Perjanjian atau perikatan, perikatan mempunyai arti yang lebih luas dan
umum dari perjanjian, sebab dalam KUH Perdata lebih dijelaskan secara jelas.
Adapun yang dimaksud dengan perikatan dalam bab III KUH Perdata ialah: Suatu
hubungan hukum (mengenai kekayaan harta benda) antara dua orang, yang
memberi hak pada yang satu untuk menuntut barang sesuatu dari yang lainnya,
sedangkan orang yang lainnya ini diwajibkan memenuhi tuntutan itu8. Perikatan
adalah hubungan hukum antara dua pihak di dalam lapangan harta kekayaan,
dimana pihak yang satu (kreditur) berhak atas pihak yang lain (debitur)
5
Departement agama RI, Himpunan Peratura perundang-Undangan Dalam Lingkup
Peradilan Agama, Instruksi Presiden No. 1 Tahun 1991 Tentang Kompilasi Hukum Islam, 2001,
328.
6
Sudarsono, Kamus Hukum, (Jakarta: Rincka Cipta, 2007), 363.
7
R. Subekti, R. Tjitrosudibio, Kitab Undang-Undang Hukum Perdata, (Jakarta: Pradnya
Paramita, 1978) , 51.
8
Subekti, Pokok-Pokok Hukum Perdata, (Jakarta: PT Intermasa, 1983), 122-123. 9
berkewajiban memenuhi prestasi itu9. Suatu perikatan dapat lahir dari suatu
persetujuan (perjanjian) atau dari Undangundang, Pasal 1233 KUH Perdata
menyatakan bahwa ”Tiap-tiap perikatan dilahirkan baik karena persetujuan, baik
karena Undang-undang”10.
9
Riduan Syahrani, Seluk-Beluk Dan Asas-Asas Hukum Perdata, (Bandung: PT Alumni,
2006),196.
10
R. Subekti, R. Tjitrosudibio, Kitab Undang-Undang Hukum Perdata, (Jakarta: Pradnya
Paramita, 1978) , 291