Anda di halaman 1dari 17

MAKALAH

ASET KEKAYAAN
Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas Mata Kuliah

Tafsir Ayat Ekonomi


Dosen Pengampu : Dr. Syamsul Hilal, S.Ag,M.Ag

Disusun Oleh Kelompok 4 :


1. Adinda Sofia ( 2351040003 )
2. Choirun Nisa ( 2351040028 )
3. Cindy Risky Shaharani ( 2351040029 )

KELAS 2A
JURUSAN MANAJEMEN BISNIS SYARIAH
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS ISLAM
UIN RADEN INTAN LAMPUNG
2023 / 2024
KATA PENGANTAR

Syukur Alhamdulillah senantiasa Kami panjatkan atas kehadirat Allah SWT


yang telah melimpahkan rahmat dan karunia-Nya sehingga Kami dapat
menyelesaikan makalah ini. Sholawat serta salam tak lupa juga Kami ucapkan kepada
baginda besar kita nabi Muhammad SAW. Penyusunan makalah ini guna memenuhi
tugas Mata Kuliah Tafsir Ayat Ekonomi dengan judul “Aset Kekayaan”. Kami harap
makalah ini dapat bermanfaat dalam menambah wawasan dan ilmu pengetahuan kita
mengenai Aset Kekayaan.
Kami menyadari bahwa penulisan makalah ini tidak terlepas dari bantuan
banyak pihak yang dengan tulus memberikan doa, saran dan kritik sehingga makalah
ini dapat diselesaikan. Kami menyadari sepenuhnya bahwa makalah ini masih jauh
dari kata sempurna dikarenakan terbatasnya pengalaman dan pengetahuan yang Kami
miliki. Oleh karena itu, Kami mengharapkan segala bentuk kritik serta saran dan
masukan dari berbagai pihak agar Kami dapat memperbaiki makalah ini. Semoga
makalah ini dapat dipahami bagi siapapun yang membacanya. Sedikitnya makalah
yang telah disusun dapat berguna untuk Kami dan Sebelumnya Kami mohon maaf
apabila ada kesalahan kata yang yang kurang berkenan bagi pembaca.

Bandar Lampung, 17 Maret 2024

Penulis

2
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ............................................................................................................ 2

DAFTAR ISI........................................................................................................................... 3

BAB I PENDAHULUAN ....................................................................................................... 4

A. Latar Belakang .......................................................................................................... 4

B. Rumusan Masalah ...................................................................................................... 5

C. Tujuan ........................................................................................................................ 5

BAB II PEMBAHASAN ........................................................................................................ 6

A. Konsep Kepemilikan Harta........................................................................................ 6

B. Kikir, Esensi dan Dampak Negatifnya ...................................................................... 11

C. Dengki, Esensi dan Dampak Negatifnya ................................................................... 14

BAB III PENUTUP ................................................................................................................ 16

A. Kesimpulan ................................................................................................................ 16

B. Saran .......................................................................................................................... 16

DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................................. 17

3
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kekayaan (amwal) merupakan bentuk jamak dari kata mal, dan mal dalam bahasa
Arab, adalah "segala sesuatu yang diinginkan sekali oleh manusia menyimpan dan
memilikinya". Dengan demikian unta, sapi, kambing, tanah, kelapa, emas dan perak
adalah kekayaan. Oleh karena itu ensiklopedi-ensiklopedi di Arab, misalnya al-Qāmus
dan Lisan al-'Arab, mengatakan bahwa kekayaan adalah segala sesuatu yang dimiliki;
namun orang-orang desa sering menghubungkannya dengan ternak dan orang-orang kota
sering menghubungkannya dengan emas dan perak, tetapi semuanya adalah kekayaan.1
Dalam bahasa yang sederhana "kekayaan" berarti melimpahnya kepemilikan materi atau
"sumber daya yang berharga" atau "semua harta yang memiliki nilai uang dan nilai
tukar". Kata "kekayaan" membangkitkan semua gairah dan emosi dalam hati manusia
karena setiap orang yang berakal sehat pasti menginginkan kekayaan.
Umumnya, manusia mencari kekayaan sebagai sarana untuk meraih kehormatan
dan kekuasaan. Seiring berkembangnya zaman, kekayaan yang dimiliki oleh manusia
mengalami perkembangan yang terus menerus serta semakin beragam pula cara
mendapatkannya. Salah satunya adalah melalui investasi. Investasi merupakan
penanaman uang atau modal dalam proses produksi (dengan pembelian gedung-gedung,
permesinan, bahan cadangan, penyelenggaraan uang pengembangannya). Dengan
demikian, cadangan modal kurang sejauh tidak perlu ada modal barang yang harus
diganti. Saat ini, banyak orang dengan kekayaan berlebih tidak hanya menyimpan
uangnya di dalam bank saja namun juga menginvestasikan dananya itu pada kekayaan.
Umumnya, manusia mencari kekayaan sebagai sarana untuk meraih kehormatan dan
kekuasaan.2
Seiring berkembangnya zaman, kekayaan yang dimiliki oleh manusia mengalami
perkembangan yang terus menerus serta semakin beragam pula cara mendapatkannya.
Salah satunya adalah melalui investasi. Investasi merupakan penanaman uang atau modal
dalam proses produksi (dengan pembelian gedung-gedung, permesinan, bahan cadangan,
penyelenggaraan uang kas serta pengembangannya). Dengan demikian, cadangan modal

1
Yusuf Qardhawi, Hukum Zakat, diterjemahkan oleh Didin Hafiduddin (Jakarta: PT Intermasa, 1993), 123.
2
Ruqaiyah Waris Maqood, Harta Dalam Islam (Jakarta: Lintas Pustaka, 2002), 1-2.

4
kurang diperbesar, sejauh tidak perlu ada modal barang yang harus diganti.3
Saat ini, banyak orang dengan kekayaan berlebih tidak hanya menyimpan
uangnya di dalam bank saja namun juga menginvestasikan dananya itu pada bangunan
seperti rumah, toko, industri, tanah, perhiasan dan masih banyak lagi corak dan
ragamnya. Bagi kebanyakan orang, investasi dipercaya dapat memberikan keuntungan
dan dirasa dapat mengembangkan kekayaan yang dimiliki oleh seseorang.
Islam memiliki pandangan tersendiri terhadap rezeki, nikmat dan makanan yang
pada hakikatnya semua berasal dari Allah SWT. Manusia hanyalah sarana bagi Allah
untuk melimpahkan nikmat-Nya. Allah SWT tidak hanya

B. Rumusan Masalah
1. Bagaimanakah konsep kepemilikian harta ?
2. Bagaimana esensi dan dampak negatif dari sikap kikir ?
3. Bagaimana esensi dan dampak negatif dari sikap dengki ?

C. Tujuan
1. Untuk mengetahui seperti apa konsep kepemilikan harta.
2. Untuk mengetahui esense dan dampak negarif dari sikap kikir.
3. Untuk mengetahui esensi dan dampak negatif dari sikap dengki.

3
M. Ali Hasan, Zakat, Pajak Asuransi dan Lembaga Keuangan (Masail Fiqhiyah II) (Jakarta: PT Raja Grafindo
Persada, 1997), 25.

5
BAB II
PEMBAHASAN

A. Konsep Kepemilikan Harta ( QS. Al-Baqarah (2): 29 )


1. Allah Pemilik Hakiki Harta
QS. Al-Baqarah (2): 29

a. Arti kosa kata kunci

– (Dia) menuju ke langit

- Maka (Ia) menjadikarinya

- Tujuh langit

b. Terjemah
Artinya: Dia-lah Allah, yang menjadikan segala yang ada di bumi untuk
kamu dan Dia berkehendak (menciptakan) langit, lalu dijadikan-Nya tujuh langit.
Dan Dia Maha Mengetahui segala sesuatu.

c. Tafsir singkat
Ayat ini memberikan indikasi bahwa segala sumber daya alam yang ada di
planet bumi adalah karuniaNya untuk hamba-hambaNya. Begitu pula Ia
menciptakan alam semesta dan jagad raya ini tidak lain adalah sebagai
penyeimbang aktifitas galaksi dan tatasurya dimana planet buni berada. Allah
SWT juga menciptakan langit berlapis-lapis hingga tujuh lapis dengan kecanggihan
arsitek dan artistik yang tiada taranya.

d. Kandungan hukum ayat ini


Pada ayat : ‫ ي‬, ‫ي‬ kata, , ditafsirkan dengan
menciptakan dan mengadakan yang sebelumnya tidak ada atau belum ada. Dan
kalimat: ‫ ي‬, , bahwa Allah SWT menciptakan segala isi
bumi adalah karena untuk kemaslahatan umat manusia sebagai khalifah Allah SWT
di muka bumi ini. Pakar tafsir lain menafsirkan bahwa Allah SWT menciptakan
manusia dan segala sesuatu yang ada di muka bumi untuk menusia tidak lain

6
adalah untuk menekankan bahwa itulah ke-EsaanNya dan indikasi akan adanya Zat
Yang Maha Mencipta untuk hamba-hambaNya di dunia.
QS. Al-Baqarah (2): 29 ini juga ditafsirkan dengan ayat lain dalam QS. Al-
Jatsiyah :13 Artinya: Dan Allah SWT
menundukkan (menciptakan) segala apa yang ada di langit dan di bumi semuanya
adalah untuk kalian.
Ayat: , juga dapat berarti bahwa Allah SWT telah
menciptakan sebelum dan sesudah manusia, bumi dan langit, baik yang terkait
dangan menghidupkan, mematikan, menciptakan atau bertahta di singgahsana
Arasy.4

Ayat selanjutnya :

Pada kalimat secara bahasa kata bermakna lebih


tinggi dari sesuatu. Adapun secara terminologis, al- Qurtubi menyimpulkan ayat ini
termasuk kategori ayat yang sulit untuk dimengerti substansi maknanya, sehingga
para pakar tafsir mempunyai pendapat yang beragam minimal ada tiga macam
sebagai berikut: Pertama, mayoritas pakar tafsir bersumber dari riwayat Imam
Malik berpendapat bahwa kita membaca ayat itu, mengimaninya dan tidak
menafsirkannya. Pada suatu ketika seseorang datang kepada Imam Malik dan

bertanya tentang QS. Thoha: 5 , artinya : al-Rahman


beristiwa' di arasy. Imam Malik menjawab: Istiwa' adalah dapat dimengerti secara
rasional, tentang cara Allah SWT beristiwa adalah tidak dapat dimengerti oleh
kemampuan akal manusia, mengimani istiwa' Allah SWT adalah suatu kewajiban
dan bertanya secara detil tentang istiwa' tersebut adalah bid'ah.
Kedua, Pendapat al-Musyabbihah adalah kita membacanya dan
menafsirkannya sebatas kandungan makna bahasa atau menafsirkan dengan
pendekatan simantik. Ketiga, Kita membacanya dan menakwilkannya berdasarkan
pada pendekatan logika bahasa.5

4
Abu Abdillah Muhammad bin Ahmad al-Anshari al-Qurthubi (selanjutnaya disebut al-Qurthubi), al-Jami' li
Ahkam al-Qran, Jilid I, Beirut, Dar al-Fikri, 2003, h. 213
5
Ibid. hal 215

7
2. Ancaman Bagi Si Kaya Bakhil (QS. Al-Baqarah (2): 254)
(QS. Al-Baqarah (2): 254)

a. Arti kosa kata kunci


= Hari yang tiada perdagangan dan tiada lagi persaudaraan.

‫ش ف عة‬ = Syafa'at : usaha perantaraan dalam memberikan sesuatu manfaat


bagi orang lain atau mengelakkan sesuatu mudharat bagi orang
lain. Syafa'at yang tidak diterima di sisi Allah adalah syafa'at
bagi orang-orang kafir.

b. Terjemah
Artinya: Hai orang-orang yang beriman, belanjakanlah (di jalan Allah)
sebagian dari rezki yang telah Kami berikan kepadamu sebelum datang hari yang
pada hari itu tidak ada lagi jual beli, persaudaraan dan tidak ada lagi syafa'at. Dan
orang-orang kafir itulah orang-orang yang zalim.

c. Tafsir Singkat
Ayat ini memberikan petunjuk akan pentingnya waktu luang bagi manusia
untuk selalu menyisihkan sebagian rizki yang Allah SWT berikan kepadanya
dibelanjakan di jalan Allah SWT. Manusia dalam mengarungi kehidupan memiliki
keterbatasan waktu atau usia dan begitu pula alam atau bumi yang kita tempati
memiliki keterbatasan eksisnya. Ketika kiamat tiba, maka umat manusia tidak akan
sempat lagi untuk memikirkan berinfak di jalam Allah SWT, akan tetapi mereka
sibuk menyelamatkan diri mereka dengan datangnya hari yang sangat mengerikan,
itulah orang-orang kafir yang akan mengalami ketentuan Allah SWT yang maha
dahsyat di alam fana ini.

d. Kandungan Hukum Ayat Ini


Ayat ini mengindikasikan kepada kita akan kewajiban orang- orang yang
beriman untuk berbagi dengan sesamanya dalam masalah harta yang telah
dianugerahkan kepada mereka sebagaimana firman Allah SWT : ,

8
Ulama memiliki pendapat yang beragam dalam memahami kata infaq yang
terdapat dalam ayat tersebut sebagai berikut: Pertama, al-Hasan menafsirkannya
dengan zakat wajib (fitrah, mal, profesi, barang-barang perdagangan, panen hasil
pertanian palawija, buah-buahan dan lain semisalnya). Kedua, Ibn Juraij dan Said
ibn Jubair berpendapat bahwa ayat ini mengindikasikan tentang zakat wajib dan
termasuk di dalamnya infaq, dan sodakoh.6 Ketiga, Ibn Atiyah berpendapat bahwa
pendapat ini adalah benar, akan tetapi ayat sebelumnya adalah membicarakan jihat
fi sabilillah atau peperangan, jadi konteksnya akan lebih nyambung katika
pengumpulan harta itu adalah sebagai sumbangsih umat Islam dalam mendukung
perjuangan melawan musuh-musuh Islam secara umum.7
Adapun yang dimaksudkan dengan: yang d dimaksud
adalah hari kiamat. Pada hari ini tidak berlaku lagi dan tidak terpikirkan lagi oleh
penduduk bumi untuk berbisnis, berkasih sayang terhadap keluarga dan handai
tulan dan tidak berguna lagi syafaat bagi orang yang sebelumnya dapat menerima
fasilitas syafaat.

Inilah gambaran betapa berharganya waktu yang Allah SWT berikan


kepada kita ketika kita dapat melaksanakan ibadah wajibah dan nafilah, karena ada
suatu masa nanti tiap individu tidak akan dapat memikirkan lagi dirinya sendiri
apalagi orang lain tentang amal shalih yang akan dibawa diakhirat kelak, yaitu
ketika terjadi kiamat kecil pada diri seseorang atau kematian dan kiamat besar
yaitu berakhirnya kehidupan di alam fana ini.

3. Larangan Hasad Terhadap Pendapatan Orang Lain (QS. An-Nisa (4) :32)
QS. An-Nisa (4) : 32

a. Arti kosa kata kunci


- Dengki atau iri hati
‫ن ص ب‬ - Bagian

6
Glasee, Cyn‟i, Ensiklopedia Islam, (Jakarta: Raja Grafindo Persada,1996), Hal 190.
7
Al-Qurtubi, Op. Cit., Jilid III, h. 202-203

9
- (Mereka) usahakan

b. Terjemah
Artinya: Dan janganlah kamu iri hati terhadap apa yang dikaruniakan Allah
kepada sebahagian kamu lebih banyak dari sebahagian yang lain. (Karena) bagi
orang laki-laki ada bahagian dari pada apa yang mereka usahakan, dan bagi para
wanita (pun) ada bahagian dari apa yang mereka usahakan, dan mohonlah kepada
Allah sebagian dari karunia-Nya. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui segala
sesuatu.

c. Tafsir singkat
Ayat ini mengindikasikan akan adanya karakter tabiat manusia dalam
menyikapi harta. Ketika tetangga memperoleh kelapangan rizki dan berkesempatan
melengkapi mebelair rumahnya, maka timbul di antara tetangga lainnya akan rasa
dengki dan iri terhadap kemampuan dan kelapangan tetangganya dengan membuat
berbagai isu dan kabar burung untuk memfitnah tetangganya yang sukses.
Allah SWT telah berjanji akan menghargai prestasi dari setiap hambaNya
yang tekun dan tangguh dalam bekerja dengan imbalan kebahagiaan abadi di alam
akhirat. Dan Allah SWT Maha Lapang karuniaNya bagi siapa saja dari hamba-
hambaNya yang bermohon kepadanya.

d. Asbab al-Nuzul

‫أ زل‬ ‫ل ز‬ ‫ز‬ ‫ل‬ : :‫ل‬ .1


‫ض { آل‬ ‫ىل ب‬ ‫ضك‬ ‫ضل ب ب‬ ‫ه‬ ‫ال‬ ‫ت‬ } :‫ىل‬ ‫هللا‬

Artinya: Dari Mujahid berkata: Ummu Salmah bertanya kepada Rasulullah


SAW: Ya Rasulullah Kaum laki-laki dan kami berperang, mengapa bagian kami
(perempuan) separoh dari bagian mereka? Kemudian Allah Ta'ala menurunkan ayat
(Dan janganlah kamu iri hati terhadap apa yang dikaruniakan Allah kepada
sebahagian kamu lebih banyak dari sebahagian yang lain).

,‫ل‬ ‫ز‬ ‫ل‬ : , ‫ه‬ ‫أ‬ .2

. ‫ض{ آل‬ ‫ىل ب‬ ‫ضك‬ ‫ب‬ ‫ضل ب‬ ‫ه‬ ‫ت‬ ‫ىل } ال‬ ‫هللا‬ ‫أ زل‬

10
Artinya: Dari Ikrimah bahwa para wanita bertanya tentang jihad (kepada
Rasulullah SAW), mereka berkata: Kami senang Allah membolehkan kami
berpartisipasi dalam peperangan dan bagian (harta rampasan perang bagi kami)
adalah sama dengan bagian laki-laki. Kemudian Allah Ta'ala menurunkan ayat (Dan
janganlah kamu iri hati terhadap apa yang dikaruniakan Allah kepada sebahagian
kamu lebih banyak dari sebahagian yang lain).

e. Kandungan hukum ayat ini


Ayat ini mengindikasikan bahwa Allah SWT melarang kepada mahlukNya
manusia untuk berburuk sangkan dan iri hati terhadap pendapatannya yang beragam
dan terhadap ketentuan Allah SWT yang berhubungan dengan laki-laki dan
perempuan. Adanya pemikiran yang ditawarkan oleh beberapa kalanglan pemikir
Islam itu sendiri atau non muslim yang mengkritisi soal gender sebagai faktor non
kesetaraan dalam Islam perlu dicermati dengan bijak dan arif untuk menghindari
kesalahan dan terjebak pada mengikuti hawa nafsu belaka terhadap titah Allah SWT
Yang Maha Bijaksana dan Maha Adil. Dalam hal ini Rasulullah SAW pernah
memperingatkan manusia untuk berhati-hati dalam hal ini dengan sabdanya yang
artinya sebagai berikut: Berpikirlah (kamu sekalian) tentang ciptaanku dan jangan
sekali-kali kamu berpikir tentang Sang Pencipta, karena (kamu sekalian) tidak
memiliki kemampuan untuk itu. (al-Hadis).

B. Kikir, Esensi dan Dampak Negatifnya


1. Pengertian Kikir
Kikir dalam bahasa arab bakhil berasal dari kata - yang berarti:
terlampau hemat memakai hartanya. Kata al-Bukhl sering disepadankan dengan
Asy-syuhh, baik di dalam Al-Quran maupun hadist, kedua kata itu sering
dipergunakan dengan pengertian pelit atau kikir.
Secara istilah keterangan di atas menyebutkan Al-Bukhl dan Asy-Syuhh,
keduanya sering dipergunakan dengan pengertian kikir atau pelit, meski demikian
sebagian ulama membedakan hakikat keduanya, yang pertama adalah kikir terhadap
apa yang ada ditangannya saja (miliknya) sedangkan yang kedua disamping kikir
terhadap apa yang ada ditangannya juga berarti menghendaki agar milik orang lain
jatuh ketangannya.

11
Dari sini nampak bahwa Asy-syuhh lebih berbahaya dari pada Al-Bukhl,
sekalipun keduanya diterjemahkan kikir atau lokek. Sikap mental yang enggan
mengeluarkan sebagian harta yang wajib dikeluarkan, seperti membayar zakat,
memberi nafkah keluarga, mengeluarkan infaq dan sedeqah. 8 Selain bahasa kedua
diatas dalam ayat ada juga yang menggunakan kata ‫ ق‬yang mengandung arti
kikir.
Dalam mendifinisikan istilah kikir, para ulama berbeda beda pendapat :
1. Kikir adalah mempersempit pergaulan, dan enggan memberikan miliknya kepada
orang lain, maunya apa yang dimiliki sedikitpun jangan hendaknya sampai
berkurang.9
2. Kikir adalah menahan apa yang diwajibkan oleh syara’ atau oleh kehormatan.10
3. Kikir adalah suatu sifat buruk yang selalu berhubungan semua pelanggaran
komitmen moral dan spiritual.11
Sebagian besar manusia akan menghabiskan waktu hidupnya untuk
memperoleh dan mengumpulkan harta. Karena mereka sangat mencintai hartanya.
Hal ini sesuai sabda Rasulullah saw yang diterangkan dalam hadist berikut:
‫ن‬ ، ،
Artinya: Sungguh celaka seorang yang menghambakan dirinya kepada
hartanya, sungguh celaka dan amat merugi pula. (HR. Bukhari no 6435).

2. Bahaya Sikap Kikir


Jika seseorang tidak senang orang lain kikir terhadap dirinya, maka demikian
juga perasaan orang terhadap kekikirannya. Jika ia ingin orang berhati murah
kepadanya, hendaklah ia mengkikis sikap kikir yang ada didalam jiwanya. Maka
siapa yang pemurah terhadap orang lain, sesungguhnya ia hanya pemurah terhadap
dirinya sendiri.12
Kikir adalah seseorang yang tak ingin apa yang dimiliki terlepas darinya,
disengaja ataupun tidak. Biasanya sifat ini berkaitan dengan sifat egoistis, Sifat ini
harus diobati deengan menumbuhkan kesadaran bahwa roda kehidupan berputar, jika
sekarang sedang “diatas” mungkin suatu saat “di bawah”, butuh bantuan
8
Glasee, Cyn‟i, loc. Cit, hal 190
9
Barmawie Umar, Materi Akhlak, (Solo: Ramadhani, 1991), Hal. 56.
10
Imam Al Ghazali, Membersihkan Hati Dari Akhlak Yang Tercela, (Jakarta: Pustaka Amani, 1988), Hal. 13
11
Sayid Mujtaba Musawwi Lari, Menumpas Penyakit Hati, ( Lentera, 1996) Hal 152.
12
Rahman Ritonga, Akhlak Merakit Hubungan Dengan Sesama Manusia, (Surabaya: Amelia Computindo, 2005)
Hal. 219-220.

12
pengorbanan orang lain. Apalagi pada hakikatnya segala sesuatu yang kita punya
adalah titipan Allah swt, sifat kikir yang telah disucikan dapat menjadi semangat
untuk hidup hemat dan bersahaja sebagaimana yang dicontohkan Rasulullah saw.
Secara istilah, kikir memiliki dua pengetian, pertama, berdasarkan istilah
umum, kikir berarti pelit terhadap harta. Saat disebutkan kata “kikir”, orang-orang
akan mengartikannya sebagai sikap menahan harta dan tidak mau mendermakannya
kepada orang lain. Kedua, berdasarkan istilah syar’i, kikir berarti pelit terhadap
semua kebaikan, baik harta maupun bukan, milik sendiri maupun milik orang lain.
Sifat kikir adalah sifat yang sangat tercela. Orang yang kikir akan jauh dari Allah
swt, jauh dari manusia dan jauh dari Surga. Namun, banyak orang yang tidak
menyadari ruginya bersifat kikir, bahkan ada orang yang tidak saja kikir kepada
orang lain tetapi juga kikir kepada keluarganya sendiri. Orang seperti ini tampak
ketakutan menghadapi hari esok, takut hartanya berkurang dan takut miskin.13
Cobalah kita tanya kepada hati nurani kita, senangkah kita kepada
orangorang kikir. Tentunya tidak, Dan orang lain pun akan berpendapat sama. Semua
hati nurani manusia tidak suka terhadap orang yang kikir, suatu bukti bahwasanya
Allah swt tidak meridhai terhadap sifat atau perbuatan kikir.
Orang yang kikir kadang tidak menyadari kalau dirinya itu kikir, ia
mengharapkan orang lain banyak beramal memberikan sumbangan, tetapi ia tidak
sadar kalau dirinya sendiri berat untuk melakukan amal yang sama. Ketiga, seorang
yang mempunyai banyak harta sering lupa dari berdzikir kepada Allah swt, padahal
berdzikir kepada Allah swt adalah puncak ibadah.14
Itulah kikir, Allah swt menahan tangan mereka untuk menafkahkan hartanya
di jalan Allah swt sehingga mereka tidak dapat melihat kebenaran.
Sayyidina Ka’ab ra berkata:‟Setiap pagi telah ditugaskan dua orang malaikat
yang menyeru: ‟Ya Allah, percepatlah rusaknya harta orang yang pelit dan
segeralah beri ganti harta orang yang berinfak.”
Al-Imam Abu Hanifah ra berkata: ‟Aku tidak pernah memandang untuk bisa
bersikap adil kepada orang yang kikir sebab sifat kikir membuatnya melebihi batas,
ia rela mengambil sesuatu di luar haknya agar tidak merugi. Orang yang sifatnya
demikian tidak bisa diserahi amanat.‟

13
Joko Suharto, Menuju Ketenangan Jiwa, (Jakarta: Rineka Cipta, 2007), Hal.122
14
Yunus Bin Ali Al-Muhdhar, Bahaya Kikir,(Cahaya Ilmu, 2012), Hal. 11

13
Sayyidina Ali bin Abi Thalib ra berkata: ‟Demi Allah swt, orang yang
dermawan sama sekali tidak akan melampaui batas haknya.‟
Al-Imam Bisyir al-Hafi ra berkata: “Memandang wajah orang yang kikir
dapat mengeraskan hati dan bertemu dengan orang-orang yang kikir merupakan
bencana bagi hati orang-orang yang beriman.”15

C. Dengki, Esensi dan Dampak Negatifnya


1. Pengertian Dengki
Dengki adalah rasa iri hati atau tidak senang terhadap orang lain yang
memiliki sesuatu yang diinginkan, seperti harta benda, kesuksesan, atau hubungan.
Konsep dengki dalam istilah psikologi modern disebut Smith dan Kim (2007)
dengan envy, yaitu perasaan tidak senang dan seringkali disertai rasa tersiksa hati
yang ditandai dengan adanya perasaan inferior, memusuhi serta membenci keadaan
seseorang.
Hal lainnya dalam dengki ada perasaan depresi dan kebencian (hostility).
Semua perasaan itu dasarnya adalah marah karenanya semakin pemarah seseorang
maka kemungkinan untuk memiliki karakter dengki menjadi besar.16
Dengki yang dilarang ialah yang mengarah pada adanya keinginan akan
hilangnya nikmat yang dimiliki orang lain, sedangkan dengki yang diperbolehkan
ialah yang mengarah pada adanya keinginan untuk sama dengan orang lain tanpa
menginginkan nikmat orang lain hilang, jadi individu hanya bermaksud memacu
dirinya agar mampu mencapai hal-hal positif yang telah dicapai oleh orang lain.17
beberapa esensi dari sikap dengki diantaranya adalah Ketidakpuasan dengan Diri
Sendiri, berusaha untuk menjatuhkan orang lain atau menyebarkan rumor.

15
Ibid...Hal. 88
16
Ila Nurlaila Hidayat dkk, “Dengki, Bersyukur dan Kualitas Hidup Orang yang Mengalami Psikosomatik”,
Jurnal Ilmiah Psikologi, Vol 7, No 1, (2020), 80-81
17
Ibid. hal 81-82

14
2. Dampak Negatif Dengki
Dengki dapat memiliki dampak negatif pada individu dan masyarakat.
Beberapa diantaranya adalah :
1. Ketidakpuasan dengan diri sendiri
2. Perasaan negative
3. Motivasi negative
4. Ketidakmampuan untuk bersyukur
5. Ketidakbahagiaan
6. Konflik
7. Kerusakan reputasi
8. Ketidakpercayaan
9. Ketidakharmonisan

15
BAB III PENUTUP
A. Kesimpulan
1. Konsep kepemilikan harta terbagi menjadi :
 Konsep Kepemilikan Harta ( QS. Al-Baqarah (2): 29 )
 Ancaman Bagi Si Kaya Bakhil (QS. Al-Baqarah (2): 254)
 Larangan Hasad Terhadap Pendapatan Orang Lain (QS. An-Nisa (4) :32)
 Larangan Hasad Terhadap Pendapatan Orang Lain (QS. An-Nisa (4) :32)

2. Kikir dalam bahasa arab bakhil berasal dari kata - yang berarti:
terlampau hemat memakai hartanya. Sifat ini harus diobati deengan
menumbuhkan kesadaran bahwa roda kehidupan berputar, jika sekarang sedang
“diatas” mungkin suatu saat “di bawah”, butuh bantuan pengorbanan orang lain.

3. Dengki adalah rasa iri hati atau tidak senang terhadap orang lain yang memiliki
sesuatu yang diinginkan, seperti harta benda, kesuksesan, atau hubungan. esensi
dari sikap dengki diantaranya adalah Ketidakpuasan dengan Diri Sendiri, berusaha
untuk menjatuhkan orang lain atau menyebarkan rumor. Dengki dapat memiliki
dampak negatif pada individu dan masyarakat. Beberapa diantaranya adalah :
1. Ketidakpuasan dengan diri sendiri
2. Perasaan negative
3. Motivasi negative
4. Ketidakmampuan untuk bersyukur

B. Saran
Apabila di dalam makalah ini terdapat kekeliruan, maka saran dari pembacan
sangat diharapakan agar karya ini dapat dijadikan bahan informasi sesuai dengan
tujuannya. Karena meskipun penulis menginginkan kesempurnaan dalam penyusunan
makalah ini, akan tetapi pada kenyataannya masih banyak kekurangan yang perlu
penulis perbaiki. Hal ini dikarenakan masih minimnya pengetahuan penulis. Oleh
karena itu, kritik dan saran yang membangun dari pembaca sangat diharapkan sebagai
bahan evaluasi untuk kedepannya. Sehingga bisa terus menghasilkan penelitian dan
karya tulis yang bermanfaat bagi banyak orang.

16
DAFTAR PUSTAKA

Abu Abdillah Muhammad bin Ahmad al-Anshari al-Qurthubi (selanjutnaya disebut


al-Qurthubi), al-Jami' li Ahkam al-Qran, Jilid I, Beirut, Dar al-Fikri, 2003
Yusuf Qardhawi, Hukum Zakat, diterjemahkan oleh Didin Hafiduddin (Jakarta: PT
Intermasa, 1993).
Ruqaiyah Waris Maqood, Harta Dalam Islam (Jakarta: Lintas Pustaka, 2002), 1-2.
M. Ali Hasan, Zakat, Pajak Asuransi dan Lembaga Keuangan (Masail Fiqhiyah II)
(Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 1997).

Glasee, Cyn‟i, Ensiklopedia Islam, (Jakarta: Raja Grafindo Persada,1996), Hal 190.
Barmawie Umar, Materi Akhlak, (Solo: Ramadhani, 1991).
Imam Al Ghazali, Membersihkan Hati Dari Akhlak Yang Tercela, (Jakarta: Pustaka
Amani, 1988),
Sayid Mujtaba Musawwi Lari, Menumpas Penyakit Hati, ( Lentera, 1996) Hal 152.
Rahman Ritonga, Akhlak Merakit Hubungan Dengan Sesama Manusia, (Surabaya:
Amelia Computindo, 2005).
Joko Suharto, Menuju Ketenangan Jiwa, (Jakarta: Rineka Cipta, 2007).
Yunus Bin Ali Al-Muhdhar, Bahaya Kikir,(Cahaya Ilmu, 2012).
Ila Nurlaila Hidayat dkk, “Dengki, Bersyukur dan Kualitas Hidup Orang yang
Mengalami Psikosomatik”, Jurnal Ilmiah Psikologi, Vol 7, No 1, (2020).

17

Anda mungkin juga menyukai