Anda di halaman 1dari 19

MAKALAH

PENGERTIAN, TUJUAN DAN SYSTEM HUKUM

Makalah ini disusun guna memenuhi tugas mata kuliah Hukum Pemerintah Daerah dan
Hukum Otonomi yang diampu oleh Dr.Hellen Last Fitriani., S.H., M.H.

Disusun Oleh:

Abdul Azis 12120710043

Abdullah Syani Alamsyah 12120710288

Aditya 12120710970

PROGRAM STUDI ILMU HUKUM

FAKULTAS SYARI’AH DAN HUKUM

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SULTAN SYARIF KASIM RIAU

2023

1
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT, yang telah memberikan rahmat,dan hidayahnya dan
sholawat serta salam semoga tetap tercurahkan kepada baginda Nabi Muhammad SAW yang
telah membawa kita semua dari zaman jahiliyah manuju zaman kebenaran.

Terimakasih kami ucapkan kepada kedua orang tua kami yang selalu mendoakan untuk
menjadi anak yang berguna bagi nusa bangsa dan agama. Dan terimakasih kepada ibuk
DR.HELLEN LAST FITRIANI., S.H., M.H. selaku dosen mata kuliah “HUKUM
PEMERINTAH DAERAH DAN OTONOMI DAERAH ’’ yang telah membimbing kami
dalam penulisan makalah ini, yang berjudul “PENGERTIAN,TUJUAN DAN SYSTEM
HUKUM” dengan tepat waktu. Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah
“HUKUM PEMERINTAH DAERAH DAN OTONOMI DAERAH”, selain itu makalah ini
disusun untuk menambah wawasan terutama bagi penulis, umumnya bagi pembaca. kami
menyadari bahwa makalah ini jauh dari kata sempurna, oleh karna itu kami sangat
mengharapkan kritik dan saran yang membangun demi melengkapi kekurangan makalah ini.

Pekanbaru 16 Maret 2023

2
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ................................................................................................................ 2

DAFTAR ISI .............................................................................................................................. 3

BAB I ......................................................................................................................................... 4

PENDAHULUAN ..................................................................................................................... 4

A. Latar Belakang .............................................................................................................. 4

B. Rumusan masalah ......................................................................................................... 4

C. Tujuan pembahasan ...................................................................................................... 4

BAB II........................................................................................................................................ 5

PEMBAHASAN ........................................................................................................................ 5

A. Pengertian Hukum ........................................................................................................ 5

B. Tujuan Hukum .............................................................................................................. 6

C. System Hukum ............................................................................................................ 11

BAB III .................................................................................................................................... 17

PENUTUP................................................................................................................................ 17

A. Kesimpulan .................................................................................................................. 17

B. Saran ............................................................................................................................ 18

DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................................... 19

3
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Hukum merupakan suatu alat negara yang mempunyai tujuan untuk menertibkan,
mendamaikan, dan menata kehidupan suatu bangsa demi tercapainya suatu keadilan dan
keseimbangan antara hak dan kewajiban. Hukum merupakan himpunan peraturan
perundang-undangan yang berisi tentang perintah dan larangan-larangan yang mengurus
tata tertib suatu masyarakat dan oleh karena itu harus ditaati oleh masyarakat itu sendiri.
Pada prinsipnya hukum merupakan kenyataan dan pernyataan yang beraneka ragam untuk
menjamin adanya penyesuaian kebebasan dan kehendak seseorang dengan orang lain, yang
pada dasarnya hukum mengatur hubungan manusia dalam masyarakat berdasarkan prinsip-
prinsip yang beraneka ragam pula.

Seilir dengan perkembangan zaman, pada saat sekarang ini komputer sudah memasuki
hampir setiap kehidupan manusia. Sepertinya era teknologi komputer telah mendapat
perhatian yang sangat besar dari banyak orang di dunia ini. Kemajuan teknologi komputer
telah merubah gaya hidup manusia. Kemajuan di bidang teknologi akan berjalan bersamaan
dengan munculnya perubahanperubahan di bidang kemasyarakatan. Perubahan-perubahan
di dalam masyarakat dapat mengenai nilai sosial, kaidah-kaidah sosial, pola perikelakuan,
organisasi, dan susunan lembaga kemasyarakatan.

B. Rumusan masalah
1. Apa pengertian hukum?
2. Apa tujuan hukum?
3. Bagaimana System Hukum?

C. Tujuan pembahasan
1. Mengetahui pengertian hukum
2. Mengetahui tujuan hukum
3. Mengetahui system hukum 1

1
Soerjono Soekanto, 1980, Pokok-pokok Sosiologi Hukum, Rajawali Pers, Jakarta, hal. 87-88

4
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Hukum
Hukum adalah kumpulan peraturan yang terdiri atas norma dan sanksi-sanksi. Hukum
adalah sesuatu yang berkaitan erat dengan kehidupan manusia merujuk pada sistem yang
terpenting dalam pelaksanaan atas rangkaian kekuasaan penegakan hukum oleh
kelembagaan penegak hukum karena segala kehidupan manusia dibatasi oleh hukum.

1. Pengertian Hukum Secara Etimologi


a. Hukum Kata hukum berasal dari bahasa Arab dan merupakan bentuk tunggal, kata
jamaknya adalah “Alkas” yang selanjutnya diambil alih dalam bahasa Indonesia
menjadi “Hukum”. Di dalam pengertian hukum terkandung pengertian bertalian
erat dengan pengertian yang dapat melakukan paksaan.
b. Recht Recht berasal dari “Rectum” (bahasa latin) yang mempunyai arti bimbingan
atau tuntunan, atau pemerintahan. Bertalian dengan rectum dikena kata Rex, yaitu
orang yang pekerjaannya memberikan bimbingan atau memerintah.Rexjuga dapat
diartikan “Raja” yang mempunyai Regimen yang artinya kerajaan.
c. Ius Kata Ius (Latin) berarti hukum.Berasal dari bahasa Latin lubere artinya
mengatur atau memerintah.Perkataan mengatur dan memerintah itu mengandung
dan berpangkal pokok pada kewibawaan.Selanjutnya istilah Ius bertalian erat
dengan Ius titia atau keadilan.2
2. Pengertian Hukum Menurut Para Ahli Hukum indonesia
a. Satjipto Rahardjo Hukum adalah karya manusia berupa norma-norma berisikan
petunjuk-petunjuk tingkah laku.Hukum merupakan pencerminan dari kehendak
manusia tentang bagaimana seharusnya masyarakat dibina dan ke mana harus
diarahkan.
b. J.C.T Simorangkir dan Woerjono Sastropramto Hukum adalah peraturan-peraturan
bersifat memaksa yang dibuat oleh badanbadan resmi yang berwajib, yang
menentukan tingkah laku manusia dalam lingkungan masyarakat, pelanggaran
terhadap peraturan-peraturan tafi berakibat diambilnya tindakan hukuman.

2
Asifah Elsa Nurahma Lubis1 , Farhan Dwi Fahmi,pengenalan defenisi hukum secara umum ,jurnal ilmu
manajement terapan , Volume 2, Issue 6,( Juli 2021) ,hlm 23

5
c. Sudikno Mertokusumo Hukum adalah ketentuan atau pedoman tentang apa yang
seharusnya dilakukan. Pada hakikatnya kaidah hukum merupakan perumusan
pendapat atau pandangan tentang bagaimana seharusnya seseorang bertingkah
laku.Sebagai pedoman kaidah hukum bersifat umum dan pasif.
d. Soedjono Dirdjosisworo Hukum adalah gejala social, ia harus berkembang di dalam
kehidupan manusia bersama. Ia tampil dalam menyerasikan pertemuan antara
kebutuhan dan kepentingan warga masyarakat, baik yang sesuai maupun yang saing
bertentangan.
e. Soerjono Soekanto dan Purnadi Purbacaraka Menjelaskan pengertian yang
diberikan oleh masyarakat terhadap hukum. Hokum diartikan sebagai berikut :
1. Hukum sebagai ilmu pengetahuan
2. Hukum sebagai suatu disiplin
3. Hukum sebagai kaidah
4. Hukum sebagai tata hokum
5. Hukum sebagai petugas
6. Hukum sebagai keputusan penguasa
7. Hukum sebagai proses pemerintahan
8. Hukum sebagai sikap tindak ajek atau peri kelakuan

Pada prinsipnya hukum merupakan persyaratan yang beraneka ragam menjamin adanya
penyesuaian kebebasan dan kehendak seseorang dengan orang lain. Berdasarkan asumsi di
atas pada dasarnya hukum mengatur hubungan antara manusia di dalam masyarakat
berdasarkan prinsip-prinsip yang beraneka ragam pula.Oleh sebab itu, setiap orang di
dalam masyarakat wajib taat.

B. Tujuan Hukum
Adapun tujuan hukum itu guna menjamin kelangsungan keseimbangan dalam
perhubungan antar anggota masyarakat, dibutuhkan aturan- aturan hukum yang diadakan
atas kehendak serta keinsyafan masing- masing anggota masyarakat itu. Peraturan-
peraturan hukum yang bersifat mengendalikan serta memaksa anggota masyarakat untuk
patuh mentaatinya, menyebabkan adanya penyeimbang dalam setiap perhubungan dalam
masyarakat. Tiap ikatan kemasyarakatan tidak boleh berlawanan dengan ketentuan-
ketentuan dalam perturan hukum yang ada serta berlaku dalam masyarakat. Untuk

6
melindungi supaya peraturan- peraturan hukum tersebut dapat berlangsung terus serta
diterima oleh seluruh anggota masyarakat, maka peraturan- peraturan hukum yang ada
mesti cocok serta tidak boleh berlawanan dengan asas- asas keadilan dari masyarakat
tersebut.

Dengan demikian, hukum bertujuan menjamin adanya kepastian hukum dalam


masyarakat serta hukum itu harus pula bersendikan pada keadilan, ialah asas- asas keadilan
dari masyarak itu. Beberapa pendapat sarjana hukum terjakit dengan tujuannya,
Mertokusumo (2009), menyebutkan ada 3 (tiga) unsur cita hukum yang harus ada secara
proporsional, yaitu: kepastian hukum (Rechtssicherkeit), keadilan (Gerechtigkeit) dan
kemanfaatan (Zweckmasigkeit). Cita hukum tersebut merupakan satu kesatuan, tidak bisa
dipisahkan satu persatu, ketiganya harus diusahakan ada dalam setiap aturan hukum. Dalam
pelaksanaannya ketiga unsur cita hukum tersebut saling membutuhkan. Keadilan tidak
akan dapat tercapai jika masyarakatnya kacau atau tidak tertib, ketertiban masyarakat
memerlukan kepastian hukum. Sebaliknya kepastian hukum tidak ada gunanya jika
ternyata hukum itu tidak adil dan tidak bermanfaat bagi masyarakat. Pengantar Ilmu
Hukum Wiryono Prodjodikoro sebagaimana dikutip R Soeroso (2002) mengemukakan
bahwa tujuan hukum adalah mengadakan keselamatan, kebahagiaan dan tata tertib dalam
masyarakat. 3

1. Kepastian hukum

Dalam menegakkan hukum terdapat 3 faktor yang wajib dicermati, ialah: kepastian
hukum, kemanfaatan serta keadilan. Ketiga faktor tersebut harus terdapat kompromi,
harus mendapat atensi secara proporsional seimbang. Namun dalam praktek tidak
senantiasa mudah mengusahakan kompromi secara proporsional seimbang antara
ketiga faktor tersebut. Tanpa kepastian hukum orang tidak ketahui apa yang mesti
diperbuatnya dan akhirnya timbul keresahan. Namun sangat menitikberatkan pada
kepastian hukum, sangat ketat mentaati peraturan hukum dampaknya kaku serta hendak
memunculkan rasa tidak adil.

Terdapatnya kepastian hukum ialah harapan untuk pencari keadilan terhadap


tindakan sewenang- wenang dari aparat penegak hukum yang terkadang senantiasa

3
Cahya Palsari, TUJUAN DAN FUNGSI ILMU HUKUM SEBAGAI DASAR FUNDAMENTAL DALAM PENJATUHAN
PUTUSAN PENGADILAN, e-Journal Komunitas Yustisia Universitas Pendidikan Ganesha, (Volume 4 Nomor 3
November 2021) hlm 941

7
arogansi dalam melaksanakan tugasnya selaku penegak hukum. Sebab dengan
terdapatnya kepastian hukum masyarakat hendak tahu kejelasan akan hak serta
kewajiban menurut hukum. Tanpa ada kepastian hukum maka orang hendak tidak
ketahui apa yang harus diperbuat, tidak mengetahui perbuatanya benar ataupun salah,
dilarang ataupun tidak dilarang oleh hukum. Kepastian hukum ini bisa diwujudkan
lewat penoramaan yang baik serta jelas dalam sesuatu undang- undang dan akan jelas
pulah penerapanya.

Dengan kata lain kepastian hukum itu berarti pas hukumnya, subjeknya serta
objeknya dan ancaman hukumanya. Akan tetapi kepastian hukum mungkin hendaknya
tidak dianggap sebagai elemen yang absolut terdapat tiap dikala, tetapi fasilitas yang
cocok dengan situasi serta kondisi dengan mencermati asas manfaat dan efisiensi.
Secara hakiki dalam diskursus keadilan, bahwa keadilan dapat dilihat dalam dua arti
pokok, yakni dalam arti formal yang menuntut bahwa hukum itu berlaku secara umum,
dan dalam arti materiil yang menuntut agar setiap hukum itu harus sesuai dengan cita-
cita keadilan masyarakat. Apabila ditinjau dalam konteks yang lebih luas pemikiran
mengenai keadilan itu berkembang dengan pendekatan yang berbeda-beda, karena
perbincangan tentang keadilan yang tertuang dalam banyak literatur itu, tidak mungkin
tanpa melibatkan tema-tema moral, politik dan teori hukum yang ada.

Oleh karena itu menjelaskan mengenai keadilan secara tunggal hampir sulit untuk
dilakukan. Keadilan merupakan salah satu tujuan hukum. Tujuan hukum memang tidak
hanya keadilan, tetapi juga kepastian hukum dan kemanfaatan. Idealnya, hukum
memang harus mengakomodasikan ketiganya. Hakikat hukum bertumpu pada idea
keadilan dan kekuatan moral. Idea keadilan tidak pernah lepas dari kaitan hukum, sebab
membicarakan hukum jelas atau samar-sama senantiasa merupakan pembicaraan
mengenai keadilan. Kaidah hukum yang mengandung nilai-nilai keadilan akan
memudahkan bagi hakim dalam menjalankan putusannya, karena dengan integrasi
moral yang tinggi seorang hakim dapat menerapkan kaidah hukum tersebut. Namun
jika kaidah hukumnya samar bagi hakim, maka terbuka peluang menjatuhkan putusan
berdasarkan keadilan dengan menggali nilai-nilai hukum yang hidup dalam
masyarakat.

8
2. Keadilan hukum

Keadilan merupakan salah satu tujuan hukum yang paling banyak dibicarakan
sepanjang perjalanan sejarah filsafat hukum. Tujuan hukum tidak hanya keadilan, tetapi
juga kepastian hukum dan kemanfaatan hukum. Acuannya, hukum memang harus
mengakomodasikan ketiganya. Putusan hakim misalnya, sedapat mungkin merupakan
resultant dari ketiganya. Sekalipun demikian, tetap ada yang berpendapat, bahwa dari
ketiga tujuan hukum tersebut, keadilan merupakan tujuan hukum yang paling penting,
bahkan ada yang berpendapat, bahwa keadilan adalah tujuan hukum satu-satunya.
Pengertian dari keadilan adalah keseimbangan antara yang patut diperoleh pihak-pihak,
baik berupa keuntungan maupun berupa kerugian. Dalam bahasa praktisnya, keadilan
dapat diartikan sebagai memberikan hak yang setara dengan kapasitas seseorang atau
pemberlakuan kepada tiap orang secara proporsional, tetapi juga bisa berarti memberi
sama banyak kepada setiap orang apa yang menjadi jatahnya berdasarkan prinsip
keseimbangan. Hukum tanpa keadilan tidaklah berarti sama sekali

Dari sekian banyak para ahli hukum telah memberikan pendapat tentang apa
keadilan yang sesungguhnya dan dari literatur-literatur yang ada dapat memberikan kita
gambaran mengenai arti adil. Adil atau keadilan adalah menyangkut hubungan manusia
dengan manusia lain yang menyangkut hak dan kewajiban. Untuk itu bagaimana pihak-
pihak yang saling berhubungan mempertimbangkan haknya yang kemudian
dihadapkan dengan kewibanya. Disitulah berfungsi suatu keadilan. praktik
penyelenggaraan hukum di lapangan ada kalanya terjadi pertentangan antara kepastian
hukum dan keadilan, hal ini disebabkan oleh konsepsi keadilan merupakan suatu
rumusan yang bersifat abstrak.

Dalam putusan peradilan pasti Berbicara mengenai sanksi yang diberikan bagi
pelanggar hukum atau pelaku tindak pidana, maka tidak lepas akan tujuan daripada
pemberian sanksi tersebut atau disebut tujuan pemidanaan. Sebelum sampai pada
tujuan pemidanaan, perlu disampaikan terlebih dahulu tujuan hukum pidana itu sendiri,
yaitu untuk melindungi kepentingan orang perorangan (individu) atau hak-hak asasi
manusia dan melindungi kepentingan-kepentingan masyarakat dan negara dengan
perimbangan yang serasi dari kejahatan/ tindakan tercela di satu pihak dan dari tindakan
penguasa yang sewenang-wenang di lain pihak.

9
Penjatuhan pidana bukan semata-mata sebagai pembalasan dendam atas kasus yang
dilakukan. Yang paling penting adalah pemberian bimbingan dan pengayoman.
Pengayoman sekaligus kepada masyarakat dan kepada terpidana sendiri agar menjadi
insaf dan dapat menjadi anggota masyarakat yang baik. Demikianlah konsepsi baru
fungsi pemidanaan yang bukan lagi sebagai penjeraan belaka, namun juga sebagai
upaya rehabilitasi dan reintegrasi sosial. Konsepsi itu di Indonesia disebut
pemasyarakatan4

3. Kemanfaatan hukum

Hukum merupakan beberapa rumusan pengetahuan yang ditetapkan untuk


mengatur lalulintas perilaku manusia agar dapat berjalan dengan lancar, tidak saling
tubruk dan berkeadilan. Sebagaimana lazimnya pengetahuan, hukum tidak lahir di
ruang hampa. Ia lahir berpijak pada arus komunikasi manusia untuk mengantisipasi
ataupun menjadi solusi atas terjadinya kemampatan yang disebabkan oleh potensi-
potensi negatif yang ada pada manusia. Sebenarnya hukum itu untuk ditaati.
Bagaimanapun juga, tujuan penetapan hukum adalah untuk menciptakan keadilan. Oleh
sebab itu, hukum harus ditaati walaupun jelek dan tidak adil. Hukum bisa saja salah,
tetapi sepanjang masih berlaku, hukum itu seharusnya diperhatikan dan dipatuhi. Kita
tidak bisa membuat hukum 'yang dianggap tidak adil'. Itu menjadi lebih baik dengan
merusak hukum itu. Semua pelanggaran terhadap hukum itu menjatuhkan
penghoramatan pada hukum dan aturan itu sendiri.

Kemanfaatan hukum perlu diperhatikan karena semua orang mengharapkan adanya


mamfaat dalam pelaksanaan penegakan hukum. Jangan sampai penegakan hukum
justru menimbulkan keresahan masyrakat. Karena kalau kita berbicara tentang hukum
kita cenderung hanya melihat pada peraturan perundang-undangan, yang terkadang
aturan itu tidak sempuma adanya dan tidak aspiratif dengan kehidupan masyarakat.
Sesuai dengan prinsip tersebut diatas, dalam pernyataan Prof. Satjipto Rahado, yang
menyatakan bahwa : keadilan memang salah satu nilai utama, tetapi tetap disamping
yang lain-lain, seperti kemanfaatan ( utility, doelmatigheid). Olehnya itu didalam

4
Wijayanta, Tata. "Asas kepastian hukum, keadilan dan kemanfaatan dalam kaitannya dengan putusan
kepailitan pengadilan niaga." Jurnal Dinamika Hukum 14.2 (2014): 216-226.

10
penegakan hukum, perbandingan antara manfaat dengan pengorbanan harus
proporsional.

Kemanfaatan hukum adalah asas yang menyertai asas keadilan dan kepastian
hukum. Dalam melaksanakan asas kepastian hukum dan asas keadilan, seyogyanya
dipertimbangkan asas kemanfaatan. Contoh konkret misalnya, dalam menerapkan
ancaman pidana mati kepada seseorang yang telah melakukan pembunuhan, dapat
mempertimbangkan kemanfaatan penjatuhan hukuman kepada terdakwa sendiri dan
masyarakat. Kalau hukuman mati dianggap lebih bermanfaat bagi masyarakat,
hukuman mati itulah yang dijatuhkan

C. System Hukum
1. Sistem Hukum Eropa Kontinental (civil law system)

Sistem hukum ini berkembang di negara- negara Eropa daratan dan sering disebut
sebagai “Civil Law” yang semula berasal dari kodifikasi hukum yang berlaku di kekaisaran
romawi pada masa pemerintahan Kaisar justinianus abad VI sebelum masehi. Sistem Civil
Law mempunyai tiga karakteristik, yaitu adanya kodifikasi, hakim tidak terikat kepada
presiden sehingga undang- undang menjadi sumber hukum yang terutama, dan sistem
peradilan bersifat inkuisitorial.

Karakteristik utama yang menjadi dasar system Hukum Civil Law adalah hukum
memperoleh kekuatan mengikat, karena diwujudkan dalam peraturan-peraturan yang
berbentuk undang-undang dan tersusun secara sistematik di dalam kodifikasi. Karakteristik
dasar ini dianut mengingat bahwa nilai utama yang merupakan tujuan hukum adalah
kepastian hukum. Kepastian hukum hanya dapat diwujudkan kalau tindakan-tindakan
hukum manusia dalam pergaulan hidup diatur dengan peraturan-peraturan hukum tertulis.
Dengan tujuan hukum itu dan berdasarkan sistem hukum yang dianut, hakim tidak dapat
leluasa menciptakan hukum yang mempunyai kekuatan mengikat umum. Hakim hanya
berfungsi menetapkan dan menafsirkan peraturan-peraturan dalam batas-batas
wewenangnya. Putusan seorang hakim dalam suatu perkara hanya mengikat para pihak
yang berperkara saja ( Doktrins Res Ajudicata).

Karakteristik kedua pada sistem Civil Law tidak dapat dilepaskan dari ajaran pemisahan
kekusaan yang mengilhami terjadinya Revolusi Perancis. Menurut Paul Scolten, bahwa

11
maksud sesungguhnya pengorganisasian organ-organ negara Belanda adalah adanya
pemisahan antara kekuasaan pembuatan undang-undang, kekuasaan peradilan, dan sistem
kasasi adalah tidak dimungkinkannya kekuasaan yang satu mencampuri urusan kekuasaan
lainnya. Penganut sistem Civil Law memberi keleluasaan yang besar bagi hakim untuk
memutus perkara tanpa perlu meneladani putusan-putusan hakim terdahulu. Yang menjadi
pegangan hakim adalah aturan yang dibuat oleh parlemen, yaitu undang-undang.
Karakteristik ketiga pada sistem hukum Civil Law adalah apa yang oleh Lawrence
Friedman disebut sebagai digunakannya sistem Inkuisitorial dalam peradilan.

Di dalam sistem itu, hakim mempunyai peranan yang besar dalam mengarahkan dan
memutuskan perkara; hakim aktif dalam menemukan fakta dan cermat dalam menilai alat
bukti. Menurut pengamatan Friedman, hakim di dalam sistem hukum Civil Law berusaha
untuk mendapatkan gambaran lengkap dari peristiwa yang dihadapinya sejak awal. Sistem
ini mengandalkan profesionalisme dan kejujuran hakim.11 Bentuk-bentuk sumber hukum
dalam arti formal dalam sistem hukum Civil Law berupa peraturan perundang-undangan,
kebiasaan- kebiasaan, dan yurisprudensi. Dalam rangka menemukan keadilan, para yuris
dan lembaga-lembaga yudisial maupun quasi-judisial merujuk kepada sumber-sumber
tersebut.

Dari sumber-sumber itu, yang menjadi rujukan pertama dalam tradisi sistem hukum
Civil Law adalah peraturan perundang-undangan. Negara-negara penganut civil law
menempatkan konstitusi pada urutan tertinggi dalam hirarki peraturan perundang-
undangan. Semua negara penganut civil law mempunyai konstitusi tertulis.12 Dalam
perkembangannya, sistem hukum ini mengenal pembagian hukum publik dan hukum
privat. Hukum publik mencakup peraturan-peraturan hukum yang mengatur kekuasaan dan
wewenang penguasa/negara serta hubungan-hubungan antara masyarakat dan negara (sama
dengan hukum publik di sistem hukum Anglo-Saxon). Hukum Privat mencakup peraturan-
peraturan hukum yang mengatur tentang hubungan antara individu-individu dalam
memenuhi kebutuhan hidup demi hidupnya Sistem hukum ini memiliki segi positif dan
negatif.

Segi positifnya adalah hampir semua aspek kehidupan masyarakat serta sengketa-
sengketa yang terjadi telah tersedia undang-undang/hukum tertulis, sehingga kasus-kasus
yang timbul dapat diselesaikan dengan mudah, disamping itu dengan telah tersedianya
berbagai jenis hukum tertulis akan lebih menjamin adanya kepastian hukum dalam proses

12
penyelesaiannya. Sedang segi negatifnya, banyak kasus yang timbul sebagai akibat dari
kemajuan zaman dan peradaban manusia, tidak tersedia undang-undangnya. Sehingga
kasus ini tidak dapat diselesaikan di pengadilan. Hukum tertulis pada suatu saat akan
ketinggalan zaman karena sifat statisnya. Oleh karena itu, sistem hukum ini tidak menjadi
dinamis dan penerapannya cenderung kaku karena tugas hakim hanya sekedar sebagai alat
undang-undang. Hakim tak ubahnya sebagai abdi undang-undang yang tidak memiliki
kewenangan melakukan penafsiran guna mendapatkan nilai keadilan yang sesungguhnya5.

2. Definisi sistem hukum anglo saxon (comman law system)

Nama lain dari sistem hukum Anglo-Saxon adalah “Anglo Amerika” atau Common
Law”. Merupakan sistem hukum yang berasal dari Inggris yang kemudian menyebar ke
Amerika Serikat dan negara- negara bekas jajahannya. Kata “Anglo Saxon” berasal dari
nama bangsa yaitu bangsa Angel-Sakson yang pernah menyerang sekaligus menjajah
Inggris yang kemudian ditaklukan oleh Hertog Normandia, William. William
mempertahankan hukum kebiasaan masyarakat pribumi dengan memasukkannya juga
unsur-unsur hukum yang berasal dari sistem hukum Eropa Kontinental.

Nama Anglo-Saxon, sejak abad ke-8 lazim dipakai untuk menyebut penduduk Britania
Raya, yakni bangsa Germania yang berasal dari suku-suku Anglia, Saks, dan Yut. Konon,
pada tahun 400 M mereka menyeberang dari Jerman Timur dan Skandinavia Selatan untuk
menaklukkan bangsa Kelt, lantas mendirikan 7 kerajaan kecil yang disebut Heptarchi.
Mereka dinasranikan antara 596-655 M.16 Sistem hukum anglo saxon merupakan suatu
sistem hukum yang didasarkan pada yurispudensi, yaitu keputusan-keputusan hakim
terdahulu yang kemudian menjadi dasar putusan hakim-hakim selanjutnya. Sistem Hukum
Anglo Saxon cenderung lebih mengutamakan hukum kebiasaan, hukum yang berjalan
dinamis sejalan dengan dinamika masyarakat. Pembentukan hukum melalui lembaga
peradilan dengan sistem jurisprudensi dianggap lebih baik agar hukum selalu sejalan
dengan rasa keadilan dan kemanfaatan yang dirasakan oleh masyarakat secara nyata.
Sistem hukum ini diterapkan di Irlandia, Inggris, Australia, Selandia Baru, Afrika Selatan,
Kanada (kecuali Provinsi Quebec) dan Amerika Serikat (walaupun negara bagian Louisiana
mempergunakan sistem hukum ini bersamaan dengan sistim hukum Eropa Kontinental
Napoleon). Selain negara- negara tersebut, beberapa negara lain juga menerapkan sistem

5
Soerojo Wignjodipoero, 1983, Pengantar dan Asas-asas Hukum adat, Jakarta, Gunung Agung, hlm. 27-31

13
hukum Anglo-Saxon campuran, misalnya Pakistan, India dan Nigeria yang menerapkan
sebagian besar sistem hukum Anglo saxon, namun juga memberlakukan hukum adat dan
hukum agama. Putusan hakim/pengadilan merupakan Sumber hukum dalam sistem hukum
Anglo saxon. Dalam sistem hukum ini peranan yang diberikan kepada seorang hakim
sangat luas. Hakim berfungsi tidak hanya sebagai pihak yang bertugas menetapkan dan
menafsirkan peraturan-peraturan hukum saja. Hakim juga berperan besar dalam
membentuk seluruh tata kehidupan masyarakat . Hakim mempunyai wewenang yang
sangat luas untuk menafsirkan peraturan hukum yang berlaku. Selain itu, bisa menciptakan
hukum baru yang akan menjadi pegangan bagi hakim-hakim lain untuk menyelesaikan
perkara sejenis. Sistem hukum ini menganut doktrin yang dikenal dengan nama ”the
doctrine of precedent / Stare Decisis”. Doktrin ini pada intinya menyatakan bahwa dalam
memutuskan suatu perkara, seorang hakim harus mendasarkan putusannya pada prinsip
hukum yang sudah ada dalam putusan hakim lain dari perkara sejenis sebelumnya
(preseden).

Dalam perkembangannya, sistem hukum ini mengenal pembagian hukum publik dan
hukum privat. Hukum privat dalam sistem hukum ini lebih ditujukan pada kaidah-kaidah
hukum tentang hak milik, hukum tentang orang, hukum perjanjian dan tentang perbuatan
melawan hukum. Hukum publik mencakup peraturan- peraturan hukum yang mengatur
kekuasaan dan wewenang penguasa/negara serta hubungan-hubungan antara masyarakat
dan negara. Sistem hukum ini mengandung kelebihan dan kekurangan. Kelebihannya
hukum anglo saxon yang tidak tertulis ini lebih memiliki sifat yang fleksibel dan sanggup
menyesuaikan dengan perkembangan zaman dan masyarakatnya karena hukum-hukum
yang diberlakukan adalah hukum tidak tertulis (Common law). Kelemahannya, unsur
kepastian hukum kurang terjamin dengan baik, karena dasar hukum untuk menyelesaikan
perkara/masalah diambil dari hukum kebiasaan masyarakat/hukum adat yang tidak tertulis.

3. Perbedaan Sistem Hukum Eropa Kontinental Dengan Sistem Hukum Anglo


Saxon

Beberapa perbedaan antara sistem hukum Eropa kontinental dengan sistem anglo saxon
sebagai berikut:

a. Sistem hukum eropa kontinental mengenal sistem peradilan administrasi, sedang


sistem hukum anglo saxon hanya mengenal satu peradilan untuk semua jenis
perkara.

14
b. Sistem hukum eropa kontinental menjadi modern karena pengkajian yang
dilakukan oleh perguruan tinggi sedangkan sistem hukum anglo saxon
dikembangkan melalui praktek prosedur hukum.
c. Hukum menurut sistem hukum eropa kontinental adalah suatu sollen bulan sein
sedang menurut sistem hukum anglo saxon adalah kenyataan yang berlaku dan
ditaati oleh masyarakat.
d. Penemuan kaidah dijadikan pedoman dalam pengambilan keputusan atau
penyelesaian sengketa, jadi bersifat konsep atau abstrak menurut sistem hukum
eropa kontinental sedang penemuan kaidah secara kongkrit langsung digunakan
untuk penyelesaian perkara menurut sistem hukum anglo saxon.
e. Pada sistem hukum eropa kontinental tidak dibutuhkan lembaga untuk mengoreksi
kaidah sedang pada sistem hukum anglo saxon dibutuhkan suatu lembaga untuk
mengoreksi6.

4. Posisi Sistem Hukum Indonesia

Negara-negara penganut sistem hukum Eropa Koninental atau civil law antara lain
negara negara Perancis, Jerman, Belanda dan bekas jajahan Belanda antara lain Indonesia,
Jepang dan Thailand. Pada sistem ini, putusan pengadilan berdasarkan pada peraturan
perundang undangan yang berlaku, contohnya bisa UUD 45, Tap MPR, UU/Perpu,
Peraturan Pemerintah, Perpres/Kep Pres, MA, Keputusan Menteri dan lain lain. jadi,
keputusan pengadilan bersifat fleksibel (berubah ubah) tergantung hakim yang
memutuskan berdasarkan fakta/bukti yang ada.21 Tidak menganut sistem juri karena
negara negara tersebut menganut faham bahwa orang awam yang tidak tahu hukum tidak
bisa ikut andil/menentukan nasib seseorang, tetapi putusan Hakim yang menentukan
berdasarkan fakta sumber sumber dan saksi saksi yang mendukung.

Adanya sistem perjanjian “the receipt rule” yakni perjanjian terbentuk ketika
penerimaan terhadap suatu penawaran sampai ke pemberi tawaran. Jadi, ketika seseorang
membatalkan suatu kontrak perjanjian dengan cara mengirimkan email atau surat fax ke
perusahaan tertentu, maka perjanjian pembatalan terlaksana ketika surat tersebut dibaca
oleh manajer atau pemilik perusahaan yang bersangkutan. jika karena masalah (belum

6
George Winterton, “Comparative Law Teaching” dalam the American Journal of Comparative Law, Vol. 23, No.
1. (Winter, 1975), hal. 69-118.

15
sampai membaca surat) maka perjanjian masih belum terlaksana.22 Jadi dapat diambil
kesimpulan bahwa system hukum Indonesia menganut system Hukum Eropa Koninental
atau Civil Law System. 7

7
Handoyo, Hestu Cipto, Hukum Tata Negara Indonesia. Yogyakarta, Universitas Atma Jaya, 2009. Hlm 77

16
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
Hukum adalah kumpulan peraturan yang terdiri atas norma dan sanksi-sanksi. Hukum
adalah sesuatu yang berkaitan erat dengan kehidupan manusia merujuk pada sistem yang
terpenting dalam pelaksanaan atas rangkaian kekuasaan penegakan hukum oleh
kelembagaan penegak hukum karena segala kehidupan manusia dibatasi oleh hukum.

Sistem hukum eropa kontinental merupakan suatu sistem hukum dengan ciri-ciri
adanya berbagai ketentuan-ketentuan hukum dikodifikasi (dihimpun) secara sistematis
yang akan ditafsirkan lebih lanjut oleh hakim dalam penerapannya. Sistem yang dianut
oleh negara-negara Eropa Kontinental yang didasarkan atas hukum Romawi disebut
sebagai sistem Civil law. Sistem Civil Law mempunyai tiga karakteristik, yaitu adanya
kodifikasi, hakim tidak terikat kepada preseden sehingga undang- undang menjadi sumber
hukum yang terutama, dan sistem peradilan bersifat inkuisitorial.Bentuk-bentuk sumber
hukum dalam arti formal dalam sistem hukum Civil Law berupa peraturan perundang-
undangan, kebiasaan-kebiasaan, dan yurisprudensi.

Dalam suatu sistem yang baik tidak boleh terdapat suatu pertentangan antara bagian-
bagian. Selain itu juga tidak boleh terjadi duplikasi atau tumpang tindih diantara bagian-
bagian itu. Suatu sistem mengandung beberapa asas yang menjadi pedoman dalam
pembentukannya.Secara umum sistem hukum dibagi menjadi dua yaitu Eropa Kontinental
(civil law system) dan Angglo Saxon (comman law system). Civil law system adalah
bentuk-bentuk sumber hukum dalam arti formal dalam sistem hukum Civil Law berupa
peraturan perundang- undangan, kebiasaan-kebiasaan, dan yurisprudensi. Negara- negara
penganut civil law menempatkan konstitusi pada urutan tertinggi dalam hirarki peraturan
perundang-undangan. Semua negara penganut civil law mempunyai konstitusi tertulis.
comman law systema Sistem hukum anglo saxon merupakan suatu sistem hukum yang
didasarkan pada yurispudensi, yaitu keputusan-keputusan hakim terdahulu yang kemudian
menjadi dasar putusan hakim-hakim selanjutnya. Sistem Hukum Anglo Saxon cenderung
lebih mengutamakan hukum kebiasaan, hukum yang berjalan dinamis sejalan dengan
dinamika masyarakat. Sedangkan di Indonesia jika dilihat dari pengertian civil law system
dan comman law system Indonesia menganut kedua-duanya senderung ke civil law system
tapi juga pada pelaksanaannya masih menggunakan comman law system.

17
B. Saran
Para penulis berharap makalah selanjutnya, untuk lebih banyak membaca dan
mengumpulkan referensi agar dapat menyempurnakan makalah dengan materi dan
pembahasan lebih baik lagi, dan untuk para pembaca makalah ini, untuk lebih giat lagi
mempelajari dan menelaah pelajaran khususnya materi perbankan syari’ah dan dapat
mengamalkannya.sekian terimakasih.

18
DAFTAR PUSTAKA

George Winterton, “Comparative Law Teaching” dalam the American Journal of


Comparative Law, Vol. 23, No. 1. (Winter, 1975),

Handoyo, Hestu Cipto, Hukum Tata Negara Indonesia. Yogyakarta, Universitas Atma Jaya,
2009.

Soerojo Wignjodipoero, 1983, Pengantar dan Asas-asas Hukum adat, Jakarta, Gunung
Agung,

1
5Sunaryati Hartono, 1991, Politik Hukum Menuju Satu Sistem Hukum Nasional, Bandung,
Alumni

Wijayanta, Tata. "Asas kepastian hukum, keadilan dan kemanfaatan dalam kaitannya dengan
putusan kepailitan pengadilan niaga." Jurnal Dinamika Hukum 14.2 (2014

Cahya Palsari, TUJUAN DAN FUNGSI ILMU HUKUM SEBAGAI DASAR FUNDAMENTAL
DALAM PENJATUHAN PUTUSAN PENGADILAN, e-Journal Komunitas Yustisia
Universitas Pendidikan Ganesha, (Volume 4 Nomor 3 November 2021)

Soerjono Soekanto, 1980, Pokok-pokok Sosiologi Hukum, Rajawali Pers, Jakarta,

Asifah Elsa Nurahma Lubis1 , Farhan Dwi Fahmi,pengenalan defenisi hukum secara umum
,jurnal ilmu manajement terapan , Volume 2, Issue 6,( Juli 2021)

19

Anda mungkin juga menyukai