Dosen Pengampu
Sukirman
Disusun Oleh :
Sita Ambarwati (1102414083)
Dewinta Oktaulia H (1102414096)
Riza Faisol (1102414095)
M. Iqbal Afianto (1102414)
DAFTAR ISI
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Pengembangan sistem pembelajaran (instruksional) merupakan salah satu bentuk
pembaharuan sistem instruksional yang banyak dilakukan dalam rangka pembaharuan sistem
pendidikan, dengan maksud agar sistem tersebut dapat lebih serasi dengan tuntutan
kebutuhan masyarakat, serasi pula dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi.
Tujuan utama meningkatkan produktivitas dan efisiensi proses pembelajaran.
Namun demikian, pendekatan yang sistematis dalam kegiatan instruksional ini dilakukan
dengan cara yang berbeda-beda, dan dengan sebutan yang berbeda-beda pula. Sebutan itu di
antaranya adalah: pengembangan instruksional, desain instruksional, pengembangan sistem
instruksional, pengembangan program instruksional, pengembangan produk instruksional,
pengembangan organisasi, dan pengembangan kemampuan mengajar. Tetapi istilah populer
yang lazim digunakan adalah pengembangan instruksional (pembelajaran), yang merupakan
padanan dari istilah instructional development. Istilah yang disebutkan terakhir ini adalah
merupakan istilah resmi yang dibakukan oleh organisasi profesi AECT (Association for
Educational Communication and Technology) di Amerika Serikat.
Dalam operasionalnya pengembangan sistem intruksional ini dapat dilaksanakan untuk
jangka pendek maupun jangka panjang, dapat dilaksanakan untuk satu topik sajian, satu
periode latihan, satu semester, satu bidang studi, atau bahkan satu sistem yang lebih besar
lagi. Pengembangan instruksional ini terdiri dari seperangkat kegiatan yang meliputi
perencanaan,pengembangan, dan evaluasi terhadap sistem instruksional yang sedang
dikembangkan. Hasil akhir dari pengembangan instruksional ialah suatu sistem instruksional,
yaitu materi dan strategibelajar mengajar yang dikembangkan secara empiris yang secara
konsisten telah dapat mencapai tujuan instruksional tertentu.
B. Rumusan Masalah
1. Apakah pengertian pengembangan sistem instruksional ?
2. Apakah fungsi dari pengembangan sistem Instruksional ?
3. Bagaimana contoh pengembangan sistem Instruksional ?
C. Tujuan Pembelajaran
BAB II
PEMBAHASAN
Materi pembelajaran yang valid dan reliabel akan sangat mendukung pencapai tujuan
pembelajaran yang telah dirumuskan. Di samping itu, walaupun materi pembelajaran sudah
valid dan reliabel, tetapi kalau cara penyampainnya kurang baik, besar kemungkinan tujuan
tidak akan tercapai. Oleh karena itu, diperlukan cara penyampaian atau cara pembelajaran,
yaitu metode yang telah teruji yang memungkinkan dapat digunakan dengan baik pada
pelaksanaan pembelajaran. Sedangkan menurut Twelker:1972, pengembangan instruksional
adalah cara yang sistematis dalam mengidentifikasi, mengembangkan, dan mengevaluasi
seperangkat materi dan strategi yang diarahkan untuk mencapai tujuan pendidikan tertentu.
Pengembangan instruksional terdiri dari seperangkat kegiatan yang meliputi
perencanaan, pengembangan, dan evaluasi terhadap sistem instruksional yang sedang
dikembangkan. Hasil akhir dari pengembangan instruksional ialah suatu sistem instruksional,
yaitu materi dan strategi belajar mengajar yang dikembangkan secara empiris yang secara
konsisten telah dapat mencapai tujuan instruksional tertentu.
Dari beberapa konsepsi dasar tentang pengembangan sistem instruksional, maka dapat
ditarik kesimpulan bahwa pengembangan instruksional adalah teknik pengelolaan dalam
mencari pemecahan masalah-masalah instruksional atau, setidak-tidaknya, dalam
mengoptimalkan pemanfaatan sumber belajar yang ada untuk memperbaiki pendidikan.
Teknologi instruksional adalah suatu proses yang kompleks dan terpadu meliputi
manusia, prosedur, ide, alat, dan organisasi untuk menganalisa masalah serta merancang,
melaksanakan, menilai, dan mengelola usaha pemecahan masalah dalam situasi dimana
belajar itu bertujuan dan terkontrol (AECT, 1977 dalam Najibudin). Komponen sistem
instruksional terdiri dari pesan, orang, bahan, alat, teknik dan lingkungan. Tiap unsur tersebut
merupakan sumber belajar bagi siswa. Komponen sistem instruksional atau sumber belajar
tersebut dapat mempengaruhi hasil belajar siswa. Komponen sistem instruksional tersebut
sudah dirancang sedemikian rupa oleh fungsi pengembangan instruksional sesuai dengan
fungsinya dalam merancang, melaksanakan dan menilai. Unsur-unsur fungsi pengembangan
instruksional tersebut adalah riset, teori, desain, produksi, evaluasi, seleksi, logistik,
pemanfaatan dan penyebaran.
Fungsi pengembangan instruksional sebelumnya telah diarahkan dan dikoordinasikan
oleh fungsi pengelolaan instruksional yang terdiri dari pengelolaan organisasi dan
pengelolaan personalia. Fungsi pengelolaan instruksional bertujuan mengawasi salah satu
atau lebih fungsi pengembangan atau fungsi pengelolaan lainnya untuk menjamin
pengoperasian yang efektif.
Fungsi ini menolong Jurusan atau Departemen dan Staf tenaga pengajar secara
individual di dalam membuat desain dan pemilihan options untuk meningkatkan efektifitas
dan efesiensi proses belajar dan mengajar, hal ini meliputi :
1. Sebagai pedoman bagi guru dalam melaksanakan proses belajar-mengajar, dalam
perbaikan situasi pengajaran dan pendidikan.
2. Sebagai pedoman guru dalam mengambil keputusan instrusional, yang meliputi:
a. Mengidentifikasi kebutuhan dan karakteristik perserta didik.
b. Menentukan tujuan instruksional.
c. Menentukan strategi belajar-mengajar.
d. Menentukan materi pelajaran
e. Menentukan media dan alat peraga
f. Menentukan evaluasi pengajaran dan lain-lain
3. Sebagai alat pengontrol/evaluasi, kesesuain antara perencanaan instruksional dengan
pelaksanaan belajar-mengajar
4. Sebagai balikan/feed back bagi guru tentang keberhasilan pelaksanaan belajarmengajar dalam rangka melakukan perbaikan situasi pengajaran dan pendidikan.
Agar pengembangan instruksional mampu mencapai tujuan dan fungsi secara baik,
pengembangan instruksional hendaknya memenuhi kriteria sebagai berikut:1) kualitas
pengembangan, 2) efektivitas pengembangan, 3) efesiensi pengembangan dan 4)
relevansi pengembangan.
C. Contoh Pengembangan Sistem Instruksional
Ada beberapa model pengembangan instruksional, misalnya model pengembangan
instruksional Briggs, Banathy, PPSI ( Prosedur Pengembangan Sisstem Instruksional ),
Kemp, Gerlach dan Ely, IDI ( Instrucsional Development Institute), dan lain-lain.
Dalam aplikasinya, model-model tersebut diatas mempunyai banyak perbedaan dan
persamaan. Perbedaan model-model tersebut terletak pada istilah yang dipakai, urutan, dan
kelengkapan langkahnya. Persamaannya ialah bahwa setiap model mengandung kegiatan
yang dapat digolongkan, ke dalam tiga kategori kegiatan pokok, yaitu:
1. Kgiatan yang membantu menentukan masalah pendidikan dan mengorganisasi alat
untuk memecahkan masalah tersebut;
2. Kegiatan yang membantu menganalisis dan mengambangkan pemecahan masalah;
dan
3. Kegiatan yang melayani keperluan evaluasi pemecahan masalah tersebut.
Semua kegiatan tersebut satu dengan lainnya dihubungkan oleh suatu sistem umpan
balik yang terpadu dalam model bersangkutan. Adapun sistem umpan balik tersebut
memungkinkan adanya perbaikan-perbaikan sistem instruksional selama dikembangkan.
Aplikasi system pengembangan instruksional secara visual dapat digambarkan sebagai
berikut:
A. Model Kemp
Model pengembangan instruksional menurut Kemp (1977), atau yang disebut
disain instruksional, terdiri dari delapan langkah, yaitu:
a) Menentukan tujuan istruksional umum (TIU), yaitu tujuan yang ingin dicapai
dalam mengajarkan masing-masing pokok bahasan;
b) Membuat analisis tentang karakteristik siswa. Analisis ini diperlukan antaral lain
untuk mengetahui, apakah latar belakang pendidikan, dan sosial budaya siswa
memungkinkan untuk mengikuti program, dan langkah-langkah apa yang perlu
diambil;
c) Menentukan tujuan instruksional secara spesifik, operasional, dan terukur. Dengan
demikian siswa akan tahu apa yang harus dikerjakan, bagaimana mengerjakannya,
dan apa ukurannya bahwa dia telah berhasil. Dari segi pengajar rumusan itu akan
berguna dalam menyusun tes kemampuan/keberhasilan dan pemilihan materi yang
sesuai;
d) Menetukan materi/bahan pelajaran yang sesuai dengan TIK;
e) Menetapkan penjajagan awal (pre-assessment). Ini diperlukan untuk mengetahui
sejauh mana siswa telah memenuhi prasyarat belajar yang dituntut untuk mengikuti
program yang bersangkutan. Dengan demikian pengajar dapat memilih materi yang
diperlukan tanpa harus menyajikan yang tidak perlu, dan siswa tidak menjadi
bosan;
f) Menentukan strategi belajar-mengajar yang sesuai. Criteria umum untuk pemilihan
strategi belajar-mengajar yagn sesuai dengan tujuan instruksional khusus tersebut
adalah: (1) efisiensi, (2) keefektifan, (3) ekonomis, dan (4) kepraktisan, melalu
suatu analisis alternatif;
g) Mengkoordinasikan saranan penunjang yang diperlukan yang diperlukan meliputi
biaya, fasilitas, peralatan, waktu, dan tenaga, dan
h) Mengadakan evaluasi. Evaluasi ini sangat perlu untuk mengontrol dan mengaji
keberhasilan program secara keseluruhan, yaitu (1) siswa, (2) program
instruksional, (3) instrumen evaluasi/tes, maupun (4) metode.
Kelebihan :
a. Segala kegiatan telah terpeinci
b. Dalam penyampaian materi akan bisa disesuaikan dengan kemampuan siswa karena
adanya pre test
Kekurangan :
a. Membutuhkan waktu yang lama dalam perencanaan
b. Waktu untuk penyampaian materi berkurang untuk pemberian pre test
B. Model Pengembangan Gerlach dan Ely
Model yang dikembangkan oleh Gerlach dan Ely (1971) dimaksudkan sebagai
pedoman perencanaan mengajar. Pengembangan sistem instruksional menurut model ini
melibatkan sepuluh unsur seperti terlihat dalam flow chart di halaman berikut.
a) Merumuskan tujuan.
Tujuan instruksional harus dirumuskan dalam kemampuan apa yang harus dimiliki
pada tingkat jenjang belajar tertentu.
b) Menentukan isi materi.
Isi materi berbeda-beda menurut bidang studi, sekolah, tingkatan dan kelasnya,
namun isi materi harus sesuai dengan tujuan yang hendak dicapainya.
c) Menurut kemampuan awal.
Kemampuan awal siswa ditentukan dengan memberikan tes awal. Pengetahuan
tentang kemampuan awal siswa ini penting bagi pengajar agar dapat memberikan
dosis pelajaran yang tepat; tidak terlalu sukar dan tidak terlalu mudah. Pengetahuan
tentang kemampuan awal juga berguna untuk mengambil langkah-langkah yang
diperlukan, misalnya apakah perlu persiapan remedial.
d) Menentukan teknik dan strategi.
Menurut Gerlach dan Ely, strategi merupakan pendekatan yang dipakai pengajar
dalam memanipulasi informasi, memilih sumber-sumber, dan menentukan
tugas/peranan siswa dalam kegiatan belajar-mengajar. Dengan perkataan lain, pada
tahap ini pengajar harus menentukan cara untuk dapat mencapai tujuan instruksional
dengan sebaik-baiknya. Dua bentuk umum tentang pendekatan ini adalah berntuk
eksopose (espository) yang lazim dipergunakan dalam kuliah-kuliah tradisional,
biasanya lebih bersifat komunikasi satu arah, dan bentuk penggalian (inquiry) yang
lebih mengutamakan partisipasi siswa dalam proses belajar-mengajar. Dalam
pengertian instruksional yang sempit, metode ini merupakan rencana yang sistematis
untuk menyajikan pesan atau informasi instruksional.
e) Pengelompokan belajar.
Setelah menentukan pendekatan dan metode, pengajar harus mulai merencanakan
bagaimana kelompok belajar akan diatur. Pendekatan yang menghendaki kegiatan
belajar secara mandiri dan bebas (independent study) memerlukan pengorganisasian
yang berbeda dengan pendekatan yang memerlukan banyak diskusi dan partisipasi
aktif siswa dalam ruang yang kecil, atau untuk mendengarkan ceramah dalam ruang
yang luas.
Model ini memandu seorang instruktur dalam mengelola atau menciptakan interaksi
belajar mengajar yang tepat. Model ini memiliki ciri-ciri :
1. Relatif lebih banyak komponennya
2. Tidak jarang aspek perbaikan juga dicantumkan di dalamnya
3. Sangat memperhatikan Peserta Didik
4. Mengisyaratkan adanya aspek pengelolaan kelas
5. Menyiratkan peran Pendidik dalam menyampaikan materi
6. Dapat diterapkan oleh instruktur sendiri tanpa tim khusus.
7. Tidak mencakup suatu mata pelajaran tertentu
Dalam model berorientasi kelas ini juga terdapat kelebihan dan kekurangannya,
yaitu :
Kelebihannya:
o Pendidik sendiri yang terjun langsung dalam mengelelola, menciptakan situasi dan
kondisi, memilih sesuai fungsi jadi Pendidik harus kreatif dalam mengelola dan
menciptakan segala sesuatunya tetapi sebelum diterapkan, Pendidik harus
mengamati Peserta didik (karakteristik).
o Ada aspek perbaikan & tes-tes formatif di dalamnya dengan pelatihan yang
dilakukan berulang-ulang
o Terdapat penentuan strategi, sistem penyampaian, rumusan tujuan, analisis ,
bahkan penilaian dan pengaturan dalam grup (kelompok) di dalam kelas.
o Peserta didik dapat langsung mengatur susunan belajar mandiri di dalam kelas
o Pendidik sendiri yang mengajar langsung tanpa tim khusus.
Kekurangannya:
o Terkadang tidak semua komponen desain pembelajaran termasuk di dalamnya
o beberapa aspek yang dapat berdampak terhadap proses belajar tidak dapat
terdeteksi, sehingga tidak dapat di perbaiki dimana aspek yang terdapat kekurangan
o Tidak dapat mencakup suatu mata pelajaran tertentu sehingga model KBM
diterapkan di seluruh mata pelajaran yang ada.
I. Model Desain Pembelajaran Wong dan Roulerson
Wong dan Roulerson (1974) mengemukakan 6 langkah pengembangan desain
intruksional yaitu:
1. Merumuskan tujuan
2. Menganalisis tujuan tugas belajar
3. Mengelompokkan tugas-tugas belajar dan memilih kondisi belajar yang tepat.
4. Memilih metode dan media
5. Mensintesiskan komponen-komponen pembelajaran
6. Melakasanakan rencana, mengevaluasi dan memberi umpan balik.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Pengembangan instruksional adalah teknik pengelolaan dalam mencari
pemecahan masalah-masalah instruksional atau, dalam mengoptimalkan pemanfaatan
sumber belajar yang ada untuk memperbaiki pendidikan Aplikasi Model - model
Pengembangan Sistem Instruksional , secara garis besar dapat diambil kesimpulan
antara lain: (1) Aplikasi Model model pengembangan sistem instruksional terdapat
persamaan dan perbedaan yang mendasar dalam pengembangannya; (2) Setiap model
pengembangan system memiliki langkah dan konsep tersendiri; (3) Hasil akhir dari
Aplikasi pengembangan instruksional ialah suatu sistem instruksional, yaitu materi
dan strategi belajar mengajar yang dikembangkan secara empiris yang secara
konsisten telah dapat mencapai tujuan instruksional tertentu.
B. Saran
Setelah membaca dan menguraikan makalah ini, penulis memberikan saran bahwa
perlunya mengaplikasikan model-model pengembangan sistem instruksional, sesuai
dengan kondisi yang ada, agar dapat tercapai tujuan instruksional.
DAFTAR PUSTAKA