Anda di halaman 1dari 12

PENDAHULUAN

1.1  Latar Belakang Masalah

Kurikulum adalah seperangkat rencana dan pengaturan yang mengenai tujuan, isi dan bahan
pelajaran serta cara-cara yang digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan kegiatan
pembelajaran untuk mencapai tujuan pendidikan tertentu. Sedangkan pengembangan kurikulum
merupakan bagian yang esensial dalam proses pendidikan. Sasaran yang dicapai bukan semata-
mata memproduksi bahan pelajaran melainkan lebih dititik beratkan untuk meningkatkkan
kualitas pendidikan. Pengembangan kurikulum merupakan proses faktor yang harus
dipertimbangkan dalam pengembangan kurikulum. Karena pengembangan kurikulum merupakan
alat untuk membantu guru dalam melakukan tugasnya mengajarkan bahan, menarik minat dan
memenuhi kebutuhan masyarakat.

Kurikulum merupakan alat untuk mencapai tujuan pendidikan yang dinamis. Oleh karenanya
kurikulum harus selalu dikembangkan dan disempurnakan agar sesuai dengan laju
perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, serta masyarakat yang sedang membangun. Hal
ini dimaksudkan agar hasil pengembangan kurikulum tersebut sesuai dengan minat, bakat
kebutuhan peserta didik, lingkungan, kebutuhan daerah, sehingga dapat mempelancar program
pendidikan salam rangka perwujudan dan pencapaian tujuan pendidikan nasional.

Dalam pengembangan kurikulum, tidak hanya melibatkan orang yang terkait langsung
dengan dunia pendidikan saja, namun di dalamnya melibatkan banyak orang, seperti: politikus,
pengusaha, orang tua peserta didik, serta unsur-unsur masyarakat lainnya yang merasa
berkepentingan dengan pendidikan.

Selain harus memperhatikan unsur-unsur diatas, di dalam mengembangkan sebuah kurikulum


juga harus menganut beberapa prinsip dan melakukan pendekatan terlebih dahulu, sehingga di
dalam penerapannya sebuah kurikulum dapat mencapai sebuah tujuan seperti yang di harapkan.
Dan pendekatan pengembangan kurikulum akan dijelaskan selengkapnya dalam pembahasan
makalah ini yang berjudul “Pendekatan Pengembangan Kurikulum Dan pembelajaran”.

1.2  Tujuan
Berdasarkan masalah di atas, tujuan penulisan makalah ini adalah sebagai berikut:

1.      Mengetahui pengertian pendekatan pengembangan kurikulum.


2.      Mengetahui macam-macam pendekatan pengembangan kurikulum.
3.      Mengetahui Bagaimanakah pendekatan-pendekatan dalam pengembangan kurikulum.

1.3  Rumusan Masalah
1.      Apa pengertian pendekatan pengembangan kurikulum?
2.      Pendekatan apa saja yang digunakan dalam pengembangan kurikulum?
3.      Bagaimanakah pendekatan-pendekatan dalam pengembangan kurikulum?
BAB II
LANDASAN TEORI

2.1 Pengertian pengembangan kurikulum


Menurut Geane, Topter dan Alicia bahwa Pengembangan Kurikulum adalah suatu
proses dimana partisipasi pada berbagai tingkatan dalam membuat keputusan tentang tujuan,
bagaimana tujuan direalisasikan melalui proses belajar mengajar dan apakah tujuan dan alat itu
serasi dan efektif.
Pengembangan kurikulum adalah suatu proses yang merencanakan, menghasilkan suatu
alat yang lebih baik dengan didasarkan pada hasil penelitian terhadap kurikulum yang tidak
berlaku, sehingga dapat memberikan kondisi kegiatan belajar mengajar yang lebih baik.
 Dalam realitas sejarahnya, pengembangan kurikulum pendidikan Islam tersebut
ternyata mengalami perubahan-perubahan paradigma, walau dalam beberapa hal tertentu
paradigma sebelumnya tetap dipertahankan hingga sekarang.
Hal ini menunjukkan bahwa kurikulum adalah perencanaan kesempatan-kesempatan
belajar yang dimaksudkan untuk membawa peserta didik ke arah perubahan-perubahan yang
diinginkan dan menilai hingga mana perubahan tersebut telah terjadi pada setiap peserta didik.
Sesungguhnya pengembangan kurikulum adalah proses siklus yang tidak pernah
berakhir. Proses kurikulum tersebut terdiri dari empat unsur yaitu:
a.       Tujuan
Mempelajari dan menggambarkan semua sumber pengetahuan dan pertimbangan tentang tujuan-
tujuan pengajaran, baik yang berkenan dengan mata pelajaran (subject course) maupun
kurikulum secara menyeluruh.
b.      Metode dan material
Mengembangkan dan mencoba menggunakan metode-metode dan material institusi untuk
mencapai tujuan yang sesuai dengan pertimbangan pengajar
c.     Penilaian (assesment)
 Menilai keberhasilan pekerjaan yang telah dikembangkan dalam hubungan dengan tujuan
d.      Balikan (feedback)
Umpan balik dari semua pengalaman yang telah diperoleh, yang pada gilirannya menjadi titik
tolak bagi studi selanjutnya.
Dapat disimpulkan bahwa pengembangan kurikulum adalah proses penyusunan kurikulum oleh
pengembang kurikulum (curriculum developer) dan kegiatan yang dilakukan agar kurikulum
yang dihasilkan dapat menjadi bahan ajar dan acuan yang digunakan untuk mencapai tujuan
pendidikan nasional.
 (Abdullah Idi, 2007, Pengembangan Kurikulum Teori Dan Praktek,
Yogyakarta: Ar-Ruzz Media)

BAB III
PEMBAHASAN

3.1 Pengembangan kurikulum


Dalam mengembangan kurikulum maka diperlukan pendekatan-pendekatan sehingga
kurikulum itu dapat sesuai dengan tujuan pendidikan yang diharapkan. Yang dimaksud dengan
pendekatan adalah cara kerja dengan menerapkan strategi dan metode yang tepat dengan
mengikuti langkah-langkah pengembangan yang sistematis agar memperoleh kurikulum yang
lebih baik.

Pendekatan dapat diartikan sebagai titik tolak atau sudut pandang seseorang terhadap suatu
proses tertentu. Istilah pendekatan merujuk kepada pandangan tentang terjadinya suatu proses
yang sifatnya masih sangat umum. Dengan demikian, pendekatan pengembangan kurikulum
menunjuk pada titik tolak atau sudut pandang secara umum tentang proses pengembangan
kurikulum. Pendekatan-pendekatan yang digunakan, yakni:

3.1.1                  Pendekatan Subjek Akademik

Pada pendekatan subjek akademik menggunakan bidang studi atau mata pelajaran sebagai
dasar organisasi kurikulum, misalnya matematika, sains, sejarah, geografi, atau IPA, IPS, dan
sebagainya seperti yang lazim didapati dalam system pendidikan sekarang ini disemua sekolah
dan perguruan tinggi.
(S. Nasution, Kurikulum dan Pengajaran (Jakarta: Bumi Aksara, 2010), h. 43.)

Yang diutamakan dalam pendekatan ini adalah penguasaan bahan dan proses dalam disiplin
ilmu tertentu. Karena setiap ilmu pengetahuan memiliki sistematisasi tertentu dan berbeda
dengan sistematisasi ilmu lainnya. Pengembagan kurikulum subyek akademik dilakukan dengan
cara menetapkan terlebih dahulu mata pelajaran apa yang harus dipelajari peserta didik, yang
diperlukan untuk (persiapan) pengembangan disiplin ilmu.

Dari pendekatan subjek akademik ini diharapkan agar peserta didik dapat menguasai semua
pengetahuan yang ada di kurikulum tersebut. Karena kurikulum sangat mengutamakan
pengetahuan maka pendidikan lebih bersifat intelektual. Kurikulum subjek akademik tidak
berarti hanya menekankan pada materi yang disampaikan, dalam perkembangannya secara
berangsur-angsur memperhatikan proses belajar yang dilakukan siswa. Proses belajar yang
dipilih sangat bergantung pada hal apa yang terpenting dalam materi tersebut.

Sekurang-kurang ada tiga pendekatan dalam perkembangan Kurikulum Subjek Akademis:


(Nana Syaodih sukmadinata, Pengembangan Kurikulum: Teori dan Praktek (Bandung: PT.
Remaja Rosdakarya, 2004), h. 83-84).

      Pendekatan pertama, melanjutkan pendekatan struktur pengetahuan. Murid-murid belajar


bagaimana memperoleh dan menguji fakta-fakta dan bukan sekadar mengingat-ingatnya.

      Pendekatan kedua, adalah studi yang bersifat integrative. Pendekatan ini merupakan respons
terhadap perkembangan masyarakat yang menuntut model-model pengetahuan yang lebih
komprehensif-terpadu. Pelajaran tersusun atas satuan-satuan pelajaran, dalam satuan-satuan
pelajaran tersebut batas-batas ilmu menjadi hilang. Pengorganisasian tema-tema pengajaran
didasarkan atas fenomena-fenomena alam, proses kerja ilmiah dan problema-problema yang ada.

      Pendekatan ketiga, adalah pendekatan yang dilaksanakan pada sekolah-sekolah fundamentalis.


Mereka tetap mengajar berdasarkan mata-mata pelajaran dengan menekankan membaca,
menulis, dan memecahkan masalah-masalah matematis. Pelajaran-pelajaran lain seperti ilmu
kealaman, ilmu sosial, dan lain-lain dipelajari tanpa dihubungkan dengan kebutuhan praktis
pemecehan masalah dalam kehidupan.
Dalam pendekatan pengembangan kurikulum ini mempunyai ciri-ciri sebagai berikut.
1.      Tujuan
Tujuan kurikulum subjek akademik adalah pemberian pengetahuan yang solid serta melatih
para siswa menggunakan ide-ide dan proses “penelitian”. Para siswa harus belajar mengunakan
pemikiran dan dapat mengontrol dorongan-dorongannya, sehingga diharapkan siswa mempunyai
konsep dan cara yang terus dapat dikembangkan di masyarakat yang lebih luas.

2.      Metode
Metode yang banyak digunakan dalam pendekata subjek akademik adalah pendekatan
metode ekspositori dan inkuiri. Ide-ide diberikan guru kemudian dielaborasi (dilaksanakan)
siswa sampai mereka kuasai.Dalam materi disiplin ilmu yang diperoleh, dicari berbagai masalah
penting, kemudian dirumuskan dan dicari cara pemecahannya.

3.      Organisasi isi
Ada beberapa pola organisasi isi (materi pelajaran) kurikulum subyek akademik. Pola-pola
organisasi yang terpenting di antaranya:

1.      Correlated curriculum, adalah pola organisasi materi atau konsep yang dipelajari dalam suatu
pelajari dalam suatu pelajaran dikorelasikan dengan pelajaran lainnya.
2.      Unified atau Concentrated, adalah pola organisasi bahan pelajaran tersusun dalam tema-tema
pelajaran tertentu, yang mencakup materi dari berbagai pelajaran disiplin ilmu.
3.      Intregrated curriculum, kalau dalam unified masih tampak warna displin ilmunya, maka
dalam pola yang integrated warna disiplin ilmu tersebut sudah tidak kelihatan lagi. Bahan ajar
diintegrasikan dalam suatu persoalan, kegiatan atau segi kehidupan tertentu.
4.      Problem Solving curriculum, adalah pola organisasi isi yang beriisi topic pemecahan masalah
social yang dihadapi dalam kehidupan dengan menggunakan pengetahuan dan ketrampilan yang
diperoleh dari berbagai mata pelajaran atau disiplin ilmu.
5.      Evaluasi
Kurikulum subjek akademik menggunakan bentuk evaluasi yang bervariasi disesuaikan
dengan tujuan dan sifat mata pelajaran. Dalam bidang studi humaniora lebih banyak digunakan
bentuk uraian (essay test) dari tes objektif. Karena bidang studi ini membutuhkan jawaban yang
merefleksikan logika, koherensi, dan integrasi secara menyeluruh.

3.1.2         Pendekatan Humanistik

Pada pendekatan humanistik berpusat pada siswa, jadi student centered, dan mengutamakan
perkembangan afektif siswa sebagai prasyarat dan sebagai bagian integral dari proses belajar.
Menurut Somantrie dalam Abdullah Idi, bahwa pada pendekatan humanistik prioritasnya adalah
pengalaman belajar yang diarahkan terhadap tanggapan minat, kebutuhan dan kemampuan anak.
(Abdullah Idi, Pengembangan Kurikulum Teori dan Praktik ( Jogjakarta: Ar-Ruzz Media, 2011),
h. 225 )
Permasalahan yang perlu disadari adalah bahwa materi bukanlah tujuan. Dengan demikian,
keberhasilan pendidikan tidak semata-mata diukur dengan lancarnya proses transmisi nilai-nilai
(dalam hal ini materi pelajaran yang terformat dalam kurikulum), melainkan lebih dari sekadar
hal itu. Pendidikan humanistik menganggap materi pendidikan lebih merupakan sarana, yakni
sarana untuk membentuk pematangan humanisasi peserta didik, jasmani dan ruhani secara
gradual.
(Baharuddin & Makin, Pendidikan Humanistik: Konsep, Teori, dan Aplikasi Praktis dalam
Dunia Pendidikan (Jogjakarta: Ar-Ruzz Media, 2007), h. 192)

Jadi dari hal tersebut dapatlah kita pahami bahwa pada pendekatan humanistik tujuan dari
pendidikan itu bukan hanya pada nilai-nilai yang dapat dicapai pesera didik tapi lebih kepada
pembentukan perubahan pada peserta didik, baik secara jasmani maupun ruhani. Selanjutnya
siswa hendaknya diturut sertakan dalam penyelenggaraan kelas dan keputusan instruksional. Dan
siswa hendaknya turut serta dalam pembuatan, pelaksanaan, dan pengawasan peraturan sekolah.
Siswa hendaknya diperbolehkan memilih kegiatan belajar, dan siswa boleh membuktikan hasil
belajarnya melalui berbagai macam karya atau kegiatan.

Pendidikan yang humanistik memandang manusia sebagai manusia, yakni makhluk hidup
ciptaan Allah dengan fitrah-fitrah tertentu. Sebagai makhluk hidup, ia harus melangsungkan,
mempertahankan, dan mengembangkan hidupnya. Sebagai pribadi, manusia juga sebagai
makhluk social yang memilki hak-hak sosial dan harus menunaikan kewajiban-kewajiban
sosialnya.

Dalam kurikulum humanistik, guru diharapkan dapat membangun hubungan emosional yang
baik dengan peserta didiknya, untuk perkembangan individu peserta didik itu selanjutnya. Oleh
karena itu, peran guru yang diharapkan adalah sebagai berikut:
(Oemar Hamalik, Dasar-dasar Pengembangan Kurikulum (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya,
2008), h. 144)

1.      Mendengar pandangan realitas peserta didik secara komprehensif


2.      Menghormati individu peserta didik, dan
3.      Tampil alamiah, otentik, tidak dibuat-buat.
Tugas guru dalam kurikulum humanistik adalah menciptakan situasi yang permisif dan
mendorong peserta didik untuk mencari dan mengembangkan pemecahan sendiri. Dan tujuan
pengajaran adalah memperluas kesadaran diri sendiri dan mengurangi kerenggangan dan
keterasingan dari lingkungan. Dari sini jelaslah bahwa pendekatan pengembangan kurikulum
humanistik ini mengaharapkan perkembangan diri siswa sehingga dapat menemukan
kepribadiannya yang hidup ditengah-tengah masyarakat.

Pendekatan pengembangan kurkulum ini mempunyai beberapa ciri-ciri, yakni:

1.      Tujuan
Tujuan pendidikannya adalah oroses perkembangan pribadi yang dinamis yang diarahkan pada
pertumbuhan, integritas, dan otonomi kepribadiaan, sikap yang sehat terhadap diri sendiri, orang
lain, dan belajar. Semuanya itu merupakan bagian dan cita-cita perkembangan manusia yang
teraktualisasi (self actualizing person). Seseorang yang telah mampu mengaktualisasikan diri
adalah orang yang telah mencapai keseimbangan (harmoni) perkembangan seluruh aspek
pribadinya baik aspek kognitif, estetika, maupun moral.

2.      Metode
Pengembangan kurikulum humanistik menuntut hubungan emosional yang baik antara guru dan
siswa. Karenanya, menuntut kemampuan guru untuk memilih metode pembelajaran yang dapat
menciptakan hubungan yang hangat antara guru dengan murid, antara murid dengan murid, dapat
memberikan dorongan agar saling percaya. Dalam kegiatan pembelajaran guru tidak boleh
memaksakan sesuatu yang tidak disenangi oleh peserta didik.

3.      Organisasi Isi
Kurikulum humanistik harus mampu memberikan pengalaman yang menyeluruh, bukan
pengalaman yang terpenggal-penggal. Karenanya peran guru yang diharapkan adalah sebagai
berikut:
1.      Mendengarkan pandangan realitas peserta didik secara komprehensif
2.      Menghormati individu peserta didik, dan
3.      Tampil alamiah, otentik, tidak dibuat-buat.
4.      Evaluasi
Evaluasi kurikulum humanistik berbeda dengan evaluasi pada umumnya, yang lebih ditekankan
pada hasil akhir atau produk. Sebaliknya, evaluasi kurikulum humanistik lebih menekankan pada
proses yang dilakukan. Kurikulum ini melihat kegiatan sebagai sebuah manfaat untuk peserta
didik masa depan. Kelas yang baik akan menyediakan berbagai pengalaman untuk mambantu
peserta didik menyadari potensi mereka dan orang lain, serta dapat mengembangkannya.

Pada kurikulum ini, guru diharapkan mengetahui respon peserta didik terhadap kegiatan
mengajar. Guru juga diharapkan mengamati apayang sudah dilakukannya, untuk melihat umpan
balik setelah kegiatan belajar dilakukan.

Sebagai suatu hal yang alamiah, kurikulum humanistik memilki beberapa kelemahan, seperti:
 Keterlibatan emosional tidak selamanya berdampak positif bagi perkembangan individual
peserta didik
1.      Meskipun kurikulum ini sangat menekankan individu peserta didik, pada kenyataannya di setiap
program terdapat keseragaman peserta didik
2.      Kurikulum ini kurang memerhatikan kebutuhan masyarakat secara keseluruhan, dan
3.      Dalam kurikulum ini, prinsip-prinsip psikologis yang ada kurang terhubungkan.

3.1.3                  Pendekatan Teknologis
Salah satu ciri gloalisasi adalah pesatnya arus informasi melalui berbagai alat teknologi seperti
telepon, radio, televisi, teleconference sampai dengan satelit, dan internet. Kehadiran teknologi
perlu di manfaatkan oleh dunia pendidikan dalam upaya pemerataan kesempatan, peningkatan
mutu, relevansi dan efesiensi pendidikan.

Perspektif teknologi sebagai kurikulum ditekankan pada efektifitas program metode dan material
untuk mencapai suatu manfaat dan keberhasilan. Teknologi memengaruhi kurikulum dalam dua
cara, yaitu aplikasi dan teori. Aplikasi teknologi merupakan suatu rencana penggunaan beragam
alat dan media, atau tahapan basis instruksi. Sebagai teori, teknologi digunakan dalam
pengembangan dan evaluasi material kurikulum dan instruksional.
Pandangan pertama menyatakan bahwa pemanfaatan teknologi lebih diarahkan pada bagaimana
mengajarnya, bukan apa yang diajarkan. Sementara pandangan kedua menyatakan bahwa
teknologi diarahkan pada penerapan tahapan instruksional.

Penerapan teknologi dalam bidang pendidikan khususnya kurikulum adalah dalam dua
bentuk, yaitu bentuk perangkat lunak (software) dan perangkat keras (hardware). Penerapan
teknologi perangkat keras dalam pendidikan dikenal sebagai teknologi alat (tools technology),
sedangkan penerapan teknologi perangkat lunak disebut juga teknologi sistem (system
technology).

Teknologi pendidikan dalam arti teknologi alat, lebih menekankan kepada penggunaan
alat-alat teknologi untuk menunjang efisiensi dan efektifitas pendidikan. Kurikulumnya berisikan
rencana-rencana penggunaan berbagai alat dan media, juga model-model pengajaran yang
banyak melibatkan penggunaan alat. Contoh-contoh model pengajaran tersebut adalah:
pengajaran dengan bantuan film dan video, pengajaran berprogram, mesin pengajaran,
pengajaran modul. Pengajaran dengan bantuan komputer, dan lain-lain.

Kurikulum yang dikembangkan dari konsep teknologi pendidikan memiliki beberapa ciri
khusus, yaitu:
(Nana Syaodih sukmadinata, Pengembangan Kurikulum: Teori dan Praktek (Bandung: PT.
Remaja Rosdakarya, 2004), hlm. 97-98)
1.      Tujuan
Tujuan diarahkan pada penguasaan kompetensi, yang dirumuskan dalam bentuk perilaku.
Tujuan-tujuan yang bersifat umum yaitu kompetensi dirinci menjadi tujuan-tujuan khusus, yang
disebut objektif atau tujuan instruksional. Objektif ini menggambarkan perilaku, perbuatan atau
kecakapan-ketrampilan yang dapat diamati.

2.      Metode
Metode merupakan kegiatan pembelajaran sering dipandang sebagai proses mereaksi terhadap
perangsang-perangsang yang diberikan dan apabila terjadi respons yang diharapkan maka
respons tersebut diperkuat.

3.      Organisasi bahan ajar


Bahan ajar dan isi kurikulum banyak diambil dari disiplin ilmu, tetapi telah diramu sedemikian
rupa sehingga mendukung penguasaan sesuatu kompetensi. Bahan ajar atau kompetensi yang
luas/besar dirinci menjadi bagian-bagian atau subkompetensi yang lebih kecil, yang
menggambarkan objektif. Urutan dari objektif-objektif ini pada dasarnya menjadi inti organisasi
bahan.

4.      Evaluasi
Kegiatan evaluasi dilakukan pada setiap saat, pada akhir suatu pelajaran, suatu unit atau
semester. Fungsi evaluasi ini bermacam-macam, sebagai umpan balik bagi siswa dalam
penyempurnaan penguasaan suatu satuan pelajaran (evaluasi formatif), umpan balik bagi siswa
pada akhir suatu program atau semester (evaluasi sumatif). Juga dapat menjadi umpan balik bagi
guru dan pengembang kurikulum untuk penyempurnaan kurikulum. Tes evaluasi yang biasa
dilakukan adalah tes objektif.

3.1.4                  Pendekatan Rekonstruksionisme
Pendekatan ini disebut Rekonstuksi sosial. Kurikulum rekonstruksi sosial sangat
memperhatikan hubungan kurikulum dengan sosial masyarakat dan politik perkembangan
ekonomi. Banyak prinsip kelompok ini yang konsisten dengan cita-cita tertinggi, contohnya
masalah hak asasi kaum minoritas, keyakinan dalam intelektual masyarakat umumnya, dan
kemampuan menentukan nasib sendiri sesuai arahan yang mereka inginkan.

Pengajaran kurikulum rekonstruksi sosial banyak dilaksanakan di daerah-daerah yang tergolong


belum maju dan tingkat ekonominya juga belum tinggi. Pelaksanaan pengajaran ini diarahkan
untuk meningkatkan kondisi kehidupan mereka. Sesuai dengan potensi yang ada dalam
masyarakat, sekolah mempelajari potensi-potensi tersebut, dengan bantuan biaya dari pemerintah
sekolah berusaha mengembangna potensi tersebut. Di daerah pertanian misalnya maka sekolah
harus mengembangkan bidang pertanian, sementara kalau daerah industry maka yang harus
dikembangkan oleh sekolah adalah bidang industri. Sehingga kurikulum tersebut dapat
memenuhi kebutuhan masyarakatdaerah tersebut.

Kurikulum rekonstruksi sosial bertujuan untuk menghadapka peserta didik pada berbagai
permasalahan manusia dan kemanusian. Para pendukung kurikulum ini yakin, bahwa
permasalahan yang muncul tidak harus diperhatikan oleh “pengetahuan sosial” saja, tetapi oleh
setiap disiplin ilmu.

Kegiatan yang dilakukan dalam kurikulum rekonstruksi sosial antara lain melibatkan:
1.      Survei kritis terhadap suatu masyarakat
2.      Studi yang melibatkan hubungan antara ekonomi lokal dengan ekonomi nasional atau
internasional
3.      Studi pengaruh sejarah dan kencenderungan situasi ekonomi lokal
4.      Uji coba kaitan praktik politik dengan perekonomian
5.      Berbagai pertimbangan perubahan politik, dan
6.      Pembatasan kebutuhan masyarakat pada umumnya.
Dari pemikiran diatas, maka penyusunan dan pengembangan kurikulum harus bertitik tolak dari
problem yang dihadapi dalam masyarakat. Pendekatan kurikulum rekonstrksi sosial ini selain
menekan pada isi pembelajaran, sekaligus juga menekankan pada proses pendidikan dari
pengalaman belajar. Ini dikarenakan, pendekatan rekonstruksi sosial berasumsi bahwa, manusia
adalah makhluk sosial yang sepanjang kehidupannya membutuhkan orang lain, selalu bersama,
berinteraksi dan bekerjasama.
Dari pendekatan kurikulum rekonstruksi sosial ini, nantinya diharapkan peserta didik
mempunyai tanggung jawab dalam masyarakatnya guna membantu pemerintah dalam perbaikan-
perbaikan dalam masyarakatnya yang lebih baik lagi kedepannya.

Adapun pendekatan kurikulum rekonstruksi sosial ini mempunyai ciri-ciri berkenaan dengan:

1.      Tujuan
Tujuan utama kurikulum rekonstruksi sosial adalah menghadapkan para peserta didik pada
tantangan, ancaman, hambatan-hambatan atau gangguan-gangguan yang dihadapi manusia.
Karena itu, tujuan program pendidikan setiap tahun berubah. Tantangan-tantangan tersebut
merupakan bidang garapan selain bidang studi agama, juga perlu didekati dari bidang-bidang
lain seperti ekonomi, sosiologi, ilmu pengetahuan alam, estetika, matematika dan lain-lain.

2.      Metode
Tugas guru dalam kegiatan pembelajaran dalam kurikulum rekonstruksi sosial, yaitu: berusaha
mencari keselarasan antara tujuan-tujuan nasional dengan tujuan peserta didik. Dalam
melaksanakan kegiatan pembelajaran guru harus dapat membantu para peserta didik untuk
menemukan minat dan kebutuhannya.

Kegiatan pembelajaran yang dilakukan untuk mencapai tujuan pendidikan dalam persoalan-
persoalan tersebut di atas dapat dilakukan dengan menggunakan berbagai metode antara lain: (1)
mengadakan survei kritis kepada masyarakat; (2) mengadakan studi banding ekonomi lokal dan
nasional; (3) mengevaluasi semua rencana dengan criteria, apakah telah memenuhi kepentingan
sebagian besar orang.

3.      Organisasi Isi
Pola organisasi isi kurikulum rekonstruksi sosial disusun seperti roda. Ditengah-tengahnya
sebagai poros dipilih sesuatu masalah yang menjadi tema utama dan dibahas secara pleno. Tema-
tema tersebut dijabarkan ke dalam sejumlah topik yang dibahas dalam diskusi kelompok, latihan-
latihan, kunjungan dan lain-lain. Topik-topik dengan berbagai kelompok ini merupakan jari-jari.
Semua kegiatan jari-jari tersebut dirangkum menjadi satu kesatuan sebagai bingkai atau velk.

4.      Evaluasi
Dalam kegiatan evaluasi para peserta didik dilibatkan. Keterlibatan para peserta didik terutama
dalam memilih, menyusun, dan menilai bahan yang akan diujikan. Soal-soal yang akan diujikan
terlebih dahulu diuji untuk menilai ketepatan maupun keluasan isinya. Selain itu juga untuk
menilai keampuhannya dalam menilai pencapaian tujuan-tujuan pembangunan kehidupan
keberagaman masyarakat yang sifatnya kualitatif.

3.1.5                  Pendekatan Accountability (The Accountability Approach)


Accountability atau pertanggungjawaban lembaga pendidikan tentang pelaksanaan tugasnya
kepada masyarakat, akhir-akhir ini tampil sebagai pengaruh yang penting dalam dunia
pendidikan. Namun, menurut banyak pengamat pendidikan accountability ini telah mendesak
pendidikan dalam arti yang sebenarnya menjadi latihan belaka.
Accountability yang sistimatis yang pertama kalinya diperkenalkan Frederick Taylor dalam
bidang industri pada permulaan abad ini. Pendekatannya, yang kelak dikenal sebagai “scientific
management” atau manajemen ilmiah, menetapkan tugas-tugas spesifik yang harus diselesaikan
pekerja dalam waktu tertentu.

BAB IV
PENUTUP

4.1 Kesimpulan
Yang menjadi kesimpulan dari makalah ini adalah Pendekatan pengembangan kurikulum
menunjuk pada titik tolak atau sudut pandang secara umum tentang proses pengembangan
kurikulum.
Model pengembangan kurikulum adalah kerangka konseptual yang digunakan sebagai pedoman
atau acuan dalam melakukan pengembangan kurikulum tersebut. oleh karena itu harus
dikembangkan dengan beberapa pendekatan, diantaranya adalah pendekatan subyek akademik,
pendekatan humanistik, pendekatan teknologi dan pendekatan rekonstruksi sosial.

4.2 Saran
Pendekatan pengembangan kurikulum harus dilakukan cara kerja dengan menerapkan strategi
dan metode yang tepat dengan mengikuti langkah-langkah pengembangan yang sistematis untuk
menghasilkan kurikulum yang lebih baik.
Untuk dapat menjadi pengembang kurikulum yang andal, guru dituntut untuk memiliki
sejumlah kemampuan. Dalam rangka memberikan dan/atau membentuk kompetensi guru maka
guru haruslah diberikan kesempatan terlibat secara langsung menghadapi dan memecahkan
masalah-masalah kurikulum.

DAFTAR PUSTAKA

S. Nasution, Kurikulum dan Pengajara. Jakarta: Bumi Aksara, 2010.


Nana Syaodih sukmadinata, Pengembangan Kurikulum: Teori dan Praktek.Bandung: PT.
Remaja Rosdakarya, 2004.
Subandijah.1993. Pengembangan dan Inovasi Kurikulum.Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada

Anda mungkin juga menyukai