Anda di halaman 1dari 18

Tugas Terstruktur Dosen Pengampu

Fiqih Muamalah Zuraidah,M.Ag

HARTA DAN MILIK

DI SUSUN OLEH :
KELOMPOK 2

AHMAD SULAIMAN (12120710235)


GITA RAHMAWATI (12120721803)
NUR HASNAH (12120721966)

PROGRAM STUDI ILMU HUKUM A


FAKULTAS SYARI’AH DAN HUKUM
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SULTAN SYARIF KASIM
RIAU
2022
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas terselesainya
makalah ini, walaupun masih jauh dari kesempurnaan. Makalah yang kami buat
berisi materi tentang Harta dan Milik.
Makalah ini memberi perhatian yang besar terhadap pembaca. Oleh karena itu,
selain menyajikan makalah yang di kehendaki, makalah ini juga menyajikan
pengetahuan tentang penjelasan Hak dan Milik.
Akhir kata, tiada gading yang tak retak, kami juga sangat berterima kasih
kepada semua pihak yang telah membantu untuk kelancaran pembuatan makalah
ini. Demikian pula dengan makalah ini masih jauh dari kesempurnaan. Oleh
karena itu, saran dan kritik yang membangun tetap kami nantikan demi
kesempurnaan makalah ini.

i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ........................................................................................................ i
BAB I .................................................................................................................................. 1
PENDAHULUAN ............................................................................................................. 1
A. Latar Belakang ...................................................................................................... 1
B. Rumusan Masalah ................................................................................................ 1
C. Tujuan Penulisan .................................................................................................. 2
BAB II ................................................................................................................................ 3
PEMBAHASAN ................................................................................................................ 3
A. Pengertian Harta ................................................................................................... 3
B. Fungsi Harta .......................................................................................................... 4
C. Macam-Macam Harta .......................................................................................... 5
D. Pengertian Hak Milik ......................................................................................... 11
E. Klasifikasi Milik .................................................................................................. 11
F. Sebab Sebab Pemilikan ...................................................................................... 12
BAB III............................................................................................................................. 14
PENUTUP ........................................................................................................................ 14
A. Kesimpulan .......................................................................................................... 14
B. Saran .................................................................................................................... 14
DAFTAR PUSTAKA ...................................................................................................... 15

ii
BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang

Diutusnya manusia di dunia ini guna mengemban amanah suci yaitu sebagai
khalifah. Dan jelas bahwa ini semua memerlukan bekal yang cukupguna
memenuhi kelangsungan hidupnya. Baik kebutuhan yang bersifat materi maupun
non-materi. Sehingga ia tidak merasa kekurangan dan tidak pula tergantung
kepada orang lain. Yang pada akhirnya ia akan merasa tenang beribadah kepada
sang pencipta dalam menjalankan visi dan misinya sebagai khalifah dimuka bumi.
Oleh karenanya, Allah menciptakan semua yang ada di atas bumi ini untuk
dimanfaatkan bagi kepentingan umat manusia. Pemberian status ini dilengkapi
dengan pemberian pedoman atau petunjuk bagi mereka, agar bisa memperoleh
keselamatan, baik di dunia maupun di akhirat.

Atas dasar ini, maka para ulama merumuskan bahwa tujuan umum syari’at
Islam adalah untuk mewujudkan kemaslahatan umat manusia dengan memberikan
perlindungan dan kecukupan bagi semua hal yangmenjadi keniscayaan,
kebutuhannya, dan kelengkapannya. Keniscayaan atau keperluan dasar manusia
yang harus diwujudkan dan dijaga eksistensinya adalah agama (ad-dîn), akal (al-
‘aql), jiwa (an-nafs), kehormatan (al-‘irdh), dan harta benda (al-mâl)

B. Rumusan Masalah
1. Apa Pengertian Harta Dan Unsur Harta ?
2. Apa Fungsi Harta ?
3. Apa Saja Macam-Macam Harta ?
4. Apa Pengertian Milik ?
5. Apa Saja Klasifikasi Milik ?
6. Apa Saja Sebab Sebab Pemilikan ?

1
C. Tujuan Penulisan
1. Mengetahui Pengertian Harta Dan Unsur Harta
2. Mengetahui Fungsi Harta
3. Mengetahui Macam-Macam Harta
4. Mengetahui Pengertian Milik
5. Mengetahui klasifikasi Milik
6. Mengetahui Sebab Sebab Pemilikan

2
BAB II

PEMBAHASAN
A. Pengertian Harta

Harta dalam bahasa Arab disebut, al mal yang berasal dari kata mala-yamiilu-
maylan yang berarti condong, cenderung, dan miring.

Sedangkan harta (al mal) menurut istilah imam Hanafiyah ialah “Sesuatu yang
digandrungi tabiat manusia dan memungkinkan untuk disimpan hingga
dibutuhkan” Menurut Hanafiyah, harta mesti dapat disimpan sehingga sesuatu
yang tidak dapat disimpan tidak dapat disebut harta.

Menurut Hanafiyah, manfaat tidak termasuk harta, tetapi manfaat termasuk


milik. Hanafiyah membedakan harta dengan milik, yaitu: Milik adalah sesuatu
yang dapat digunakan secara khusus dan tidak dicampuri penggunaannya oleh
orang lain. Sedangkan Harta adalah segala sesuatu yang dapat disimpan untuk
digunakan ketika dibutuhkan. Dalam penggunaannya harta bisa di campuri oleh
orang lain. Jadi menurut Hanafiyah yang di maksud dengan harta hanyalah
sesuatu yang berwujud.1

• Unsur-unsur Harta

Menurut para Fuqaha harta bersendi pada dua unsur ‘aniyah dan unsur ‘urf.
Unsur ‘aniyah ialah bahwa harta itu ada wujudnya dalam kenyataan (a’yan).
Manfaat sebuah rumah yang di pelihara manusia tidak di sebut harta,tetapi
termasuk milik atau hak.

Unsur ‘urf segala sesuatu yang di pandang harta oleh seluruh manusia atau
sebagian manusia, tidaklah manusia memelihara sesuatu kecuali menginginkan
manfaatnya,baik manfaat madiyah maupun manfaat ma’nawiyah.2

1
Hendi Suhendi, Fiqh Muamalah (Depok : PT Raja Grafindo Persada, 2019), hlm. 9-11
2
Ibid, hlm. 11-12

3
B. Fungsi Harta

Harta dipelihara manusia karena manusia membutuhkan manfaat harta


tersebut. Fungsi harta amat banyak, baik kegunaan dalam hal yang baik, maupun
kegunaan dalam hal yang jelek. Diantara sekian banyak fungsi harta antara lain
sebagai berikut :

a. Berfungsi untuk menyempurnakan pelaksanaan ibadah yangkhas


(mahdhah), sebab untuk ibadah diperlukan alat-alat,seperti kain untuk
menutup aurat dalam pelaksanaan shalat, bekal untuk melaksanakan
ibadah haji,berzakat,shadaqah,hibbah, dan yang lainnya.
b. Untuk meningkatkan keimanan (ketakwaan) kepada Allah,sebab kefakiran
cenderung mendekatkan diri kepada kekufuran sehingga pemilikan harta
dimaksudkan untuk meningkatkan ketakwaan kepada Allah.
c. Untuk meneruskan kehidupan dari satu periode ke periode berikutnya,
sebagaimana firman Allah:

َ‫واَّٰللاَو ْليقُ ْولُ ْوا‬


‫َض ٰعفًاَخافُ ْواَعل ْي ِه ْۖ ْمَف ْليتَّقُ ه‬
َ ِ ً‫اَم ْنَخ ْل ِف ِه ْمَذُ ِر َّية‬
ِ ‫َو ْلي ْخشَالَّ ِذيْنَل ْوَتر ُك ْو‬
َ‫ق ْو ًًلَس ِد ْيدًا‬

Dan hendaklah takut kepada Allah orang orang yang


seandainyameninggalkan di belakang mereka anak-anak yang
lemah,yangmereka khawatir terhadap (kesejahteraan) mereka. Oleh sebab
itu, hendaklah mereka bertaqwa kepada Allah dan hendaklahmereka
mengucapkan perkataan yang benar. (AN-Nisa: 9).

d. Untuk menyelaraskan (menyeimbangkan) antara kehidupandunia dan


akhirat, Nabi Saw. bersabda yang artinya

“Bukanlah orang yang baik, yang meninggalkan masalah


duniauntuk masalah akhirat, dan yang meninggalkan, masalah
akhiratuntuk urusan dunia, sehingga seimbang di antara keduanya, karena
masalah dunia adalah menyampaikan manusia kepada masalah akhirat.”
(Riwayat Al Bukhari).

4
e. Untuk mengembangkan dan menegakkan ilmu-ilmu, karena menuntut
ilmu tanpa modal akan terasa sulit, misalnya, seseorang tidak bisa kuliah
di perguruan tinggi, bila ia tidak memiliki biaya.
f. Untuk memutarkan (mentasharuf) peranan-peranan kehidupan yakni
adanya pembantu dan tuan. Adanya orang kaya dan miskin yang saling
membutuhkan sehingga tersusunlah masyarakat yang harmonis dan
berkecukupan.
g. Untuk menumbuhkan silaturrahim, karena adanya perbedaan dan
keperluan, misalnya Ciamis merupakan daerah penghasil galendo,
Bandung merupakan daerah penghasil kain, maka orang Bandung yang
membutuhkan galendo akan membeli produk orang Ciamis tersebut, dan
orang Ciamis yang memerlukan kain akan membeli produk orang
Bandung. Dengan begitu, terjadilah interaksi dan komunikasi silaturrahim
dalam rangka saling mencukupi kebutuhan. Oleh karena itu, perputaran
harta dianjurkan Allah dalam Alquran:

ِ ‫َاًل ْغ ِني ۤا ِء‬


ُ ‫َم ْن‬
ََۗ‫ك ْم‬ ْ ‫كَ ْيًَلَي ُك ْونَد ُْولةًََۢبيْن‬

Supaya harta itu jangan hanya beredar di antara orang-orang kaya saja
di antaramu. (Al-Hasyr: 7).3

C. Macam-Macam Harta

Menurut Fuqaha, harta dapat ditinjau dari beberapa segi. Harta terdiri dari
beberapa bagian, tiap-tiap bagian memiliki ciri khusus dan hukumnya tersendiri.
Pembagian jenis harta ini sebagai berikut.

• Mal Mutaqawwim dan ghair mutaqawwim


a. Harta Mutaqawwim ialah : “Sesuatu yang boleh diambil manfaatnya
menurut syara.” Harta yang termasuk mutaqawwim ini ialah semua harta
yang baik jenisnya maupun cara memperoleh dan penggunaannya.
Misalnya, kerbau halal dimakan oleh umat Islam, tetapi kerbau tersebut
disembelih tidak sah menurut syara', misalnya dipukul, maka daging

3
Ibid, hlm. 27-29

5
kerbau tidak bisa dimanfaatkan karena cara penyembelihannya batal
menurut syara'.
b. Harta Ghair Mutaqawwim ialah : “Sesuatu yang tidak boleh diambil
manfaatnya menurut syara'.”Harta yang ghair mutaqawwim ialah
kebalikan dari harta mutaqawwim, yakni yang tidak boleh diambil
manfaatnya, baik jenisnya, cara memperolehnya maupun cara
penggunaannya. Misalnya babi termasuk harta ghair mutaqawwim, karena
jenisnya. Sepatu yang diperoleh dengan cara mencuri termasuk ghair
mutaqawwim karena cara memperolehnya yang haram. Uang
disumbangkan untuk membangun cara pelacuran, termasuk harta ghair
mutaqawwim karena penggunaannya itu.

Kadang-kadang harta mutaqawwim diartikan dengan dzimah, yaitu


mempunyai nilai, seperti pandangan Fuqaha : “Sesungguhnya manfaat-
manfaat itu tidak dinilai dengan sendirinya, tetapi ia dinilai dengan adanya
akad sewa-menyewa untuk memenuhi keperluan.”

• Mal Mitsli dan Mal Qimi


a. Harta Mitsli, ialah : “Benda-benda yang ada persamaan dalam kesatuan-
kesatuannya, dalam arti dapat berdiri sebagiannya di tempat yang lain,
tanpa ada perbedaan yang perlu dinilai.”
b. Harta Qimi, ialah : “Benda-benda yang kurang dalam kesatuan-
kesatuannya, karenanya tidak dapat berdiri sebagian di tempat sebagian
yang lainnya tanpa ada perbedaan.”
c. Dengan perkataan lain, harta mitsli adalah harta yang jenisnya diperoleh di
pasar (secara persis), dan qimi ialah harta yang jenisnya sulit didapatkan di
pasar, bisa diperoleh, tapi jenisnya berbeda, kecuali dalam nilai harganya.
Jadi, harta yang ada imbangannya (persamaannya) disebut mitsli dan harta
yang tidak ada imbangannya secara tepat disebut qimi.
Misalnya seseorang membeli senjata api dari Rusia akan kesulitan mencari
imbangannya di Indonesia, bahkan mungkin tidak ada. Maka senjata api
Rusia di Indonesia termasuk harta qimi, tetapi harta tersebut di Rusia
termasuk harta mitsli karena barang ini tidak sulit untuk diperoleh. Harta

6
yang disebut qimi dan mitsli bersifat amat relatif dan kondisional, artinya
bisa saja di suatu tempat atau negara yang satu menyebutnya qimi dan di
tempat yang lain menyebutnya sebagai jenis harta mitsli.

• Harta Istihlak dan harta Isti'mal.


a. Harta Istihlak ialah : “Sesuatu yang tidak dapat di ambil kegunaan dan
manfaatnya secara biasa, kecuali dengan menghabiskannya.” Harta
Istihlak terbagi dua, ada yang Istihlak haqiqi dan Istihlak huquqi. Harta
Istihlak haqiqi ialah suatu benda yang menjadi harta yang secara jelas
(nyata) zatnya habis sekali digunakan. Misalnya korek api, bila dibakar,
maka habislah harta yang berupa kayu itu. Istihlak huquqi ialah harta yang
sudah habis nilainya bila telah digunakan, tetapi zatnya masih tetap ada.
Misalnya, uang yang digunakan untuk membayar utang, dipandang habis
menurut hukum walaupun uang tersebut masih utuh, hanya pindah
kepemilikannya.
b. Harta Isti'mal ialah : “Sesuatu yang dapat digunakan berulang kali dan
materinya tetap terpelihara.” Harta Isti'mal tidaklah habis sekali
digunakan, tetapi dapat digunakan lama menurut apa adanya, seperti
kebun, tempat tidur, pakaian, sepatu, dan lain sebagainya.Perbedaan dua
jenis harta ini, harta istihlak habis satu kali digunakan, sedangkan harta
isti'mal tidak habis dalam satu kali pemanfaatan.
• Harta Manqul dan harta Ghair Manqul
a. Harta manqul ialah : “Segala harta yang dapat dipindahkan (bergerak) dari
satu tempat ke tempat lain.” Seperti mas, perak, perunggu, pakaian,
kendaraan, dan lain sebagainya, termasuk harta yang bisa dipindahkan
(manqul).
b. Harta ghair manqul ialah: “Sesuatu yang tidak bisa dipindahkan dan
dibawa dari satu tempat ke tempat yang lain." Seperti kebun, rumah,
pabrik, sawah, dan yang lainnya termasuk harta ghair manqul karena tidak
dapat dipindahkan. Dalam hukum Perdata Positif digunakan istilah benda
bergerak dan benda tetap.

7
• Harta 'Ain dan harta Dayn.
a. Harta 'ain ialah harta yang berbentuk benda, seperti rumah, pakaian, beras,
jambu, kendaraan (mobil), dan yang lainnya. Harta 'ain terbagi menjadi
dua.
➢ Harta 'ain dzati qimah, yaitu benda yang memiliki bentuk yang dipandang
sebagai harta karena memiliki nilai. Harta 'ain dzati qimah meliputi:
− benda yang dianggap harta yang boleh diambil manfaatnya,
− benda yang dianggap harta yang tidak boleh diambil manfaatnya,
− benda yang dianggap sebagai harta yang ada sebangsanya.
− benda yang dianggap harta yang tidak ada atau sulit dicari
seumpamanya,
− benda yang dianggap harta yang berharga dan dapat dipindahkan
(bergerak),
− benda yang dianggap harta yang berharga dan tidak dapat dipindahkan
(benda tetap).
➢ Harta 'ain ghayr dzati qimah yaitu benda yang tidak dapat dipandang
sebagai harta karena tidak memiliki harga, misalnya sebiji beras.
b. Harta dayn ialah : “Sesuatu yang berada dalam tanggung jawab.” Seperti
uang yang berada dalam tanggung jawab seseorang.Ulama Hanafiyah
berpendapat bahwa harta tidak dapat dibagi menjadi harta 'ain dan dayn
karena harta menurut Hanafiyah ialah sesuatu yang berwujud, maka
sesuatu yang tidak berwujud tidaklah dianggap sebagai harta, misalnya
utang tidak dipandang sebagai harta tetapi utang menurut Hanafiyah
adalah washffi al-dhimmah.
• Mal al-'ain dan mal al-naf'i (manfaat).
a. Harta 'aini ialah benda yang memiliki nilai dan berbentuk (berwujud),
misalnya rumah, ternak, dan lainnya.
b. Harta nafi' ialah a'radl yang berangsur-angsur tumbuh menurut
perkembangan masa, oleh karena itu mal al-naf i tidak berwujud dan tidak
mungkin disimpan. Syafi'iyah dan Hanabilah berpendapat bahwa harta 'ain
dan harta naf'i ada perbedaan, dan manfaat dianggap sebagai harta
mutaqawwim(harta yang dapat diambil manfaatnya) karena manfaat

8
adalah sesuatu yang dimaksud dari pemilikan harta benda. Hanafiyah
berpendapat sebaliknya, bahwa manfaat dianggap bukan harta, karena
manfaat tidak berwujud, tidak mungkin untuk disimpan, maka manfaat
tidak termasuk harta, manfaat adalah milik.
• Harta Mamluk,Mubah dan Mahjur
a. Harta mamluk ialah: “Sesuatu yang masuk ke bawah milik, milik
perorangan maupun milik badan hukum, seperti pemerintah dan yayasan.”
Harta mamluk (yang dimiliki) terbagi menjadi dua macam yaitu:
➢ Harta perorangan (mustaqil) yang berpautan dengan hak bukan pemilik,
misalnya rumah yang dikontrakkan. Harta perorangan yang tidak
berpautan dengan hak bukan pemilik, misalnya seseorang yang
mempunyai sepasang sepatu dapat digunakan kapan saja.
➢ Harta perkongsian (masyarakat) antara dua pemilik yang berkaitan dengan
hak yang bukan pemiliknya, seperti dua orang yang berkongsi memiliki
sebuah pabrik dan lima buah mobil, salah satu mobilnya disewakan selama
satu bulan kepada orang lain. Harta yang dimiliki oleh dua orang yang
tidak berkaitan dengan hak bukan pemiliknya, seperti dua orang yang
berkongsi memiliki sebuah pabrik, pabrik tersebut diurus bersama.
b. Harta Mubah ialah: “Sesuatu yang pada asalnya bukan milik seseorang,
seperti air pada mata air, binatang buruan darat, laut, pohon-pohon di
hutan dan buah buahannya.” Tiap-tiap manusia boleh memiliki harta
mubah sesuai dengan kesanggupannya, orang yang mengambilnya akan
menjadi pemiliknya sesuai dengan kaidah : “Barangsiapa yang
mengeluarkan dari harta mubah, maka ia menjadi pemiliknya.” Kaidah di
atas sesuai dengan sabda Nabi Saw : “Barangsiapa yang menghidupkan
tanah (gersang), hutan milik seseorang, maka ia yang paling berhak
memiliki.”
c. Harta mahjur ialah: “Sesuatu yang tidak dibolehkan dimiliki sendiri dan
mem-berikan kepada orang lain menurut syari'at, adakalanya benda itu
benda wakafataupun benda yang dikhususkan untuk masyarakat umum,
seperti jalan raya, masjid-masjid, kuburan-kuburan, dan yang lainnya.”

9
• Harta yang dapat dibagi dan tidak dapat dibagi:
a. Harta yang dapat dibagi (mal qabil li al-qismah) ialah harta yang tidak
menimbulkan suatu kerugian atau kerusakan apabila harta itu dibagi-bagi,
misalnya beras tepung dan yang lainnya.
b. Harta yang tidak dapat dibagi (mal ghair qabil li al qismah) ialah harta
yang menimbulkan suatu kerugian atau kerusakan apabila harta tersebut
dibagi-bagi, misalnya gelas, kursi, meja, mesin, dan yang lainnya.
• Harta pokok dan harta hasil (buah):

Harta pokok ialah : “Harta yang mungkin darinya terjadi harta yang lain.”

➢ Harta hasil (tsamarah) ialah: “Harta yang terjadi dari harta yang lain.”

Pokok harta bisa juga disebut modal, misalnya uang, emas dan lainnya,
contoh harta pokok dan harta hasil ialah, bulu domba dihasilkan dari
domba, maka domba merupakan harta pokok dan bulunya merupakan
harta hasil, atau kerbau yang beranak, anaknya dianggap sebagai tsamarah
dan induknya yang melahirkannya disebut harta pokok.

• Harta khas dan harta 'am.


a. Harta khas ialah harta pribadi, tidak bersekutu dengan yang lain, tidak
boleh diambil manfaatnya tanpa disetujui pemiliknya.
b. Harta 'am ialah harta milik umum (bersama) yang boleh diambil
manfaatnya.

Harta yang dapat dikuasai (ikhraj) terbagi menjadi dua bagian, yaitu:

➢ harta yang termasuk milik perseorangan,


➢ harta-harta yang tidak dapat termasuk milik perseorangan.

Harta yang dapat masuk menjadi milik perorangan, ada dua macam yaitu:

• Harta yang bisa menjadi milik perorangan, tetapi belum ada sebab
pemilikan, misalnya binatang buruan di hutan.
• Harta yang bisa menjadi milik perorangan dan sudah ada sebab pemilikan,
misalnya ikan di sungai diperoleh seseorang dengan cara mengail.

10
Harta yang tidak termasuk milik perorangan adalah harta yang menurut syara
tidak boleh dimiliki sendiri, misalnya sungai, jalan raya, dan yang lainnya.4

D. Pengertian Hak Milik

Menurut pengertian umum, hak ialah suatu ketentuan yang digunakan oleh
syara’ untuk menetapkan suatu kekuasaan atau suatu beban hukum. Pengertian
hak sama dengan arti hukum dalam istilah ahli Ushul yakni sekumpulan kaidah
dan nash yang mengatur atas dasar harus ditaati untuk mengatur hubungan
manusia dengan manusia, baik mengenai orang maupun mengenai harta.

Milik dalam buku pokok pokok Fiqh muamalah dan Hukum Kebendaan dalam
islam, didefinisikan sebagai berikut : “kekhususan terdapat pemilik suatu barang
menurut syara’ untuk bertandak secara bebas bertujuan mengambil manfaatnya
selama tidak ada penghalang syar’i.”

Berdasarkan definisi milik tersebut, kiranya dapat dibedakan antara hak dan
milik, untuk lebih jelasnya dicontohkan sebagai berikut : seorang pengampu
berhak menggunakan harta orang yang berada dibawah ampuannya, pengampu
punya hak untuk membelanjakan harta itu dan pemiliknya adalah orang yang
berada dibawah ampuannya. Dengan kata lain dapat dikatakan “tidak semua yang
memiliki berhak menggunakan dan tidak semua yang memiliki hak penggunaan
dapat memiliki.” Hak yang dijelaskan dimuka, adakalanya merupakan sulthah,
adakalanya merupakan taklif.5

E. Klasifikasi Milik

Milik yang dibahas dalam fiqh muamalah secara garis besar dapat dibagi
menjadi dua bagfian, yaitu :

1. Milk Tam, yaitu suatu pemilikan yang meliputi benda dan manfaatnya
sekaligus, artinya bentuk benda (zat benda) dan kegunaannya dapat
dikuasai. Pemilikan tam bisa diperoleh dengan banyak cara, jual beli
misalnya.

4
Ibid, hlm. 19-27
5
Ibid, hlm. 32-34

11
2. Milk Naqishah, yaitu bila seorang hanya memiliki salah satu dari benda
tersebut, memiliki benda tanpa memiliki manfaatnya atau memiliki
manfaat (kegunaan)nya saja tanpa memiliki zatnya.

Dilihat dari segi mahal (tempat), milik dapat dibagi menjadi tiga bagian, yaitu
:

1. Milk al ‘aim atau disebut pula milk al raqabah, yaitu memiliki semua
benda, baik benda tetap (ghair manqul) maupun benda benda yang dapat
dipindahkan (manqul) seperti pemilikan terhadap rumah,kebun, pemilikan
terhadap benda benda disebut milk al ‘ain.
2. Milk al-manfa’ah, yaitu seorang yang hanya memiliki manfaatnya saja
dari suatu benda, seperti benda hasil meminjam, wakaf, dan lain lain.
3. Milk al-dayn, yaitu pemilikan karena adanya utang, misalnya sejumlah
uang dipinjamkan kepada seseorang atau pengganti benda yang
dirusakkan. Utang wajib dibayar oleh orang yang berutang.

Dari segi shurah (cara berpautan milik dengan yang dimiliki), milik dibagi
menjadi dua bagian, yaitu :

1. Milk al-mutamayyiz, yakni sesuatu yang berpautan dengan yang lain, yang
memiliki batasan-batasan, yang dapat memisahkannya dari yang lain.
2. Milk al-sya’i, yaitu milik yang berpautan dengan sesuatu yang nisbi dari
kumpulan sesuatu, betapa besar atau betapa kecilnya kumpulan itu.6
F. Sebab Sebab Pemilikan

Harta berdasarkan sifatnya bersedia dan dapat dimiliki oleh manusia, sehimgga
manusia dapat memiliki suatu benda. Faktor-faktor yang menyebabkan harta
dapat dimiliki antara lain :

a. Ikraj al Mubahat, utnutk harta yang mubah (belum dimiliki oleh


seseorang) atau harta yang tidak termasuk dalam harta yang dihormati
(milik yang sah) dan tak ada penghalang syara’ untuk dimiliki. Untuk
memiliki benda benda yang mubahat diperlukan dua syarat yaitu :

6
Ibid, hlm. 40-41

12
1. Benda mubahat belum diikrazkan oleh orang lain.
2. Adanya niat (maksud) untuk memiliki.
b. Khalafiyah , yakni bertempatnya seseorang atau sesuatu yang baru
bertempat ditempat yang lama, yang telah hilang berbagai macam haknya.
Khalafiyah ada dua macam yakni :
1. Khalafiyah syakhsy ‘an syakhsy, yaitu di waris menempati tempat si
muwaris dalam memiliki harta tahta yang ditinggalkan oleh muwaris,
harta yang ditinggalkan disebut tirkah.
2. Khalafiyah syai’an syai’in, yaitu apabila seseorang merugikan milik
orang lain atau menyerobot barang orang lain, kemudian rusak
ditangnnya atau hilang, maka wajiblah dibayar harganya dan diganti
kerugian-kerugian pemilik harta, maka ini disebut juga tadlmin atau
ta’widl (menjamin kerugian).
3. Tawallud ,in Mamluk, yaitu segala yang terjadi dari benda yang telah
dimiliki, menjadi hak bagi yang memiliki benda tersebut. Contohnya
bulu domba menjadi milik pemilik domba. Sebab pemilikan ini dibagi
menjadi dua pandangan, yaitu :
1. Meningat ada dan tidak adanya ikhtiar terhadap hasil hasil yang
dimiliki.
2. Pandangan terhadap bekasnya

4. karena penguasaan terhadap milik negara atas pribadi yang sudah lebih
dari tiga tahun.7

7
Ibid, hlm. 38-40

13
BAB III

PENUTUP
A. Kesimpulan

Harta dalam bahasa Arab disebut, al mal yang berasal dari kata mala-yamiilu-
maylan yang berarti condong, cenderung, dan miring. Harta adalah segala sesuatu
yang dapat disimpan untuk digunakan ketika dibutuhkan.

Menurut pengertian umum, hak ialah suatu ketentuan yang digunakan oleh
syara’ untuk menetapkan suatu kekuasaan atau suatu beban hukum. Pengertian
hak sama dengan arti hukum dalam istilah ahli Ushul yakni sekumpulan kaidah
dan nash yang mengatur atas dasar harus ditaati untuk mengatur hubungan
manusia dengan manusia, baik mengenai orang maupun mengenai harta.

Milik sendiri berarti kekhususan terdapat pemilik suatu barang menurut syara’
untuk bertandak secara bebas bertujuan mengambil manfaatnya selama tidak ada
penghalang syar’i

B. Saran

Tentunya terhadap penulis sudah menyadari jika dalam penyusunan makalah


diatas masih banyak ada kesalahan serta jauh dari kata sempurna . Adapun
nantinya penulis akan segera melakukan perbaikan susunan makalah itu dengan
menggunakan pedoman dari beberapa sumber dan kritik yang bisa membangun
dari para pembaca

14
DAFTAR PUSTAKA
Suhendi, H. (2019). Fiqh Muamalah. Depok: PT Raja Grafindo Persada.

15

Anda mungkin juga menyukai