4
Beny Boy R. Nababan, “Bab I Pendahuluan ٰ ﻟ ِ إ َ نو د ﱡ ﺮ َ ُ ﺘ ﺳ َ و,” no. 7 (2007): 1–11.
Perjanjian dibuat dengan pengetahuan dan kehendak bersama dari para pihak,
dengan tujuan untuk menciptakan atau melahirkan kewajiban pada salah satu atau
kedua belah pihak yang membuat perjanjian tersebut. Perjanjian sebagai sumber
perikatan berbeda dari sumber perikatan lain, berdasarkan pada sifat kesukarelaan
dari pihak yang berkewajiban untuk melakukan prestasi terhadap lawan pihaknya
dalam perikatan tersebut. Dalam perjanjian, pihak yang wajib untuk melakukan suatu
prestasi, dalam hal ini debitur, dapat menentukan terlebih dahulu, dengan
menyesuaikan pada kemampuannya untuk memenuhi prestasi dan untuk
menyelaraskan dengan hak yang ada pada lawan pihaknya, apa, kapan, dimana, dan
bagaimana ia akan memenuhi prestasinya.
Untuk menciptakan keseimbangan dan memelihara hak-hak yang dimiliki
oleh para pihak sebelum perjanjian yang dibuat menjadi perikatan yang mengikat
bagi para pihak, oleh KUH Perdata diberikan berbagai asas umum, yang merupakan
pedoman atau patokan, serta menjadi batas atau rambu dalam mengatur dan
membentuk perjanjian yang akan dibuat, hingga pada akhirnya menjadi perikatan
yang berlaku bagi para pihak, yang dapat dipaksakan pelaksanaannya atau
pemenuhannya.
Menurut bentuknya, ada perjanjian yang berbentuk baku dan ada berbentuk
timbal balik. Dimaksud perjanjian baku adalah suatu perjanjian dibuat hanya oleh
salah satu pihak dalam kontrak, sedangkan perjanjian timbal balik adalah perjanjian
yang menimbulkan hak dan kewajiban kepada kedua belah pihak, dan hak serta
kewajiban tersebut mempunyai hubungan satu dengan lainnya.
Anak-anak perlu mendapat perlindungan hukum demi menjamin hak-hak
mereka. Mereka adalah aset negara yang paling penting untuk diperhatikan. Mereka
adalah penerus cita–cita perjuangan bangsa. Kepadanyalah digantungkan segala
harapan bangsa di masa yang akan datang. Karena itu perhatian yang besar sudah
sepantasnya diberikan dalam rangka menyongsong hari esok yang lebih baik.
Tanggung jawab terhadap pemeliharaan anak adalah tanggung jawab semua pihak
(pemerintah, masyarakat, dan keluarga ). Keluarga (orang tua ) adalah pihak pertama
dan utama yang bertanggung jawab terhadap pemeliharaan anak, yang tersebut
dalam Undang-Undang Nomor 4 Tahun 1979 tentang kesejahteraan Anak. Pada
hakikatnya anak tidak dapat melindungi diri sendiri dari berbagai tindakan yang
menimbulkan kerugian mental, fisik, sosial dalam berbagai bidang kehidupan
dirinya, mengingat situasi dan kondisinya. Anak perlu mendapat perlindungan agar
tidak mengalami kerugian, baik mental, fisik, maupun sosial.
Anak juga berhak atas pelayanan untuk mengembangkan kemampuan dan
kehidupan sosial. Anak juga berhak atas perlindungan terhadap lingkungan hidup
yang dapat membahayakan atau menghambat pertumbuhan dengan wajar.5
Kawin Hamil
Kawin hamil yang dimaksud dalam tulisan ini ialah perkawinan yang
dilakukan oleh wanita yang hamil di luar nikah baik itu dengan pria yang
menghamilinya maupun dengan pria yang bukan menghamilinya. Tulisan ini hanya
akan membahas perkawinan wanita hamil yang disebabkan oleh hubungan seks
pranikah dengan pria atas dasar suka sama suka, bukan wanita hamil yang
merupakan korban pemerkosaan. Selain itu, batasan lainnya adalah kawin hamil
yang dimaksud di sini adalah kawin hamil yang dilakukan oleh dua orang yang
beragama Islam saja, bukan agama lainnya.
Pada dasarnya menurut pendapat sebagian ulama asal hukum melakukan
perkawinan jika dihubungkan dengan al-ahkam al-khamsah adalah kebolehan atau
ibahah. Dasar dari pendapat ini adalah Q.S. An-Nisa (4):1, 3, dan 24 juga hadits
Rasul.
Q.S. An-Nisa (4):1
ۚ ث ِم ْنهُ َما ِر َجااًل َكثِ ْيرًا َّونِ َس ۤا ًء
َّ َق ِم ْنهَا زَ وْ َجهَا َوب َ َاح َد ٍة َّو َخل
ِ س َّوٍ ٰيٓاَيُّهَا النَّاسُ اتَّقُوْ ا َربَّ ُك ُم الَّ ِذيْ خَ لَقَ ُك ْم ِّم ْن نَّ ْف
َواتَّقُوا هّٰللا َ الَّ ِذيْ تَ َس ۤا َءلُوْ نَ بِ ٖه َوااْل َرْ َحا َم ۗ اِ َّن هّٰللا َ َكانَ َعلَ ْي ُك ْم َرقِ ْيبًا
5
Dian Ety Mayasari et al., “Tinjauan Yuridis Tentang Perjanjian Perkawinan Setelah Adanya Putusan
Mahkamah Konstitusi Nomor Pendahuluan Manusia Sebagai Makhluk Sosial Membutuhkan Orang
Lain Dalam Menjalani Kehidupannya.
“Dan jika kamu takut tidak akan dapat berlaku adil terhadap (hak-hak) perempuan
yang yatim (bilamana kamu mengawininya), maka kawinilah wanitawanita (lain)
yang kamu senangi: dua, tiga atau empat. Kemudian jika kamu takut tidak akan
dapat berlaku adil, maka (kawinilah) seorang saja, atau budak-budak yang kamu
miliki. Yang demikian itu adalah lebih dekat kepada tidak berbuat aniaya.”6
6
Fahrul Fauzi, “Tinjauan Kawin Hamil Dalam Perspektif Hukum Islam,” Journal of Islamic Law Studies
3, no. 2 (2021): 22, https://scholarhub.ui.ac.id/jilsAvailableat:https://scholarhub.ui.ac.id/jils/vol3/
iss2/7.
sehingga apabila melangsungkan perkawinan akan terlantarlah dirinya
dan istrinya.7
10
Agus Sunaryo, “Poligami Di Indonesia (Sebuah Analisis Normatif-Sosiologis),” Yinyang: Jurnal Studi
Islam Gender Dan Anak 5, no. 1 (2010): 143–67,
http://ejournal.iainpurwokerto.ac.id/index.php/yinyang/article/view/265.
DAFTAR PUSTAKA
Cahyani, Andi Intan. “Poligami Dalam Perspektif Hukum Islam.” Jurnal Al-Qadau:
Peradilan Dan Hukum Keluarga Islam 5, no. 2 (2018): 271.
https://doi.org/10.24252/al-qadau.v5i2.7108.
Fauzi, Fahrul. “Tinjauan Kawin Hamil Dalam Perspektif Hukum Islam.” Journal of
Islamic Law Studies 3, no. 2 (2021): 22.
https://scholarhub.ui.ac.id/jilsAvailableat:https://scholarhub.ui.ac.id/jils/vol3/
iss2/7.
Hikmah, Siti. “Fakta Poligami Sebagai Bentuk Kekerasan Terhadap Perempuan.”
Sawwa: Jurnal Studi Gender 7, no. 2 (2012): 1.
https://doi.org/10.21580/sa.v7i2.646.
Mayasari, Dian Ety, Fakultas Hukum, Universitas Katolik, and Darma Cendika.
“Tinjauan Yuridis Tentang Perjanjian Perkawinan Setelah Adanya Putusan
Mahkamah Konstitusi Nomor Pendahuluan Manusia Sebagai Makhluk Sosial
Membutuhkan Orang Lain Dalam Menjalani Kehidupannya , Secara Khusus
Dalam Hal Ini Membutuhkan Pasangan Hidup Agar Da” 51, no. 1 (2017).
Nababan, Beny Boy R. “Bab I Pendahuluan ٰ ﻟ ِ إ َ نو د ﱡ ﺮ َ ُ ﺘ ﺳ َ و,” no. 7 (2007): 1–11.
Oleh, Skripsi. “TIDAK DIPOLIGAMI (Suatu Perjanjian Nikah Di Desa Masjid Lama
Kecamatan Talawi Kabupaten Batubara),” 2020.
Perempuan, Persepetif H A K, Widya Sari, and Muhammad Arif. “Syaksia
PERJANJIAN PERKAWINAN SEBAGAI SYARAT MUTLAK POLIGAMI
( STUDI TERHADAP PEMIKIRAN IBRAHIM HOSEN عابرو ثالثو ىنثم ءاسنال نم
مكل باط ام اوحكناف ىماتيال يف اوطسقت الأ متفخ نإو اولوعت الأ ىندأ كلذ مكناميأ تكلم ام وأ ةدحاوف
23 ”اولدعت الأ متفخ نإف, no. 1 (2022): 30–52.
Perkawinan, Abstrak, Undang-undang No, Ketuhan Yang, Maha Esa, Undang-
undang No, Kata Kunci, and Harta Bersama. “Dita Dwi Kurnia Sari Fakultas
Hukum Universitas 17 Agustus 1945 Surabaya Jalan Semolowaru 45 , Surabaya
60118 , Indonesia 1 . Latar Belakang Masalah Manusia Adalah Makhluk Sosial
Yang Memilki Kecenderungan Hidup Bermasyarakat ( Zoon Politikon ). 1 Yaitu
S,” 1974, 1–19.
Sunaryo, Agus. “Poligami Di Indonesia (Sebuah Analisis Normatif-Sosiologis).”
Yinyang: Jurnal Studi Islam Gender Dan Anak 5, no. 1 (2010): 143–67.
http://ejournal.iainpurwokerto.ac.id/index.php/yinyang/article/view/265.
Zaida Victoria Narcisa Betancourth Aragón. “No Title2010 ,” بیماریهای داخلی.ئئئئئ.
https://repositorio.flacsoandes.edu.ec/bitstream/10469/2461/4/TFLACSO-
2010ZVNBA.pdf.