Anda di halaman 1dari 26

MAKALAH KURIKULUM DAN PEMBELAJARAN BIOLOGI

SISTEM INSTRUKSIONAL DAN LANGKAH-LANGKAH


PENGEMBANGANNYA

DOSEN PENGAMPU:

Drs. Jefry D. Raturandang, M.Pd

Dr. Masye Wurarah, M.Si

DISUSUN OLEH:

Chealsie Bernadeth Runtuwene (19507026)

Frankclin Joshua Larono (19507021)

Hijria Mokoginta (19507052)

Silvana A. M Winokan (19507005)

PRODI PENDIDIKAN BIOLOGI

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PEGETAHUAN ALAM

UNIVERSITAS NEGERI MANADO

2020/2021
KATA PENGANTAR
Pertama-tama patutlah penulis mengucap syukur kepada Tuhan yang Maha
Esa, karena atas penyertaan dan lindungan-Nya penulis dapat
menyelesaikan makalah ini yang berjudul “SISTEM INSTRUKSIONAL
DAN LANGKAH-LANGKAH PENGEMBANGANNYA” dengan tepat
waktu.

Adapun tujuan dan maksud penulisan makalah ini untuk memenuhi


tugas yang telah diberikan oleh MnerDrs. Jefry D. Raturandang, M.Pd dan
Enci Dr. Masye Wurarah, M.Siselaku dosen mata kuliah Kurikulum dan
Pembelajaran Biologi. Selain itu makalah ini juga bertujuan untuk
menambah wawasan bagi para pembaca dan juga penulis.

Penulis menyadari bahwa makalah ini masih terdapat banyak


kekurangan dan jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu penulis
membutuhkan saran, kritik, tanggapan maupun sanggahan dari pembaca
agar dapat menyempurnakan makalah ini.

Penulis

Kelompok 9

i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR...................................................................................i

DAFTAR ISI..................................................................................................ii

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang..................................................................................1


1.2 Rumusan Masalah.............................................................................1
.............................................................................................................
1.3 Tujuan Penulisan...............................................................................1

BAB II PEMBAHASAN

2.1 Pengertian dan Fungsi Sistem Instruksional..................................2


2.2 Komponen-komponen Sistem Instruksional..................................3
2.3 Perumusan Tujuan Instruksional Khusus (TIK)...........................6
2.4 Pengembangan Alat Penilaian.........................................................15
2.5 Penentuan Materi Pelajaran............................................................17
2.6 Perencanaan Program......................................................................19
2.7 Pelaksanaan Program.......................................................................20

BAB III PENUTUP

3.1 Kesimpulan........................................................................................22
3.2 Saran...................................................................................................22

DAFTAR PUSTAKA....................................................................................iii

ii
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Pengembangan sistem pembelajaran (instruksional) merupakan salah satu
bentuk pembaharuan sistem instruksional yang banyak dilakukan dalam rangka
pembaharuan sistem pendidikan, dengan maksud agar sistem tersebut dapat lebih
serasi dengan tuntutan kebutuhan masyarakat, serasi pula dengan perkembangan
ilmu pengetahuan dan teknologi. Tujuan utama meningkatkan produktivitas dan
efisiensi proses pembelajaran.
Namun demikian, pendekatan yang sistematis dalam kegiatan instruksional ini
dilakukan dengan cara yang berbeda-beda, dan dengan sebutan yang berbeda-beda
pula. Sebutan itu di antaranya adalah: pengembangan instruksional, desain
instruksional, pengembangan sistem instruksional, pengembangan program
instruksional, pengembangan produk instruksional, pengembangan organisasi, dan
pengembangan kemampuan mengajar. Tetapi istilah populer yang lazim
digunakan adalah “pengembangan instruksional (pembelajaran), yang merupakan
padanan dari istilah “instructional development”.
Dalam operasionalnya pengembangan sistem intruksional ini dapat
dilaksanakan untuk jangka pendek maupun jangka panjang; dapat dilaksanakan
untuk satu topik sajian, satu periode latihan, satu semester, satu bidang studi, atau
bahkan satu sistem yang lebih besar lagi.

1.2 Rumusan Masalah


1. Apakah pengertian dan fungsi sistem instruksional?
2. Apa komponen- komponen sistem instruksional?
3. Bagaimana perumusan tujuan instruksional khusus?
4. Bagaimana pengembangan alat penilaian?
5. Bagaimana penentuan materi pelajaran?
6. Bagaimana perencanaan program?
7. Bagaimana pelaksanaan program?

1.3 Tujuan Penulisan


1. Mengetahui pengertian dan fungsi sistem instruksional
2. Mengetahui komponen-komponen sistem instruksional
3. Mengetahui perumusan tujuan instruksional khusus
4. Mengetahui pengembangan alat penilaian
5. Mengetahui penentuan materi pelajaran
6. Mengetahui perencanaan program
7. Mengetahui pelaksanaan program

1
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Pengertian dan Fungsi Sistem Instruksional
Sistem instruksional menunjukkan pengertian pengajaran sebagai suatu sistem,
yaitu suatu kesatuan yang terorganisasi yang terdiri atas sejumlah komponen yang
saling berhubungan satu sama lain dalam rangka mencapai yang diinginkan.
Komponen tersebut antara lain, materi pelajaran, metode, alat dan evaluasai yang
semuannya ini berinteraksi satu sama lain.
Untuk pengembangan suatu sistem pangajaran atau sistem instruksional maka
semua komponen tersebut harus diorganisasi dengan baik sebagaimana
pengajaran harus kita lihat sebagai keseluruhan atau sebagai suatu sistem. Hal ini
disebabkan bagaimana pun baiknya tujuan pengajaan yang dapat kita rumuskan,
bila tidak disertai materi pelajaran yang sesuai metode dan alat yang tepat maka
tujan tersebut akan sulit dicapai.
Komponen sistem instruksional terdiri dari pesan, orang, bahan, alat, teknik
dan lingkungan. Tiap unsur tersebut merupakan sumber belajar bagi siswa.
Komponen sistem instruksional atau sumber belajar tersebut dapat mempengaruhi
hasil belajar siswa. Komponen sistem instruksional tersebut sudah dirancang
sedemikian rupa oleh fungsi pengembangan instruksional sesuai dengan fungsinya
dalam merancang, melaksanakan dan menilai. Unsur-unsur fungsi pengembangan
instruksional tersebut adalah riset, teori, desain, produksi, evaluasi, seleksi,
logistik, pemanfaatan dan penyebaran.
Fungsi pengembangan instruksional sebelumnya telah diarahkan dan
dikoordinasikan oleh fungsi pengelolaan instruksional yang terdiri dari
pengelolaan organisasi dan pengelolaan personalia. Fungsi pengelolaan
instruksional bertujuan mengawasi salah satu atau lebih fungsi pengembangan
atau fungsi pengelolaan lainnya untuk menjamin pengoperasian yang efektif.
Fungsi ini menolong Jurusan atau Departemen dan Staf tenaga pengajar secara
individual di dalam membuat desain dan pemilihan options untuk meningkatkan
efektifitas dan efesiensi proses belajar dan mengajar, hal ini meliputi:
a. Perencanaan kurikulum;
b. Identifikasi pilihan program instruksional
c. Seleksi peralatan dan bahan;
d. Perkiraan biaya;
e. Penataran tentang pengembangan sistem instruksional bagi staf pengajar;
f. Perencanaan program;
g. Prosedur evaluasi;
h. Revisi program.

2
2.2 Komponen-komponen Sistem Instruksional
Sekolah adalah lembaga formal yang diakui di Indonesia dimana didalamnya
terdapat hal-hal yang memenuhi kriteria. Diantaranya ada pendidik dan peserta
didik juga pendukungnya yakni media pembelajaran, bangunan tempat
berlangsungnya pembelajaran, dll. Berikut akan lebih jelas dipaparkan mengenai
komponen atau unsur-unsur standard dan pendukung sistem instruksional.
1. PesertaDidik
Berbicara peserta didik, tentu tidak terlepas dari karakteristik dan
perilaku awal. Dimana terdiri dari 3 aspek yakni sikap, pengetahuan, dan
ketermapilan yang dimiliki atau yang ada dalam dirinya. Terdapat 9 hal yang
harus diketahui mengenai peserta didik, yakni:
a) Latar belakang pendidikan dan pengalaman
Dengan mengetahui latar belakang pendidikan dan pengalaman
peserta didik tentu akan memudahkan memetakan dan membuat strategi
ke depan. Hal ini berkaitan dengan proses instruksional yang akan
dihadapi dan dilaluinya kelak.
b) Motivasi belajar
Secara umum motivasi terdiri dari 2 yaitu internal dan eksternal.
Motivasi internal adalah motif-motif yang terjadi aktif atau berfungsi
tidak perlu dirangsang dari luar, karena dalam diri setiap individu sudah
ada dorongan untuk melakukan sesuatu. Motivasi eksternal adalah motif-
motif yang aktif dan ebrfungsi karena adanya peransang dari luar.
c) Akses terhadap sumber belajar
Bagaimana peserta didik akan mencapai tujuan instruksional yang
berkaitan dengan materi yang tengah dipelajari jika sumber belajar tidak
tersedia atau mendukung tentu akan menghambat proses pembelajaran.
Yang termasuk dalam sumber belajar adalah berbagi informasi, data-
data, ilmu pengetahuan, gagasan, baik dalam bentuk bahan tercetak
maupun dalam bentuk non cetak.
d) Kebiasaan belajar
Dengan mengetahui kebiasaan belajar peserta didik baik dengan tatap
muka atau mandiri, diharapkan akan membantu dalam proses
intruksional. Kebiasaan peserta didik belajar dengan mandiri misalnya,
tentu akan memiliki efek positif bagi dirinya, karena ia sadar dengan atau
tanpa pendidik ia akan terus belajar.
e) Tempat tinggal
Jarak tempuh dari rumah ke sekolah misalnya akan memengaruhi
intensitas mereka terhadap kegiatan intruksional, dengan catatan
memiliki motivasi yang sama besar baik jauh maupun dekat. Keberadaan
jarak yang dekat dengan lembaga pendidikan tentu akan memudahkan
baginya untuk mendapatkan pengetahuan.

3
f) Akses terhadap saluran komunikasi dan media intruksional
Ketersediaan saluran komunikasi baik berupa telepon, laptop,
computer, buku, atau media cetak lainnya, yang akan mendorong
keinginan untuk menggunakannya dalam kegiatan instruksional.
g) Kebiasaan dan disiplin dalam mengatur waktu belajar
Kebiasaan mengatur waktu belajar dengan memiliki jadwal belajar
misalnya akan memengaruhi peserta didik dalam menyelesaikan tugas-
tugasnya dengan baik.
h) Kebiasaan belajar secara sistematik (secara teratur)
Kebiasaan ini akan memengaruhi penguasaan dalam bahan
instruksional lebih baik, cepat, dan tepat.
i) Kebiasaan belajar sambil berpikir
Hal ini akan meningkatkan motivasi belajar dalam dirinya.

2. LulusanYangDiharapkan
Lulusan yang dimaksud didukung oleh tiga pihak, yaitu masyarakat
pengguna lulusan, penyelenggara pendidikan termasuk pendidik serta peserta
didik. Jika ketiga pihak saling berkaitan dan dirumuskan dalam tujuan
instruksional dipandang relevan bagi pengguna lulusan dan peserta didik
dalam mendapatkan materi sesuai kebutuhan.

3. ProsesInstruksional
Dasar dalam proses instruksional dibangun berdasarkan strategi
instruksional. Yakni system menerima masukan atau input dari
lingkungannya dan output melalui sebuah proses atau transformasi untuk
mengubah input menjadi output.

4. Pengajar
Pengajar yang baik akan menggunakan kegiatan instruksional dengan
sebaik- baiknya secara kreatif dan inovatif. Disebut kreatif karena pengajar
mampu memilih metode dan alat instruksional sesuai kebutuhannya sesuai
dengan tujuan instruksional yang ada. Hal ini untuk menjaga rasa bosan
peserta didik dalam proses instruksional termasuk bagi dirinya, pengajar itu
sendiri. Kegiatan instruksional yang kreatif pandangan peserta didik
merupakan suatu inovasi. Biasanya inovasi cenderung kearah benda, gagasan
atau prosedur baru dan itu diharapkan bagi peserta didik.

5. Kurikulum
Dalam konteks sempit dimaknai bahwa kurikulum merupakan daftar
materi pelajaran yang terorganisasi (tersusun) dengan logis (masuk akal)
untuk mencapai tujuan instruksional yang ditetapkan. Dan perlu diingat
bahwasanya pihak yang ebrhak menentukan kurikulum adalah pengajar,

4
penyelenggara, dan penanggung jawab satuan pendidikan. Disisi lain
pengembangan kurikulum yang terlibat yakni peserta didik dan pengguna
lulusan.
6. BahanInstruksional
Bahan instruksional itu disusun berdasarkan karakteristik peserta didik,
dan strategi instruksional untuk setiap tujuan instruksional. Bahan
instruksional terdiri dari tiga:
a) Bahan instruksional untuk tatap muka disebut bahan kompilasi. Peserta
didik mencapai kompetensi yang diharapkan seperti tercantum dalam
tujuan instruksional melalui proses belajar yang aktif, dinamis, dan
bermakna
b) Bahan instruksional mandiri, dimana sering digunakan pada pembelajaran
jarak jauh seperti di Universitas Terbuka. Modul adalah media yang tepat
dan berisi panduan lengkap, siapa melakukan apa, dll. Istilah modul
sendiri berasal dari teknologi pesawat luar angkasa Amerika Serikat
dimana terdiri dari bagian dan setiap bagian itu disebut modul.
c) Bahan instruksional kombinasi artinya oaduan keduanya. Contohnya
diperkuliahan pada umumnya atau sekolah paket A, B, dan C untuk
kesetaraan.

7. SitemEvaluasi
Evaluasi merupakan kegiatan untuk mengumpulkan informasi tentang
bekerjanya sesuatu, yang selanjutnya informasi tersebut digunakan untuk
menentukan alternatif yang tepat dalam mengambil keputusan Suharsim
Arikunto (2004:1) dalam Hamalik (2014). Sedangkan Evaluasi pendidikan
menurut Gronlund (1990:5) dalam Dimyati (2009) merupakan proses yang
sistematis tentang mengumpulkan, menganalisis, dan menafsirkan informasi
untuk menentukan sejauh mana tujuanpembelajaran telah dicapai oleh siswa.

Selanjutnya, dalam pelaksanaan system intruksional juga diperlukan komponen


pendukung, yakni:
1. MediaPembelajaran
Media pembelajaran dimaknai dengan semua alat dan bahan yang
dilakukan dalam proses pembelajaran dalam rangkan meningkatkan hasil
belajar siswa. Proses pembelajaran merupakan proses komunikasi antara
sumber pesan dengan penerima pesan. Guru dapat berperan sebagai sumber
pesan. Sebagai sumber pesan, guru harus menciptakan kondisi yang
memungkinka proses komunikasi berjalan dengan baik. Disisi lain, siswa
sebagai penerima pesan harus memperhatikan dan mengambil sepenuhnya
semua pesan yang diberikan oleh guru. Diantara komunikasi antara sumber
dan penerima pesan, terdapat media yang menjadi perantara komunikasi.

5
Yakni agar sumber pesan yang disampaikan guru secara penuh tersampaikan
kepada penerima siswa dengan tanpa terdapat kesalahpahaman.

2. Bangunansekolah
Bangunan sekolah merupakan tempat yang digunakan untuk
menyelenggarakan proses pembelajaran. Kondisi bangunan akan
mempengaruhi proses pembelajaran yang dilaksanakan. Bangunan yang layak
pakai akan menimbulkan suasana semangat dan gairah belajara bagi siswa
maupun pengajar. Begitupun sebaliknya, bangunan sekolah yang tidak layak
pakai atau hamper roboh juga akan mempengaruhi iklim belajar didalamnya.

2.3 Perumusan Tujuan Instruksional Khusus (TIK)


1. Pengertian TIK
Tujuan instruksional khusus adalah perubahan tingkah laku peserta didik
setelah mengikuti program pengajaran. Perubahan ini terjadi pada seorang
yang belajar tentang apa yang ia inginkan setelah menyelesaikan suatu
pelajaran.
Perumusan TIK harus dilakukan secara pasti artinya pengertian yang
tercantum di dalamnya hanya mengandung satu pengertian dan tidak dapat
ditafsirkan kepada bentuk lain. Untuk itu TIK harus dirumuskan ke dalam kata
kerja yang dapat dilihat oleh mata.(Suparman, 2004: 159). Menurut Soedjarwo
(1995: 81) Penulisan sasaran belajar sedikitnya menyatakan tentang: a). Isi
materi dan bahasan b). Tingkat penampilan yang diharapkan c). Prasyarat
pengungkapan hasil kerja. Tentunya secara ideal diharapkan peserta didik
mendapatkan perubahan secara menyeluruh, baik dalam pengetahuan
(kognitif), sikap (afektif), maupun keterampilan (motorik).
Tujuan instruksional dapat menjadi arah proses pengembangan
instruksional karena di dalamnya tercantum rumusan pengetahuan,
keterampilan dan sikap yang akan dicapai mahasiswa pada akhir proses
instruksional. Keberhasilan siswa dalam mencapai tujuan tersebut merupakan
ukuran keberhasilan sistem instruksional yang digunakan oleh pengajar.
Berdasarkan apa yang telah dikemukakan diatas maka dapat disimpulkan
bahwa Tujuan Instruksional Khusus merupakan suatu rumusan yang
menjelaskan apa yang ingin dicapai, atau menjelaskan perubahan yang terjadi
sebagai akibat dari apa yang dipelajari oleh siswa.

2. Syarat- syaratTujuanInstruksionalKhusus
Tujuan Instruksional Khusus merupakan penjabaran dari Tujuan
Instruksional Umum. Dalam perumusan TIK harus memperhatikan rambu-
rambu sebagai berikut:

6
1) Rumusan Tujuan Instruksional Khusus harus merupakan hasil belajar,
bukan proses belajar. Misalnya setelah mengikuti proses diskusi guru
mengharapkan siswa mampu mengidentifikasi ciri- ciri nilai sosial.
Rumusan Tujuan Instruksional Khusus yang benar adalah “siswa mampu
mengidentifikasi nilai sosial”.
2) Perangkat Tujuan Instruksional Khusus dalam satu rencana pembelajaran
haruslah komprehensif, artinya kemampuan dituntut dalam setiap Tujuan
Instrusional Khusus hendaknya dari jenjang yang berbeda. Misalnya, jika
dalam satu rencana pembelajaran ada tiga Tujuan Instruksional Khusus,
kemampuan yang dituntut Tujuan Instruksional Khusus: a) Dapat
menjelaskan; b) Dapat memberi contoh dan ; c) Dapat menggunakan;
3) Kemampuan yang dituntut dalam rumusan Tujuan Instruksional Khusus
harus sesuai dengan kemampuan siswa
4) Banyaknya TIK yang dirumuskan harus sesuai dengan waktu yang tersedia
untuk mencapainya (Hernawan, 2005).

8. CakupanTujuanInstruksional
Menurut Bloom dalam bukunya “Taxonomy of Educational Objectives”
mengolongkan tujuan pendidikan/instruksional, dalam tiga ranah, yakni: ranah
kognitif, ranah afektif dan psikomotorik
1) Kognitif (proses berfikir)
Kognitif adalah kemampuan intelektual siswa dalam berpikir,
menegtahui dan memecahkan masalah.Menurut Bloom (1956) tujuan
domain kognitif terdiri atas enam bagian:
a. Pengetahuan (knowledge)
Mengacu kepada kemampuan mengenal materi yang sudah
dipelajari dari yang sederhana sampai pada teori-teori yang sukar.
Yang penting adalah kemampuan mengingat keterangan dengan
benar.
b. Pemahaman (comprehension)
Mengacu kepada kemampuan memahami makna materi. Aspek
ini satu tingkat di atas pengetahuan dan merupakan tingkat berfikir
yang rendah.
c. Penerapan (application)
Mengacu kepada kemampuan menggunakan atau menerapkan
materi yang sudah dipelajari pada situasi yang baru dan menyangkut
penggunaan aturan dan prinsip. Penerapan merupakan tingkat
kemampuan berfikir yang lebih tinggi daripada pemahaman.
d. Analisis (analysis)
Mengacu kepada kemampun menguraikan materi ke dalam
komponen- komponen atau faktor-faktor penyebabnya dan mampu
memahami hubungan di antara bagian yang satu dengan yang lainnya

7
sehingga struktur dan aturannya dapat lebih dimengerti. Analisis
merupakan tingkat kemampuan berfikir yang lebih tinggi daripada
aspek pemahaman maupun penerapan.
e. Sintesa (evaluation)
Mengacu kepada kemampuan memadukan konsep atau
komponen-komponen sehingga membentuk suatu pola struktur atau
bentuk baru. Aspek ini memerluakn tingkah laku yang kreatif. Sintesis
merupakan kemampuan tingkat berfikir yang lebih tinggi daripada
kemampuan sebelumnya.
f. Evaluasi (evaluation)
Mengacu kemampuan memberikan pertimbangan terhadap nilai-
nilai materi untuk tujuan tertentu. Evaluasi merupakan tingkat
kemampuan berfikir yang tinggi. Urutan-urutan seperti yang
dikemukakan di atas, seperti ini sebenarnya masih mempunyai bagian-
bagian lebih spesifik lagi. Di mana di antara bagian tersebut akan
lebih memahami akan ranah-ranah psikologi sampai di mana
kemampuan pengajaran mencapai Introduktion Instruksional. Seperti
evaluasi terdiri dari dua kategori yaitu “Penilaian dengan
menggunakan kriteria internal” dan “Penilaian dengan menggunakan
kriteria eksternal”. Keterangan yang sederhana dari aspek kognitif
seperti dari urutan-urutan di atas, bahwa sistematika tersebut adalah
berurutan yakni satu bagian harus lebih dikuasai baru melangkah pada
bagian lain. Aspek kognitif lebih didominasi oleh alur-alur teoritis dan
abstrak. Pengetahuan akan menjadi standar umum untuk melihat
kemampuan kognitif seseorang dalam proses pengajaran.

2) Afektif (nilai atau sikap)


Afektif atau intelektual adalah mengenai sikap, minat, emosi, nilai
hidup dan operasiasi siswa. Menurut Krathwol (1964) klasifikasi tujuan
domain afektif terbagi lima kategori:
a. Penerimaan (recerving)
Mengacu kepada kemampuan memperhatikan dan memberikan
respon terhadap sitimulasi yang tepat. Penerimaan merupakan tingkat
hasil belajar terendah dalam domain afektif.
b. Pemberian respon atau partisipasi (responding)
Satu tingkat di atas penerimaan. Dalam hal ini siswa menjadi
terlibat secara afektif, menjadi peserta dan tertarik.
c. Penilaian atau penentuan sikap (valung)
Mengacu kepada nilai atau pentingnya kita menterikatkan diri
pada objek atau kejadian tertentu dengan reaksi-reaksi seperti
menerima, menolak atau tidak menghiraukan. Tujuan-tujuan tersebut
dapat diklasifikasikan menjadi “sikap dan opresiasi”.

8
d. Organisasi (organization)
Mengacu kepada penyatuan nilai, sikap-sikap yang berbeda yang
membuat lebih konsisten dapat menimbulkan konflik-konflik internal
dan membentuk suatu sistem nilai internal, mencakup tingkah laku
yang tercermin dalam suatu filsafat hidup.
e. Karakterisasi / pembentukan pola hidup (characterization by a value
or value complex)
Mengacu kepada karakter dan daya hidup sesorang. Nilai-nilai
sangat berkembang nilai teratur sehingga tingkah laku menjadi lebih
konsisten dan lebih mudah diperkirakan. Tujuan dalam kategori ini
ada hubungannya dengan keteraturan pribadi, sosial dan emosi jiwa.
Variable-variabel di atas juga telah memberikan kejelasan bagi
proses pemahaman taksonomi afektif ini, berlangsungnya proses
afektif adalah akibat perjalanan kognitif terlebih dahulu seperti pernah
diungkapkan bahwa:“Semua sikap bersumber pada organisasi kognitif
pada informasi dan pengatahuan yang kita miliki. Sikap selalu
diarahkan pada objek, kelompok atau orang hubungan kita dengan
mereka pasti di dasarkan pada informasi yanag kita peroleh tentang
sifat-sifat mereka.”
Bidang afektif dalam psikologi akan memberi peran tersendiri
untuk dapat menyimpan menginternalisasikan sebuah nilai yang
diperoleh lewat kognitif dan kemampuan organisasi afektif itu sendiri.
Jadi eksistensi afektif dalam dunia psikologi pengajaran adalah sangat
urgen untuk dijadikan pola pengajaran yang lebih baik tentunya.

3) Psikomotorik (keterampilan)
Psikomotorik adalah kemampuan yang menyangkut kegiatan otot dan
fisik. Menurut Davc (1970) klasifikasi tujuan domain psikomotor terbagi
lima kategori yaitu:
a. Peniruan
Terjadi ketika siswa mengamati suatu gerakan. Mulai memberi
respons serupa dengan yang diamati. Mengurangi koordinasi dan
kontrol otot-otot saraf. Peniruan ini pada umumnya dalam bentuk
global dan tidak sempurna.
b. Manipulasi
Menekankan perkembangan kemampuan mengikuti pengarahan,
penampilan, gerakan-gerakan pilihan yang menetapkan suatu
penampilan melalui latihan. Pada tingkat ini siswa menampilkan
sesuatu menurut petunjuk-petunjuk tidak hanya meniru tingkah laku
saja.

9
c. Ketetapan
Memerlukan kecermatan, proporsi dan kepastian yang lebih
tinggi dalam penampilan. Respon-respon lebih terkoreksi dan
kesalahan-kesalahan dibatasi sampai pada tingkat minimum.
d. Artikulasi
Menekankan koordinasi suatu rangkaian gerakan dengan
membuat urutan yang tepat dan mencapai yang diharapkan atau
konsistensi internal di natara gerakan- gerakan yang berbeda.
e. Pengalamiahan
Menurut tingkah laku yang ditampilkan dengan paling sedikit
mengeluarkan energi fisik maupun psikis. Gerakannya dilakukan
secara rutin. Pengalamiahan merupakan tingkat kemampuan tertinggi
dalam domain psikomotorik.
Dari penjelasan di atas dapat dilihat bahwa domain psikomotorik
dalam taksonomi instruksional pengajaran adalah lebih
mengorientasikan pada proses tingkah laku atau pelaksanaan, di mana
sebagai fungsinya adalah untuk meneruskan nilai yang terdapat lewat
kognitif dan diinternalisasikan lewat afektif sehingga mengorganisasi
dan diaplikasikan dalam bentuk nyata oleh domain psikomotorik ini.
Dalam konteks evaluasi hasil belajar, maka ketiga domain atau
ranah itulah yang harus dijadikan sasaran dalam setiap kegiatan
evaluasi hasil belajar. Sasaran kegiatan evaluasi hasil belajar adalah:
a) Apakah peserta didik sudah dapat memahami semua bahan atau
materi pelajaran yang telah diberikan pada mereka?
b) Apakah peserta didik sudah dapat menghayatinya?
c) Apakah materi pelajaran yang telah diberikan itu sudah dapat
diamalkan secara kongkret dalam praktek atau dalam
kehidupannya sehari-hari?
Ketiga ranah tersebut menjadi obyek penilaian hasil belajar.
Diantara ketiga ranah itu, ranah kognitiflah yang paling banyak dinilai
oleh para guru disekolah karena berkaitan dengan kemampuan para
siswa dalam menguasai isi bahan pengajaran.

9. Perumusan Tujuan Instruksional Khusus


a. Hakikat dan Ragam
TIK Pada uraian sebelumnya sudah diutarakan bahwa tujuan
instruksional itu ialah segala hal yang harus dimiliki dan dapat ditampilkan
siswa setelah pembelajaran. Dengan kata lain Tujuan Instruksional Khusus
adalah hasil yang diinginkan guru untuk dimiliki oleh siswa setelah proses
pembelajaran berlangsung. Diharapkan terjadinya perubahan dan
penyempurnaan diri siswa setelah melakoni proses pembelajaran

10
sebagaimana dirumuskan dalam tujuan instruksional khusus. Melalui
Tujuan Instruksional Khusus ini diharapkan bahwa:
 Diri siswa:
a) Memperoleh sesuatu.
b) Merubah sesuatu yang ada dalam dirinya.
c) Menyempurnakan sesuatu.
d) Membina sesuatu.
e) Menampilkan sesuatu.

 Kelak kemudian hari melalui diri siswa yang bertindak sebagai


inovator, dapat pula terjadi perubahan/perbaikan lingkungannya.
Dengan kata lain arah sasaran TIK ini adalah:
a) Menciptakan hal yang baru
b) Merubah apa yang sudah dimiliki oleh siswa/kehidupan/keadaan.
c) Membina dan menyempurnakan apa yang sudah ada.
d) Meningktakan sesuatu.
e) Menangkal hal yang tidak diinginkan.

Objeknya adalah siswa itu sendiri, lingkungannya, masyarakat bangsa


dan negaranya. Dengan dimensi pengetahuannya, sikap, nilai, dan
emosionalnya, serta keterampilannya dengan target waktu: hari ini
(kepentingan sekarang) dan besok (masa mendatang)
Mengenai jenis ragam, TIK dapat dibedakan atas:
 Dari segi waktu pencapaiannya
Menurut Norman E Grundlond (1976) TIK dapat dibedakan atas:
a) Tujuan yang wajib dikuasai oleh TIK yang sifatnya mendasar,
esensial dan penting yang harus dikuasai oleh siswa. Contoh:
Huruf alfabetik untuk pelajaran membaca, bilangan untuk
menghitung, sila pancasila untuk PMP/PPKN, letak tuts-tuts bagi
pengetik dll.
b) Tujuan-tujuan yang tercapai melalui suatu fase perkembangan
ialah TIK yang tidak bisa sekaligus sempurna yang dicapai oleh
siswa melainkan melalui tahap perkembangan. Contoh : menjadi
pengarang harus melalui berbagai penguasaan,
kecakapan/kemahiran mengetik dengan memerlukan
pelatihan/pengulangan, kemampuan hidup bermasyarakat akan
selalu berkembang dan makin sempurna. Jadi, TIK jenis ini ada
awal tetapi tidak ada akhirnya akan terus berkembang melalui
pengalaman dan kehidupannya.
c) Tujuan yang sangat ideal ialah sesuatu yang sangat sulit dicapai
dalam satu kali pukul atau dengan seketika. Contoh: Insan
Pancasila sejati, taqwa, sholeh, berbudaya dll.

11
d) Tujuan yang dapat dicapai segera misalnya dapat membuat bagan,
dapat mengemukan pendapat tentang X, dll.

 Melihat sifat hasil yang dicapai siswa


a) TIK yang hanya mencakup satu masalah/bidang/disiplin saja
antara lain dapat mengemukakan teori ekonomi, dapat
mengemukakan nama pejabat pemerintah, dll.
b) Kebalikan dari hal diatas ialah multi bidang. Contoh : dapat
mengemukakan dampak dari banjir dalam berbagai kehidupan,
dapat mengemukakan sebab urbanisasi secara menyeluruh, dll.
c) TIK yang merupakan sasaran pokok yang direncanakan, ialah
segala TIK yang memang sudah ditargetkan dan dirumuskan
d) TIK yang tersembunyi yang dicapai siswa karena proses
pembelajaran atau sebagai hasil sampingan pencapaian TIK
pokok/utama. Contoh: TIK utama terampil membuat bagan X,
maka disini secara implisit dicapai hasil sampingan pemahaman
atas konsep X itu sendiri.
e) Jenis TIK lain yang setaraf dengan hal diatas (TIK yang
tersebunyi) yakni khususnya aspek keterampilan:
 Keterampilan social/hubungan social
 Keterampilan akademik yang akan menjadi keterampilan
belajar sepanjang hayat.

Sehubungan dengan hakikat dan jenis ragam TIK yang telah


diuraikan, maka dalam memilih dan menentukan TIK yang perlu
diperhatikan adalah:
a) Kemungkinan memasukkan berbagai jenis TIK dalam suatu
pembahasan.
b) Tuntutan kehidupan di hari esok bagi anak dan masyarakat.
c) Fungsionalisasi pelajaran dengan lingkungan dan kehidupan.
d) Dimensi domain/kawasan pendidikan yang lengkap (kognitif,afektif,
psikomotorik) dan berkadar taksonomi tinggi.
e) Memungkinkannya lahir proses belajar yang ideal dan manusiawi.
f) Mampu melahirkan hasil-hasil yang lebih tinggi/banyak.
g) Mampu membawakan arus pembahuruan: sekolah-peran siswa-guru.
Pengembangan tujuan/ TIK secara meluas ini seirama serta akan
menunjang kemudahan pengembangan-perluasan program/materi pelaran
kelak disaat dilakukan desain program. Bahkan dalam teori perumusan
TIK, yang tepat dan benar (dilihat dari aspek taksonomi dan materi yang
harus dibawakan) adalah perumusan yang mampu
merakitkan/menggandengkan kata kunci operasional TIK dengan materi
pelajaran. Hal ini akan diuraikan tersendiri pada uraian selanjutnya.

12
b. Persyaratan dan Langkah Kegiatan Perumusan TIK
Seperti yang telah dikemukakan sebelumnya bahwa, Tujuan
Instruksional Khusus merupakan penjabaran dari Tujuan Instruksional
Umum. Dalam perumusan Tujuan Instruksional Khusus harus
memperhatikan rambu- rambu sebagai berikut:
a) Rumusan Tujuan Instruksional Khusus harus merupakan hasil belajar,
bukan proses belajar. Misalnya setelah mengikuti proses diskusi guru
mengharapkan siswa mampu mengidentifikasi ciri- ciri demokrasi.
Rumusan Tujuan Instruksional Khusus yang benar adalah “siswa
mampu mengidentifikasi ciri- ciri demokrasi”. Bukan siswa mampu
mendiskusikan ciri- ciri demokrasi bukan merupakan rumusan tujuan
tetapi proses pembelajaran.
b) Perangkat Tujuan Instruksional Khusus dalam satu rencana
pembelajaran haruslah komprehensif, artinya kemampuan dituntut
dalam setiap Tujuan Instrusional Khusus hendaknya dari jenjang yang
berbeda. Misalnya, jika dalam satu rencana pembelajaran ada tiga
Tujuan Instruksional Khusus, kemampuan yang dituntut Tujuan
Instruksional Khusus 1, adalah dapat menjelaskan, Tujuan
Instruksional 2: dapat memberi contoh dan Tujuan Instruksional
Khusus 3: dapat menggunakan.
c) Kemampuan yang dituntut dalam rumusan Tujuan Instruksional
Khusus harus sesuai dengan kemampuan siswa.
d) Banyaknya Tujuan Instruksional Khusus yang dirumuskan harus
sesuai dengan waktu yang tersedia untuk mencapainya.
Dengan mempertimbangkan hal- hal tersebut diharapkan akan
dihasilkan rumusan Tujuan Instruksional Khusus yang dapat
menjembatani pencapaian Tujuan Instruksional Khusus. Untuk dapat
membuat rumusan Tujuan Instruksional Khusus yang benar, berikut ini
disajikan komponen- komponen yang harus ada dalam suatu rumusan.
Langkah Merumuskan TIK (tujuan intruksional khusus) yaitu terdiri
dari:
a) Membuat sejumlah TIU (tujuan instruksinal umum) untuk setiap mata
pelajaran bidang studi yang akan diajarkan.
b) Dari masing-masing TIU dijabarkan menjadi sejumlah TIK yang
rumusannya jelas, khusus, dapat diamati, terukur, dan menunjukkan
perubahan tingkah laku.

Dalam merumuskan TIK dapat dilakukan dengan menggunakan dua


format yaitu format Mager dan ABCD format.

13
 Format Merger
Merger merekomendasikan syarat–syarat untuk menentukan tujuan
perilaku yang ingin dicapai dalam kegiatan pembelajaran.
a) Mengidentifikasi tingkah laku terakhir yang ingin dicapai oleh
pembelajar
b) Menentukan dalam kondisi bagaimana tingkah laku tersebut dapat
dicapai
c) Membuat kriteria spesifik bagaimana tingkah laku tersebut dapat
diterima
Uraian di atas menunjukan bahwa Merger mengemukakan tujuan
tersebut dirumuskan dengan menentukan bagaimana pembelajar harus
melakukannya, bagaimana kondisinya, serta bagaimana mereka akan
melakukannya. Dalam penjabaran TIK ini Merger melibatkan tiga
aspek yaitu begaimana kondisi pencapaian tujuan, kriteria yang ingin
dicapai, serta bagaimana tingkah laku pencapaiannya.
Merger mendiskripsikan audiense hanya sebagai murid atau
pembelajar, dengan menggunakan sebuah format ”kamu akan bisa
untuk”. Para desain pembelajaran yang menggunakan format Marger
ini biasanya menggunakan ”SWABAT” yang berarti ”the student will
be able to”.
 Format ABCD
Menurut Knirk dan Gustafson (1986), Ada empat komponen yang
harus ada dalam rumusan tujuan, yaitu Format ABCD digunakan oleh
Institusi Pengembangan Pembelajaran, pada prinsipnya format ini
sama dengan yang dikemukakan oleh Marger, namun pada bagian ini
menambahkan dengan mengidentifikasi audiense, atau subjek
pembelajar. Unsur– unsur tersebut dikenal dengan ABCD yang
berasal dari empat kata sebagai berikut:
A = Audience
B = Behaviour
C = Condition
D = Degree
a) Audience
Audience merupakan siswa atau mahasiswa yang akan belajar,
dalam hal ini pada TIK perlu dijelaskan siapa mahasiswa atau
siswa yang akan belajar. Keterangan tentang siswa yang akan
belajar tersebut harus dijelaskan secara spesifik mungkin, agar
seseorang yang berada di luar populasi yang ingin mengikuti
pelajaran tersebut dapat menempatkan diri seperti siswa atau
mahasiswa yang menjadi sasaran dalam sistim instruksional
tersebut.

14
b) Behavior
Behavior merupakan prilaku yang spesifik yang akan
dimunculkan oleh mahasiswa atau siswa tersebut setelah selesai
mengikuti proses belajar tersebut . Perilaku ini terdiri dari dua
bahgian penting yaitu kata kerja dan objek. Kata kerja ini
menunjukkan bagaimana siswa mendemonstrasikan sesuatu seperti
menyebutkan, menjelaskan, menganalisis dan lainnya. Sedangkan
objek menunjukkan apa yang didemonstrasikan.
c) Condition
Condition berarti batasan yang dikenakan kepada mahasiswa
atau alat yang digunakan mahasiswa ketika ia tes.Kondisi ini dapat
memberikan gambaran kepada pengembang tes tentang kondisi
atau keadaan bagaimana siswa atau mahasiswa diharapkan dapat
mendemonstrasikan perilaku saat ini di tes,misalnya dengan
menggunakan rumus tertentu atau kriteria tertentu.
d) Degree
Degree merupakan tingkat keberhasilan mahasiswa dalam
mencapai perilaku tersebut, adakalanya mahasiswa diharapkan dapat
melakukan sesuatu dengan sempurna tampa salah dalam waktu dua
jam dan lainnya. Sejumlah rumusan ABCD dalam penerapannya
terkadang tidak disusun secara ber urutan namun dapat dibalik-
balikkan . Dalam praktek sehari-hari perumusan TIK terkadang hana
mencantumkan dua komponen saja , yaitu A dan B sehingga ketika
diukur tidak memiliki kepastian dalsam menyusun tes.

2.4 Pengembangan Alat Penilaian


1. Pedoman pengembangan alat penilaian
Pedoman pengembangan alat penilaian memberikan petunjuk tentang
prosedur penilaian yang akan ditempuh, tentang tes awal (pre test) dan tes
akhir (post test), tentang jenis tes yang akan digunakan dan tentang rumusan
soal-soal tes sebagai bagian dari satuan pelajaran. Tes yang digunakan dalam
PPSI disebut criterion referenced test yaitu tes yang digunakan unuk
mengukur efektifitas program/ pelaksanaan pengajaran.

2. Pedoman proses kegiatan belajar siswa


Pedoman proses kegiatan belajar siswa merupakan petunjuk bagi guru
untuk menetapkan langkah-langkah kegiatan belajar siswa sesuai dengan
bahan pelajaran yang harus dikuasai dan tujuan khusus instruksional yang
harus dicapai oleh para siswa.

15
Dalam menentukan metode atau alat bantu pengajaran yang akan dipakai
untuk mencapai tujuan (TIK), para guru dan calon guru dituntut:
a. Menyadari bahwa TIK dan sifat bahan adalah dasar untuk menentukan
metode dan alat bantu pengajaran.
b. Guru menguasai berbagai metode secara fungsional misalnya metode
ceramah, diskusi, dll.
c. Mempertimbangkan fasilitas yang ada.
d. Setiap pelaksanaan metode pengajaran harus mempertimbangkan kondisi
situasi murid dan berusaha untuk aktivitas belajarnya.
e. Apakah guru tersebut benar-benar mampu melaksanakan metode beserta
alat bantu pengajaran yang dipilihnya.

3. Pedoman program kegiatan guru


Pedoman program kegiatan guru merupakan petunjuk-petunjuk bagi guru
untuk merencanakan program kegiatan bimbingan sehingga para siswa
melakukan kegiatan sesuai dengan rumusan TIK. Dalam hubungan ini guru
perlu:
a. Merumuskan materi pelajaran secara terperinci
Hal ini dimaksudkan agar guru mampu menjabarkan materi pelajaran
secara:
1) jelas kegunaannya untuk mencapai TIK;
2) sesuai dengan pengalaman murid;
3) terjamin kebenaran ilmiahnya;
4) mampu mengikuti perkembangan ilmu tersebut;
5) representatif; dan
6) dan berguna bagi kehidupan murid sehari-hari.
b. Memilih metode-metode yang tepat
Guru menentukan lamanya waktu pelajaran berdasarkan keberagaman
isi TIK dan tingkat kesukaran materi pelajaran. Guru juga dituntut untuk
mempertimbangkan jenis metode serta alat bantu pengajaran yang dipilih.
c. Menyusun jadwal secara terperinci.
Sebelum melangkah ke pelaksanaan, satuan pelajaran sebagai persiapan
tulis lengkap harus telah selesai disusun.

4. Pedoman pelaksanaan program


Pedoman pelaksanaan program merupakan petunjuk-petunjuk dari
program yang telah disusun. Petunjuk-petunjuk itu berkenaan dengan
dimulainya pelaksanaan tes awal dilanjutkan dengan penyampaian materi
pelajaran sampai pada dilaksanakannya penilaian hasil belajar.
Langkah ini terdiri dari 3 macam kegiatan, ialah:
a. Mengadakan pre-test

16
Tes yang kita berikan pada siswa adalah tes yang disusun pada langkah
kedua. Fungsi dari pre-test ini untuk menilai sampai di mana siswa telah
menguasai keterampilan yang tercantum dalam TIK.
b. Penyampaian materi pelajaran
Guru menyampaikan materi pelajaran kepada murid/guru membimbing
murid untuk mendalami dan mengusai materi pelajaran.
c. Mengadakan evaluas
Post-test yang telah disusun pada langkah kedua diberikan pada murid-
murid setelah mereka mengikuti program pelajaran.

5. Diagram evaluasi
Pre-test guru bersama murid mendalami post-test
 Pre-test
Bertujuan untuk menilai kemampuan murid yang tercantum dalam TIK.
Sebelum mereka mengikuti program pengajaran (secara praktis pre-test
untuk menilai kemampuan murid mengenai penguasaan materi palajaran
sebelum mereka dibimbing guru menguasai materi pelajaran yang telah
diprogramkan).
 Post-test
Berfungsi untuk menilai kemampuan-kemampuan murid setelah
pengajaran diberikan. Post-test digunakan untuk menilai efektifitas
pengajaran.

6. Pedoman perbaikan atau revisi


Pedoman perbaikan atau revisi yang merupakan pengembangan program
setelah selesai dilaksanakan. Perbaikan dilakukan berdasarkan umpan balik
yang diperoleh berdasarkan hasil penilaian akhir.

2.5 Penentuan Materi Pelajaran


Dalam menentukan kegiatan belajar mengajar hal yang harus dilakukan adalah:
1. Merumuskan semua kemungkinan kegiatan belajar yang diperlukan untuk
mencapai tujuan.
2. Menetapkan mana dari sekian kegiatan belajar tersebut yang perlu ditempuh
dan tidak perlu ditempuh lagi oleh siswa.
3. Menetapkan kegiatan belajar yang masih perlu dilaksanakan oleh siswa.
Pada langkah ini sesudah kegiatan belajar siswa ditetapkan, perlu dirumuskan
pokok-pokok materi pembelajaran yang akan diberikan kepada siswa sesuai
dengan jenis kegiatan belajar yang telah ditetapkan.

17
Untuk menyampaikan materi yang telah kita tetapkan, perlu dipertimbangkan
metode mana yang paling tepat digunakan, dengan mengingat kegiatan – kegiatan
belajar yang telah dirumuskan dan tujuan yang ingin dicapai.
Selanjutnya perlu dimantapkan dalam suatu program pembelajaran.Titik tolak
dalam merencanakan program kegiatan pembelajaran adalah suatu pelajaran yang
diambil dari kurikulum yang telah ditetapkan jumlah jam/SKS nya dan diberikan
pada kelas dalam semester tertentu. Pada langkah ini perlu disusun strategi proses
pembelajaran dengan cara merumuskan kegiatan mengajar dan kegiatan belajar
yang dirancanng secara sistematis sesuai dengan situasi kelas. Pendekatan dan
metode pembelajaran yang akan digunakan dipilih sesuai dengan tujuan dan
karakteristik materi yang akan disampaikan. Termasuk dalam langkah ini adalah
penyusunan proses pelaksanaan evaluasi.Ada tiga hal yang berkenaan dengan
program kegiatan ini, yaitu:
1. Merumuskan materi pelajaran.
Bila perlu setiap pokok materi dapat dilengkapi dengan uraian singkat
dan contoh-contoh agar memudahkan penyampaian materi tersebut
kepadasiswa/ mahasiswa.
2. Metode yang digunakan
Dalam hal ini kita perlu mengetahui terlebih dahulu sejumlah metode
yang dapat digunakan dalam proses belajar mengajar.
3. Menyusun jadwal
Penyusunan jadwal ini atas dasar banyaknya materi yang ingin
disampaikan dan metode – metode yang digunakan.
Faktor-faktor yang harus diperhatikan, antara lain:
 Bahan pelajaran yang sesuai dengan tujuan pelajaran. Bahan pelajaran
bersumber dari pokok-pokok bahasan yang tercantum didalam kurikulum
dan sebaiknya berantai.
 Metode mengajar atau uraian kegiatan belajar mengajar. Disini terdapat
faktor guru, murid, alat pelajaran atau media yang dipergunakan.
 Fasilitas dan alat yang menunjang kegiatan belajar mengajar. Guru
mempersiapkan kondisi yang memungkinkan belajar mengajar
berlangsung dengan lancar.
 Evaluasi hasil belajar. Setelah kegiatan belajar mengajar selesai pada satu
satuan pelajaran maka diadakan evaluasi. Evaluasi ini menguji siswa pada
satu mata pelajaran.Kemudian diadakan pra-tes pada tahap permulaan
sekali. Setelah itu diadakan tes-formatif. Pada akhir semester diadakan tes
akhir semester (tes-sumatif).
Sebagai bagian teknologi pendidikan, pengembangan sistem instruksional
tentunya mempunyai prinsip dasar yang sama dengan teknologi pendidikan,
yakni: 
1. Berfokus pada siswa. Prinsip ini memandang bahwa, dalam rangka
penerapan pengembangan sistem instruksional, siswa adalah sentral

18
kegiatan pembelajaran. Prinsip ini juga memandang bahwa dalam setiap
proses pembelajaran, siswa hendaknya bertindak sebagai pihak yang aktif
dan dibuat aktif. Tetapi hal ini bukan berarti bahwa guru adalah pihak
yang pasif. Keduanya harus bertindak aktif.
2. Pendekatan sistem. Prinsip ini memandang bahwa masalah belajar adalah
suatu sistem. Maksudnya, penanganan terhadap satu komponen
pembelajaran dalam rangka pelaksanaan pengembangan sistem
instruksional harus pula mempertimbangkan integrasi komponen yang lain
sehingga diperoleh efek yang sinergistik untuk memecahkan masalah-
masalah belajar.
3. Pemanfaatan sumber belajar secara maksimal. Prinsip ini memandang
bahwa semua komponen sumber belajar baik pesan, orang, bahan,
peralatan, teknik, dan latar harus dimanfaatkan secara luas dan maksimal
dalam rangka memecahkan masalah-masalah belajar sehingga tujuan
pembelajaran.

2.6 Perencanaan Program


Penyusunan program pembelajaran akan bermuara pada persiapan mengajar,
sebagai produk program pembelajaran jangka pendek yang mencakup komponen
kegiatan belajar dan proses pelaksanaan program.
Chyntia dalam Mulyasa (2004:82) mengemukakan bahwa proses pembelajaran
yang dimulai dengan frase persiapan mengajar ketika kompetensi dan metodologi
telah diidentifikasi, akan membantu guru dalam mengorganisasikan materi standar
serta mengantisipasi peserta didik dan masalah-masalah yang mungkin timbul
dalam pembelajaran. Sebaliknya, tanpa persiapan mengajar, seorang guru akan
mengalami hambatan dalam proses pembelajaran yang dilakukannya. Hal senada
juga dikemukakan oleh Joseph dan Leonard (1982 : 20) bahwa : Theaching
without adequate written planning is sloppy and almost always ineffective,
because the teacher has not thought out exactly what to do and how to do it.
Rencana pembelajaran yang baik menurut Gagne dan Briggs (1974) hendaknya
mengandung tiga komponen yang disebut anchor point, yaitu: 1) tujuan
pengajaran; 2) materi pelajaran/bahan ajar, pendekatan, dan metode mengajar,
media pengajaran dan pengalaman belajar; dan 3) evaluasi keberhasilan. Hal ini
sesuai dengan pendapat Kenneth D. More (2001:126) bahwa komposisi format
rencana pembelajaran meliputi komponen:
1. Topik bahasan
2. Tujuan pembelajaran (kompetisi dan indicator kompetensi
3. Materi
4. Kegiatan pembelajaran
5. Alat/media yang dibutuhkan, dan

19
6. Evaluasi hasil belajar.
Menurut Masitoh dalam bukunya yang berjudul Perencanaan Pembelajaran
(2005), bahwa komponen-komponen perencanaan pembelajaran diantaranya
terdiri dari:
1. Tujuan Pembelajaran
Komponen tujuan pembelajaran, dibahas tentang : Khirarki tujuan
pembelajaran, yang  meliputi : tujuan pendidikan nasional, tujuan
institusional, tujuan kurikurer, tujuan instruksional umum dan khusus 
2. Isi ( materi pembelajaran)
Komponen materi pembelajaran dibahas tentang pengertian materi
pembelajaran sebagai isi kurikulum, kategori bahan pembeajaran dan teknik
pemilihan bahan ajar
3. Kegiatan pembelajaran (kegiatan belajar mengajar)
Komponens strategi dibahas: konsep strategi pembelajaran, cara memilih
strategi pembelajaran, factor-faktor yang  mempengaruhi pemilihan strategi
pembelajaran, dan beberapa contoh strategi pembelajaran
4. Media dan sumber belajar
Komponen media pembelajaran, membahas tentang: konsep media
pembelajaran, kedudukan  media dalam pembelajaran, fungsi media
pembelajaran dan klasifikasi media pembelajaran.
5. Evaluasi
Komponen evaluasi pembelajaran, membahas tentang: konsep dasar
evaluasi, syarat-syarat perumusan evaluasi pembelajaran, tujuan  evaluasi 
dan prinsip-prinsip umum evaluasi pembelajaran
Di dalam teori instruksional ini, kita dapat melihat dengan jelas apakah
komponen-komponen dari pengajaran itu. Masing-masing komponen harus saling
berinteraksi dan berintegrasi di dalam system, agar proses pengajaran itu dapat
mencapai tujuannya seperti yang telah dirumuskan. Begitu juga masing-masing
komponen harus saling bergantung, bila salah satu komponen tidak ada atau
kurang berinteraksi, maka dapat ditentukan bahwa proses pengajaran itu akan
berjalan tidak lancar, seperti yang diharapkan oleh tujuan sistem itu sendiri.

2.7 Pelaksanaan Program


Langkah-langkah yang perlu dilakukan dalam pelaksanaan program ini adalah
sebagai berikut:
1. Mengadakan Pre Test (Tes Awal).
Fungsi tes awal ini adalah untuk memperoleh informasi tentang
kemampuan awal kemampuan siswa sebelum mereka mengikuti program
pembelajaran yang telah disiapkan. Apabila siswa telah menguasai
kemampuan yang tercantum dalam tujuan pembelajaran yang ingin dicapai,

20
maka hal itu tidak perlu diberikan lagi oleh pengajar dalam program
pembelajaran yang akan diberikan.
2. Menyampaikan Materi Pelajaran
Pada prinsipnya, penyampaian materi pelajaran harus berpegang pada
rencana yang telah disusun dalam langkah keempat, yaitu “Merencanakan
KBM”, baik dalam materi, metode, maupun alat yang akan digunakan.selain
itu, sebelum menyampaikan materi pelajaran, hendaknya guru menjelaskan
terlebih dahulu kepada siswa tentang tujuan atau kompetensi yang akan
dicapai, sehingga mereka mengetahui kemampuan-kemampuan yang
diharapkan setelah selesai pelajaran.
3. Mengadakan Post Test
Post test diberikan kepada siswa setelah mengikuti program
pembelajaran. Tes yang diberikan identik dengan yang diberikan pada tes
awal, perbedaannya terletak pada waktu dan fungsinya.Kemudian hasil pre
test dan post test itu diperbandingkan.
Pre test berfungsi untuk menilai kemampuan awal siswa mengenai
materi pelajaran sebelum pembelajaran diberikan, sedangkan post test
berfungsi untuk menilai kemampuan siswa mengenai penguasaan materi
pelajaran setelah pembelajaran dilaksanakan. Dengan demikian, dapat
diketahui seberapa jauh keberhasilan program pembelajaran yang telah
dilakukan dalam rangka mencapai tujuan atau kompetensi yang telah
ditetapkan.
Beberapa kelebihan dan kekurang dalam Model PPSI diantaranya, yaitu:
1) Kelebihan PPSI
a. Lebih tepat digunakan sebagai dasar untuk mengembangkan
perangkat pembelajaran bukan untuk mengembangkan sistem
pempelajaran.
b. Uraiannya tampak lebih lengkap dan sistematis.
2) Kekurangan PPSI
a. Bagi pendidik memerlukan waktu, tenaga dan pikiran yang lebih
karena guru harus memberikan pretest dan post test untuk setiap
unit pelajaran.

21
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Sistem instruksional menunjukkan pengertian pengajaran sebagai suatu sistem,
yaitu suatu kesatuan yang terorganisasi yang terdiri atas sejumlah komponen yang
saling berhubungan satu sama lain dalam rangka mencapai yang diinginkan.
Komponen tersebut antara lain, materi pelajaran, metode, alat dan evaluasai yang
semuannya ini berinteraksi satu sama lain.
Komponen sistem instruksional tersebut sudah dirancang sedemikian rupa oleh
fungsi pengembangan instruksional sesuai dengan fungsinya dalam merancang,
melaksanakan dan menilai. Unsur-unsur fungsi pengembangan instruksional
tersebut adalah riset, teori, desain, produksi, evaluasi, seleksi, logistik,
pemanfaatan dan penyebaran.
Sekolah adalah lembaga formal yang diakui di Indonesia dimana didalamnya
terdapat hal-hal yang memenuhi kriteria. Diantaranya ada pendidik dan peserta
didik juga pendukungnya yakni media pembelajaran, bangunan tempat
berlangsungnya pembelajaran, dll. Berikut akan lebih jelas dipaparkan mengenai
komponen atau unsur-unsur standard dan pendukung sistem instruksional.
Menurut Masitoh dalam bukunya yang berjudul Perencanaan Pembelajaran
(2005), bahwa komponen-komponen perencanaan pembelajaran diantaranya
terdiri dari: tujuan pembelajaran, isi (materi pembelajaran), kegiatan pembelajaran
(kegiatan belajar mengajar), media dan sumber belajar, evaluasi.

3.2 Saran
Demikianlah makalah ini dibuat untuk dapat dijadikan sumber bacaan untuk
menambah pengetahuan dan wawasan para pembaca.
Penulis menyadari dalam pembuatan makalah ini tentu tidak luput dari
kekeliruan dan masih ada banyak kekurangan dari makalah ini, untuk itu penulis
juga berharap agar pembaca bisa menambah informasi dan pengetahuan dari
referensi lain yang berhubungan dengan materi ini. Penulis juga mengharapkan
baik saran maupun kritik yang membangun dari para pembaca.

22
DAFTAR PUSTAKA
https://www.scribd.com/doc/97896351/Sistem-Instruksional

https://projekku.wordpress.com/2012/07/06/fungsi-pusat-sumber-belajar-
pengembangan-sistem-instruksional-pelayanan-media-dan-produksi/

https://www.slideshare.net/coprallzsangalaz/makalah-kegiatan-instruksional-sebagai-
sistem-dilihat-dari-sudut-pandang-teknologi-pendidikan

http://pengertiandanartikel.blogspot.com/2017/03/sistem-instruksional-pembelajaran-
dan.html

https://www.slideshare.net/NailulHimmiJNE/tujuan-instruksional-khusus

https://kakyoh.wordpress.com/2008/11/04/prosedur-pengembangan-sistem-
instruksional-ppsi/

http://ariantiyoulie.blogspot.com/2014/04/sistem-instruksional-dalam-
perencanaan_205.html#!/tcmbck

http://ariantiyoulie.blogspot.com/2014/04/model-prosedur-pengembangan-
sistem.html#!/tcmbck

iii

Anda mungkin juga menyukai