Anda di halaman 1dari 23

Hukum Dan Etika Pers

Dosen Pengampu : Dr. Sudianto, M.I.Kom

Disusun Oleh:

Kelompok 9

Arya Restu Wirya Sentana (12240313070)


Atilla Salsabila (12240321352)
Rien Angelina (12240323663)

3 PR D ILMU KOMUNIKASI

PROGRAM STUDI ILMU KOMUNIKASI

FAKULTAS DAKWAH DAN KOMUNIKASI

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SULTAN SYARIF KASIM RIAU

2023
KATA PENGANTAR
Assalamualaikum wr.wb

Alhamdulillah,puji Syukur kehadirat allah Swt yang telah memberikan


Rahmat dan inayahnya,sehingga kami dapat menyelesaikan makalah yang berjudul
Hukum Dan Etika Pers dengan mata kuliah Sistem Hukum Indonesia ini dengan
tepat waktu.

Terimakasih kami ucapkan kepada Bapak Dr. Sudianto, M.I.Kom yang


telah membantu kami dengan baik secara moral maupun materi. Terimakasih juga
kami ucapkan kepada teman teman seperjuangan yang telah mendukung kami
sehingga kami bisa menyelesaikan tugas ini tepat waktu.

Kami menyadari,bahwa makalah yang kami buat ini masih jauh dari kata
sempurna baik segi penyusunan,Bahasa,maupun penulisannya. Oleh karena itu,
kami sangat mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari semua pembaca
guna menjadi acuan agar penulis bisa menjadi lebih baik lagi di masa mendatang.

Semoga makalah ini bisa menambah wawasan para pembaca dan bisa
bermanfaat untuk perkembangan dan peningkatan ilmu pengetahuan.

Wassalamualaikum wr.wb

Pekanbaru, 24 Oktober 2023

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ...................................................................................................... i

DAFTAR ISI ..................................................................................................................... ii

BAB I PENDAHULUAN ............................................................................................... 1

1.1 Latar Belakang .............................................................................................. 1


1.2 Rumusan Masalah ......................................................................................... 2
1.3 Tujuan ............................................................................................................ 2
BAB II PEMBAHASAN ................................................................................................ 3

2.1 Hukum, Etika Pers, dan Sejarah Etika Pers ................................................... 3


2.1.1 Pengertian Hukum .................................................................................. 3
2.1.2 Pengertian Etika Pers .............................................................................. 4
2.1.3 Sejarah Etika Pers ................................................................................... 5
2.2 Perkembangan Teknologi Media dan Dampak Terhadap Etika Pers ............ 7
2.2.1 Perkembangan Teknologi Media ............................................................ 7
2.2.2 Dampak Teknologi Terhadap Etika Pers ................................................ 9
2.3 Undang Undang Tentang Pers ..................................................................... 11
2.4 Etika Dalam Era Digital .............................................................................. 12
2.5 Kasus Studi dan Regulasi Media ................................................................. 15
BAB III PENUTUP ....................................................................................................... 18

3.1 Kesimpulan .................................................................................................. 18


3.2 Saran ............................................................................................................ 18
DAFTAR PUSTAKA .................................................................................................... 19

ii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Dalam konteks perkembangan media modern dan era digital yang semakin maju,
pemahaman mengenai etika pers, peran teknologi dalam jurnalisme, dan regulasi
media menjadi sangat penting. Sejarah etika pers memberikan landasan penting
untuk memahami bagaimana prinsip-prinsip etika dalam jurnalisme telah
berkembang seiring waktu. Sementara itu, perkembangan teknologi media telah
memengaruhi bagaimana berita disebarkan, memunculkan tantangan baru dalam
menjaga integritas dan keakuratan informasi. Lebih lanjut, perseteruan antara
kebebasan pers dan tanggung jawab jurnalis dalam era media sosial adalah topik
yang tengah hangat diperdebatkan.

Selain itu, kasus studi dalam regulasi media, seperti Cambridge Analytica, News of
the World, dan pengaturan konten di platform media sosial, memberikan pandangan
mendalam tentang pentingnya regulasi media dalam melindungi privasi, menjaga
etika jurnalisme, dan menghadapi tantangan dalam era digital.

Dalam makalah ini, kami akan menjelajahi sejarah etika pers, dampak
perkembangan teknologi media, perdebatan mengenai kebebasan pers dan
tanggung jawab jurnalis dalam era media sosial, serta kasus studi dalam regulasi
media. Kami akan mengeksplorasi berbagai aspek regulasi media, termasuk
undang-undang perlindungan data pengguna dan regulasi isi konten. Tujuan
makalah ini adalah untuk memberikan pemahaman komprehensif tentang tantangan
dan pertimbangan dalam menjaga integritas dan etika media di dunia yang semakin
terhubung dan kompleks.

1
1.2 Rumusan Masalah

1. Bagaimana hukum dan etika pers yang berlaku pada saat ini dan jelaskan
perkembangan nya yang terjadi pada saat ini?

1.3 Tujuan

1. Untuk mengetahui hukum dan etika pers apa saja yang berlaku pada saat
ini dan mengetahui perkembangan nya saat ini.

2
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Hukum, Etika Pers, dan Sejarah Etika Pers

2.1.1 Pengertian Hukum

Hukum dapat dikatakan sebagai sebuah himpunan peraturan peraturan yang


dibuat oleh penguasa negara yang mengatur sebuah negara agar menjadi lebih
teratur dan dilakukan secara resmi melalui Lembaga negara atau intuisi hukum
untuk mengatur masyarakat. Hukum ini diciptakan bersifat memaksa, memaksa
disini maksudnya adalah mau tidak mau harus diikuti setelah aturan itu diciptakan,
harus dituruti serta jika ada masyarakat yang melanggar akan mendapatkan sanksi
yang harus dibayar atau dipenuhi oleh masyarakat.1

Hukum juga dijadikan sebagai system yang terpenting dalam suatu negara
atass pelaksanaan rangkaian kekuasaan Lembaga. Bentuk penyalahgunaan
kekuasaan dalam bidang politik, ekonomi, dan masyarakat dalam berbagai cara dan
bertindak, sebagai sebuah perantara utama dalam menjalankan suatu hubungan
sosial antar masyarakat terhadap kriminalisasi dalam hal hukum pidana, hukum
yang berupayakan cara negara dapat menuntut seorang pelaku pelanggar hukum
menyediakan kerangka kerja bagi pencipta hukum.

Berikut beberapa pengertian hukum menurut para ahli hukum yaitu:

1. Leon Duguit : Hukum ialah aturan tingkah laku para anggota masyarakat,
aturan yang daya pengunaannya pada saat tertentu di indahkan oleh suatu
masyarakat sebagai jaminan darikepentingan bersama dan jika dilanggar
menimbulkan reaksi bersama terhadap orangbyang melakukan pelanggaran
itu.
2. Immanuel Kant: hukum ialah keseluruhan syarat-syarat yang dengan ini
kehendak bebasdari orang yang satu dapat menyesuaikan diri dengan

1
Meri, et al. (2020). Aspek Profesi Dan Aspek Hukum Bidang Kesehatan. Bandung: Widina
Bhakti Persada Bandung. Hal 11-12

3
kehendak bebas dari orang yang lain, menuruti peraturan hukum tentang
kemerdekaan.

Dari definisi diatas dapat disimpulka bahwa, hukum itu meliputi beberapa
unsur berikut:

1) Suatu peraturan mengenai tingkah laku manusia dalam pergaulan


masyarakat.
2) Peraturan yang dibuat dan diadakan oleh badan badan resmi atau
Lembaga negara yang berwajib.
3) Peraturan yang diciptakan bersifat memaksa untuk menjadikan
masyarakat suatu negara tersebut menjadi taat.
4) Sanksi dari semua peraturan tersebut adalah harus tegas.2

Sebagai suatu system, Hukum di Indonesia terdiri dari elemen elemen


hukum yang beraneka, antara lain nya adalag hukum tata negara dalam artian nya
yaitu hukum tata pemerintahan, hukum perdata, hukum dagang, hukum bisnis,
hukum pidana, serta hukum nasional. Tetapi, pada hal ini, kita memasuki dalam
hukum pidana umum, karena menyangkut tentang hale tika pers yang biasanya
bersangkutan dengan dunia jurnalisme.3

2.1.2 Pengertian Etika Pers

Etika Pers adalah filsafat di bidang moral pers, yaitu bidang yang mengenai
kewajiban-kewajiban pers dan tentang apa yang merupakan pers yang baik dan pers
yang buruk, pers yang benar dan pers yang salah, pers yang tepat dan pers yang
tidak tepat. Etika pers juga adalah ilmu atau studi tentang peraturan-peraturan yang
mengatur tingkah laku pers; atau, dengan perkataan lain, etika pers berbicara
tentang apa yang seharusnya dilakukan oleh orang-orang yang terlibat dalam
kegiatan pers. Sumber etika pers adalah kesadaran moral yaitu pengetahuan tentang

2
Prof. Drs. C.S.T. Kansil, S.H Dan Charistine S.T. Kansil, S.H., M.H. Pengantar Ilmu Hukum
Indonesia hlm. 34
3
Bisri, Ilham (2019). Sistem Hukum Indonesia Prinsip Prinsip dan Implementasi Hukum Di
Indonesia. Depok: RajaGrafindo Persada. Hal 6

4
baik dan buruk, benar dan salah, tepat dan tidak tepat, bagi orang-orang yang
terlibat dalam kegiatan pers.4

Etika pers adalah seperangkat prinsip dan pedoman yang mengatur perilaku
dan tanggung jawab jurnalis dalam menjalankan tugas mereka. Pemahaman etika
pers dan kode etik jurnalistik telah mengalami perkembangan sepanjang sejarah
jurnalisme.

Etika pers memiliki sebuah fungsi yang dimaknai sebagai sikap pers dalam
melaksanakan fungsi nya yang ditujukan terhadap perorangan atau kelompok
dengan maksud untuk memperbaiki keadaan melalui tulisan yang disalurkan secara
langsung atau tidak langsung terhadap apatur pemerintahan atau Lembaga Lembaga
masyarakat.5

Didalam suatu etika pers, tentunya yang terlibat dalam suatu pers harus
mempunyai tanggung jawab atas dampak dan informasi yang diberikan. Jika
informasi yang diberikan mengandung kesalahan, maka orang itu harus
bertanggung jawab. Seorang jurnalis juga memiliki sikap kebebasan pers, yaitu
suatu sikap dengan bebas menyampaikan informasi nya tanpa pengekangan. Para
jurnalis juga melakukan pers itu lepas dari kepentingan individu nya dan mengabdi
kepada kepentingan umum. Pers juga bisa melawan keistimewaan suatu pihak yang
dapat mengakibatkan ketidakbebasan media dalam menyiarkan informasi. Etika
pers juga termasuk kedalam etika profesi dimana hal tersebut membahas tentang
hubungan yang benar antara kaum professional dengan masyarakat.6

2.1.3 Sejarah Etika Pers

Dalam sejarah etika pers, pada awal abad ke 17, itu merupakan sebuah
periode awal sejarahnya etika pers. Etika pers memiliki sebuah akar sejak awal

4
Elvinaro Ardianto,Lukiati Komala,Siti Karlinah (2007). Komunikasi Massa. Bandung: Simbiosa
Rekatama Media. hlm. 196.
5
Alex Sobur (2001). Etika Pers. Bandung: Humaniora Utama Pers. hlm. 146.
6
Sudirman Tebba (2008). Etika Media Massa Indonesia. Banten: Penerbit Pustaka irvan. hlm. 34.

5
perkembangan dunia jurnalisme. Pada abad ini, terjadinya perkembangan surat
kabar pertama di Eropa yang mulai di pertimbangkan tanggung jawab sosial. Pada
abad ke 19, muncul pertama kali kode etik jurnalisme di berbagai negara, seperti
misalnya di negara amerika serikat pada tahun 1923. Kode etik ini tercipta untuk
memberikan pedoman kepada jurnalis dalam melaporkan berita. Lalu pada abad ke
20, ini merupakan sebua abad yang dimana dunia jurnalis berkembang pesat,
dengan adanya sebuah tantangan dan penyesuaian, yaitu menyaksikan
perkembangan teknologi, seperti radio dan televisi. Jurnalis harus menyesuaikan
prinsip etika dengan tantangan terbaru pada abad ini. Di dalam era digital,
terjadinya sebuah transformasi dalam dunia jurnalis yang dikaitkan kedalam etika
pers. Dengan maraknya internet dan media sosial, etika pers menghadapi suatu
transformasi yang bisa dibilang cukup besar dan berpengaruh. Yang menjadi
tantangan terbesar dalam hal ini adalah keterbukaan informasi, sumber berita yang
banyak dan beragam, dan berita hoaks yang tersebar secara cepat.

Dalam etika pers di Indonesia, itu tercatat pada tahun 1947, sudah
dirumuskan di malang dalam konferensi Persatuan Wartawan Indonesia (PWI).
Pada pertemuan tersebut perumusan kode etik itu masih kurang sempurna dan di
sempurnakan Kembali pada tahun 1950-an di Jakarta. Seiring berjalan nya waktu,
muncul lah pada era reformasi, tuntutan kebebasan pers pun semakin kuat di
berbagai masyarakat. Berbagai tuntutan muncul dan pada akhirnya terjadinya revisi
dan perbaikan isi kode etik jurnalistik yang terjadi pada tanggal 6 Agustus 1999,
yang berisi(Daulay, 2008):

1) Wartawan Indonesia menghormati hak masyarakat untuk memperoleh


informasi yang benar.
2) Wartawan Indonesia menempuh tata cara yang etis untuk memperoleh dan
menyiarkan informasi serta memberikan identitas kepada sumber informasi.
3) Wartawan Indonesia menghormati asas praduga tak bersalah, tidak
mencampurkan fakta dengan opini.
4) Wartawan Indonesia tidak menyiarkan informasi yang bersifat dusta, fitnah,
sadis, dan cabul, serta tidak menyebutkan korban identitas kejahatan asusila.

6
5) Wartawan Indonesia tidak boleh menerima suap.
6) Wartawan Indonesia memiliki hak tolak, menghargai ketentuan embargo,
informasi latar belakang dan off the record.
7) Wartawan Indonesia segera mencabut dan meralat kekeliruan dalam
pemberitaan.

Rumusan kode etik yang baru ini diharapkan mampu memberi solusi
terhadap kegelisahan yang dihadapi wartawan selama ini dalam menjalankan
profesi kewartawanan ditengah msyarakat.

2.2 Perkembangan Teknologi Media dan Dampak Terhadap Etika Pers

2.2.1 Perkembangan Teknologi Media

Perkembangan teknologi media adalah transformasi teknologi yang telah


signifikan dalam pengaruhnya terhadap industri media. Internet, sebagai elemen
utama, mengubah cara media beroperasi dengan media tradisional beralih ke
platform digital, memungkinkan akses instan terhadap berita dan konten media dari
berbagai lokasi.7 Media sosial memungkinkan partisipasi aktif individu dalam
pembagian berita, meskipun juga membawa masalah seputar penyebaran berita
palsu. Perangkat seluler, dalam bentuk smartphone dan tablet, menjadi alat utama
dalam konsumsi berita, dengan aplikasi berita yang disesuaikan untuk kenyamanan
pengguna. Layanan streaming dan multimedia juga berkembang, dan kecepatan
serta keakuratan liputan berita semakin ditekankan dalam era media digital. Selain
itu, perkembangan teknologi telah membawa perubahan signifikan dalam
jurnalisme warga, penggunaan big data, dan pemanfaatan kecerdasan buatan dalam
industri berita. Meskipun demikian, tantangan muncul dalam bentuk privasi dan
keamanan data, mengharuskan regulasi media digital untuk menyesuaikan diri
dengan perkembangan tersebut. Oleh karena itu, perkembangan teknologi media

7
Jenkins, H. (2006). Budaya Konvergensi: Tempat Media Lama dan Media Baru Bertabrakan.
Pers Universitas New York

7
telah membuka peluang besar sambil menimbulkan pertanyaan etika, kualitas
informasi, dan pengaturan yang tepat dalam industri media.8

Perkembangan teknologi media mencakup evolusi konvergensi media, di


mana berbagai bentuk media, seperti teks, audio, dan video, semakin terintegrasi
dalam platform digital tunggal. Hal ini juga menimbulkan pertumbuhan dalam
ketersediaan konten on-demand dan produksi media mandiri. Perkembangan dalam
visualisasi data dan grafik interaktif telah meningkatkan cara media menyajikan
informasi kepada pembaca, dengan lebih banyak penggunaan multimedia dan
grafik yang menjelaskan informasi kompleks.(Muslimin M, 2011)

Teknologi media juga telah memengaruhi pendanaan dan bisnis media.


Model bisnis tradisional yang mengandalkan pendapatan iklan mengalami
tantangan dengan pergeseran ke platform digital. Dalam upaya memitigasi
tantangan ini, media telah mencoba model bisnis baru, termasuk berlangganan
berita digital dan pendekatan sponsor. Crowdsourcing dan crowdfunding juga telah
memainkan peran dalam mendukung media independen dan proyek jurnalisme
investigasi.

Penting untuk dicatat bahwa perkembangan teknologi media juga memiliki


dampak pada kontroversi terkait etika, seperti isu privasi, kebijakan
penyalahgunaan data, dan masalah seputar regulasi media. Ini menegaskan
pentingnya keseimbangan antara kebebasan pers dan tanggung jawab media dalam
era yang didominasi teknologi. Keseluruhan, perkembangan teknologi media telah
memberikan manfaat besar dalam hal akses berita dan informasi, namun juga
menghadirkan tantangan yang harus diatasi dalam konteks etika dan pengaturan.

8
Tandoc, EC, & Vos, TP (2015). Jurnalis Lebih dari Sekadar Saksi: Kredibilitas Berita di Era
Digital. Praktek Jurnalisme, 9(4), 487-503.

8
2.2.2 Dampak Teknologi Terhadap Etika Pers

Perkembangan teknologi telah memberikan dampak signifikan pada etika


pers, yang mencakup prinsip-prinsip dan pedoman yang mengatur perilaku dan
tanggung jawab jurnalis. Era digital yang dipimpin oleh teknologi, seperti internet
dan media sosial, telah mengubah cara berita diproduksi, disebarkan, dan
dikonsumsi. Kecepatan dalam publikasi berita dan tekanan waktu menghadirkan
tantangan etika seputar akurasi dan integritas berita. Privasi dan keamanan data juga
menjadi isu penting, mengingat penggunaan data daring dalam laporan berita.
Masalah penyebaran berita palsu dan disinformasi semakin kompleks dalam era
teknologi ini, mengharuskan jurnalis untuk tetap berpegang pada prinsip kejujuran
dan verifikasi.

Selain itu, sumber anonim dalam dunia digital memerlukan pertimbangan


etika yang cermat. Transparansi dan akuntabilitas terus menjadi pilar etika pers, di
mana jurnalis harus mengungkapkan dengan jelas sumber informasi dan metode
pengumpulan berita. Ancaman perundungan terhadap jurnalis di platform digital
serta pengaruh perusahaan teknologi besar adalah masalah etis yang harus dihadapi.
Perubahan model bisnis media, konflik kepentingan, dan tantangan kebebasan pers
juga memengaruhi etika pers dalam era digital. Oleh karena itu, jurnalis dan
organisasi media harus terus menyesuaikan dan mempertimbangkan prinsip-prinsip
etika dalam menghadapi perubahan teknologi agar berita tetap akurat, etis, dan
bermanfaat bagi masyarakat.

Dalam era media digital, pertimbangan etika pers juga mempengaruhi


interaksi antara kebebasan pers dan tanggung jawab jurnalis. Dengan maraknya
media sosial, setiap individu memiliki platform untuk menyuarakan pendapat dan
melaporkan berita, yang pada satu sisi meningkatkan kebebasan berekspresi.
Namun, kecepatan penyebaran berita di media sosial juga menciptakan tantangan
dalam memverifikasi informasi sebelum diunggah. Penyebaran berita palsu dan
disinformasi telah mengguncang etika pers, menekankan perlunya tanggung jawab
jurnalis dalam menyaring dan menyajikan berita dengan akurat.

9
Selain itu, perkembangan teknologi dan media digital juga telah
menghadirkan isu-isu baru dalam etika pers. Pertimbangan tentang penggunaan big
data dalam pelaporan berita dan dampaknya terhadap privasi menjadi perhatian etis.
Bagaimana mengatasi sumber anonim di dunia digital, perlindungan privasi
individu, dan perang melawan penyebaran berita palsu adalah masalah-masalah
etika yang mendesak dalam era teknologi ini.

Dalam situasi ini, prinsip-prinsip etika pers seperti kejujuran, akurasi,


keadilan, dan menjaga privasi individu tetap relevan. Selain itu, jurnalis juga harus
mempertimbangkan tanggung jawab sosial mereka untuk memberikan informasi
yang akurat, seimbang, dan bermanfaat bagi masyarakat. Dalam keseluruhan
konteks ini, etika pers tetap menjadi landasan utama jurnalisme, tetapi harus
diterapkan dengan lebih cermat dan bijaksana dalam menghadapi perubahan
teknologi dan media yang cepat.

Dalam dunia teknologi, tentunya harus semuanya berkembang yang lainnya


juga ikut berkembang. Apalagi pada hal etika pers. Perkembangan teknologi media
menyebabkan beberapa dampak besar pada etika pers, berikut penjelasan nya:

1. Kecepatan
Berita yang diproduksi dan harus disebarkan dengan cepat, yang dapat
mengancam akurasi dan validalitas informasi.
2. Kebebasan berekspresi
Suatu teknologi media memberikan sebuah platform yang lebih besar untuk
berbicara, tetapi hal itu juga dapat menyebabkan meningkatkan resiko
penyebaran berita hoaks dan disinformasi.
3. Privasi.
Kehidupan pribadi seseorang semakin gampang untuk di ekspos, dan
seorang jurnalis juga harus mempertimbangkan mengenai privasi dalam
laporan atau berita mereka.
4. Tantangan etika baru
Seorang jurnalis juga harus menghadapi pernyataan etika baru, termasuk
bagaimana menangani sumber anonim di dunia digital.

10
5. Tantangan Ekonomi
Perubahan model bisnis media dengan sebuah pergeseran ke platform
digital yang lebih maju serta memunculkan pertanyaan etika seputar
sponsor, iklan, dan kepentingan prbadi.9

2.3 Undang Undang Tentang Pers

Undang undang tentang pers adalah hukum yang dibutuhkan agar pers
berfungsi secara maksimal. Masih dalam pembahasan tentang undang undang pers,
fungsi maksimal ini diperlukan karena kemerdekaan pers adalah salah satu
perwujudan kedaulatan rakyat dan unsur penting dalam kehidupan bermasyarakat,
berbangsa, dan bernegara yang menganut system demokratis.

Ada beberapa poin penting seorang pers dalam memelihara kebebasan pers
nya, yaitu mengmbangkan dan memelihara demokratis. Tidak akan ada sebuah
kebebasan seorang pers tanpa adanya demokrasi. Lalu memelihara dan
mengembangkan negara hukum. Hukum yang dimaksud adalah hukum subtansif.
Selanjutnya seorang pers sendiri harus mengikuti kemauan sendiri dan memelihara
tanggung jawab dan disiplin. Serta kebebasan pers merupakan hasil perjuangan dan
hasil kerja keras sehingga terpelihara lah integritasnya (Nurlatifah, 2018).

Undang-undang etika pers adalah seperangkat peraturan dan pedoman yang


mengarahkan perilaku individu yang bekerja dalam bidang jurnalistik dan media.
Di Indonesia, terdapat beberapa peraturan yang mengatur etika pers, termasuk Kode
Etik Jurnalistik Indonesia (KEJI) yang disusun oleh Dewan Pers Indonesia.
Undang-undang Pers No. 40 Tahun 1999 juga merupakan dasar hukum yang
mengatur kebebasan pers dan tanggung jawab media massa di negara ini. Selain itu,
Pasal 4A Undang-Undang Informasi dan Transaksi Elektronik (ITE) mengatasi
penyebaran berita bohong atau hoaks yang dapat merugikan individu atau
masyarakat melalui media elektronik. Penting untuk menjaga pemahaman dan

9
Tuchman, G. (1978). Pembuatan Berita: Kajian Konstruksi Realitas. Kebebasan media.
Kode Etik SPJ. (2021). Masyarakat Jurnalis Profesional.

11
kepatuhan terhadap undang-undang dan kode etik ini dalam menjalankan profesi
jurnalistik guna memastikan integritas dan kejujuran dalam penyampaian
informasi.10

Undang-undang etika pers dan regulasi yang berlaku bertujuan untuk


mempromosikan akurasi, keadilan, dan kebebasan dalam pelaporan berita. Mereka
juga berusaha untuk melindungi hak-hak individu dari penyalahgunaan media.
Jurnalis dan media massa memiliki peran krusial dalam memberikan informasi
kepada masyarakat, dan oleh karena itu, penting untuk menjunjung tinggi standar
etika dan hukum yang relevan untuk memastikan bahwa informasi yang
disampaikan adalah akurat dan bermanfaat bagi semua pihak. Ini adalah landasan
penting dalam menjaga kualitas jurnalisme dan kepercayaan
masyarakat terhadap media (Mirzana, 2005)

2.4 Etika Dalam Era Digital

Pada era digital saat ini, etika dalam berkomunikasi maupun teknologi
tentunya masih digunakan pada saat ini. Bisa dibilang, kata etika tidak akan lepas,
karena etika merupakan suatu aturan yang harus diikuti, pedoman seseorang untuk
diikuti, dan tatacara seseorang dalam melakukan suatu hal sehari hari. Tanpa
adanya etika, seseorang pastinya tidak dapat membedakan mana yang baik dan
yang buruk buat diri mereka maupun orang lain. (Tampubolon & Siregar, 2022)

Secara umum, era digital dapat dikatakan sebagai sebuah era baru yang
dilakukan menggunakan teknologi, segala sesuatu nya telah dioptimalkan
menggunakan teknologi. Penggunaan teknologi disini bertujuan untuk melakukan
suatu pekerjaan menjadi lebih praktis dan terkesan modern. Era digital terlahir
karena kemajuan zaman serta diiringi dengan kecanggihan teknologi yang secara
bertahap dapat melakukan perubahan pada kehidupan saat ini. Kehidupan saat ini
banyak berubah secara bertahap, misalnya saat ini banyak aktivitas yang selalu

10
Nurlis Efendi (2022) Hukum Pers dan Etika Jurnalistik di Era Digital. Lampung: UPPM
Universitas Malahayati

12
disandingkan dengan teknologi internet dan menggeser keberadaan media massa.
Lalu digantikan dengan media yang lebih mudah di akses dan gampang digunakan.
Kemudahan tersebut membuat masyarakat berbondong bonding untuk mempunyai
alat yang mempermudah hidup mereka.

Disamping hal itu, era digital juga banyak menyebabkan dampak buruk bagi
penggunanya, misalnya orang orang dengan mudah nya mengakses data pribadi
seseorang dengan hanya mencari nya dengan mesin telusur di gadget mereka. Lalu
mereka menggunakan data pribadi tersebut ke hal hal yang tidak diinginkan dan
menyalahgunakan data tersebut. Namanya suatu hal, pastinya ada sebuah
konsekuensi yang didapatkan. Konsekuensi yang dimaksud adalah dimana
seseorang telah berani melakukan nya, maka mereka juga harus berani bertanggung
jawab apa yang mereka lakukan (Turnip & Siahaan, 2021).

Di dalam etika, tentunya memiliki suatu prinsip yang sangat penting,


terlebih lagi dalam era digital saat ini. Berikut beberapa prinsip etika yang perlu
diperhatikan sebagai berikut:

1. Privasi
Lindungi data pribadi agar tidak disalahgunakan dan juga jangan
menyebarkan data pribadi orang lain, jika kita melakukan hal itu, maka bisa
di tindak pidana dengan tuntutan doxing.
2. Keamanan
Menjaga keamanan perangkat dan data pribadi diri sendiri dan tidak disebar
ke sembarang orang. Lalu gunakan sandi yang kuat dan susah dan update
perangkat lunak secara berkala.
3. Kesopanan

Sopan pastinya sudah harus ada dalam prinsip diri seseorang, karena jika
kita sopan terhadap seseorang, maka mereka bakal segan dengan diri kita.
dan hal itu bakal berguna di komunikasi online.

4. Kredibilitas

13
Verifikasi informasi yang didapatkan sebelum membagikan informasi
tersebut kepada banyak khalayak. Lalu hal itu juga dapat mengantisipasi
penyebaran berita hoaks.
5. Hak cipta
Menghormati hak cipta seseorang dan gunakan materi orang lain dengan
izin agar mereka lebih baik dengan kita.
6. Cyberbullying
Jangan terlibat dalam cyber bullying karena itu merupakan hal yang tidak
baik dan dapat menurunkan mental seseorang secara online.
7. Keamanan digital
Lindungi data diri dan informasi diri sendiri agar terhindar dari ancaman
cyber, seperti virus yang dapat merugikan diri sendiri, malware, dan
phishing.
8. Netiquette
Mengikuti aturan aturan dalam dunia online dan menjaga kedisiplinan dunia
online, seperti tidak melakukan hal spam dan troll yang dapat membuat
orang online tidak nyaman.

Dengan menekuni prinsip diatas, kita sudah bisa menjaga kenyamanan orang lain
secara online. Kita secara offline maupun online, harusnya ikut menjaga ketertiban
lingkungan tersebut, agar menjad lebih aman, bermanfaat, dan ramah.(Hidayati et
al., 2023)

Di zaman Millenial ini sedemikian bebasnya untuk mempublikasi kejadian-


kejadian yang terbuka seperti tidak memiliki batasan sebuah pemberitaan dalam
media massa. Di kalangan dunia pers, pers dinilai sudah menyimpang dari kode
etik.2 Sekarang kita sedang berhadapan dengan apa yang dinamakan eupfouria
(berlebihan ) informasi khususnya dalam dunia jurnalistik. Ruang gerak jurnalistik
akan lebih terlihat dan terasa ketika melihat fenomena kebebesan semua pihak dapat
menyalurkan aspirasi dan partisipasi dalam dunia jurnalistik baik itu secara tertulis,
maupun lisan, bahkan sacara bebas.

14
Pers bebas menjanjikan fakta dan opini, tetapi jika melakukan kesalahan
harus diselesaikan lewat proses peradilan yang berlaku, meskipun hal ini
menjadikan problematik yang terjadi karena perubahan dari kode etik jurnalistik
yang mengharuskan media melalui wartawannya membedakan secara tegas antara
fakta dan opini menuju kode etik yang disempurnakan. Dengan mengacu kepada
kaidah-kaidah jurnalistik, wartawan sesunggunya tidak seenaknya menulis berita.
Meskipun ia seorang penulis, namun belum tentu dimuat oleh redaktur karena
sebuah berita yang layak diturunkan harus benar-benar faktual. Wartawan
memisahkan berita (News) dan opini (Views) hanya pada penyajikan berita.
Kesalahan jurnalistik dan pelanggaran kode etik jurnalistik dapat merusak kinerja
media massa dan kerja tidak profesional yang bisa melanggar kode etik jurnalistik
itu sendiri. (Saragih, 2019)

2.5 Kasus Studi dan Regulasi Media

Regulasi yang mengatur pers di Indonesia adalah Undang-Undang Nomor


40 tahun 1999 tentang Pers. Dalam undang-undang ini disebutkan bahwa: “Pers
adalah lembaga sosial dan wahana komunikasi massa yang melaksanakan kegiatan
jurnalistik meliputi mencari, memperoleh, memiliki, menyimpan, mengolah, dan
menyampaikan informasi baik dalam bentuk tulisan, suara, gambar, suara dan
gambar, serta data dan grafik maupun dalam bentuk lainnya dengan menggunakan
media cetak, media elektronik, dan segala jenis saluran yang tersedia”. (Akil, 2014)

Kasus studi dalam regulasi media mencakup beberapa insiden penting,


seperti kasus Cambridge Analytica yang menggarisbawahi perlunya regulasi data
pengguna dan etika penggunaan data di media sosial. Skandal News of the World
mengangkat pertanyaan tentang etika jurnalisme dan perlindungan privasi dalam
praktik media. Sementara itu, pengaturan konten di platform seperti YouTube
menimbulkan pertanyaan tentang regulasi dalam menghadapi konten merugikan
dan kontroversial.

Di sisi regulasi, undang-undang perlindungan data pengguna seperti GDPR


di Uni Eropa menempatkan privasi dan keamanan data sebagai prioritas. Sementara

15
regulasi juga dapat mencakup kode etik jurnalistik, regulasi isi konten, dan regulasi
platform media sosial. Misalnya, beberapa negara mempertimbangkan regulasi
yang lebih ketat terhadap platform media sosial, terutama dalam hal penyebaran
berita palsu, kebencian, dan perlindungan privasi. Selain itu, negara-negara dengan
media independen sering memiliki badan regulasi independen yang bertugas
mengawasi industri media untuk memastikan kepatuhan terhadap standar etika dan
hukum.

Dengan begitu banyak aspek regulasi media, baik internal maupun


eksternal, tantangan dalam mengatur media dan melindungi kebebasan serta
menjaga etika media menjadi semakin penting. Regulasi yang efektif harus
menciptakan keseimbangan antara kebebasan pers dan tanggung jawab media
dalam era yang semakin terhubung dan kompleks ini.

Perkembangan teknologi media merupakan perubahan mendasar dalam


industri media yang telah mengubah cara operasionalnya. Hal ini dipimpin oleh
internet yang telah menggeser media tradisional ke platform digital, memberikan
akses instan ke berita dan konten dari berbagai lokasi. Media sosial, bagian integral
dari era digital, memungkinkan partisipasi aktif individu dalam berbagi berita,
meskipun menimbulkan masalah terkait penyebaran berita palsu. Perangkat seluler,
seperti smartphone dan tablet, menjadi alat utama dalam konsumsi berita, dengan
aplikasi berita yang disesuaikan untuk kenyamanan pengguna. Selain itu, layanan
streaming dan multimedia semakin berkembang, mengedepankan kecepatan dan
akurasi dalam liputan berita di era media digital.

Namun, perubahan ini juga membawa tantangan, termasuk privasi dan


keamanan data, yang menimbulkan kebutuhan untuk regulasi media digital yang
sesuai dengan perkembangan teknologi ini. Lebih dari itu, perkembangan teknologi
telah mengubah cara jurnalisme warga berkembang dan penggunaan big data serta
pemanfaatan kecerdasan buatan dalam industri berita. Dengan peluang besar yang
terbuka, muncul pertanyaan etika, kualitas informasi, dan perlunya pengaturan yang
tepat dalam industri media. Oleh karena itu, perkembangan teknologi media tidak
hanya menawarkan kemajuan, tetapi juga menuntut perhatian terhadap etika,

16
perlindungan data, dan regulasi yang efektif. Dalam menghadapi era yang semakin
terhubung ini, kesinambungan antara inovasi teknologi dan pemahaman etika
menjadi sangat penting.

kemunculan teknologi virtual dan augmented reality (VR dan AR) yang
telah mengubah cara konten media dikonsumsi. VR menghadirkan pengalaman
yang mendalam dan imersif di dunia digital, seperti realitas virtual dan permainan
video yang berbasis VR. Sementara AR memungkinkan penyatuan dunia fisik
dengan elemen-elemen digital, seperti yang terlihat dalam aplikasi permainan
seperti Pokemon Go. Teknologi ini memiliki potensi besar dalam konteks media
dan hiburan, seperti liputan berita interaktif, tur virtual, dan lainnya.

Selain itu, perkembangan dalam teknologi kecerdasan buatan (AI) juga


berpengaruh pada media. Banyak organisasi media menggunakan AI untuk
mengotomatisasi tugas-tugas seperti penyeleksian berita, generasi artikel, dan
analisis data. Ini dapat meningkatkan efisiensi dalam produksi konten, meskipun
menimbulkan pertanyaan etika seputar dampak pada pekerjaan jurnalis manusia
dan kualitas berita. Semua perubahan ini menciptakan landscape media yang sangat
dinamis, yang memerlukan adaptasi konstan terhadap teknologi baru, sekaligus
menjaga etika, keakuratan, dan kualitas dalam konten media.

17
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan

Materi ini menjelaskan evolusi etika pers sepanjang sejarah, pengaruh


perkembangan teknologi media, konflik antara kebebasan pers dan tanggung jawab
jurnalis di era media sosial, serta beberapa kasus studi terkait regulasi media.
Sejarah etika pers, dimulai dari akar-akarnya di abad ke-17 hingga munculnya kode
etik pertama di abad ke-19, mencerminkan perkembangan prinsip-prinsip etika
dalam jurnalisme. Perkembangan teknologi media, dari pencetakan tangan hingga
media sosial, telah memengaruhi cara berita disampaikan, menghadirkan tantangan
seperti kecepatan, privasi, dan kebebasan berekspresi. Dalam era media sosial,
konflik antara kebebasan pers dan tanggung jawab jurnalis semakin kompleks,
mempertimbangkan aspek seperti penyebaran berita palsu dan perundungan. Etika
dalam era digital penting untuk menjaga privasi dan kesopanan dalam lingkungan
online. Kasus studi, seperti Cambridge Analytica dan regulasi konten media sosial,
menunjukkan perlunya regulasi untuk melindungi etika dan privasi. Dalam rangka
menghadapi tantangan kompleks ini, diperlukan keseimbangan antara kebebasan
pers dan tanggung jawab media dalam lingkungan yang selalu berubah. Dalam
memahami sejarah, teknologi, etika, dan regulasi media, kita dapat
mengembangkan wawasan yang lebih baik untuk mengatasi tantangan ini.

3.2 Saran

Dalam pembuatan makalah kelompok ini masih jauh dari sempurna. Oleh
karena itu kelompok meminta kritik dan saran yang membangun dari pembaca.
Semoga makalah yang kami buat dapat bermanfaat bagi pembaca.

18
DAFTAR PUSTAKA

Alex Sobur (2001). Etika Pers. Bandung: Humaniora Utama Pers

Bisri, Ilham (2019). Sistem Hukum Indonesia Prinsip Prinsip dan Implementasi
Hukum Di Indonesia. Depok: RajaGrafindo Persada
Elvinaro Ardianto,Lukiati Komala,Siti Karlinah (2007). Komunikasi Massa.
Bandung: Simbiosa Rekatama Media.

Jenkins, H. (2006). Budaya Konvergensi: Tempat Media Lama dan Media Baru
Bertabrakan. Pers Universitas New York

Nurlis Efendi (2022) Hukum Pers dan Etika Jurnalistik di Era Digital. Lampung:
UPPM Universitas Malahayati
Meri, et al. (2020). Aspek Profesi Dan Aspek Hukum Bidang Kesehatan. Bandung:
Widina Bhakti Persada Bandung.
Prof. Drs. C.S.T. Kansil, S.H Dan Charistine S.T. Kansil, S.H., M.H. Pengantar
Ilmu Hukum Indonesia

Sudirman Tebba (2008). Etika Media Massa Indonesia. Banten: Penerbit Pustaka
irvan

Tandoc, EC, & Vos, TP (2015). Jurnalis Lebih dari Sekadar Saksi: Kredibilitas
Berita di Era Digital. Praktek Jurnalisme.

Tuchman, G. (1978). Pembuatan Berita: Kajian Konstruksi Realitas. Kebebasan


media. Kode Etik SPJ. (2021). Masyarakat Jurnalis Profesional.

Akil, M. A. (2014). Regulasi Media di Indonesia (Tinjauan UU Pers dan UU


Penyiaran). Jurnal Dakwah Tabligh, 15(2), 137–145.
Daulay, H. (2008). KODE ETIK JURNALISTIK DAN KEBEBASAN PERS DI
INDONESIA DITINJAU DARI PERSPEKSTIF ISLAM: Vol. XVII (Issue 2).
https://digilib.uin-
suka.ac.id/id/eprint/8775/1/HAMDAN%20DAULAY%20KOBE%20ETIK%
20JURNALISTIK%20DAN%20KEBEBASAN%20PERS%20DI%20INDO
NESIA%20DITINJAU%20DARI%20PERSPEKSTIF%20ISLAM.pdf

19
Hidayati, P. I., Qomariyah, I. N., & Kartikasari, N. (2023). Edukasi Hukum dan
Etika dalam Penggunaan media sosial dan Jejak digital bagi Masyarakat.
Anfatama: Jurnal Pengabdian Masyarakat, 2(2), 11–23.
Mirzana, H. A. (2005). KEBIJAKAN KRIMINALISASI PERS DALAM UNDANG-
UNDANG PERS DAN KITAB UNDANG-UNDANG HUKUM PIDANA.
Program Pascasarjana Universitas Diponegoro.
Muslimin M. (2011). PERKEMBANGAN TEKNOLOGI DALAM INDUSTRI
MEDIA. https://ejournal.umm.ac.id/index.php/industri/article/view/655/3992
Nurlatifah, M. (2018). POSISI UNDANG-UNDANG PERS INDONESIA DALAM
EKOSISTEM MEDIA DIGITAL (Vol. 11, Issue 01). Profetik Jurnal
Komunikasi.
Saragih, Y. (2019). KODE ETIK JURNALISTIK DAN KEBEBASAN PERS DI
ERA MILLENIAL DITINJAU DARI NILAI-NILAI ISLAM. AT-BALAGH,
3(1), 99–114. http://jurnal.uinsu.ac.id/index.php/balagh/article/view/6759
Tampubolon, R. T. M., & Siregar, P. A. S. (2022). Pentingnya Etika dalam
Bermedia Sosial. Jurnal Hukum Indonesia, 1(1), 30–33.
Turnip, E. Y., & Siahaan, C. (2021). Etika berkomunikasi dalam era media digital.
Jurnal Ekonomi, Sosial & Humaniora, 3(04), 38–45.

20

Anda mungkin juga menyukai