinamik;
dan (k) merupakan sarana untuk mengembangkan inovasi pendidikan.

16
17

Keempat, beberapa prinsip yang harus diperhatikan dalam penyusunan


perencanaan pendidikan, antara lain: (a) prinsip interdisipliner; (b) prinsip fleksibel;
(c) prinsip efektifitas-efisiensi; (d) prinsip progress of change; (e) prinsip objektif,
rasional dan sistematis; dan (f) prinsip kooperatif-komprehensif; dan (g)
prinsip human resources development. Kelima, beberapa tahapan yang semestinya
harus dilalui dalam penyusunan perencanaan pendidikan, antara lain: (a)
tahap need assessment; (b) tahap formulation of goals and objective; (c)
tahap policy and priority setting; (d) tahap program and project formulation;
(e) tahap feasibility testing; (f) tahap plan implementation; dan (g)
tahap evaluation and revision for future plan. Keenam, ada beragam pendekatan
perencanaan pendidikan, yaitu: pendekatan kebutuhan sosial (social demand
approach); pendekatan ketenagakerjaan (manpower approach); pendekatan untung
rugi (cost and benefit approach); dan pendekatan keefektifan biaya (cost effectiveness
approach).
Ketujuh, beberapa metode perencanaan pendidikan yang perlu dipahami oleh
setiap penyusun perencanaan pendidikan, antara lain: (a) metode analisis sumber-
cara-tujuan; (b) metode analisis masukan-keluaran; (c) metode analisis ekonometrik;
(d) metode diagram sebab akibat; (e) metode analisis siklus kehidupan; dan (f)
metode proyeksi. Kedelapan, ada beberapa model perencanaan pendidikan, yaitu: (a)
model komprehensif, model ini digunakan untuk menganalisis perubahan-perubahan
dalam layanan pendidikan secara menyeluruh; (b) model pembiayaan dan keefektifan
biaya, model ini digunakan untuk menganalisis proyek dengan kriteria efisiensi dan
efektivitas pembiayan layanan pendidikan; (c) model Planning, Programming,
Budgeting System (PPBS), yaitu model sistem perencanaan, pemrograman, dan
penganggaran layanan pendidikan; dan (d) model target setting, model ini
dipergunakan untuk memperkirakan atau memproyeksi tingkat perkembangan dalam
kurun waktu tertentu.
18

B. Saran

Dari hasil penulisan makalah ini penulis menyarankan, agar kita senantiasa
meningkatkan khazanah keilmuan dan terus selalu memperluas wawasan kita dengan
meningkatkan minat membaca dari berbagai sumber yang dapat kita manfaatkan,
sehingga semakin hari kita semakin lebih baik dari berbagai aspek kehidupan kita
khususnya dalam aspek keilmuan dan wawasan kita terkait dengan pembahasan
makalah pada kesempatan kali ini.
Penulis menyadari bahwa makalah yang penulis susun jauh dari kata sempurna,
maka dari itu kritik dan saran yang membangun baik dari rekan-rekan dan dosen
pengampu mata kuliah sangat penulis harapkan, akhirnya semoga makalah ini dapat
memberi tambahan informasi keilmuan dan bermanfaat untuk kitas semua dan terima
kasih penulis ucapkan kepada Bapak dosen yang membimbing sehingga makalah ini
selesai tepat pada waktunya.
DAFTAR PUSTAKA

Dinn Wahyudin. 2008. Pengantar Pendidikan. Jakarta: Universitas Terbuka.

Made Pidarta. 2007. Landasan Kependidikan. Jakarta: Rineka Cipta.

M. Thoha. 2016. Manajemen Pendidikan Islam. Surbaya; CV. Salsabila Putra Pratama.

Usman, Husain. 2007. Manajemen, Teori, Praktik, dan Riset Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara.

Makmun, Abin Syamsudin dan Udin Syaefudin Sa’ud. 2006. Perencanaan Pendidikan, Suatu
Pendekatan Komprehensif. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.

Anonym, http://rudtsoneclick.blogspot.com/2013/05/makalah-manajemen-sistem-pendidikan.html,
Langgulung, Hasan, Asas-Asas Pendidikan Islam, (Jakarta: Pustaka Al-Husna, 1992).

Sa’ud U. S. Makmun. 2007. Perencanaan Pendidikan Suatu Pendekatan Komprehensif. Bandung,


Remaja Rosdakarya.

Lukaman. H, Mukhtar. 2018. Dasar- Dasar Manajemen Pendidikan. Jambi: Timur Laut
Aksara.

Anda mungkin juga menyukai