Anda di halaman 1dari 23

Nurul Huda

Pendekatan-pendekatan Pengembangan Kurikulum

Pendekatan–pendekatan Pengembangan Kurikulum

IAI Uluwiyah Mojosari Mojokerto


Nurul_huda85@gmail.com

Pendahuluan
Kurikulum adalah seperangkat rencana dan pengaturan yang
mengenai tujuan, isi dan bahan pelajaran serta cara-cara yang digunakan
sebagai pedoman penyelenggaraan kegiatan pembelajaran untuk mencapai
tujuan pendidikan tertentu. Sedangkan pengembangan kurikulum merupakan
bagian yang esensial dalam proses pendidikan. Sasaran yang dicapai bukan
semata-mata memproduksi bahan pelajaran melainkan lebih dititikberatkan
untuk meningkatkkan kualitas pendidikan. Pengembangan kurikulum
merupakan proses faktor yang harus dipertimbangkan dalam pengembangan
kurikulum. Karena pengembangan kurikulum merupakan alat untuk
membantu guru dalam melakukan tugasnya mengajarkan bahan, menarik
minat dan memenuhi kebutuhan masyarakat.
Kurikulum merupakan alat untuk mencapai tujuan pendidikan yang
dinamis. Oleh karenanya kurikulum harus selalu dikembangkan dan
disempurnakan agar sesuai dengan laju perkembangan ilmu pengetahuan dan
teknologi, serta masyarakat yang sedang membangun. Hal ini dimaksudkan
agar hasil pengembangan kurikulum tersebut sesuai dengan minat, bakat
kebutuhan peserta didik, lingkungan, kebutuhan daerah, sehingga dapat
memperlancar program pendidikan dalam rangka perwujudan dan pencapaian
tujuan pendidikan nasional.
Dalam studi tentang kurikulum sering dipertanyakan jenis pendekatan
yang dipergunakan dalam pembahasan atau penyusunan kurikulum tersebut.
Penggunaan suatu jenis pendekatan (approach) atau orientasi pada umumnya
menentukan bentuk dan pola yang dipergunakan oleh kurikulum.1 Dalam hal
ini, pendekatan dapat diartikan sebagai titik tolak atau sudut pandang
seseorang terhadap suatu proses tertentu. Istilah pendekatan merujuk pada
pandangan tentang terjadinya suatu proses yang sifatnya masih sangat umum.
Dengan demikian, pendekatan pengembangan kurikulum merujuk pada titik
tolak atau sudut pandang secara umum tentang proses pengembangan
kurikulum. Pendekatan pengembangan kurikulum akan dijelaskan

1
Oemar Hamalik, Dasar-dasar Pengembangan Kurikulum (Bandung: PT. Remaja
Rosdakarya, 2008), hal. 31.
175 | Qudwatunâ : Jurnal Pendidikan Islam
Volume II Nomor 2 September 2019
e-ISSN 2620-5114
Nurul Huda
Pendekatan-pendekatan Pengembangan Kurikulum

selengkapnya dalam pembahasan tulisan ini yang berjudul “Pendekatan


Pengembangan Kurikulum”.

Pembahasan
Pengertian Pendekatan Pengembangan Kurikulum
Pendekatan adalah cara kerja dengan menerapkan strategi dan metode
yang tepat dengan mengikuti langkah-langkah pengembangan yang
sistematis agar memperoleh kurikulum yang lebih baik. Pendekatan dapat
diartikan sebagai titik tolak atau sudut pandang seseorang terhadap suatu
proses tertentu. Istilah pendekatan merujuk kepada pandangan tentang
terjadinya suatu proses yang sifatnya masih sangat umum. Dengan demikian,
pendekatan pengembangan kurikulum menunjuk pada titik tolak atau sudut
pandang secara umum tentang proses pengembangan kurikulum.

Pendekatan-Pendekatan Pengembangan Kurikulum


Langkah selanjutnya yang perlu diperhatikan ialah teknik pendekatan
kurikulum yang serasi setelah mempertimbangkan keempat determinan ialah
asas filosofis, sosiologis, psikologis dan hakekat ilmu pengetahuan yang
merupakan pegangan umum.2 Namun masih perlu lagi pegangan yang lebih
rinci, yakni :
a. Memilih pendekatan kurikulum yang serasi untuk mendesain kurikulum
dengan mempertimbangkan keempat determinan itu,
b. Berdasarkan pendekatan yang disiplin, menentukan mata pelajaran/mata
kuliah yang akan disajikan, beserta bidang dan rangkaiannya yang
dianggap dapat mencapai tujuan lembaga pendidikan itu.3
Berbagai pendekatan kurikulum yang ada dewasa ini menurut
beberapa tokoh ialah:
 Menurut Muhaimin
Pendekatan Subjek Akademis (bidang studi)
Pada pendekatan subyek akademik menggunakan bidang studi atau
mata pelajaran sebagai dasar organisasi kurikulum, misalnya matematika,
sains, sejarah, geografi, atau IPA, IPS, dan sebagainya seperti yang lazim
didapati dalam sistem pendidikan sekarang ini di semua sekolah dan
perguruan tinggi.4 Prioritas pendekatan ini adalah mengutamakan sifat

2
H. Fachruddin, Teknik Pengembangan Kurikulum Pengajaran Bahasa Arab, (Yogyakarta:
Global Pustaka Utama, 2006), hal. 94.
3
S. Nasution, Kurikulum dan Pengajaran, (Jakarta: Bumi Aksara, 1995), hal. 43.
4
Ibid, hal. 45.
176 | Qudwatunâ : Jurnal Pendidikan Islam
Volume II Nomor 2 September 2019
e-ISSN 2620-5114
Nurul Huda
Pendekatan-pendekatan Pengembangan Kurikulum

perencanaan program dan juga mengutamakan penguasaan bahan dan proses


dalam disiplin ilmu tertentu. 5
Kurikulum disajikan dalam bagian-bagian ilmu pengetahuan, mata
pelajaran yang diintregasikan. Ciri-ciri ini berhubungan dengan maksud,
metode, organisasi dan evaluasi. Pendekatan subjek akademis dalam
menyusun kurikulum atau program pendidikan didasarkan pada sistematisasi
disiplin ilmu masing-masing. Para ahli akademis terus mencoba
mengembangkan sebuah kurikulum yang akan melengkapi peserta didik
untuk masuk ke dunia pengetahuan, dengan konsep dasar dan metode untuk
mengamati, hubungan antara sesama, analisis data, dan penarikan
kesimpulan. Pengembangan kurikulum subjek akademis dilakukan dengan
cara menetapkan lebih dahulu mata pelajaran/mata kuliah apa yang harus
dipelajari peserta didik, yang diperlukan untuk persiapan pengembangan
disiplin ilmu.6
Setiap mata pelajaran jika diperhatikan dapat diketahui adanya:

macro Organizer: Micro Organizer:


organizer: Muthala’ah, Muthala’ah jilid 1,
Bahasa Arab Insya’,Imlak 2,3 dsb

Titik pendekatan di bidang ini ialah murid menguasai setiap mata


pelajaran yang disajikan sebagai disiplin ilmu tertentu. Pendekatan di atas
adalah pendekatan yang paling mudah dan sederhana karena masing-masing
mata pelajaran telah jelas batas-batasnya. Antara bahasa Arab dan Inggris,
sejarah dan matematika, geografi dan kesenian jelas yaitu, masing-masing
mempunyai ruang lingkup tersendiri. 7
Sekurang-kurang ada tiga pendekatan dalam perkembangan
Kurikulum Subyek Akademis:8 Pendekatan pertama, melanjutkan
pendekatan struktur pengetahuan. Murid-murid belajar bagaimana
memperoleh dan menguji fakta-fakta dan bukan sekadar mengingat-ingatnya.

5
Abdullah Idi, Pengembangan Kurikulum Teori dan Prakteki, (Yogyakarta: Ar-Ruzz Media,
2007), hal. 190.
6
Muhaimin, Pengembangan Kurikulum Pendidikan Agama Islam di Sekolah, Madrasah dan
Perguruan Tinggi.( Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2010), hal. 140.
7
H. Fachruddin, Teknik Pengembangan ..., hal. 94.
8
Nana Syaodih Sukmadinata, Pengembangan Kurikulum: Teori dan Praktek (Bandung: PT.
Remaja Rosdakarya, 2004), hal. 83-84.
177 | Qudwatunâ : Jurnal Pendidikan Islam
Volume II Nomor 2 September 2019
e-ISSN 2620-5114
Nurul Huda
Pendekatan-pendekatan Pengembangan Kurikulum

Pendekatan kedua, adalah studi yang bersifat integratif. Pendekatan


ini merupakan respon terhadap perkembangan masyarakat yang menuntut
model-model pengetahuan yang lebih komprehensif-terpadu. Pelajaran
tersusun atas satuan-satuan pelajaran, dalam satuan-satuan pelajaran tersebut
batas-batas ilmu menjadi hilang. Pengorganisasian tema-tema pengajaran
didasarkan atas fenomena-fenomena alam, proses kerja ilmiah dan problem-
problem yang ada.
Pendekatan ketiga, adalah pendekatan yang dilaksanakan pada
sekolah-sekolah fundamentalis. Mereka tetap mengajar berdasarkan mata-
mata pelajaran dengan menekankan membaca, menulis, dan memecahkan
masalah-masalah matematis. Pelajaran-pelajaran lain seperti ilmu kealaman,
ilmu sosial, dan lain-lain dipelajari tanpa dihubungkan dengan kebutuhan
praktis pemecahan masalah dalam kehidupan.
Dalam pendekatan pengembangan kurikulum ada mempunyai ciri-ciri
sebagai berikut:9
a. Tujuan
Tujuan kurikulum subyek akademik adalah pemberian pengetahuan
yang solid serta melatih para siswa menggunakan ide-ide dan proses
“penelitian”. Para siswa harus belajar mengunakan pemikiran dan dapat
mengontrol dorongan-dorongannya, sehingga diharapkan siswa mempunyai
konsep dan cara yang terus dapat dikembangkan di masyarakat yang lebih
luas.
b. Metode
Metode yang banyak digunakan dalam pendekata subyek akademik
adalah pendekatan metode ekspositori dan inkuiri. Ide-ide diberikan guru
kemudian dielaborasi (dilaksanakan) siswa sampai mereka kuasai. Dalam
materi disiplin ilmu yang diperoleh, dicari berbagai masalah penting,
kemudian dirumuskan dan dicari cara pemecahannya.
c. Organisasi isi
Ada beberapa pola organisasi isi (materi pelajaran) kurikulum subyek
akademik. Pola-pola organisasi yang terpenting di antaranya:
1. Correlated curriculum, adalah pola organisasi materi atau konsep
yang dipelajari dalam suatu pelajaran dikorelasikan dengan pelajaran
lainnya.
2. Unified atau Concentrated, adalah pola organisasi bahan pelajaran
tersusun dalam tema-tema pelajaran tertentu, yang mencakup materi
dari berbagai pelajaran disiplin ilmu.

9
Ibid,..., hal. 84-85.
178 | Qudwatunâ : Jurnal Pendidikan Islam
Volume II Nomor 2 September 2019
e-ISSN 2620-5114
Nurul Huda
Pendekatan-pendekatan Pengembangan Kurikulum

3. Intregrated curriculum, kalau dalam unified masih tampak warna


disiplin ilmunya, maka dalam pola yang integrated warna disiplin
ilmu tersebut sudah tidak kelihatan lagi. Bahan ajar diintegrasikan
dalam suatu persoalan, kegiatan atau segi kehidupan tertentu.
4. Problem Solving curriculum, adalah pola organisasi isi yang beriisi
topik pemecahan masalah sosial yang dihadapi dalam kehidupan
dengan menggunakan pengetahuan dan keterampilan yang diperoleh
dari berbagai mata pelajaran atau disiplin ilmu.
d. Evaluasi
Kurikulum subyek akademik menggunakan bentuk evaluasi yang
bervariasi disesuaikan dengan tujuan dan sifat mata pelajaran. Dalam bidang
studi humaniora lebih banyak digunakan bentuk uraian (essay test) dari tes
objektif. Karena bidang studi ini membutuhkan jawaban yang merefleksikan
logika, koherensi, dan integrasi secara menyeluruh.
Kelemahan pendekatan ini adalah kegagalan dalam memberikan
perhatian kepada yang lainnya, dan melihat bagaimana isi dan disiplin dapat
membawa mereka pada permasalahan kehidupan modern yang kompleks,
yang tidak dapat dijawab oleh hanya satu ilmu saja.10

Pendekatan Humanistik
Pendekatan Humanistik dalam pengembangan kurikulum bertolak
dari ide "memanusiakan manusia". Penciptaan konteks yang akan memberi
peluang manusia untuk menjadi lebih human, untuk mempertinggi harkat
manusia merupakan dasar filosofi, dasar teori, dasar evaluasi dan dasar
pengembangan program pendidikan.11
Pada pendekatan humanistik berpusat pada siswa, jadi student
centered, dan mengutamakan perkembangan afektif siswa sebagai prasyarat
dan sebagai bagian integral dari proses belajar. Menurut Somantrie dalam
Abdullah Idi, bahwa pada pendekatan humanistik prioritasnya adalah
pengalaman belajar yang diarahkan terhadap tanggapan minat, kebutuhan dan
kemampuan anak.12
Permasalahan yang perlu disadari adalah bahwa materi bukanlah
tujuan. Dengan demikian, keberhasilan pendidikan tidak semata-mata diukur
dengan lancarnya proses transmisi nilai-nilai (dalam hal ini materi pelajaran
yang terformat dalam kurikulum), melainkan lebih dari sekadar hal itu.

10
Muhaimin, Pengembangan Kurikulum ..., hal. 140.
11
Ibid, hal. 142.
12
Abdullah Idi, Pengembangan Kurikulum..., hal. 130.
179 | Qudwatunâ : Jurnal Pendidikan Islam
Volume II Nomor 2 September 2019
e-ISSN 2620-5114
Nurul Huda
Pendekatan-pendekatan Pengembangan Kurikulum

Pendidikan humanistik menganggap materi pendidikan lebih merupakan


sarana, yakni sarana untuk membentuk pematangan humanisasi peserta didik,
jasmani dan ruhani secara gradual.13
Jadi dari hal tersebut dapatlah kita pahami bahwa pada pendekatan
humanistik tujuan dari pendidikan itu bukan hanya pada nilai-nilai yang
dapat dicapai pesera didik tapi lebih kepada pembentukan perubahan pada
peserta didik, baik secara jasmani maupun ruhani.
Selanjutnya siswa hendaknya diturutsertakan dalam penyelenggaraan
kelas dan keputusan instruksional. Dan siswa hendaknya turut serta dalam
pembuatan, pelaksanaan, dan pengawasan peraturan sekolah. Siswa
hendaknya diperbolehkan memilih kegiatan belajar, dan siswa boleh
membuktikan hasil belajarnya melalui berbagai macam karya atau kegiatan.
Dalam kurikulum humanistik, guru diharapkan dapat membangun
hubungan emosional yang baik dengan peserta didiknya, untuk
perkembangan individu peserta didik itu selanjutnya. Oleh karena itu, peran
guru yang diharapkan adalah sebagai berikut:14
1. Mendengar pandangan realitas peserta didik secara komprehensif
2. Menghormati individu peserta didik, dan
3. Tampil alamiah, otentik, tidak dibuat-buat.
Tugas guru dalam kurikulum humanistik adalah menciptakan situasi
yang permisif dan mendorong peserta didik untuk mencari dan
mengembangkan pemecahan sendiri. Dan tujuan pengajaran adalah
memperluas kesadaran diri sendiri dan mengurangi kerenggangan dan
keterasingan dari lingkungan.15
Dari sini jelaslah bahwa pendekatan pengembangan kurikulum
humanistik ini mengaharapkan perkembangan diri siswa sehingga dapat
menemukan kepribadiannya yang hidup di tengah-tengah masyarakat.
Pendekatan pengembangan kurikulum mempunyai beberapa ciri-ciri,
16
yakni:
1. Tujuan
Tujuan pendidikannya adalah oroses perkembangan pribadi yang
dinamis yang diarahkan pada pertumbuhan, integritas, dan otonomi
kepribadiaan, sikap yang sehat terhadap diri sendiri, orang lain, dan belajar.

13
Baharuddin & Makin, Pendidikan Humanistik:Konsep, Teori, dan Aplikasi Praktis dalam
Dunia Pendidikan (Jogjakarta: Ar-Ruzz Media, 2007), 192.
14
Oemar Hamalik, Dasar-dasar Pengembangan Kurikulum (Bandung: PT. Remaja
Rosdakarya, 2008), 144.
15
Siti Halimah, Telaah Kurikulum, 160.
16
Ibid, 160-161.
180 | Qudwatunâ : Jurnal Pendidikan Islam
Volume II Nomor 2 September 2019
e-ISSN 2620-5114
Nurul Huda
Pendekatan-pendekatan Pengembangan Kurikulum

Semuanya itu merupakan bagian dan cita-cita perkembangan manusia yang


teraktualisasi (self actualizing person). Seseorang yang telah mampu
mengaktualisasikan diri adalah orang yang telah mencapai keseimbangan
(harmoni) perkembangan seluruh aspek pribadinya baik aspek kognitif,
estetika, maupun moral.
2. Metode
Pengembangan kurikulum humanistik menuntut hubungan emosional
yang baik antara guru dan siswa. Karenanya, menuntut kemampuan guru
untuk memilih metode pembelajaran yang dapat menciptakan hubungan yang
hangat antara guru dengan murid, antara murid dengan murid, dapat
memberikan dorongan agar saling percaya. Dalam kegiatan pembelajaran
guru tidak boleh memaksakan sesuatu yang tidak disenangi oleh peserta
didik.
3. Organisasi Isi
Kurikulum humanistik harus mampu memberikan pengalaman yang
menyeluruh, bukan pengalaman yang terpenggal-penggal.
4. Evaluasi
Evaluasi kurikulum humanistik berbeda dengan evaluasi pada
umumnya, yang lebih ditekankan pada hasil akhir atau produk. Sebaliknya,
evaluasi kurikulum humanistik lebih menekankan pada proses yang
dilakukan. Kurikulum ini melihat kegiatan sebagai sebuah manfaat untuk
peserta didik masa depan. Kelas yang baik akan menyediakan berbagai
pengalaman untuk mambantu peserta didik menyadari potensi mereka dan
orang lain, serta dapat mengembangkannya.
Pada kurikulum ini, guru diharapkan mengetahui respon peserta didik
terhadap kegiatan mengajar. Guru juga diharapkan mengamati apa yang
sudah dilakukannya, untuk melihat umpan balik setelah kegiatan belajar
dilakukan.
Sebagai suatu hal yang alamiah, kurikulum humanistik memilki
beberapa kelemahan, seperti:17
a. Keterlibatan emosional tidak selamanya berdampak positif bagi
perkembangan individual peserta didik,
b. Meskipun kurikulum ini sangat menekankan individu peserta didik, pada
kenyataannya di setiap program terdapat keseragaman peserta didik,
c. Kurikulum ini kurang memerhatikan kebutuhan masyarakat secara
keseluruhan, dan

17
Oemar Hamalik, Dasar-dasar Pengembangan Kurikulum..., hal. 145.
181 | Qudwatunâ : Jurnal Pendidikan Islam
Volume II Nomor 2 September 2019
e-ISSN 2620-5114
Nurul Huda
Pendekatan-pendekatan Pengembangan Kurikulum

d. Dalam kurikulum ini, prinsip-prinsip psikologis yang ada kurang


terhubungkan.

Pendekatan Teknologis
Perspektif teknologi sebagai kurikulum ditekankan pada efektifitas
program metode dan material untuk mencapai suatu manfaat dan
keberhasilan. Teknologi memengaruhi kurikulum dalam dua cara, yaitu
aplikasi dan teori. Aplikasi teknologi merupakan suatu rencana penggunaan
beragam alat dan media, atau tahapan basis instruksi. Sebagai teori, teknologi
digunakan dalam pengembangan dan evaluasi material kurikulum dan
instruksional.18
Pandangan pertama menyatakan bahwa pemanfaatan teknologi lebih
diarahkan pada bagaimana mengajarnya, bukan apa yang diajarkan.
Sementara pandangan kedua menyatakan bahwa teknologi diarahkan pada
penerapan tahapan instruksional.
Penerapan teknologi dalam bidang pendidikan khususnya kurikulum
adalah dalam dua bentuk, yaitu bentuk perangkat lunak (software) dan
perangkat keras (hardware). Penerapan teknologi perangkat keras dalam
pendidikan dikenal sebagai teknologi alat (tools technology), sedangkan
penerapan teknologi perangkat lunak disebut juga teknologi sistem (system
technology).19
Teknologi pendidikan dalam arti teknologi alat, lebih menekankan
kepada penggunaan alat-alat teknologi untuk menunjang efisiensi dan
efektifitas pendidikan. Kurikulumnya berisikan rencana-rencana penggunaan
berbagai alat dan media, juga model-model pengajaran yang banyak
melibatkan penggunaan alat. Contoh-contoh model pengajaran tersebut
adalah: pengajaran dengan bantuan film dan video, pengajaran berprogram,
mesin pengajaran, pengajaran modul. Pengajaran dengan bantuan komputer,
dan lain-lain.
Pendekatan teknologi dalam menyusun kurikulum atau program
pendidikan bertolak dari analisis kompetensi yang dibutuhkan untuk
melaksanakan tugas-tugas tertentu. Karenanya materi yang diajarkan, kriteria
evaluasi sukses, dan strategi belajarnya ditetapkan sesuai dengan analisis
tugas (job analysis) tersebut. Contoh penerapannya dalam kurikulum dan

18
Oemar Hamalik, Dasar-dasar…,hal.148.
19
Nana Syaodih Sukmadinata, Penegembangan kurikulum:Teori dan praktek, 96.
182 | Qudwatunâ : Jurnal Pendidikan Islam
Volume II Nomor 2 September 2019
e-ISSN 2620-5114
Nurul Huda
Pendekatan-pendekatan Pengembangan Kurikulum

hasil belajar, misalnya dalam mata pelajaran PAI, tentang menyajikan pesan
pembelajaran tentang shalat, maka dapat dirumuskan sebagai berikut:20
1). Kompetensi dasar : mampu melaksanakan shalat
2). Hasil belajar :
(1) siswa mampu menjelaskan tata cara shalat yang benar
(2) siswa mampu manghafal dan mmempraktikkan bacaan shalat
3). Indikator :
a) Menjelaskan pengertian shalat
b) Menjelaskan syarat-syarat shalat
c) Menjelaskan rukun shalat
d) Menjelaskan sunnat shalat
e) Menjelaskan hal-hal yang membatalkan shalat
f) Melafalkan bacaan shalat dengan benar
g) Menghafal bacaan shalat
h) Mempraktikan shalat
i) Mau melaksanakan shalat
j) Terbiasa melaksanakan shalat
Dari rumusan kompetensi dasar dan hasil belajar, dan dijabarkan
dalam rumusan indikator, maka dapat diketahui organisasi isi dari
pembelajarannya. Dan untuk mengorganisasikan isi dengan baik, diperlukan
analisis tugas dan jenjang belajar sesuai dengan kerakteristik pendekatan
teknologi.

Pendekatan Rekontruksionalisme
Kurikulum rekonstruksi sosial sangat memperhatikan hubungan
kurikulum dengan sosial masyarakat dan politik perkembangan ekonomi.
Banyak prinsip kelompok ini yang konsisten dengan cita-cita tertinggi,
contohnya masalah hak asasi kaum minoritas, keyakinan dalam intelektual
masyarakat umumnya, dan kemampuan menentukan nasib sendiri sesuai
arahan yang mereka inginkan.
Pengajaran kurikulum rekonstruksi sosial banyak dilaksanakan di
daerah-daerah yang tergolong belum maju dan tingkat ekonominya juga
belum tinggi. Pelaksanaan pengajaran ini diarahkan untuk meningkatkan
kondisi kehidupan mereka. Sesuai dengan potensi yang ada dalam
masyarakat, sekolah mempelajari potensi-potensi tersebut, dengan bantuan
biaya dari pemerintah, sekolah berusaha mengembangkan potensi tersebut.
Di daerah pertanian misalnya maka sekolah harus mengembangkan bidang

20
Siti Halimah, Telaah kurikulum ..., hal. 162.
183 | Qudwatunâ : Jurnal Pendidikan Islam
Volume II Nomor 2 September 2019
e-ISSN 2620-5114
Nurul Huda
Pendekatan-pendekatan Pengembangan Kurikulum

pertanian, sementara kalau daerah industri maka yang harus dikembangkan


oleh sekolah adalah bidang industri. Sehingga kurikulum tersebut dapat
memenuhi kebutuhan masyarakat daerah tersebut.
Kurikulum rekonstruksi sosial bertujuan untuk menghadapkan peserta
didik pada berbagai permasalahan manusia dan kemanusian. Para pendukung
kurikulum ini yakin, bahwa permasalahan yang muncul tidak harus
diperhatikan oleh “pengetahuan sosial” saja, tetapi oleh setiap disiplin ilmu.
Dari pemikiran diatas, maka penyusunan dan pengembangan
kurikulum harus bertitik tolak dari problem yang dihadapi dalam masyarakat.
Pendekatan kurikulum rekonstrksi sosial ini selain menekankan pada isi
pembelajaran, sekaligus juga menekankan pada proses pendidikan dari
pengalaman belajar. Ini dikarenakan, pendekatan rekonstruksi sosial
berasumsi bahwa, manusia adalah makhluk sosial yang sepanjang
kehidupannya membutuhkan orang lain, selalu bersama, berinteraksi dan
bekerjasama.21
Dari pendekatan kurikulum rekonstruksi sosial ini, nantinya
diharapkan peserta didik mempunyai tanggung jawab dalam masyarakatnya
guna membantu pemerintah dalam perbaikan-perbaikan dalam
masyarakatnya yang lebih baik lagi kedepannya.
Adapun pendekatan kurikulum rekonstruksi sosial ini mempunyai
ciri-ciri berkenaan dengan:22
a. Tujuan
Tujuan utama kurikulum rekonstruksi sosial adalah menghadapkan
para peserta didik pada tantangan, ancaman, hambatan-hambatan atau
gangguan-gangguan yang dihadapi manusia. Karena itu, tujuan program
pendidikan setiap tahun berubah. Tantangan-tantangan tersebut merupakan
bidang garapan selain bidang studi agama, juga perlu didekati dari bidang-
bidang lain seperti ekonomi, sosiologi, ilmu pengetahuan alam, estetika,
matematika dan lain-lain.
b. Metode
Tugas guru dalam kegiatan pembelajaran pada kurikulum
rekonstruksi sosial, yaitu: berusaha mencari keselarasan antara tujuan-tujuan
nasional dengan tujuan peserta didik. Dalam melaksanakan kegiatan
pembelajaran guru harus dapat membantu para peserta didik untuk
menemukan minat dan kebutuhannya. Kegiatan pembelajaran yang dilakukan
untuk mencapai tujuan pendidikan dalam persoalan-persoalan tersebut di atas

21
Ibid, hal. 164.
22
Ibid, hal. 165-166.
184 | Qudwatunâ : Jurnal Pendidikan Islam
Volume II Nomor 2 September 2019
e-ISSN 2620-5114
Nurul Huda
Pendekatan-pendekatan Pengembangan Kurikulum

dapat dilakukan dengan menggunakan berbagai metode antara lain: (1)


mengadakan survei kritis kepada masyarakat; (2) mengadakan studi banding
ekonomi lokal dan nasional; (3) mengevaluasi semua rencana dengan kriteria,
apakah telah memenuhi kepentingan sebagian besar orang.
c. Organisasi Isi
Pola organisasi isi kurikulum rekonstruksi sosial disusun seperti roda.
Ditengah-tengahnya sebagai poros dipilih sesuatu masalah yang menjadi
tema utama dan dibahas secara pleno. Tema-tema tersebut dijabarkan ke
dalam sejumlah topik yang dibahas dalam diskusi kelompok, latihan-latihan,
kunjungan dan lain-lain. Topik-topik dengan berbagai kelompok ini
merupakan jari-jari. Semua kegiatan jari-jari tersebut dirangkum menjadi satu
kesatuan sebagai bingkai atau velk.
d. Evaluasi
Dalam kegiatan evaluasi para peserta didik dilibatkan. Keterlibatan
para peserta didik terutama dalam memilih, menyusun, dan menilai bahan
yang akan diujikan. Soal-soal yang akan diujikan terlebih dahulu diuji untuk
menilai ketepatan maupun keluasan isinya. Selain itu juga untuk menilai
kemampuannya dalam menilai pencapaian tujuan-tujuan pembangunan
kehidupan keberagaman masyarakat yang sifatnya kualitatif.
Menurut Wina ada dua pendekatan yang diterapkan dalam
pengembangan kurikulum:
Pendekatan Top Down
Dikatakan pendekatan top down, disebabkan pengembangan
kurikulum muncul atas inisiatif para pejabat pendidikan atau para
administrator atau dari para pemegang kebijakan (pejabat) pendidikan seperti
Dirjen atau para kepala Kantor Wilayah. Selanjutnya dengan menggunakan
semacam garis komando, pengembangan kurikulum menetes ke bawah. Oleh
karena dimulai dari atas itulah, pendekatan ini juga dinamakan line staff
model. Biasanya pendekatan ini banyak dipakai di Negara-negara yang
memiliki sistem pendidikan sentralisasi.
Dilihat dari cakupan pengembangannya, pendekatan top down bisa
dilakukan baik untuk menyusun kurikulum yang benar-benar baru
(curriculum construkction) ataupun untuk penyempurnaan kurikulum yang
sudah ada (curriculum improvement).23 Prosedur kerja atau proses
pengembangan kurikulum model ini dilakukan kira-kira sebagai berikut:24

23
Wina Sanjaya, Kurikulum dan Pembelajaran, (Jakarta: Kencana, 2008), hal. 77.
24
Ali Mudlofir, Aplikasi Pengembangan KTSP dan Bahan Ajar dalam PAI, (Jakarta:
Rajawali Pers, 2011), hal. 37-38.
185 | Qudwatunâ : Jurnal Pendidikan Islam
Volume II Nomor 2 September 2019
e-ISSN 2620-5114
Nurul Huda
Pendekatan-pendekatan Pengembangan Kurikulum

Langkah pertama, dimulai dengan pembentukan tim pengarah oleh


pejabat pendidikan. Anggota tim biasanya terdiri dari pejabat yang ada di
bawahnya, seperti para pengawas pendidikan, ahli kurikulum, ahli disiplin
ilmu, dan bisa juga ditambah dengan para tokoh dari dunia kerja. Tugas tim
pengarah ini adalah merumuskan konsep dasar, garis-garis besar kebijakan,
menyiapkan rumusan falsafah, dan tujuan umum pendidikan.
Langkah kedua, adalah menyusun tim atau kelompok kerja untuk
menjabarkan kebijakan atau rumusan-rumusan yang telah disusun oleh tim
pengarah. Anggota kelompok kerja ini adalah para ahli kurikulum, para ahli
disiplin ilmu dari perguruan tinggi, ditambahkan dengan guru-guru senior
yang dianggap sudah berpengalaman. Tugas pokok tim ini adalah
merumuskan tujuan-tujuan yang lebih operasional dari tujuan-tujuan umum,
memilih dan menyusun sequence bahan pelajaran, memilih strategi
pengajaran dan alat atau petunjuk evaluasi, serta menyusun pedoman-
pedoman pelaksanaan kurikulum bagi guru.
Langkah ketiga, apabila kurikulum sudah selesai disusun oleh tim
atau kelompok kerja, selanjutnya hasilnya diserahkan kepada tim perumus
untuk dikaji dan diberi catatan-catatan atau direvisi. Bila dianggap perlu
kurikulum itu diujicobakan dan dievaluasi kelayakannya, oleh suatu tim yang
ditunjuk oleh para administrator. Hasil uji coba itu digunakan sebagai bahan
penyempurnaan.
Langkah Keempat, para administrastor selanjutnya memerintahkan
kepada setiap sekolah untuk mengimplementasikan kurikulum yang telah
tersusun itu.
Dari langkah-langkah pengembangan yang telah dikemukakan di atas,
maka tampak jelas bahwa inisiatif penyempurnaan atau perubahan kurikulum
dimulai oleh pemegang kebijakan kurikulum, atau para pejabat yang
berhubungan dengan pendidikan; sedangkan tugas guru hanya sebagai
pelaksana kurikulum, yang telah ditentukan oleh para pemegang kebijakan.
Oleh karena itulah, proses pengembangan dengan pendekatan top down
dinamakan juga pendekatan dengan sistem komando.

Pendekatan Grass Roots


Dalam model grass roots, inisiatif pengembangan kurikulum dimulai
dari lapangan atau dari guru-guru sebagai implementator, kemudian
menyebar pada lingkungan yang lebih luas, makanya pendekatan ini
dinamakan juga pengembangan kurikulum dari bawah ke atas. Oleh karena
sifatnya yang demikian, maka pendekatan ini lebih banyak digunakan dalam
menyempurnaan kurikulum (curriculum improvement), walaupun dalam
186 | Qudwatunâ : Jurnal Pendidikan Islam
Volume II Nomor 2 September 2019
e-ISSN 2620-5114
Nurul Huda
Pendekatan-pendekatan Pengembangan Kurikulum

skala yang terbatas mungkin juga digunakan dalam pengembangan


kurikulum baru (curriculum construction).25
Ada beberapa langkah penyempurnaan kurikulum yang dapat kita
lakukan manakala menggunakan pendekatan grass roots ini.26
Pertama, menyadari adanya masalah. Pendekatan grass roots ini
biasanya diawali dengan keresahan guru tentang kurikulum yang berlaku.
Misalnya dirasakan ketidak cocokan penggunaan strategi pembelajaran, atau
kegiatan evaluasi seperti yang diharapkan, atau masalah kurangnya motivasi
belajar siswa sehingga kita merasa terganggu, dan lain sebagainya.
Pemahaman dan kesadaran guru akan adanya suatu masalah merupakan
kunci dalam grass roots. Tanpa adanya kesadaran masalah tidak mungkin
gras root dapat berlangsung.
Kedua, mengadakan refleksi. Kalau kita merasakan adanya masalah,
maka selanjutnya kita berusaha mencari penyebab munculnya masalah
tersebut. Refleksi dilakukan dengan mengkaji literatur yang relevan misalnya
dengan membaca buku, jurnal hasil penelitian yang relevan dengan masalah
yang kita hadapi atau mengkaji sumber informasi lain misalnya melacak
sumber-sumber dari internet; atau melakukan diskusi dengan teman sejawat
dan mengkaji sumber dari lapangan, misalnya melakukan wawancara dengan
siswa, orang tua atau sumber lain.
Ketiga, mengajukan hipotesis atau jawaban sementara. Berdasarkan
hasil kajian refleksi, selanjutnya guru memetakan berbagai kemungkinan
munculnya masalah dan cara pengulangannya.
Keempat, menentukan hipotesis yang sangat mungkin dekat dan dapat
dilakukan sesuai dengan situasi dan kondisi lapangan. Tidak mungkin
berbagai kemungkinan bisa kita laksanakan. Dalam langkah ini kita hanya
bisa memilih kemungkinan yang dapat kita lakukan dan selanjutnya
merencakan apa yang seharusnya kita lakukan untuk mengatasi masalah
tersebut. Disamping itu kita juga dapat memperhitungkan berbagai
kemungkinan yang akan muncul, misalnya sebagai hambatan yang akan
terjadi sehingga lebiha dan kita akan dapat mengatasi hambatan-hambatan
tersebut.
Kelima, mengimplemenasikan perencanaan dan mengevaluasinya
secara terus menerus hingga terpecahlah masalah yang dihadapi. Dalam
proses pelaksanaanya kita dapat berkolaborasi atau meminta pendapat teman
sejawat.

25
Ali Mudlofir, Aplikasi pengembangan…, hal. 37-38.
26
Ibid, hal. 38.
187 | Qudwatunâ : Jurnal Pendidikan Islam
Volume II Nomor 2 September 2019
e-ISSN 2620-5114
Nurul Huda
Pendekatan-pendekatan Pengembangan Kurikulum

Keenam, membuat dan menyusun laporan hasil pelaksanaan


pengembangan melui grass roots . langkah ini sangat penting dilakukan
sebagai bahan publikasi dan diseminasi, sehingga kemungkinan dapat
dimanfaatkan dan diterapkan oleh orang lain yang pada glirannya hasil
pengembangan dapat tersebar.
Manakala kita perhatikan, peran guru sebagai implementator
perubahan dan penyempurnaan kuriulum dengan pendekatan grass roots
sangat menentukan. Tugas para administrator dalam pengembangan model
ini, tidak lagi berperan sebagai pengendali pengembangan akan tetapi hanya
sebagai motivator, dan fasilitator. Perubahan atau penyempurnaan kurikulum
bisa dimulai oleh guru secara individual atau bisa juga oleh kelompok guru,
contohnya guru-guru bidang studi dari beberapa sekolah.
Menurut H.M. Ahmad, pendekatan pengembangan kurikulum dibagi
dua yaitu :
Pendekatan yang berorientasi pada bahan pelajaran
Dalam pendekatan ini, pertanyaan pertama yang muncul pada waktu
menyusun kurikulum adalah “bahan atau materi apakah yang perlu
diberikan/diajarkan kepada murid?” Pendekatan ini di Indonesia diterapkan
dalam kurikulum sebelum kurikulum 1975.27
Kelebihan dari pendekatan yang berorientasi pada bahan pelajaran
bahwa kita lebih fleksibel/bebas dalam menyusun bahan pelajaran karena kita
tidak terikat oleh tujuan yang tegas. Tapi kekurangan dari pendekatan ini
adalah:
a. Bahan pelajaran yang kita susun kurang jelas arah dan tujuannya,
b. Sukar dalam mementukan cara (metode) yang sesuai untuk menyajikan
bahan tersebut pada murid.
c. Kurang jelas pada segi-segi apa yang akan dinilai pada peserta didik
setelah menyelesaikan pelajaran, dan bagaimana cara menilainya.28
Pendekatan yang berorientasi pada tujuan pengajaran
Dalam pendekatan yang kedua ini, pertanyaan yang pertama kali
muncul adalah “tujuan-tujuan apakah yang ingin dicapai, atau pengetahuan,
keterampilan dan sikap apakah yang kita harapkan akan dimiliki oleh peserta
didik setelah menyelesaikan kurikulum ini?29

27
Pengembangan dan Inovasi Kurikulum, 55-56.
28
Hendyat Soetopo & Wasty Soemanto, Pembinaan dan Pengembangan Kurikulum,
(Jakarta: Bumi Aksara, 1993), 55-56.
29
Pengembangan dan Inovasi Kurikulum, 56.
188 | Qudwatunâ : Jurnal Pendidikan Islam
Volume II Nomor 2 September 2019
e-ISSN 2620-5114
Nurul Huda
Pendekatan-pendekatan Pengembangan Kurikulum

Sebagai jawaban terhadap pertanyaan tersebut, kemudian dirumuskan


tujuan-tujuan dalam bentuk pengetahuan, keterampilan dan sikap yang
diharapkan secara jelas.30
Atas dasar tujuan-tujuan di atas itulah selanjutnya ditetapkan pokok-
pokok bahan pelajaran dan kegiatan belajar mengajar, yang semuanya itu
diarahkan untuk mencapai tujuan-tujuan yang diinginkan.
Kelebihan dari pendekatan yang berorientasi pada tujuan pengajaran
adalah:
a. Tujuan yang ingin dicapai jelas bagi penyusunan kurikulum
b. Tujuan-tujuan yang jelas tersebut akan memberikan arah di dalam
menetapkan metode, jenis-jenis kegiatan, alat yang diperlukan guna
mencapai tujuan
c. Tujuan-tujuan yang jelas tersebut juga akan memberikan arah di dalam
mengadakan penilaian terhadap hasil yang dicapai
d. Hasil penilaian yang terarah tersebut akan akan membantu penyusunan
kurikulum di dalam mengadakan perbaikan-perbaikan yang di perlukan.
Sedangkan kekurangan pada pendekatan ini dalah, kesulitan dalam
merumuskan tujuan apa lagi jika tujuan tersebut harus dirumuskan secara
khusus. 31
Atas dasar tinjauan diatas, tampaknya pendekatan yang berorientasi
pada tujuan mempunyai lebih banyak segi-segi yang menguntungkan
daripada yang merugikan, dibandingkan dengan pendekatan yang
berorientasi pada bahan pelajaran.
Menurut Zainal Arifin dalam bukunya Konsep dan Model
Pengembangan Kurikulum, jika dilihat dari aspek perencanaannya ada
beberapa pendekatan yang dapat digunakan dalam pengembangan kurikulum,
antara lain sebagai berikut.32
Pendekatan Kompetensi (Competency Approach)
Kompetensi adalah jalinan terpadu yang unik antara pengetahuan,
keterampilan, sikap dan nilai-nilai yang direfleksikan dalam pola berfikir dan
pola bertindak. Pendekatan kompetensi menitikberatkan pada semua ranah,
yaitu kognitif, afektif dan psikomotorik. Cirri-ciri pokok pendekatan
kompetensi adalah berfikir teratur dan sistematik, sasaran penilaian lebih

30
Hendyat Soetopo & Wasty Soemanto, Pembinaan dan Pengembangan…, hal. 55.
31
Ibid, hal. 56.
32
Zainal Arifin, Konsep dan Model Pengembangan Kurikulum, (Bandung: PT Remaja
Rosdakarya, 2012), hal. 113.
189 | Qudwatunâ : Jurnal Pendidikan Islam
Volume II Nomor 2 September 2019
e-ISSN 2620-5114
Nurul Huda
Pendekatan-pendekatan Pengembangan Kurikulum

difokuskan pada tingkat penguasaan, dan kemampuan memperbarui diri


(regenerative capability).33
Prosedur penggunaan pendekatan ini adalah (a) menetapkan standar
kompetensi lulusan yang harus dikuasai oleh para lulusan pada setiap jenis
dan jenjang pendidikan, (b) emerinci perangkat kompetensi yang diharapkan
dimiliki oleh para lulusan, (c) menetapkan bentuk dan kuantitas pengalaman
belajar melalui bidang studi atau mata pelajaran dan kegiatan-kegiatan
lainnya yang relevan, (d) mengembangkan silabus.34
Selanjutnya, langkah-langkah pengembangan kurikulum berdasarkan
pendekatan kompetensi, yaitu mengidentifikasi kompetensi, merumuskan
tujuan pendidikan, menyusun pengalaman belajar, menetapkan topic dan
subtopic, menetapkan waktu, mengalokasikan waktu, member nama mata
pelajaran, dan menetapkan bobot SKS.
Dalam penilaian penguasaan kompetensi, ada tiga hal penting yang
harus diperhatikan guru, yaitu sebagai berikut :
a. Sasaran penilaian tidak hanya terfokus pada kemampuan tertulis dan lisan
saja, tetapi juga tingkat untuk kerja (performance) pelaksanaan tugas
yang telah ditetapkan.
b. Kriteria penilaian adalah persyaratan minimal pelaksanaan tugas-tugas.
c. Sasaran utama adalah penguasaan kemampuan (exit requirements) dan
bukan pada cara atau waktu pencapaian.
Ciri pendekatan kompetensi yang tidak kalah pentingnya adalah
penjaringan dan pengelolaan informasi balikan (feedback) secara teratur
untuk melakukan perbaikan secara berkesinambungan sehingga kurikulum
memiliki mekanisme untuk memperbaiki diri (regenerative capability), baik
tingkat lembaga maupun tingkat nasional.
Pendekatan Sistem (System Approach)
Sistem adalah totalitas atau keseluruhan komponen yang saling
berfungsi, berinteraksi, dan interdepensi untuk mencapai tujuan yang telah
ditetapkan. Ciri-ciri sistem adalah adanya tujuan, fungsi, komponen, interaksi
dan interdepensi, penggabungan yang menimbulkan jalinan keterpaduan,
proses transformasi, umpan balik untuk perbaikan, dan lingkungan.
Pendekatan sistem adalah penggunaan berbagai konsep yang serasi dari teori
sistem yang umum untuk memahami teori organisasi dan praktek
manajemen. Pendekatan sistem terdiri atas beberapa aspek, antara lain: (a)
filsafat sistem, yaitu sebagai cara berfikir (way of thingking) tenang

33
Zainal Arifin, Konsep dan Model Pengembangan …, hal. 113.
34
Ibid, hal. 114.
190 | Qudwatunâ : Jurnal Pendidikan Islam
Volume II Nomor 2 September 2019
e-ISSN 2620-5114
Nurul Huda
Pendekatan-pendekatan Pengembangan Kurikulum

fenomena secara keseluruhan, (b) analisis sistem, yaitu metode atau teknik
dalam memecahkan masalah (problem solving) atau pengambilan keputusan
(decision making), dan (c) manajemen sistem, yaitu aplikasi teori sistem
ditengah mengelola organisasi.
Model Intructional Development Institute (IDI) yang dikembangkan
oleh University Consortium on Intructional Development and Technology
(UCIDT) memiliki langkah langkah pendekatan sistem sebagai berikut :
a. Merumuskan masalah, yang meliputi :
1) Menentukan masalah: analisis kebutuhan, menentukan prioritas,
merumuskan masalah.
2) Menganalisis latar: cirri peserta didik, kondisi (hambatan), sumber-
sumber.
3) Mengatur pengelolaan: analisis tugas, tanggung jawab dan
penjadwalan.
b. Mengidentifikasi strategi pemecahan masalah, yang meliputi :
1) Menentukan tujuan pembelajaran: tujuan akhir dan tujuan antara.
2) Menentukan strategi: pendekatan metode, media, dan sumber belajar.
3) Membuat prototipe: bahan-bahan pembelajaran dan evaluasi.
c. Melaksanakan evaluasi, yang meliputi :
1) Uji coba prototipe: melakukan uji coba, mengumpulkan data, dan
evaluasi.
2) Analisis hasil uji coba: tujuan pembelajaran, metode dan teknik
evaluasi.
3) Penyempurnaan langkah-langkah terdahulu: review, menetapkan,
melaksanakan.
Pendekatan Klarifikasi Nilai (Value Clarification Approach)
Klarifikasi nilai adalah langkah pengambilan keputusan tentang
prioritas atas keyakinan sendiri berdasarkan pertimbangan yang rasional,
logis, sesuai dengan perasaannya dan perasaan orang lain serta aturan yang
berlaku. Pendekatan ini menekankan agar peserta didik dapat mengemukakan
pendapatnya sendiri tentang isu-isu yang merupakan konflik nilai yang
merupakan konflik nilai di samping ada pendapat dari guru.
Ciri pengembangan kurikulum berdasarkan pendekatan klarifikasi
nilai, antara lain: (a) peran guru kurang dominan dalam pembelajaran, (b)
guru lebih sedikit member informasi dan lebih banyak mendengarkan
penjelasan dari peserta didik, (c) guru lebih sring menggunakan metode
tanya-jawab, (d) tidak banyak kritik destruktif, (e) kurang menekankan faktor
kegagalan dan lebih menerima kesalahan-kesalahan, (f) menanggapi dan
menghayati pekerjaan peserta didik, (g) merumuskan tujuan dengan jelas, (h)
191 | Qudwatunâ : Jurnal Pendidikan Islam
Volume II Nomor 2 September 2019
e-ISSN 2620-5114
Nurul Huda
Pendekatan-pendekatan Pengembangan Kurikulum

dalam batas tertentu peserta didik diberi kebebasan untuk bekerja dan
bertanggung jawab, (i) peserta didik bebas mengungkapkan apa yang mereka
rasakan, (j) adanya keseimbangan antara tugas kelompok dengan tugas
perseorangan, (k) belajar bersifat individual, (l) evaluasi bukan terfokus pada
prestasi akademik, tetapi juga proses pertukaran pengalaman, dan (m) peserta
didik menemukan sistem nilainya sendiri.
Raths dalam John Jarolimek mengemukakan langkah-langkah
pendekatan klarifikasi nilai sebagai berikut :
a. Kebebasan memilih (bagi peserta didik), yang meliputi :
1) Memilih sesuatu secara bebas menurut kemauan, kesukaan, dan
minatnya.
2) Memilih berbagai alternatif yang ada
3) Menentukan pilihan dan pertimbanganyang rasional sesuai dengan
pikiran dan pendapat masing-masing.
b. Membina kebanggaan (prizing), diantaranya :
1) Merasakan gembira atas ketepatan memilih
2) Mengukuhkan pilihan sesuai dengan pendapat pada dirinya masing-
masing
c. Melaksanakan (acting) :
1) Melakukan percobaan atau melaksanakan pilihan
2) Mengulangi perbuatan tersebut dalam kehidupan sehari-hari dan
menjadikannya sebagai pola kehidupan.
Pendekatan Komprehensif (Comprehensive Approach)
Pendekatan ini melihat, memperhatikan, dan menganalisis kurikulum
secara keseluruhan. Semua masalah yang berkaitan dengan kurikulum
diidentifikasi secara global oleh pengembang kurikulum. Pengembang
kurikulum dapat menetapkan langkah pertama yang akan dilakukan dan apa
yang akan dicapai sebagai sasaran dengan merumuskan filsafat pendidikan,
visi-visi dan tujuan pendidikan serta sasaran yang ingin dicapai.
Pendekatan yang Berpusat pada Masalah (Problem-Centered Approach)
Pengembangan kurikulum dengan pendekatan ini dilakukan dengan
cara mengidentifikasi berbagai masalah kurikulum secara khusus. Para guru
diminta berbagi informasi tentang masalah-masalah, keinginan, harapan, dan
kesulitan-kesulitan yang mereka hadapi dalam mata pelajaran, seperti
perbaikan cara penampilan, penggunaan multimetode dan media dalam
pembelajaran, serta sistem penilaian.
Abdullah Idi dalam bukunya Pengembangan Kurikulum Teori dan
Praktik, menambahkan 3 (tiga) pendekatan pengembangan kurikulum, yaitu:

192 | Qudwatunâ : Jurnal Pendidikan Islam


Volume II Nomor 2 September 2019
e-ISSN 2620-5114
Nurul Huda
Pendekatan-pendekatan Pengembangan Kurikulum

Pendekatan Berorientasi pada Tujuan. Pendekatan ini menempatkan rumusan


atau penempatan tujuan yang hendak dicapai dalam posisi sentral, sebab
tujuan adalah pemberi arah dalam pelaksanaan proses belajar mengajar.
Kelebihan pendekatan pengembangan kurikulum yang berorientasi
pada tujuan adalah:
1. Tujuan yang ingin dicapai jelas bagi penyusun kurikulum.
2. Tujuan yang jelas akan memberikan arah yang jelas pula dalam
menetapkan materi pelajaran, metode, jenis kegiatan dan alat yang
dipergunakan untuk mencapai tujuan.
3. Tujuan-tujuan yang jelas itu juga akan memberikan arah dalam
mengadakan penilaian terhadap hasil yang dicapai.
4. Hasil penelitian yang terarah itu akan membantu penyusun kurikulum di
dalam mengadakan perbaikan-perbaikan yang diperlukan.35
Pendekatan dengan Pola Organisasi Bahan
Pendekatan ini dapat dilihat dari pola pendekatan:
1. Pendekatan pola Subject Matter Curriculum
Pendekatan ini penekanannya pada berbagai matapelajaran secara
terpisah-pisah, misalnya: sejarah, ilmu bumi, biologi, matematika dan
sebagainya. Matapelajaran ini tidak berhubungan satu sama lain.36
2. Pendekatan pola Correlated Curriculum
Pendekatan ini adalah pendekatan dengan pola mengelompokkan
beberapa matapelajaran (bahan) yang sering dan bisa secara dekat
berhubungan. Misalnya, bidang studi IPA, IPS dan sebagainya.
Pendekatan ini dapat ditinjau dari berbagai aspek (segi), yaitu:
a. Pendekatan Struktur
Contoh: IPS, terdiri atas Sejarah, Ekonomi, Sosiologi.
b. Pendekatan Fungsional
Pendekatan ini berdasarkan pada masalah yang berarti dalam
kehidupan sehari-hari.
c. Pendekatan tempat atau daerah
Atas dasar pembicaraan suatu tempat tertentu sebagai pokok
pembicaraan.
3. Pendekatan pola Integrated Curriculum
Pendekatan ini berdasarkan kepada keseluruhan hal yang mempunyai
arti tertentu, Misalnya: pohon; sebatang pohon ini bukan merupakan
35
Subandijah., Pengembangan dan Inovasi Kurikulum (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada,
1993), hal.28 dalam Abdullah Idi, Pengembangan Kurikulum Teori dan Praktik.(Jogjakarta:
Ar-Ruzz Media, 2007), hal. 200-201.
36
Ibid, hal. 200-202.
193 | Qudwatunâ : Jurnal Pendidikan Islam
Volume II Nomor 2 September 2019
e-ISSN 2620-5114
Nurul Huda
Pendekatan-pendekatan Pengembangan Kurikulum

sejumlah bagian-bagian pohon yang terkumpul, akan tetapi merupakan


sesuatu yang memiliki arti tertentu yang utuh, yaitu pohon.
Pendekatan Akuntabilitas (Accountability)
Accountability atau pertanggungjawaban lembaga pendidikan tentang
pelaksanaan tugasnya kepada masyarakat akhir-akhir ini menjadi hal yang
penting dalam dunia pendidikan. Akuntabilitas yang sistematis pertama kali
diperkenalkan Frederick Tylor dalam bidang industri pada permulaan abad
ini. Pendekatannya yang dikenal sebagai scientific management atau
manajemen ilmiah, menetapkan tugas-tugas spesifik yang harus diselesaikan
pekerja dalam waktu tertentu. Tiap pekerja bertanggung jawab atas
penyelesaian tugas itu.37
Menurut linguistik accountability berarti keadaan untuk
dipertanggungjawabkan, keadaan dapat dimintai pertanggungjawaban.
Sedangkan menurut terminologik ialah pertanggungjawaban lembaga
pendidikan atas pelaksanaannya dalam masyarakat pengaruhnya amat terasa
dalam dunia pendidikan. Misalnya, ujian akademis (tes masuk) yang ketat
agar bisa memasuki sekolah maupun perguruan tinggi.
 Pendekatan Interdisipliner
Banyak usaha telah dijalankan selama ini untuk mendobrak tembok
pemisah yang dibuat-buat antara berbagai mata pelajaran atau disiplin ilmu
yang terdapat dalam pendekatan bidang studi. Masalah-masalah dalam
kehidupan tidak hanya melibatkan satu disiplin, akan tetapi memerlukan
berbagai ilmu secara interdisipliner.38
Para ahli berpendapat bahwa kurikulum sekolah sebaiknya tidak
disusun berdasarkan mata pelajaran yang terpisah, melainkan perpaduan
sejumlah mata pelajaran yang memiliki ciri-ciri yang sama, yang menjadi
suatu bidang studi (broadfield). Dewasa ini, pendekatan tersebut dikenal
dengan nama pendekatan interdisipliner, contohnya kurikulum IPS, IPA,
Matematika, Bahasa Indonesia, Pendidikan Pancasila, dsb.39
Di bawah ini akan diuraikan beberapa pendekatan interdisipliner
dalam pengembangan kurikulum, diantanya:
a. Pendekatan Broad-Field
Pendekatan ini berusaha mengintegrasikan beberapa disiplin atau
mata pelajaran yang saling berkaitan agar siswa memahami ilmu
37
Nasution, Pengembangan Kurikulum. (Bandung: PT. Citra Aditya Bakti, 1993), hal. 50
dalam Abdullah Idi Pengembangan Kurikulum Teori dan Praktik.(Jogjakarta: Ar-Ruzz
Media, 2007), hal. 203.
38
S. Nasution, Kurikulum dan Pengajaran, (Jakarta: Bumi Aksara, 1995), hal. 44.
39
Oemar Hamalik, Dasar-Dasar Pengembangan Kurikulum ..., hal. 33.
194 | Qudwatunâ : Jurnal Pendidikan Islam
Volume II Nomor 2 September 2019
e-ISSN 2620-5114
Nurul Huda
Pendekatan-pendekatan Pengembangan Kurikulum

pengetahuan tidak berada dalam vakum atau kehampaan akan tetapi


merupakan bagian integral dari kehidupan manusia.
Misalnya banyak sekolah rendah mengajarkan IPS dengan
membicarakan “lingkungan rumah”, menyiapkan suatu unit (kelompok)
materi yang membicarakan: letak rumah (buat peta), tukang pos pengantar
surat, penjual sayur, ibu yang mengurus rumah tangga dan seterusnya.
Pendekatan broad-field ini juga dapat digunakan agar siswa
memahami hubungan yang kompleks antara kejadian-kejadian di dunia,
misalnya antara perang Vietnam dan Korea dengan kebangkitan ekonomi
Jepang, dsb.40
b. Pendekatan Kurikulum Inti (Core Curriculum)
Kurikulum ini banyak persamaannya dengan broad-field, karena juga
menggabungkan berbagai disiplin ilmu. Kurikulum diberikan berdasarkan
suatu masalah sosial atau personal. Untuk memecahkan masalah itu
digunakan bahan dari berbagai disiplin ilmu yang berkaitan dengan masalah
itu.
Misalnya bagaimana agar murid sebagai personal bisa menjadi warga
Negara yang baik, anggota sosial masyarakat yang berguna. Ia perlu
diberikan mata pelajaran yang saling terkait dengan filsafat, sejarah, dan
kewarganegaraan.41
c. Pendekatan kurikulum fusi
Kurikulum ini men-fusi-kan atau menyatukan dua (atau lebih) disiplin
tradisional menjadi bidang studi baru, misalnya: Geografi + geologi + botani
+ arkeologi menjadi earth sciences
Kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi sering memaksa
diadakannya fusi antara beberapa disiplin tradisional, misalnya:
Biologi + fisika biofisika
Biologi + kimia biokimia atau biogenetika
Semua pendekatan interdisipliner ini mempunyai tujuan yang sama,
yakni agar belajar mengajar lebih relevan dan bermakna serta lebih mudah
dipahami dalam konteks kehidupan kita.42

40
S. Nasution, Kurikulum dan Pengajaran ..., hal. 46.
41
Ibid, hal. 46.
42
Ibid, hal. 47.
195 | Qudwatunâ : Jurnal Pendidikan Islam
Volume II Nomor 2 September 2019
e-ISSN 2620-5114
Nurul Huda
Pendekatan-pendekatan Pengembangan Kurikulum

Penutup
Kesimpulan

Definisi dari pendekatan perkembangan kurikulum adalah titik tolak


atau sudut pandang secara umum tentang proses pengembangan kurikulum.
Terdapat lima pendapat mengenai macam-macam pendekatan perkembangan
kurikulum. Pertama, menurut Muhaimin yang terbagi menjadi 4 macam
yakni pendekatan subjek akademis, humanistik, tekhnologis,
rekonstruksionisme. Kedua, menurut Wina Sanjaya terbagi menjadi 2 yakni
pendekatan top – down, dan grass – roots. Ketiga, menurut H.M. Ahmad
terbagi menjadi 2 yakni pendekatan yang berorientasi pada bahan pelajaran,
pendekatan yang berorientasi pada tujuan pengajaran. Keempat, menurut
Zainal Arifin terbagi menjadi 5 yakni pendekatan Kompetensi, System,
Klarifikasi Nilai, Komprehensif, Berpusat pada masalah. Kelima, menurut
Abdullah Idi terbagi menjadi 3 yakni pendekatan yang berorientasi pada
bahan pelajaran, pola organisasi bahan, akuntabilitas.
Dari berbagai macam pendekatan bisa diambil kesimpulan
bahwasanya yang paling banyak digunakan dalam mengembangkan
kurikulum yaitu pendekatan yang berorientasi pada siswa dan pendekatan
subjek akademis (berorientasi pada bahan pengajaran).

196 | Qudwatunâ : Jurnal Pendidikan Islam


Volume II Nomor 2 September 2019
e-ISSN 2620-5114
Nurul Huda
Pendekatan-pendekatan Pengembangan Kurikulum

Daftar Pustaka

Arifin, Zainal. 2012. Konsep dan Model Pengembangan Kurikulum.


Bandung: PT Remaja Rosdakarya,
Baharuddin & Makin. 2007. Pendidikan Humanistik: Konsep, Teori, dan
Aplikasi Praktis dalam Dunia Pendidikan. Yogyakarta: Ar-Ruzz
Media.
Fachruddin. 2006. Teknik Pengembangan Kurikulum Penagajaran Bahasa
Arab. Yogyakarta: Global Pustaka Utama.
Halimah, Siti. 2007. Telaah Kurikulum. Jakarta: PT. Rineka Cipta.
Hamalik, Oemar. 2008. Dasar-dasar Pengembangan Kurikulum. Bandung:
PT. Remaja Rosdakarya.
Idi, Abdullah. 2007. Pengembangan Kurikulum Teori dan Praktek.
Yogyakarta: Ar-Ruzz Media.
Mudlofir, Ali. 2001. Aplikasi pengembangan KTSP dan Bahan Ajar dalam
PAI. Jakarta: Rajawali Press.
Muhaimin. 2010. Pengembangan Kurikulum Pendidikan Agama Islam di
Sekolah, Madrasah dan Perguruan Tinggi. Jakarta: PT. Raja
Grafindo Persada.
Nasution, S. 1995. Kurikulum dan Pengajaran. Jakarta: Bumi Aksara.
Sanjaya, Wina. 2008. Kurikulum dan Pembelajaran. Jakarta: Kencana.
Soetopo, Hendyat & Wasty Soemanto. 1993. Pembinaan dan Pengembangan
Kurikulum. Jakarta: Bumi Aksara.
Subandijah. 1993. Pengembangan dan Inovasi Kurikulum. Jakarta: PT. Raja
Grafindo Persada.
Sukmadinata, Nana Syaodih. 2004. Pengembangan Kurikulum: Teori dan
Praktek. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.

197 | Qudwatunâ : Jurnal Pendidikan Islam


Volume II Nomor 2 September 2019
e-ISSN 2620-5114

Anda mungkin juga menyukai