Anda di halaman 1dari 29

Kelompok VII

MAKALAH
HUKUM DAN MASYARAKAT
Diajukan untuk memenuhi tugas mata kuliah Sosiologi Hukum
Dosen Pengampu: Akhmad Kamil Rizani., S.H., M.H.

Disusun Oleh:

1. Muhammad Diky Andreansyah (2112140543)


2. Dian Endarwati (2112140150)

PROGRAM STUDI HUKUM TATA NEGARA


FAKULTAS SYARIAH JURUSAN SYARIAH
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI PALANGKARAYA
1444 H/2022 M
KATA PENGANTAR

Bismillahirahmanirahim

Assalamua’laikum Warahmatullahi Wabarakatuh

Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha

Penyayang, kami panjatkan puja dan puji syukur atas kehadirat-Nya, yang telah

melimpahkan rahmat, hidayah, dan inayah-Nya kepada kami, sehingga kami dapat

menyelesaikan makalah ini.

Kami sangat bersyukur karena dapat menyelesaikan makalah yang menjadi

tugas mata kuliah Sosiologi Hukum dengan judul “Masyarakat dan Hukum”.

Disamping itu, kami mengucapkan banyak terimakasih kepada semua pihak yang

telah membantu kami selama pembuatan makalah ini berlangsung sehingga dapat

terealisasikan makalah ini.

Terlepas dari semua itu, kami menyadari sepenuhnya bahwa masih ada

kekurangan baik dari segi susunan kalimat maupun tata bahasannya. Oleh karena

itu dengan tangan terbuka kami menerima segala saran dan kritik dari pembaca

agar kami dapat memperbaiki makalah ini. Akhir kata kami berharap semoga

makalah ini dapat memberikan manfaat maupun inspirasi terhadap pembaca.

Aamiin

Wassalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh

Palangka Raya, Oktober 2022

i
Tim Penulis

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR...........................................................................................ii

DAFTAR ISI.........................................................................................................iii

BAB I PENDAHULUAN.......................................................................................1

A. Latar Belakang..........................................................................................1

B. Rumusan Masalah.....................................................................................3

C. Tujuan Masalah.........................................................................................3

D. Batasan Masalah........................................................................................3

E. Metode Penulisan......................................................................................4

BAB II PEMBAHASAN........................................................................................5

A. Perubahan Sosial Dalam Suatu Masyarakat..............................................5

B. Tujuan Hukum.........................................................................................17

BAB III PENUTUP..............................................................................................22

A. Kesimpulan..............................................................................................22

B. Saran........................................................................................................24

DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................25

ii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Hukum adalah seperangkat aturan yang mengikat dan memaksa

masyarakat. Proses pelaksanaanya harus dipaksakan dengan jalan

menjatuhkan sanksi agar tujuan daripada hukum dapat tercapai. Tujuan hukum

memberikan kemanfaatan yang bersifat universal yaitu bagaimana

menciptakan perdamaian dan ketentraman dalam lingkungan masyarakat yang

dapat dirasakan secara konkret oleh seluruh lapisan masyarakat.

Tidak sederhana dikatakan bahwa hukum menciptakan keamanan dan

ketertiban, namun dewasa ini terkadang hukum juga bisa menimbulkan

masalah dalam masyarakat. Kurang berhati-hati dalam membuat hukum akan

menimbulkan risiko, bahwa hukum malah menyusahkan atau menimbulkan

kerusakan dalam masyarakat.1 Karena itu hukum yang diberlakukan dalam

masyarakat harus sesuai dengan nilai-nilai yang hidup dalam masyarakat.

Terlaksananya ketertiban dalam suatu masyarakat sangat ditentukan oleh

beberapa faktor2 yaitu pertama struktur, kedua substansi (the substance is

composed of substantive rules and rules about how institutions should be

have) dan yang ketiga adalah budaya hukum. Dari semua faktor itu

1
Satjipto Rahardjo, “Penegakan Hukum Progresif”, (Jakarta: Kompas, 2010), 217.
2
Lawrence Friedman, “The Legal System; A Social Science Perspective”, New York,
1977(Russell: Sage Foundation, 1977), 69.

1
orientasinya adalah bagaimana hukum diterapkan dalam masyarakat serta

kesadaran masyarakat akan suatu aturan perlu ditingkatkan. Ketaatan serta

kesadaran masyarakat terhadap hukum banyak ditentukan dengan

berfungsinya suatu hukum, sehingga fungsi hukum tidak hanya dilihat secara

spesifikasinya saja, tetapi dapat dilihat secara lebih luas atau secara universal.

Hukum sebagai suatu aturan yang mengatur kehidupan masyarakat dan

apabila dilanggar mendapat sanksi. Menjatuhkan sanksi merupakan salah satu

faktor yang mendorong untuk menaati suatu aturan, sehingga fungsi hukum

juga dapat terimplementasikan dalam masyarakat.

Dalam masyarakat ada suatu keinginan yang ingin dicapai, kemudian

hukum dijadikan sebagai alat untuk merubah tingkah laku masyarakat agar

terbawa kearah tujuan yang dikehendaki.3 Keberadaan hukum dalam

masyarakat adalah sebagai suatu fenomena yang harus dioperasikan dalam

masyarakat. Mengkaji tentang fungsi hukum, memang sangat urgen dilakukan

mengingat dalam kehidupan sosial masyarakat senantiasa terjadi perbedaan

kepentingan antara setiap individu. Perbedaan kepentingan itu diantaranya ada

yang selaras dengan kepentingan warga masyarakat lainnya, tetapi ada pula

kepentingan yang kemungkinan tidak selaras dan dapat menimbulkan konflik.

Perbedaan kepentingan ini merupakan konflik yang harus diselesaikan melalui

aturan/hukum yang baik. Pada umumnya, banyak yang beranggapan bahwa

hukum baru berfungsi apabila ada konflik. Persepsi ini keliru, sebab hukum

berfungsi bukan hanya setelah terjadi konflik, melainkan juga sebelum terjadi

3
Rusli Effendi, dkk., “Teori Hukum”, (Cet. I; Makassar: Hasanuddin University Press), 82.

2
konflik. Dan keberadaan hukum dalam masyarakat bukan hanya berfungsi

untuk menyelesaikan konflik yang terjadi dalam masyarakat, hukum juga akan

menimbulkan konflik apabila hukum itu tidak dilaksanakan secara maksimal

dan proses pembentukannya tidak bertentangan dengan nilai-nilai yang hidup

dalam masyarakat. Dengan demikian berfungsi tidaknya hukum itu,

tergantung bagaimana hukum itu diaplikasikan dan diimplementasikan dalam

masyarakat

B. Rumusan Masalah

1. Bagaimana perubahan sosial dalam suatu masyarakat?

2. Bagaimana tujuan dari hukum?

C. Tujuan Masalah

1.      Untuk mengetahui perubahan sosial dalam suatu masyarakat.

2.      Untuk mengetahui tujuan dari hukum.

D. Batasan Masalah

Mengingat luasnya pembahasan masalah yang berkaitan dengan judul

makalah ini, maka penulis membatasi pembahasan ini sesuai dengan yang

terdapat dalam rumusan masalah. Adapun hal yang tidak berhubungan dengan

judul makalah ini, penulis tidak menguraikan ke dalam makalah ini.

3
E. Metode Penulisan

Adapun pada penulisan makalah ini ditinjau berdasarkan metode telaah


dengan menggunakan buku, jurnal dan artikel yang bersumber dari internet
sebagai bahan referensi.

4
BAB II

PEMBAHASAN

A. Perubahan Sosial Dalam Suatu Masyarakat

1. Perspektif Teori Perubahan Sosial

Masyarakat selalu bergerak, berkembang, dan berubah. Dinamika

masyarakat ini terjadi bisa karena faktor internal yang melekat dalam diri

masyarakat itu sendiri, dan bisa juga karena faktor lingkungan eksternal.

Narwoko mengatakan bahwa ada banyak perspektif teori yang menjelaskan

tentang perubahan sosial, misalnya perspektif teori sosiohistoris, struktural

fungsional, struktural konflik, dan pikologi sosial (Narwoko 2004, 365).4

Teori sosiohistoris menempatkan variabel latar belakang sejarah dengan

menekankan proses evolusi sebagai faktor utama dalam proses terjadinya

perubahan sosial. Perspektif ini melihat perubahan sosial dalam dua dimensi

yang saling berbeda asumsi yakni perubahan sebagai suatu siklus dan

perubahan sebagai suatu perkembangan. Sebagai siklus sulit diketahui ujung

pangkal terjadinya perubahan sosial. Perubahan terjadi lebih merupakan

peristiwa prosesual dengan memandang sejarah sebagai serentetan lingkaran

yang tak berujung. Sedangkan perubahan sebagai suatu perkembangan juga

bahwa pada dasarnya masyarakat walau secara lambat namun pasti akan selalu

4
Dwi J. Narwoko & Suyanto Bagong, “Sosiologi: Teks Pengantar Dan Terapan”, (Jakarta:
Prenadamedia Grup, 2004).

5
bergerak, berkembang dan akhirnya berubah dari struktur sosial sederhana

menuju ke arah yang lebih modern.

Perubahan sosial secara umum diartikan sebagai suatu proses pergeseran

atau berubahnya tatanan/struktur didalam masyarakat, yang meliputi pola

pikir, sikap serta kehidupan sosialnya untuk mendapatkan penghidupan yang

lebih baik. Berikut pandangan para ahli tentang perubahan sosial antara lain:

a. Kingsley Davis, perubahan sosial adalah perubahan yang terjadi dalam

struktur dan fungsi masyarakat. Contoh perubahan sosial yang dimaksud

adalah terjadinya pengorganisasian buruh dalam masyarakat industri atau

kapitalistis. Hal ini menyebabkan perubahan hubungan antara majikan dan

para buruh yang kemudian terjadi perubahan juga dalam organisasi politik

yang ada dalam perusahaan tersebut dan masyarakat.

b. Mac Iver, perubahan sosial merupakan perubahan-perubahan dalam

interaksi sosial (social relation) atau perubahan terhadap keseimbangan

(equilibrium) hubungan sosial.

c. Selo Soemardjan, perubahan sosial adalah perubahan pada lembaga-

lembaga kemasyarakatan di dalam suatu masyarakat yang mempengaruhi

sistem sosialnya, termasuk nilai-nilai, sikap dan perilaku diantara

kelompok-kelompok dalam masyarakat.

d. William Ogburn, menjelaskan pengertian perubahan sosial dengan

membuat batasan ruang lingkup perubahan tersebut. Ogburn menjelaskan

bahwa perubahan sosial itu mencakup unsur-unsur kebudayaan baik yang

bersifat materiil maupun immateriil dengan penekanan yang besar dari

6
unsur-unsur kebudayaan yang materiil terhadap unsur-unsur kebudayaan

yang immateriil.

Belajar dari beberapa pendapat para ahli tentang pengertian perubahan

sosial, dapat disimpulkan bahwa tidak semua perubahan sosial yang terjadi

dalam struktur sosial masyarakat mengalami kemajuan, bahkan dapat

dikatakan mengalami kemunduran. Maka dari itu perubahan sosial yang

dibahas di sini adalah perubahan sosial berdasarkan penyebabnya yakni

perubahan sosial yang direncanakan dan perubahan sosial yang tidak

direncanakan. Contoh perubahan sosial yang direncanakan seperti adanya

rencana pemerintah dalam program pembangunan masyarakat melalui sistem

KB (Keluarga Berencana). Sedangkan perubahan sosial yang tidak

direncanakan seperti peristiwa peperangan, bencana alam dan lain

sebagainya.5

Menurut pendapat Marx Weber bahwa tindakan sosial atau aksi sosial

tidak bisa dipisahkan dari proses berpikir rasional dan tujuan yang akan

dicapai oleh pelaku (Marx Weber dalam Berger 2004, 27). Tindakan sosial

dilihat dari segi motifnya terdapat empat tindakan yakni, (1) tindakan untuk

mencapai satu tujuan tertentu, (2) tindakan berdasar atas adanya satu nilai

tertentu, (3) tindakan emosional, (4) tindakan yang didasarkan atas adat

istiadat tertentu (tradisi).

2. Teori Perubahan Sosial Dalam Masyarakat

5
Agus, Salim “Perubahan Sosial”, (Yogya: Tiara Wacana, 2014).

7
Ilmu sosiologi banyak dipengaruhi oleh berbagai ilmu pengetahuan

lainnya seperti biologi, geologi, dan masih banyak lagi. Dengan demikian

tidak heran jika beberapa teori perubahan sosial yang akan dijelaskan

menyebutkan beberapa pemikiran yang bukan orang sosiologi bahkan orang

yang bukan dari latar belakang ilmu pengetahuan sosial. Maka dengan ini

perubahan sosial terjadi karena ada faktor dari dalam maupun dari luar.

Adapun faktor dari dalam yang menyebabkan perubahan sosial seperti

keadaan ekonomi, teknologi, ilmu pengetahuan, agama dan sebagainya.

Sedangkan faktor dari luar yang menyebabkan perubahan sosial seperti

bencana alam, perang, gunung meletus, tsunami dan sebagainya.6

Konsep perubahan sosial yang mau diangkat dalam tulisan ini adalah soal

perubahan sosial ekonomi dan perubahan sosial budaya. Karl Max dalam

konsep economic structure berpendapat bahwa penggerak perubahan yang

akan memimpin perubahan adalah termasuk proses perubahan sosial dan

lingkungan ekonomi menjadi dasar segala perilaku masyarakat. Marx dalam

Salim berpendapat bahwa, “siapa yang menguasai ekonomi, akan juga

menguasai aspek lainya (Salim 2014, 30).” Hal ini berarti ekonomi menjadi

dasar dari perubahan sosial. Pendapat yang sama ditulis oleh Damsar ketika

ekonomi dalam hal ini adalah materi masyarakat berkembang dengan baik,

maka akan mempengaruhi perilaku sosial atau sosio budaya masyarakat,

seperti cara berpikir, bertindak, gaya hidup, pertemanan atau ideologi (Damsar

2015, 70).

6
Herman, Arisnadi “Pemikiran Tokoh-Tokoh Sosiologi”, (Yogyakarta: Divapres, 2015).

8
Khomsan mengatakan bahwa ekonomi masyarakat menunjukkan ekonomi

yang sangat rendah atau dikategorikan miskin (Khosman 2015, 3). Miskin

menurut Chambers dan Nasikun (Nasikun 2001, 3) tergolong dalam 4 bentuk,

yaitu:7

1. Kemiskinan absolut, bila pendapatan berada di bawah garis kemiskinan

untuk memenuhi kebutuhan dasar yaitu pangan, sandang, papan, kesehatan

dan pendidikan untuk bisa hidup dan bekerja.

2. Kemiskinan relatif, kondisi miskin karena pengaruh kebijakan

pembangunan yang belum menjangkau semua masyarakat.

3. Kemiskinan kultural, persoalan sikap seseorang atau sekelompok

masyarakat yang disebabkan oleh faktor budaya, misalnya malas,

pemboros, tidak kreatif.

4. Kemiskinan struktural, situasi miskin karena rendahnya akses terhadap

sumber daya yang terjadi dalam suatu sistem sosial dan kerap

menyuburkan kemiskinan.

Dari keempat kategori yang sudah dijelaskan di atas menggambarkan

situasi masyarakat dalam kemiskinan. Kemiskinan yang paling utama adalah

kemiskinan absolut. Kebutuhan dasar ini sangat mempengaruhi budaya

masyarakat. Budaya mereka tidak bisa berkembang karena situasi dan kondisi

mereka yang hidup dalam kemiskinan.

7
Ali, Khomsan dkk, “Indikator Kemiskinan Dan Misklasifikasi Orang Miskin”, (Jakarta: Obor,
2015).

9
Perubahan ekonomi dan perubahan budaya dapat berkembang atau

berubah tentu saja banyak mengalami konflik dalam struktur masyarakat.

Maka, pendekatan konflik lebih cocok untuk melihat suatu perubahan dalam

segi ekonomi dan budaya. Pendekatan konflik ini dilihat dari teori pendekatan

konflik klasik dan teori pendekatan modern.

Arisandi menulis teori konflik berdasarkan teori pendekatan konflik klasik

berdasarkan pemikiran Karl Max (Arisandi 2015a, 48). Marx dalam teori

perubahan sosialnya sering digolongkan ke dalam pendekatan konflik karena

menekankan aspek struktur atau klasifikasi dalam perubahan ekonomi. Hal ini

yang mendorong Karl Max menggolongkan masyarakat ke dalam dua

golongan atau kelas, yakni golongan utama yaitu kelas pemilik modal

(borjuis) dan kelas pekerja (proletar). Kedua kelas ini senantiasa berada

dalam posisi berhadapan sesuai dengan kepentingan ekonominya masing-

masing. Kepentingan ekonomi kelompok pemilik modal (borjuis) yaitu

pengusaha, pemilik tanah, pemilik bangunan dan lain sebagainya, yang tentu

saja memiliki tujuan atau orientasi pada keuntungan yang sebesar-besarnya

sehingga pengusaha akan berusaha bagaimanapun caranya untuk memperoleh

keuntungan yang sebesar-besarnya. Menurut pengusaha, keuntungan (profit)

didapat dengan menekan kaum proletar atau pekerja untuk memproduksi

barang sebanyak-banyaknya dan biaya kerja atau upah kerja yang diberikan

kepada kaum proletar ini sangat kecil atu kecil. Sementara pihak pekerja

(proletar) menekankan kepentingan ekonominya untuk meningkatkan

kesejahteraan mereka sebagai imbalan dari tenaga dan waktu yang telah

10
diberikan dalam proses menghasilkan produksi. Dengan demikian terjadilah

pertentangan atau konflik yang berkepanjangan dan dari konflik itu yang

selalu menjadi korban adalah kelompok proletar karena tidak bisa mencukupi

kebutuhan hidup sehari-hari, bahkan tidak mendapat hak atas tanah, bangunan

dan hidup yang layak.

Teori pendekatan konflik modern yang diuraikan di sini adalah teori

konflik menurut Ralf Dahrendorf, sekitar tahun 1960. Arisandi menguraikan

pendapat Dahrendorf mengenai proses konflik sosial yang mendorong

terjadinya perubahan sosial, adalah pada setiap masyarakat, terdapat dua

kelompok yang masing-masing menampilkan peran positif dan peran negatif

(Arisandi 2015b, 175). Kelompok yang berkepentingan untuk

mempertahankan keadaan yang sekarang disebut status quo, dianggap

menampilkan peranan positif, sedangkan kelompok yang berkepentingan

untuk mengadakan perubahan dalam masyarakat secara progresif, dianggap

menampilkan peranan negatif. Kedua kelompok ini mendapatkan peranan

yaitu demi kepentingannya masing-masing yang saling bertentangan.

Kelompok yang satu tetap pada keadaan yang sekarang, sedangkan kelompok

yang lain ingin maju dan berubah.

Konflik yang terus menerus terjadi diantara kedua kelompok ini akan

membawa masyarakat ke dalam perubahan sosial. Cepat atau lambat, besar

atau kecil ukuran atau skala perubahan sosial yang terjadi, tergantung pada

faktor-faktor sosial, ekonomi, budaya dan politik.

11
Dengan demikian kelompok yang menang atau berhasil dalam konflik

menurut teori ini adalah kelompok yang mendapat otoritas atau kewenangan

untuk menguasai atau menekan orang lain sehingga stabilitas masyarakat

dapat berjalan. Otoritas menurut pandangan Dahrendorf bukan terletak pada

individu, melainkan terletak pada posisi, sehingga tidak bersifat statis. Orang

yang berkuasa pada lingkungan tertentu belum tentu memiliki kuasa di

lingkungan lain. Perubahan sosial dapat terjadi dalam teori ini melalui

konsensus. Konsensus adalah pendapat atau gagasan yang kemudian diadopsi

oleh sebuah kelompok kepada kelompok yang lebih besar karena berdasarkan

kepentingan (seringkali dengan melalui sebuah fasilitasi) hingga dapat

mencapai pada tingkat keputusan yang dikembangkan. Konsensus yang

dimaksudkan di sini adalah secara tidak langsung, masyarakat akan tunduk

pada proses perubahan yang kebijakannya ditetapkan otoritas saat itu.

Masyarakat akan tumbuh dan tunduk di dalam sistem sosial yang dibentuk

oleh otoritas yang berwenang atau yang berkuasa. Manfaat otoritas yang

dibuat oleh otoritas belum tentu diperuntukkan bagi masyarakat yang miskin,

sehingga akibat dari kebijakan itu malah membuat masyarakat miskin menjadi

semakin miskin.

Problem yang muncul dari perubahan ekonomi dan sosio budaya ini

adalah siapa yang dapat memenuhi kebutuhan-kebutuhan ini? Masyarakat

membutuhkan makanan, pakaian, tempat tinggal (kebutuhan pokok) dan

pemberdayaan sumber daya manusia. Abraham Maslow menuliskan tingkat

kebutuhan manusia, kebutuhan yang paling dasar yang harus dipenuhi adalah

12
kebutuhan fisiologis. Agar tetap hidup, manusia membutuhkan makan setiap

hari, pakaian yang layak dan memiliki tempat tinggal yang pantas. Soetomo

menulis bahwa semua warga masyarakat tentu mempunyai cita-cita yang sama

yaitu hidup sejahtera (Soetomo 2016, 340). Hidup sejahtera yang dimaksud

adalah sejahtera secara jasmani dan spiritual termasuk dari segi ekonomi.

Masyarakat tidak takut menghadapi hari esok, masyarakat merasa nyaman dan

tenteram menjalani hidup ini, kebutuhan dasar terpenuhi sehingga perubahan

sosial dalam bidang lain akan terpenuhi juga.

Jika ekonomi belum terpenuhi, maka hal ini juga menyebabkan sumber

daya manusia yang meliputi; cara berpikir, bertindak, bertutur kata atau gaya

hidup, budaya, cara bersosialisasi sangat berbeda dengan masyarakat pada

umumnya yang hidup layak dari segi ekonomi. sumber daya menjadi problem,

karena jalan keluar yang ditawarkan oleh pihak lain, belum tentu diterima oleh

masyarakat yang sudah terbiasa dengan gaya hidup lama.

Menurut Marx Weber problem ekonomi dan sumber daya manusia ini bisa

dipecahkan dengan menggunakan sistem otoritas legal atau kepemimpinana

legal. Ritzer berpendapat bahwa kekuasaan atau kepemimpinan adalah

probabilitas (peluang bahwa sesuatu akan terjadi) suatu perintah tertentu yang

akan dipenuhi oleh sekelompok orang (Ritzer 2008, 140). Pemikiran Marx

Weber hampir sama dengan pemikiran Dahrendorf tetapi Weber lebih melihat

otoritas kepemimpinan, lebih dalam pengertian kemampuan untuk

mempengaruhi tindakan dan pikiran.

13
Weber berpendapat bahwa kepemimpinan otoritas legal merupakan

kepemimpinan yang didasarkan pada aturan tertulis atau ada sistem yang jelas

dan baku, yang dalam hal ini disebut birokrasi. Sistem kepemimpinana

birokrasi ini bisa sangat memaksa dan terstruktur dengan baik sehingga sangat

kuat, rasional, serta paling dapat diandalkan untuk menjaga sebuah otoritas

berjalan dengan baik.

3. Teori-Teori Perubahan Sosial Dalam Masyarakat

Berikut ada beberapa teori perubahan sosial yang berkaitan dengan apa

yang sudah dibahas di atas. Teori-teori tersebut antara lain:8

a. Teori Evolusi Dalam teori perubahan sosial ini dijelaskan bahwa evolusi

mempengaruhi cara pengorganisasian masyarakat, terutama yang

berhubungan dengan sistem kerja. Berdasarkan pandangan tersebut,

Tonnies berpendapat bahwa masyarakat berubah dari tingkat peradapan

sederhana ke tingkat yang lebih kompleks. Dalam teori perubahan sosial

evolusi dapat dilihat terjadinya transformasi dari masyarakat. Mulai dari

masyarakat tradisional yang memiliki pola sosial komunal yaitu

pembagian dalam masyarakat yang didasarkan atas siapa yang lebih tua

atau senioritas, bukan pada prestasi personal individu dalam masyarakat.

b. Teori Konflik Teori perubahan sosial ini dipengaruhi oleh pandangan

beberapa ahli seperti Karl Max dan Ralf Dahrendorf. Dalam teori

perubahan sosial ini tentu saja memandang konflik sebagai sumber

terjadinya perubahan sosial dalam masyarakat. Teori ini melihat


8
Prof, Dr., Damsar “Pengantar Teori Sosiologi”, (Jakarta: Prenadamedia Grup, 2015).

14
masyarakat dalam dua kelompok atau kelas yang saling berkonflik yaitu

kelas borjuis dan kelas proletar. Kedua kelompok sosial dalam masyarakat

ini dapat dianggap sebagai majikan dan pembantunya. Dengan

kepemilikan harta dan hak atas hidup yang lebih banyak oleh kaum

borjuis dan minimnya bagi kaum proletar akan memicu konflik dalam

masyarakat sehingga terjadi revolusi sosial yang berakibat pada terjadinya

perubahan sosial.

c. Teori Perubahan Sosial Dahrendorf Teori perubahan sosial oleh

Dahrendorf berisi tentang hubungan stabilitas struktural sosial dan adanya

perubahan sosial dalam masyarakat. Perubahan-perubahan yang terjadi

dalam struktur kelas sosial akan berakibat pada nilai. Kepentingan dalam

hal ini dapat menjadi nilai serta realitas dalam masyarakat. Kepentingan

merupakan elemen dasar dalam kehidupan sosial. Apabila kepentingan itu

saling bertabrakan, maka sudah tentu akan terjadi konflik. Dari segi

ekonomi, misalnya kepentingan buruh tani dan pekerja pabrik tuntutan

kenaikan upah agar dapat mempertahankan hidupnya.

4. Faktor-Faktor Perubahan Sosial Dalam Masyarakat

1. Faktor Penyebab

Perubahan sosial dalam kehidupan masyarakat terjadi karena masyarakat

tersebut menginginkan perubahan. Perubahan juga dapat terjadi karena adanya

dorongan dari luar sehingga masyarakat secara sadar ataupun tidak akan

mengikuti perubahan. Perubahan berasal dari dua sumber yaitu faktor acak

dan faktor sistematis. Faktor acak meliputi iklim, cuaca, atau karena adanya

15
kelompok-kelompok tertentu. Faktor sistematis adalah faktor perubahan sosial

yang disengaja dibuat. Keberhasilan faktor sistematis ditentukan oleh

pemerintahan yang stabil dan fleksibel, sumber daya yang cukup, dan

organisasi sosial yang beragam. Jadi, perubahan sosial biasanya merupakan

kombinasi dari faktor sistematis dengan beberapa faktor acak. Menurut

Soerjono Soekanto, adanya faktor-faktor intern (dari dalam masyarakat) dan

ekstern (dari luar masyarakat) yang menyebabkan terjadinya perubahan sosial

dalam masyarakat. Faktor intern meliputi perubahan penduduk, penemuan-

penemuan baru, konflik dalam masyarakat, dan pemberontakan (revolusi)

dalam tubuh masyarakat. Sedangkan faktor ekstern meliputi faktor alam yang

ada di sekitar masyarakat berubah, peperangan, dan pengaruh kebudayaan

masyarakat lain.9

2. Faktor Pendorong

Faktor pendorong perubahan sosial adalah faktor yang mempercepat

perubahan sosial. Faktor tersebut meliputi kontak dengan masyarakat lain,

difusi (penyebaran unsur-unsur kebudayaan) dalam masyarakat, difusi antar

masyarakat, sistem pendidikan yang maju, sikap ingin maju, toleransi, sistem

stratifikasi (lapisan) sosial terbuka, penduduk yang heterogen (bermacam-

macam), ketidakpuasan terhadap kondisi kehidupan, orientasi ke masa depan,

nilai yang menyatakan bahwa manusia harus berusaha memperbaiki nasibnya,

9
Ritzer George dan Goodman J. Douglas, “Teori Sosiologi, Dari Klasik Sampai Perkembangan
Mutakhir Teori Sosial Postmodern”, (Yogyakarta: Kerasi Wacana, 2008).

16
disorganisasi (pertikaian) dalam keluarga, dan sikap mudah menerima hal-hal

baru.

3. Faktor Penghambat

Perubahan sosial tidak akan selalu berjalan mulus. Perubahan sosial

seringkali dihambat oleh beberapa faktor penghambat perubahan sosial.

Faktor tersebut meliputi kurangnya hubungan dengan masyarakat yang lain,

perkembangan ilmu pengetahuan yang terhambat, sikap masyarakat yang

tradisional, adat atau kebiasaan, kepentingan-kepentingan yang tertanam kuat

sekali, rasa takut akan terjadinya disintegrasi (meninggalkan tradisi), sikap

yang tertutup, hambatan yang bersifat ideologis, dan hakikat hidup.

B. Tujuan Hukum

Manusia adalah ciptaan Tuhan yang memiliki kekuasaan yang dapat

berbuat untuk mengeksploitasi dan mengeksplorasi dunia. Kekuasaan yang

menjadi titik sentral dari seluruh kehidupan manusia dalam melakukan

kegiatan di dunia. Manusia merupakan pelaku atau subyek bukan alat atau

obyek yang memiliki kepentingan dan tuntutan yang di harapkan dapat

terlaksana dengan baik. (Sudikno Mertokusumo : 2012 : 13)

Kaidah hukum melindungi kepentingan manusia terhadap bahaya yang

mengancam juga mengatur hubungan diantara manusia. Mengatur hubungan

diantara manusia agar tercipta ketertiban atau stabilitas dan diharapkan dapat

17
dicegah atau diatasi terjadinya konflik atau gangguan kepentingan-

kepentingan.

Mengatur hubungan manusia dan meningkatkan atau mengembangkan

hubungan antar manusia. Kaidah hukum fungsinya melindungi kepentingan

manusia, baik secara individual maupun secara kelompok maka manusia yang

memiliki kepentingan hukum itu dihayati, dipatuhi, dilaksanakan dan

ditegakkan. Kesadaran pada diri manusia pada dasarnya adalah manusia

memerlukan perlindungan kepentingan yaitu hukum yang dipatuhi dan

dilaksanakan serta ditegakkan agar kepentingannya maupun kepentingan

orang lain terlindungi dari ancaman disekelilingnya. (Sudikno Mertokusumo :

2012: 17)

Sunaryati Hartono mengemukakan bahwa hukum sebagai alat yang

merupakan sarana dan langkah yang dilakukan oleh pemerintah untuk

menciptakan sistem hukum nasional guna mencapai cita-cita bangsa dan

tujuan negara. Negara mempunyai tujuan yang harus dicapai dan upaya untuk

mencapai tujuan dengan menggunakan hukum sebagai alat melalui

pemberlakuan atau penindak berlakuan hukum-hukum sesuai dengan tahap-

tahap perkembangan yang dihadapi oleh masyarakat dan negara kita.

(Moh.Mahfud MD : 2009 : 2)

Filosofi dari sudut filsafat ada dua masalah yang penting yang menjadi

penting dalam sumber hukum :

18
a. Ukuran untuk menentukan bahwa sesuatu itu bersifat adil, karena hukum

yang dimaksudkan adalah untuk menciptakan keadilan maka hal-hal yang

secara filosofis dianggap adil dapat dijadikan sebagai sumber hukum

materiil.

b. Faktor-faktor yang mendorong seseorang mau tunduk pada hukum.

Hukum diciptakan agar ditaati, maka semua faktor yang dapat mendorong

seseorang taat pada hukum harus diperhatikan dalam pembuatan aturan

hukum positif. (SF. Marbun : 2000: 23) Menurut fungsinya aturan hukum

dapat dibagi menjadi dua :

1. Hukum materiil (materieel recht) adalah aturan-aturan hukum yang

mengatur hubungan-hubungan hukum antara orang-orang yang

menentukan hak dan kewajiban, memerintahkan dan melarang berbagai

perbuatan kepada orang dalang didalam masyarakat.

2. Hukum formil (formeel recht) adalah aturan hukum yang mengatur cara

bagaimana mempertahankan aturan hukum materil. Mempertahankan atau

melaksanakan hukum materiil didalam Negara hukum adalah jalan

tertentu, jalan hukum yaitu dengan beracara. (Hartono Hadisoeprapto :

2000 :35)

Jeremy Bentham dalam ajarannya mengemukakan bahwa tujuan hukum

dan wujud keadilan adalah untuk mewujudkan the greatest happiness of

thegreatest number (kebahagiaan yang sebesar-besarnya untuk sebanyak-

banyaknya orang). Bentham juga mengemukakan bahwa tujuan perundang-

19
undangan untuk menghasilkan kebahagian bagi masyarakat. Perundangan-

undangan harus berusaha untuk mencapai empat tujuan yaitu :

a. To provide subsistence (untuk memberi nafkah hidup)

b. To provide abundance (untuk memberikan makanan yang berlimpah)

c. To provide security (untuk memberikan perlindungan)

d. To attain equity (untuk mencapai kebersamaan). ( Teguh Prasetyo :

2012 :111-112)

Ide dasar utilitarianisme sangat sederhana untuk dilakukan adalah yang

menghasilkan kebaikan terbesar. Fakta menunjukkan bahwa ide seperti ini

merupakan cara banyak orang mendekati putusan-putusan etis, sangat mudah

untuk melihat kenapa teori ini memiliki daya tarik yang sangat besar.

Prinsip utilitarianisme dikemukakan oleh mill yang menyatakan bahwa

kemanfaatan atau prinsip kebahagian terbesar menyatakan bahwa tindakan

tertentu benar dan cenderung memperbesar kebahagian. Ide dasar

utilitarianisme adalah suatu tindakan dinilai benar atau salah tergantung pada

apakah tindakan tersebut meningkatkan kebahagiaan atau kebaikan gagasan

tersebut menentukan pengimplementasian mazhab ini saat membahas

mengenai keadilan.

Keadilan tradisional tampak diabaikan oleh konsep teori yang mengklaim

benarnya tindakan jika dapat memaksimalkan kebaikan. Hak atau klaim

individual dipertimbangkan berdasarkan kebahagian orang lain. Kemanfaatan

dan kecenderungan dari luhurnya keadilan demi memperoleh kebahagiaan dan

20
rasa aman dengan cara memelihara keteraturan didalam masyarakat. ( Karen

Lebacqz : 1986 : 17 – 18)

Menurut Gustav Radbruch tujuan hukum yaitu keadilan, kepastian dan

kemanfaatan. Keadilan harus mempunyai posisi yang pertama dan yang paling

utama dari pada kepastian hukum dan kemanfaatan. Tujuan kepastian hukum

menempati peringkat yang paling atas diantara tujuan yang lain namun,

setelah melihat kenyataan bahwa dengan teorinya tersebut di Jerman di bawah

kekuasaan Nazime legalisasi praktek-praktek yang tidak berperikemanusiaan

selama masa Perang Dunia II dengan jalan membuat hukum yang mensahkan

praktek-praktek kekejaman perang pada masa itu. Gustav Radbruch pun

akhirnya meralat teorinya tersebut diatas dengan menempatkan tujuan

keadilan menempati posisi diatas tujuan hukum yang lain. Kenyataannya

sering kali antara kepastian hukum terjadi benturan dengan kemanfaatan, atau

antara keadilan dengan kepastian hukum, antara keadilan terjadi benturan

dengan kemanfaatan.

Tujuan hukum adalah terpelihara dan terjaminnya keteraturan (kepastian)

dan ketertiban. Tanpa keteraturan dan ketertiban kehidupan manusia yang

wajar memang tidak mungkin, seseorang tidak dapat mengembangkan

bakatnya tanpa adanya kepastian dan keteraturan. Memandang hukum secara

abstrak atau formal memang demikian benarnya. (Mochtar Kumaatmadja :

2000 : 49)

21
Berdasarkan uraian diatas bahwa tujuan hukum adalah suatu sarana yang

diciptakan oleh pejabat yang berwenang (legislatif) untuk membuat peraturan

yang memberikan kemanfaatan, keadilan dan kepastian hukum bagi

masyarakat.

BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

1. Perubahan sosial dalam masyarakat bukan merupakan sebuah hasil atau

produk melainkan suatu proses. Proses perubahan ini tentu saja merupakan

hasil dari sebuah kesepakatan atau keputusan bersama yang diambil dari setiap

individu atau kelompok masyarakat. Keputusan yang diambil tentu saja yang

sesuai dengan keinginan atau harapan kelompok agar perubahan sosial itu

dapat terwujud. Ekonomi dan budaya merupakan suatu masalah pokok yang

terjadi dalam kehidupan masyarakat dewasa ini. Dengan kemiskinan dari segi

ekonomi ini dapat mempengaruhi kehidupan masyarakat seperti perilaku

sosial, cara berpikir, bertindak dan lain sebagainya. Ekonomi menyebabkan

masyarakat menjadi hidup dalam kemiskinan. Miskin menurut Chambers dan

Nasikun ada empat bentuk yakni, kemiskinan absolut, relatif, kultural dan

22
struktural. Menurut Marx perubahan sosial dalam masyarakat itu terjadi

melalui pendekatan konflik. Konflik disini terjadi antar dua golongan yakni

pemilik modal dan pekerja. Dan kelompok yang menang tentu saja akan

menguasai atau menekan orang lain. Teori-teori mengenai perubahan sosial

antara lain: teori evolusi, teori konflik dan teori perubahan sosial Dahrendorf.

Untuk mencapai suatu perubahan memang tidak mudah, dan hal ini

diakibatkan oleh berbagai faktor seperti faktor penyebab suatu perubahan,

yang mendorong suatu perubahan maupun apa yang menjadi penghambat

suatu perubahan tersebut.

2. Tujuan hukum melindungi kepentingan manusia terhadap bahaya yang

mengancam juga mengatur hubungan di antara manusia. Mengatur hubungan

di antara manusia agar tercipta ketertiban atau stabilitas dan diharapkan dapat

dicegah atau diatasi terjadinya konflik atau gangguan kepentingan-

kepentingan. Adapun Filosofi dari sudut filsafat ada dua masalah yang penting

yang menjadi penting dalam sumber hukum di antarannya : Ukuran untuk

menentukan bahwa sesuatu itu bersifat adil, Faktor-faktor yang mendorong

seseorang mau tunduk pada hukum. Menurut fungsinya aturan hukum dapat

dibagi menjadi dua : Hukum materiil (materieel recht) adalah aturan-aturan

hukum yang mengatur hubungan-hubungan hukum antara orang-orang yang

menentukan hak dan kewajiban dan Hukum formil (formeel recht) adalah

aturan hukum yang mengatur cara bagaimana mempertahankan aturan hukum

materil. Jeremy Bentham dalam ajarannya mengemukakan bahwa tujuan

hukum dan wujud keadilan adalah untuk mewujudkan the greatest happiness

23
of thegreatest number (kebahagiaan yang sebesar-besarnya untuk sebanyak-

banyaknya orang). Perundangan-undangan harus berusaha untuk mencapai

empat tujuan yaitu : To provide subsistence (untuk memberi nafkah hidup), To

provide abundance (untuk memberikan makanan yang berlimpah), To provide

security (untuk memberikan perlindungan) dan To attain equity (untuk

mencapai kebersamaan). Berdasarkan uraian diatas bahwa tujuan hukum

adalah suatu sarana yang diciptakan oleh pejabat yang berwenang (legislatif)

untuk membuat peraturan yang memberikan kemanfaatan, keadilan dan

kepastian hukum bagi masyarakat.

B. Saran

Dalam penyusunan makalah ini kami menyadari bahwa banyak kesalahan.

Oleh karena itu, kami dari pihak penyusun memohon kritik dan saran demi

kesempurnaan penyusunan makalah berikutnya.

24
DAFTAR PUSTAKA

Arisnadi, Herman. Pemikiran Tokoh-Tokoh Sosiologi. Yogyakarta: Divapres,

2015.

Damsar, Dr., Prof. Pengantar Teori Sosiologi. Jakarta: Prenadamedia Grup, 2015.

Effendi Rusli, dkk. Teori Hukum. Makassar: Hasanuddin University Press.

Friedman, Lawrence. The Legal System; A Social Science Perspective. New York:
1977 Russell: Sage Foundation, 1977.

George, Ritzer dan Douglas J. Goodman. Teori Sosiologi, Dari Klasik Sampai
Perkembangan Mutakhir Teori Sosial Postmodern. Yogyakarta: Kerasi
Wacana, 2008.

Khomsan, Ali dkk. Indikator Kemiskinan Dan Misklasifikasi Orang Miskin.


Jakarta: Obor, 2015.

Narwoko, J. Dwi dan Bagong Suyanto. Sosiologi: Teks Pengantar Dan Terapan.
Jakarta: Prenadamedia Grup, 2004.

Rahardjo, Satjipto. Penegakan Hukum Progresif. Jakarta: Kompas, 2010.

Salim, Agus. Perubahan Sosial. Yogya: Tiara Wacana, 2014.

25
26

Anda mungkin juga menyukai