Dosen Pembimbing:
Afriwes, M. Pd
Penulis
i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR...................................................................................................i
DAFTAR ISI.................................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang...........................................................................................................1
B. Rumusan Masalah......................................................................................................1
C. Manfaat dan Tujuan Penulisan...................................................................................2
BAB II PEMBAHASAN
A. Pendekatan Sistem.....................................................................................................3
B. Planning.....................................................................................................................4
C. Ruang Lingkup Perencanaan Pendidikan...................................................................5
D. Karakteristik Perencanaan dalam Pendidikan............................................................9
E. Prinsip-prinsip Perencanaan Pendidikan....................................................................9
F. Proses Penyusunan Perencanaan dalam Pendidikan.................................................11
G. Evaluating (Controlling, monitoring, dan Evaluating).............................................14
DAFTAR PUSTAKA
ii
BAB I
PENDAHULUAN
B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan pendekatan sistem?
2. Apa apayang dimaksud dengan planning atau perencanaan?
1
2
A. Pendekatan Sistem
Pada prinsipnya, segala sesuatu yang ada di bumi ini memiliki sistemnya
masing-masing. Artinya, sistem itu diperlukan oleh semua makhluk yang ada di bumi
ini.Seorang manusia adalah suatu sistem. Kehidupan manusia dalam suatu keluarga
adalah satu sistem. Mobil, sekolah, organisasi, desa, kampus, pejabat, kerajaan,
negara, dunia, dan lain-lain memiliki sistemnya masing-masing. Jika sistem
tersebut diklasifikasikan, dikenal ada beberapa macam teori sistem, yaitu:
a. Berdasarkan wujudnya, sistem dibedakan menjadi 4 jenis, yaitu: sistem fisik
(mobil), sistem konseptual (ilmu), sistem biologi (tubuh manusia), dan sistem
sosial (sekolah).
b. Berdasarkan asal usul kejadiannya, sistem dibedakan menjadi 2 jenis, yaitu sistem
alamiah (tata surya) dan sistem buatan manusia (pendidikan).
c. Berdasarkan daya gerak yang ada di dalamnya, sistem dibedakan menjadi dua
jenis yaitu sistem mekanistik/deterministic (sepeda motor), dan sistem
organismik/probabilistic (organisasi).
d. Berdasarkan hubungan dengan lingkungannya, sistem dibedakan menjadi dua jenis
yaitu sistem terbuka (sistem yang berinteraksi dan memiliki ketergantungan
kepada lingkungan atau sistem lain yang ada di dalam supra sistemnya, mengambil
input(masukan) dari lingkungannya dan memberikan outputpada lingkungannya
dan sistem yang tertutup (sistem yang tidak berhubungan dengan lingkungan).1
Berdasarkan beberapa sistem di atas, maka pendidikan bisa dikelompokkan dalam
sistem terbuka, sebab tidak mungkin apabila pendidikan dapat melaksanakan
fungsinya dengan baik jikaia selalu mengisolasi dirinya dengan lingkungan. Faktor
yang mempengaruhi pendidikan adalah filsafat negara, agama,sosial, kebudayaan,
1
Dinn Wahyudin, Pengantar Pendidikan, (Jakarta: Universitas Terbuka, 2008), h. 51
3
4
B. Planning (Perencanaan)3
Gorton mengatakan bahwa pengelola lembaga pendidikan dalam menjalankan
manejemen pendidikan harus melakukan seranglaian perencanaan yang terkait
dengan sesuatu yang akan dikerjakan pada masa yang akan datang. Hal-hal yang
perlu diperhatikan dalam perencanaan adalah sebagai berikute:
Mengidentifikasi kebutuhan pengembangan fisik pendidikan untuk memenuhi
kebutuhan seluruh komunitas pendidikan yang ada. Kebutuhan fisik tersebut
misalnya jumlah ruang belajar, perpustakaan, laboratorium, tempat ibadah, ruang
khusus kesehatan,, ruang khusus pembinaan organisasi, ruang kantor kepala sekolah,
ruang guru, tata usaha, kantin, dan sebagainya.
Perencanaan dilakukan secara komperehensif untuk mendukung perencanaan
secara umum. Perencanaan yang dibuat harus memiliki keterkaitan antara
perencanaan di setiap bagian manajemen, seperti perencanaan bidang kurikulum,
peserta didik, sarana prasarana, hubungan masyarakat, keuangan, dan bidang
kepegawaian.
Implementasi perencanaan. Seluruh perencanaan yang telah dibuat harus
dilaksanakan dan dipertanggungjawabkan setiap tahun, atau sesuai dengan
ketentuan yang ditetapkan dalam satuan pendidikan. Dalam hal ini, perencanaan
disusun oleh setiap pembantu kepala sekolah sesuai bidangnya masing-masing
melalui persetujuan dan pengesahan kepala sekolah. Oleh karena itu yang
bertanggung jawab dalam pelaksaan isi perencanaan adalah wakil kepala sekolah
sesuai bidangnya masing-masing.
Pengembangan program bersifat efektif dan efisien Nilai efektifitas sangat
2
Made Pidarta, Landasan Kependidikan, (Jakarta: Rineka Cipta, 2007), 30-31.
3
M. Thoha, Manajemen Pendidikan Islam, (Surbaya; CV. Salsabila Putra Pratama, 2016), h.
7-8
5
sasaran yang bersifat kuantitatif, melainkan dalam bentuk proyeksi atau perspektif
atas keadaan ideal yang diinginkan dalam pembangunan pendidikan. Contoh,
program pendidikan nasional dalam sistem pendidikan nasional; (2) perencanaan
pendidikan jangka menengah (medium term educational planning), yaitu
perencanaan pendidikan yang disusun dalam jangka waktu antara tiga sampai
delapan tahun (perencanaan untuk empat atau lima tahun atau satu periode
kepemimpinan). Perencanaan jangka menengah merupakan penjabaran lebih
kongkrit dari perencanaan jangka panjang, yang sudah merumuskan sasaran atau
tujuan yang secara kuantitatif akan dicapai; dan (3) perencanaan pendidikan
jangka pendek (short term educational planning), yaitu perencanaan pendidikan
yang disusun dalam jangka waktu maksimal satu tahun. Perencanaan ini sering
disebut perencanaan operasional tahunan (annual operational planning), yang
memuat langkah-langkah strategis dan operasional sehari-hari, yang merupakan
penjabaran lebih rinci dan aplikatif dari perencanaan jangka menengah.
4. Ditinjau dari aspek tingkatan teknis perencanaan. Perencanaan ini dibedakan
menjadi: (1) perencanaan pendidikan makro, yaitu perencanaan pendidikan yang
bersifat nasional atau sering disebut dengan perencanaan pendidikan nasional,
yang berlaku di seluruh negara kesatuan RI dari jenjang pendidikan dasar sampai
perguruan tinggi. Perencanaan pendidikan makro ini disebut juga dengan ‘sistem
pendidikan nasional’ (Sispenas); (2) perencanaan pendidikan mikro, yaitu
perencanaan pendidikan yang disusun dan disesuaikan dengan kondisi otonomi
daerah masing-masing. Dalam perencanaan pendidikan mikro, secara teknis perlu
memperhatikan: (a) ketentuan/ standar; (b) kondisi geografis dan demografis; dan
(c) infrastruktur yang ada di daerah, sedangkan secara non teknis perlu
memperhatikan: (a) aspirasi dan peran serta masyarakat terhadap pendidikan; (b)
kondisi sosial, ekonomi, budaya, politik dan kamanan daerah; (3) perencanaan
pendidikan sektoral, yaitu kumpulan program atau kegiatan pendidikan yang
menekankan pada sektor tertentu, namun tetap ada keterkaitan dengan sektor
lainnya; (4) perencanaan pendidikan kawasan, yaitu perencanaan pendidikan yang
8
4
Usman, Husain, Manajemen, Teori, Praktik, dan Riset Pendidikan, (Jakarta: Bumi Aksara,
2008), h. 57.
9
5
Makmun, Abin Syamsudin dan Udin Syaefudin Sa’ud, Perencanaan Pendidikan, Suatu
Pendekatan Komprehensif, (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2006), h. 43-44
10
1. Tahap need assessment, yaitu melakukan kajian terhadap beragam kebutuhan atau
taksiran yang diperlukan dalam proses pembangunan atau pelayanan
pembelajaran di setiap satuan pendidikan. Kajian awal ini harus cermat, karena
fungsi kajian akan memberikan masukan tentang: (a) pencapaian program
sebelumnya; (b) sumber daya apa yang tersedia, dan (c) apa yang akan dilakukan
dan bagaimana tantangan ke depan yang akan dihadapi.
2. Tahap formulation of goals and objective, yaitu perumusan tujuan dan sasaran
perencanaan yang hendak dicapai. Perumusan tujuan perencanaan pendidikan
harus berdasarkan pada visi, misi dan hasil kajian awal tentang beragam
kebutuhan atau taksiran (assessment) layanan pendidikan yang diperlukan.
3. Tahap policy and priority setting, yaitu merancang tentang rumusan prioritas
kebijakan apa yang akan dilaksanakan dalam layanan pendidikan. Rumusan
6
Anonym, http://rudtsoneclick.blogspot.com/2013/05/makalah-manajemen-sistem-
pendidikan.html, Langgulung, Hasan, Asas-Asas Pendidikan Islam, (Jakarta: Pustaka Al-Husna, 1992).
7
Sa’ud U. S.Makmun, Perencanaan Pendidikan Suatu Pendekatan Komprehensif, (Bandung,
Remaja Rosdakarya, 2007), h. 27-28
12
prioritas kebijakan ini harus dijabarkan kedalam strategi dasar layanan pendidikan
yang jelas, agar memudahkan dalam pencapaian tujuan.
4. Tahap program and project formulation, yaitu rumusan program dan proyek
pelaksanaan kegiatan operasional perencanaan pendidikan, menyangkut layanan
pedidikan pada aspek akademik dan non akademik.
5. Tahap feasibility testing, yaitu dilakukan uji kelayakan tentang beragam sumber
daya (sumber daya internal/ eksternal; atau sumber daya manusia/ material).
Apabila perencanaan disusun berdasarkan sumber daya yang tersedia secara
cermat dan akurat, akan menghasilkan tingkat kelayakan rencana pendidikan yang
baik.
6. Tahap plan implementation, yaitu tahap pelaksanaan perencanaan pendidikan
untuk mewujudkan tujuan pendidikan. Keberhasilan tahap ini sangat ditentukan
oleh: (a) kualitas sumber daya manusianya (kepala sekolah, guru, komite sekolah,
karyawan, dan siswa); (b) iklim atau pola kerjasama antar unsur dalam satuan
pendidikan sebagai suatu tim kerja (team work) yang handal; dan (c) kontrol atau
pengawasan dan pengendalian kegiatan selama proses pelaksanaan atau
implementasi program layanan pendidikan.
7. Tahap evaluation and revision for future plan, yaitu kegiatan untuk menilai
(mengevaluasi) tingkat keberhasilan pelaksanaan program atau perencanaan
pendidikan, sebagai feedback(masukan atau umpan balik), selanjutnya dilakukan
revisi program untuk rencana layanan pendidikan berikutnya yang lebih baik.
Merujuk pada uraian dari pengertian perencanaan pendidikan sampai tahapan
dalam penyusunan perencanaan pendidikan tersebut di atas, menunjukkan bahwa
kedudukan perencanaan pendidikan dalam proses layanan pendidikan di setiap satuan
pendidikan adalah sangat penting, karena dengan adanya perencanaan pendidikan
yang baik dapat:
1. Meningkatkan kualitas kegiatan atau aktivitas layanan pendidikan anak secara
maksimal, baik menyangkut aspek akademik atau non akademiknya. Hal ini
disebabkan seluruh aktivitas warga sekolah harus berdasarkan pada program yang
13
telah disusun dengan baik dalam suatu perencanaan pendidikan secara sistematik
dan integral.
2. Mengetahui beberapa sumber daya internal dan eksternal yang dimiliki untuk
dimanfaatkan secara maksimal, dan juga mengetahui beberapa kendala, hambatan
dan tantangan yang akan dihadapi dalam upaya pencapaian tujuan. Hal ini
disebabkan, suatu perencanaan pendidikan yang baik pasti akan memuat tentang
beberapa peluang dalam mencapai tujuan dan prediksi tantangan atau hambatan
yang akan muncul, serta strategi yang harus dilakukan dalam mengatasi hambatan
tersebut.
3. Memberi peluang pada setiap warga sekolah dalam meningkatkan beragam
kemampuan, keahlian atau ketrampilan secara maksimal, dalam rangka
mewujudkan tujuan layanan pendidikan.
4. Memberikan kesempatan bagi pelaksana program untuk memilih beberapa
alternatif pilihan tentang metode atau strategi atau pendekatan yang tepat dalam
pelaksanaan perencanaan pendidikan, agar efektif dalam upaya mencapai tujuan
pendidikan.
5. Memudahkan dalam pencapaian tujuan pendidikan, karena perencanaan
pendidikan yang baik selalu dirancang dengan tahapan-tahapan pelaksanaan
program layanan pendidikan (jangka pendek, menengah dan panjang), disamping
itu telah disusun skala prioritas sasaran tujuan yang akan dicapai.
6. Memudahkan dalam melakukan evaluasi tentang seberapa besar pencapaian
tujuan layanan pendidikan yang telah diraih, karena dalam perencanaan
pendidikan yang baik selalu merumuskan indikator-indikator pencapaian tujuan
dan instrumen apa yang dipakai dalam mengukur keberhasilan dalam kegiatan
untuk mencapai tujuan.
7. Memudahkan dalam melakukan revisi program layanan pendidikan dan proses
penyusunan perencanaan pendidikan berikutnya, sesuai dengan dinamika dan
perkembangan kehidupan sosial-budaya.8
8
Ibid., h. 29-30
14
2018), h.113-115
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Uraian tentang pendekatan sistem berkenaan dengan planning dan evaluating
tersebut di atas dapat diambil pokok-pokok kajian sebagai kesimpulan sebagai
berikut.
Pertama, bahwa konsep yang ada dalam pengertian perencanaan pendidikan.
Kedua, manfaat perencanaan pendidikan adalah dapat digunakan sebagai: (a) standar
pelaksanaan dan pengawasan proses layanan pendidikan; (b) media pemilihan
berbagai alternatif langkah strategi penyelesaian yang terbaik bagi upaya pencapaian
tujuan pendidikan; (c) media mengefisiensikan dan mengefektifkan pemanfaatan
beragam sumber daya lembaga pendidikan; (d) media untuk memudahkan dalam
berkoordinasi dengan berbagai pihak atau lembaga pendidikan yang terkait, dalam
rangka meningkatkan kualitas layanan pendidikan; dan (e) alat dalam mengevaluasi
pencapaian tujuan proses layanan pendidikan.
Ketiga, suatu perencanaan pendidikan, paling tidak memiliki ciri atau
karakteristik, yaitu perencanaan pendidikan harus: (a) berorientasi pada visi, misi
kelembagaan yang akan diwujudkan; (b) mempunyai tahapan program jangka waktu
tertentu yang akan dicapai secara berkesinambungan; (c) mengutamakan nilai-nilai
manusiawi dan bermanfaat bagi dirinya dan masyarakatnya; (d) memberikan
kesempatan untuk mengembangkan segala potensi peserta didik secara maksimal; (e)
komprehensif dan sistematis serta disusun secara logis, rasional; (f) diorientasikan
untuk mempersiapkan kualitas sumber daya manusia yang berkualitas; (g)
dikembangkan dengan memperhatikan keterkaitannya dengan berbagai komponen
pendidikan secara sistematis; (h) menggunakan sumber daya (resources) internal dan
eksternal secermat mungkin; (i) berorientasi kepada masa dating atau visioner; dan (j)
responsif terhadap kebutuhan yang berkembang di masyarakat dan bersifat dinamik;
dan (k) merupakan sarana untuk mengembangkan inovasi pendidikan.
16
17
B. Saran
Dari hasil penulisan makalah ini penulis menyarankan, agar kita senantiasa
meningkatkan khazanah keilmuan dan terus selalu memperluas wawasan kita dengan
meningkatkan minat membaca dari berbagai sumber yang dapat kita manfaatkan,
sehingga semakin hari kita semakin lebih baik dari berbagai aspek kehidupan kita
khususnya dalam aspek keilmuan dan wawasan kita terkait dengan pembahasan
makalah pada kesempatan kali ini.
Penulis menyadari bahwa makalah yang penulis susun jauh dari kata sempurna,
maka dari itu kritik dan saran yang membangun baik dari rekan-rekan dan dosen
pengampu mata kuliah sangat penulis harapkan, akhirnya semoga makalah ini dapat
memberi tambahan informasi keilmuan dan bermanfaat untuk kitas semua dan terima
kasih penulis ucapkan kepada Bapak dosen yang membimbing sehingga makalah ini
selesai tepat pada waktunya.
DAFTAR PUSTAKA
M. Thoha. 2016. Manajemen Pendidikan Islam. Surbaya; CV. Salsabila Putra Pratama.
Usman, Husain. 2007. Manajemen, Teori, Praktik, dan Riset Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara.
Makmun, Abin Syamsudin dan Udin Syaefudin Sa’ud. 2006. Perencanaan Pendidikan, Suatu
Pendekatan Komprehensif. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.
Anonym, http://rudtsoneclick.blogspot.com/2013/05/makalah-manajemen-sistem-pendidikan.html,
Langgulung, Hasan, Asas-Asas Pendidikan Islam, (Jakarta: Pustaka Al-Husna, 1992).
Lukaman. H, Mukhtar. 2018. Dasar- Dasar Manajemen Pendidikan. Jambi: Timur Laut
Aksara.