Anda di halaman 1dari 5

Nama : Aida Efriani

NIM : 182100073

Semester : V (Lima)

Mata Kuliah : Telaah Kurikulum

Dosen Pengampu : Bapak Dr. Paiman Nahrodi, M.Pd

Hari/Tanggal : Sabtu, 19 Desember 2020

Nama Pembina Akademik : Ibu Sopinah, S.Ag, M.M (Citeureup)

RESUME MATRIKULASI

PENDEKATAN-PENDEKATAN PENGEMBANGAN KURIKULUM

A. Hakikat Pendekatan-pendekatan Pengembangan Kurikulum

Pendekatan dapat diartikan sebagai titik tolak atau sudut pandang seseorang terhadap suatu
proses tertentu.istilah pendekatan merujuk kepada pandangan tentang terjadinya suatu proses yang
sifatnya masih sangat umum. Pendekatan lebih menekankan pada usaha dan penerapan langkah-
langkah atau cara kerja dengan menerapkan suatu strategi dan beberapa metode yang tepat, yang
dijalankan sesuai dengan langkah-langkah yang sistematik untuk memperoleh hasil kerja yang
lebih baik. Caswell mengartikan pengembangan kurikulum sebagai alat untuk membantu guru
dalam melakukan tugas mengerjakan bahan, menarik minat murid dan memenuhi kebutuhan
masyarakat.

Dari penjelasan tersebut pengembangan kurikulum adalah suatu proses yang merencanakan,
menghasilkan suatu alat yang lebih baik dengan didasarkan pada hasil penelitian terhadap
kurikulum yang tidak berlaku, sehingga dapat memberikan kondisi kegiatan belajar mengajar yang
lebih baik. Yang dimaksudkan pendekatan pengembangan kurikulum adalah cara kerja dengan
menerapkan strategi dan metode yang tepat dengan mengikuti langkah-langkah pengembangan
yang sistematis agar memperoleh kurikulum yang lebih baik.
B. Jenis-Jenis Pendekatan Pengembangan Kurikulum
1. Pendekatan Subjek Akademik
Pendekatan ini menggunakan bidang studi atau mata pelajaran sebagai dasar
organisasi kurikulum atau pendekatan yang bertitik tolak dari mata pelajaran (subyek matter.
Misalnya, Bahasa Indonesia, IPA, IPS, Matematika, Kesenian, Olahraga, dan sebagainya
seperti yang lazim kita dapati dalam sistem pendidikan kita sekarang di semua sekolah dasar
pada khususnya (Nasution, 1989).
Pengembangan kurikulum subjek akademik dilakukan dengan cara menetapkan lebih dahulu
mata pelajaran/mata kuliah apa yang harus dipelajari peserta didik yang diperlukan untuk
persiapan pengembangan disiplin ilmu.
Kurikulum subjek akademis mempunyai beberapa ciri berkenaan dengan maksud atau
tujuan, metode, organisasi isi, dan evaluasi.
a. Tujuan, Tujuan kurikulum subyek akademis adalah pemberian pegetahuan yang solid serta
melatih para peserta didik menggunakan ide-ide dan proses penelitian. Peserta didik harus
belajar menggunakan pemikiran dan dapat mengontrol dorongan-dorongannya. Lembaga
pendidikan harus memberikan kesempatan kepada para peserta didik untuk merealisasikan
kemampuan mereka menguasai warisan budaya dan jika mungkin memperkayanya.
b. Metode, Metode yang paling banyak digunakan dalam kurikulum subjek akademis adalah
metode ekspositori dan penyelidikan (inkuiri). Ide-ide diberikan kepada guru lalu
dielaborasi (dilaksanakan) peserta didik sampai mereka kuasai. Konsep utama disusun
secara sisematis, dengan ilustrasi yang jelas untuk elanjutnya dikaji. Dalam materi disiplin
ilmu yang diperoleh, dicari berbagai masalah penting, kemudian dirumuskan dan dicari
cara penyelesaiannya.
c. Organisasi isi
1) Correlated Curriculum, Pola organisasi materi atau konsep yang dipelajari dalam suatu
pelajaran dikolerasikan dengan pelajaran lainnya.
2) Unified atau Concentrated Curriculum, Pola organisasi bahan pelajaran tersusun dalam
tema-tema pelajaran tertentu, yang mencakup materi berbagai pelajaran disiplin ilmu.
3) Integrated Curriculum, Kalau di Unified masih tampak disiplin ilmunya tetapi di
Integrated tidak kelihatan lagi disiplin ilmunya. Bahan ajar diintegrasikan dengan
persoalan, kegiatan atau segi kehidupan tertentu.
4) Problem Solving Curriculum, Pola yang berisi topic pemecahan masalah social yang
dihadapi dalam kehidupan dengan menggunakan pengetahuan dan ketrampilan yang
diperoleh dari berbagai ata pelajaran atau disiplin ilmu.
d. Evaluasi , Tentang kegiatan evaluasi, kurikulum subyekakademis menggunakan bentuk
evaluasi yang bervariasi desesuaikan dengan tujuan dan sifat bahan pelajaran. Sebagai
sebuah pendekatan pengembangan kurikulum, subyek akademis tidak lepas dari kritikan-
kritikan yang hal ini sekaligus menunjukkan kekurangannya.
2. Pendekatan Humanistis
Pendekatan kurikulum ini berpusat pada siswa, jadi “student centered”, dan
mengutamakan perkembnagan afektif siswa sebagai prasyarat dan sebagai bagian integral dari
proses belajar. Para pendidik humanistik yakin, bahwa kesejahteraan mental dan emosional
siswa harus dipandang sentral dalam kurikulum, agar belajar itu memberi hasil yang maksimal.
Pendidikan yang berpusat pada siswa memfokuskan kurikulum pada kebutuhan siswa baik
personal maupun sosial. Siswa Sekolah Dasar misalnya; diajarkan cara bergaul dengan
temannya, saling bertukar pengalaman, berkelakuan sopan santun, mengembangkan rasa
percaya diri akan kemampuan dan konsep diri yang sehat, dan sebagainya (Nasution, 1989).
Kurikulum humanistis mempunyai beberapa karakteristik
a. Tujuan dan fungsi, Kurikulum berfungsi menyediakan pengalaman(pengetahuan) berharga
membantu memperlancar perkembangan pribadi peserta didik. Bagi mereka tujuan
pendidikan adalah proses perkembangan pribadi yang dinamis yang diarahkan pada
pertumbuhan, integritas, dan otonomi kepribadian, sikap yang sehat terhadap diri
sendiri,orang lain, dan belajar. Semua itu merupakan bagian dari cita-cita perkembangan
manusia yang teraktualisasikan diri adalah orang yang telah mencapai
keseimbangan(harmoni) perkembangan seluruh aspek pribadinya baik aspek kognitif,
estetik, maupun moral. Seseorang dapat bekerja dengan baik bila memiliki karakter yang
baik pula.
b. Metode, Kurikulum humanistis menuntut konteks hubungan emosional yang baik antara
pendidik dan peserta didik. Pendidik/ guru selain harus mampu menciptakan hubungan yang
hangat dengan peserta didik, juga mampu menjadi sumber. Ia harus mampu memberi materi
yang menarik dan mampu menciptakan situasi yang memperlancar proses belajar. Pendidik
harus emberikan dorongan kepada peserta didik atas dasar saling percaya. Peran mengajar
bukan saja dilakukan oleh pendidik tetapi juga oleh peserta didik. Pendidik tidak
memaksakan sesuatu yang tidak disegaja peserta didik.
c. Organisasi isi, Salah satu kekuatan besar kurikulum humanistis terletak di dalam
tekanannya pada integritas, yaitu kesatuan perilaku bukan saja yang bersifat intelektual
tetapi juga emosional dan tindakan. Kurikulum humanistis juga menekankan keseluruhan.
Kurikulum harus mampu memberikan pengalaman yang menyeluruh, bukan pengalaman
yang terpenggal-penggal. Kurikulum ini kurang menekankan sekuens, karena dengan
sekuens para peserta didik kurang memunyai kesempatan untuk memperluas dan
memperdalam aspek-aspek perkembangannya.
d. Evaluasi, Kurikulum humanistis berbeda dengan kurikulum konvensional (subyek
akademis). Model ini lebih mengutamakan proses daripada hasil. Kalau kurikulum
konvensional terutama subyek akademis penilaian ditentukan secara obyektif dan
mempunyai kriteria pencapaian, maka dalam kurikulum humanistis tidak ada kriteria.
Sasaran mereka adalah perkembangan anak supaya menjadi manusia yang lebih terbuka,
lebih berdiri sendiri. Kegiatan yang mereka lakukan hendaknya bermanfaat bagi peserta
didik.

3. Pendekatan Teknologis
Penerapan teknologi dalam bidang pendidikan khususnya kurikulum adalah dalam
dua bentuk, yaitu perangkat lunak (software) dan perangkat keras (hardware). Penerapan
teknologi perangkat keras dalam pendidikan dikenal sebagai teknologi alat (tools technology),
sedangkan penerapan teknologi perangkat lunak disebut juga teknologi system (system
technology) (Sukmadinata, 2005). Pendekatan teknologis dalam menyusun kurikulum atau
program pendidikan bertolak dari analisis kompetensi yang dibutuhkan untuk melaksanakan
tugas-tugas atau pekerjaan tertentu. Materi yang diajarkan, kriteria evaluasi sukses dan strategi
belajarnya ditetapkan sesuai dengan analisis tugas (job description) tersebut. Rencana dan
proses pembelajaran dirancang sedemikian rupa, sehingga hasilnya dapat dievaluasi dan diukur
dengan jelas dan terkontrol. Ciri-ciri kurikulum teknologi :
a. Tujuan, Tujuan pada kurikulum ini diarahkan pada pengarahan kompetensi yang
dirumuskan dalam bentuk perilaku. Tujuan yang ersifat umum yaitu kompetensi dirinci
menjadi tujuan-tujuan khusus, yang disebut obyektif atau tujuan instruksional atau
indicator. Obyektif atau indicator ini menggambarkan perilaku, perbuatan, atau kecakapan
keterampilan yang dapat diamati atau diukur. Oleh karena itu tujuan pembelajaran sistem
teknologi cenderung memperkuat pentingnya gagasan konvensional dan bagian tradisional
dan bagian tradisional dari subyek akademik.
b. Metode. Pengajaran bersifat individual, tapi peserta didik menghadapi serentetan tugas
yang harus dikerjakannya, dan maju sesuai dengan kecepatan masing-masing. Pada saat
tertentu ada tugas-tugas yang harus dikerjakan secara kelompok. Setiap peserta didik harus
menguasai secara tuntas tujuan-tujuan program pengajaran.
c. Organisasi bahan ajar, Bahan ajar atau isi kurikulum banyak diambil dari disiplin
ilmu,tetapi telah diramu sedemikian rupa sehingga mendukung penguasaan suatu
kompetensi. Tujuan akhir program dinyatakan secara tepat dan operasional dan tujuan ini
merupakan dasar untuk mengorganisasikan bahan pembelajaran. Bahan ajar atau
kompetensi yang luas/besar dirinci menjadi bagian-bagian atau subkompetensi yang lebih
kecil, yang menggambarkan objektif/indicator. Urutan dari obyektif-obyektif atau
indikator-indikator ini pada dasarnya menjadi inti organisasi bahan.
d. Evaluasi. Fungsi evaluasi bermacam-macam, sebagai umpan balik bagi peserta didik
dalam penyempurnaan penguasaan suatu susunan pelajaran (evaluasi formatif),umpan balik
bagi peserta didik pada akhir suatu program atau semester (evaluasi sumatif). Evaluasi juga
bisa menjadi umpan balik bagi pendidik dan pengembangan kurikulum untuk
penyempurnaan kurikulum. Evaluasi yang mereka gunakan umumnya berbentuk tes
obyektif. Sesuai dengan landasan pemikiran mereka,bahwa model pengajarannya
menekankan sifat ilmiah, bentuk ini tes dipandang yang paling cocok.

4. Pendekatan Rekonstruksi Sosial


Pendekatan rekonstruksi social bersumber pada aliran interaksional. Pandangannya
adalah bahwa pendidikan bukanlah upaya sendirianm tetapi adalah usaha bersama, kerja sama
dan interaksi. Interaksi ini bukan hanya antara guru dengan murid tetapi juga antara murid
dengan murid, antara murid dengan orang-orang disekitarnya dan dengan berbagai sumber
belajar. Melalui interaki dan kerjasama ini para murd berusaha memecahkan masalah-
masalah dalam masyarakar, menuju tatanan masyarakat yang lebih baik.
Dalam menyusun kurikulum atau program pendidikan keahlian bertolak dari problem
yang dihadapi daam masyarakat, untuk selanjutnya untuk memerankan ilmu-ilmu dan
teknologi serta bekerja secara kooperatif dan kolaboratif akan dicarikan upaya pemecahannya
menuju pembentukan masyarakat yang lebih baik. Kurikulum tersebut disamping
menekankan isi pembelajaran atau pendidikan juga sekaligus menekankan proses pendidikan
dan pengalaman belajar. Pendekatan tersebut berasumsi bahwa manusia adalah makhluk
sosial yang dalam kehidupannya selalu membutuhkan manusia yang lain, selalu hidup
bersama, berinteraksi dan bekerjasama.

Anda mungkin juga menyukai