Anda di halaman 1dari 19

MATERI PEMBELAJARAN ILMU AKHLAK DAN TASAWUF

KHALIFAH

MAKALAH

Disusun guna memenuhi Ilmu Akhlak dan Tasawuf

Dosen Pengampu : Ulpah Maspupah, M. Pd. I

Disusun oleh : Kelompok 5

1. Hasirin (2017405022)
2. Andaru Fikri „Abdillah (224110405096)
3. Fiana Hani (224110405108)
4. Tuti Agustini (224110405133)

3 PGMI C

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU MADRASAH IBTIDAIYAH

FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI PROF. K. H. SAIFUDDIN ZUHRI


PURWOKERTO

2023
KATA PENGANTAR

Alhamdulillahirabil‟alamin, puji syukur kita panjatkan kepada Allah


SWT, karena atas rahmat dan hidayah-Nya, pemakalah dapat menyelesaikan
makalah dengan materi “Khalifah” ini dengan baik tanpa ada halangan apapun.
Sholawat serta salam semoga tetap tercurahkan kepada Nabi Muhammad SAW.

Makalah dengan materi “Khalifah” ini bertujuan untuk memenuhi


Tugas Kelompok Ilmu Akhlak dan Tasawuf yang diampu oleh Ibu Ulpah
Maspupah, M. Pd. I. Dengan tersusunnya makalah ini semoga dapat menambah
pengetahuan dan wawasan pemakalah dan pembaca.

Penulis menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna.
Oleh karena itu, kritik dan saran dari pembaca sangat penulis harapkan agar dapat
menyusun makalah dengan lebih baik kedepannya. Apabila terdapat kata-kata
yang kurang berkenan di hati pembaca, kami mohon maaf sebesar-besarnya,
terima kasih.

Purwokerto, 12 Oktober 2023

Penulis

ii
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL............................................................................................... ii
KATA PENGANTAR ............................................................................................ ii
DAFTAR ISI .......................................................................................................... iii
BAB I PENDAHULUAN ...................................................................................... 1
A. Latar Belakang Masalah ............................................................................... 1
B. Rumusan Masalah ........................................................................................ 1
C. Tujuan .......................................................................................................... 1
BAB II PEMBAHASAN ....................................................................................... 2
A. Pengertian Khalifah ...................................................................................... 2
B. Perbedaan Khalifah dan Khilafah ................................................................ 6
C. Modal Yang Harus Dimiliki Khalifah.......................................................... 7
D. Makna Dan Peran Kekhalifahan Manusia Di Bumi ................................... 10
BAB III PENUTUP .............................................................................................. 15
A. Kesimpulan ................................................................................................ 15
E. Saran ........................................................................................................... 15
DAFTAR PUSTAKA ...............................................................................................

iii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Di dunia ini diciptakan khalifah oleh Allah. Menjadi khalifah


merupakan pemberian Allah terhadap sebagian manusia melalui wahyu
sebagai syari‟at. Khalifah ini juga mencakup seluruh manusia yang
mempunyai kemampuan berfikir yang luar biasa, sekalipun tidak mengerti
secara pasti rahasia khalifah, termasuk tidak mengetahui secara pasti
prosesnya. Hanya orang-orang terpilih dan dengan ketentuan tertentu. Allah
menciptakan khilafah dengan tujuan tertentu. Pada makalah ini akan dibahas
secara luas mengenai khalifah.

B. Rumusan Masalah

1. Apa yang dimkasud khalifah?


2. Apa perbedaan khalifah dengan khilafah?
3. Bagaimana karakteristik seorang khilafah?
4. Apa makna dan peran khalifah di bumi?

C. Tujuan

1. Mahasiswa mengetahui pengertian khalifah


2. Mahasiswa mengetahui perbedaan khalifah dan khilafah
3. Mahasiswa mengetahui karakteristik seorang khalifah
4. Mahasiswa mengetahui makna dan peran khalifah di bumi

1
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Khalifah

Kata Khalifah dijelaskan dalam Al-Qur‟an surat Al-Baqarah ayat 30


yaitu: Ingatlah ketika Tuhanmu befirrman kepada para Malaikat:
“Sesungguhnya Aku hendak menjadikan seorang khalifah di muka bumi”.
Lalu mereka berkata: “Mengapa Engkau hendak menjadikan (khalifah) di
bumi itu orang akan membuat kerusakan padanya dan menumpahkan darah,
pada hal kami senangtiasa bertasbih dengan memuji Engkau dan mensucikan
Engkau”. Tuhan berfirman: “Sesungguhnya Aku mengetahui apa yang tidak
kamu ketahui”. Bentuk jamak dari kata khalifah di dalam Al-Qur‟an, yaitu:
Khalaif, terdapat dalam surah Al-An‟am ayat 165, Yunus 14,73, dan Fathir 39
dan juga kata Khulafa‟ terdapat pada surat Al-A‟raf 7: 69, 74, dan Al-Naml
27: 62 (Shihab, 1993, hal. 157). Keseluruhan kata tersebut berakar dari kata
khulafa‟ yang pada mulanya berarti ”di belakang”. Dari sini, kata khalifah
seringkali diartikan sebagai “pengganti” (karena yang menggantikan selalu
berada atau datang di belakang,sesudah yang digantikannya) (Shihab, 1993,
hal. 157).

Al-Raghib Al-Isfahani, dalam Mufradat fi Gharib Al-Qur‟an,


menjelaskan bahwa menggantikan yang lain berarti melaksanakan sesuatu
atas nama yang digantikan, baik bersama yang digantikannya maupun yang
ada sesudahnya. Selanjutnya, Al-Isfahani menjelaskan bahwa kekhalifahan
tersebut tidak dapat terlaksana akibat ketiadaan di tempat, kematian, atau
ketidakmampuan orang yang digantikan, dan dapat juga akibat penghormatan
yang diberikan kepada yang menggantikan (Shihab, 1993, hal. 157. Khalifah
artinya jenis lain dari makhluk sebelumnya. Dapat juga diartikan sebagai
pengganti Allah untuk melaksanakan perintah-perintah-Nya terhadap umat
manusia (Al-Maraghi, 1986, hal 129). Diciptakannya Adam dalam bentuk
yang sedemikian rupa berfungsi sebagai khalifah di bumi, hal tersebut

2
merupakan nikmat yang paling besar dan harus disyukuri oleh keturunannya
dengan cara taat kepada Allah dan tidak ingkar kepada-Nya, termasuk
menghindari kehancuran dan menjauhi kemaksiatan yang dilarang-Nya. Allah
telah menyediakan alam semesta ini untuk Adam yang telah dianugerahi
keistimewaan dan kesempurnaan. Allah juga telah membekali Adam dengan
ilmu pengetahuan, dan Dia mengajari Adam tentang nama-nama benda.
Allah juga memberikan pengetahuan untuk mengetahui apa-apa yang belum
mereka diketahui.

Dalam ayat al-Qur‟an banyak menjelaskan kisah-kisah tentang


penciptaan manusia. Penciptaan manusia ini diawali dalam bentuk dialog atau
musyawarah sebelum terjadinya penciptaan. Ayat ini dikategorikan ayat
mutasyabihat (tidak mungkin hanya ditafsirkan dengan makna zhahir-nya
saja). Jika diartikan Allah mengadakan musyawarah dengan hamba-Nya, hal
ini merupakan kejadaian yang sangat mustahil. Karenanya, terkadang
diartikan pemberitahuan Allah kepada para malaikat, kemudian Malaikat
mengemukakan pendapatnya. Kalau merujuk kepada Al-Qur‟an untuk
mengetahui kandungan makna khalifah, maka kata khalifah dikemukakan dua
kali dalam konteks-konteks pembicaraan makna, khusunya dalam
memperhatikan surat Shad ayat 26 yang menguraikan sebagian dari sejarah
kehidupan Nabi Daud, yaitu;”Hai Daud, Sesungguhnya Kami menjadikan
kamu khalifah (penguasa) di muka bumi, maka berilah keputusan di antara
manusia dengan adil dan jangan kamu mengikuti hawa nafsu, karena ia akan
menyesatkan kamu dari jalan Allah. Sesungguhnya orang-orang yang sesat
dari jalan Allah akan mendapat azab yang berat, karena mereka melupakan
hari perhitungan”.

Pengangkatan khalifah sangat terkait juga dengan pemberian Allah


terhadap sebagian manusia melalui wahyu sebagai syari‟at. Khalifah ini juga
mencakup seluruh manusia yang mempunyai kemampuan berfikir yang luar
biasa, sekalipun tidak mengerti secara pasti rahasia khalifah, termasuk tidak
mengetahui secara pasti prosesnya. Dengan kemampuan akal manusia dapat

3
mengelola alam semesta ini secara bebas dan dapat mengolah segala sesuatu
yang ada pada alam ini menjadi bernilai dan bermanfaat. Pada diri manusia
sudah tersedia unsur pasilitas untuk bisa melaksanakan tugas secara sempurna,
dibidang ilmu pengetahuan lebih jauh jangkauannya dari makhluk lain
termasuk Malaikat.

Berdasarkan inilah manusia lebih diutamakan menjadi khalifah Allah


dari pada Malaikat. Allah telah mengajari Adam berbagai nama makhluk
yang telah diciptakanNya, kemudian Allah memberinya petunjuk untuk
mengetahui nama-nama tersebut. Dalam penuturan Adam kepada para
Malaikat terkandung tujuan untuk memuliakan kedudukan Adam dengan
mengangkatnya sebagai khalifah. Sekaligus menunjukan bahwa Allah hanya
menganugerahkan ilmu kepada siapa yang dikehendaki-Nya. Perintah Allah
kepada Adam menyebutkan nama-nama benda itu juga diharapkan kepada
para malaikat yang sejak awal sudah menyatakan ketidakmampuannya. Hal
ini juga merupakan isyarat bahwa Adam sudah pantas dikedepankan dari
makhluk lain dengan ilmu yang dikuasainya. Ia sudah dapat untuk dijadikan
panutan atau pemimpin yang dapat memberikan kenyamanan. Hal ini juga
merupakan penghargaan terhadap diri Adam berkat pengetahuan yang
dikuasainya. Allah menciptakan khalifah di bumi bukan untuk hal sia-sia.
Aku kata Allah mengetahui perkataan kalian yang tersembunyi; “Mengapa
Engkau hendak menjadikan (khalifah) di bumi ini orang yang akan membuat
kerusakan padanya”. Pengertian yang mengatakan; “Bahwa Allah tidak akan
menciptakan makhluk lain yang lebih mulia dibandingkan (malaikat), yang
hanya (malaikat) yang berhak menjadi khalifah di bumi”. Kandungan ayat
diatas menunjukan keutamaan manusia, lebih dari makhluk lainnya.
Sekaligus menunjukan keutamaan ilmu dibanding masalah ibadah. Karena
para malaikat lebih banyak melakukan ibadah dibandingkan Adam, sekalipun
mereka bukan ahli dalam memegang tampuk kekhalifahan, bahkan ilmu
pengetahuan merupakan pendukung yang penting bagi berdirinya
kekhalifahan itu sendiri. Dalam hal ini, Adam mempunyai keahlian lebih baik

4
dibandingkan makhluk lain, karena Adam lebih memungkinkan menguasai
ilmu pengetahuan.

Dalam masalah pengangkatan Adam sebagai khalifah di bumi


terkandung makna yang luhur, yang hikmah lahiriyahnya samar-samar bagi
malaikat. Jika para malaikat itu diberi wewenang sebagai khalifah di bumi,
jelas mereka tidak akan mampu mengetahui rahasia-rahasia alam. Di samping
itu, para malaikat tidak mempunyai kebutuhan terhadap bumi ini, karena asal
kejadian para malaikat dengan kejadian manusia berlainan. Mereka tidak
akan mengetahui bahwa bumi ini bisa ditanami dengan tumbuh-tumbuhan,
dan mereka tidak akan mengetahui bahwa di dalam perut bumi terdapat aneka
ragam logam, bahkan mereka tidak mengetahui bagaimana cara
mengeluarkan logam dan barang tambang lainnya dalam perut bumi tersebut.
Mereka pun tidak akan mengetahui susunan kimia bumi dan tabiat alam.
Mereka tidak akan mengetahui masalah antropologi, ilmu kedokteran.
Jelasnya Malaikat tersebut tidak akan dapat menguasai ilmu pengetahuan
seperti manusia, yang memiliki keinginan, semangat dan ketekunan untuk
menguasai dan mengembangkannya. (Yusuf al-Qardawi, fiqh al-Daulah,,,h
29).

Berdasarkan pengertian khalifah seperti yang telah dikemukakan,


maka manusia sebagai khalifah bermakna kedudukan manusia sebagai
penegak dan pelaksana hukum-hukum Tuhan di muka bumi ini. Dapat juga
dikatakan manusia berkedudukan sebagai penguasa dan pengatur kehidupan
di bumi dengan jalan menerapkan hukum-hukum Tuhan yang pada
hakikatnya adalah hakikat Tuhan. Berdasarkan uraian diatas, dapat dipahami
bahwa kekhalifah-an dapat terjadi karena ada tiga unsur yang saling
berhubungan, yaitu pertama sebagai khalifah. Khalifah adalah seorang hamba
Allah yang mendapatkan tugas sebagai pelaksana, pengatur, penentu
kabijakan dan menetapkan hukum-hukum sesuai dengan kehendak Allah
SWT. Dan aspirasi yang membaiatnya sebagai khalifah; kedua adalah al-ard
(bumi). Bumi atau wilayah tertentu adalah tempat atau sarana dalam

5
melaksanakan ke-khalifahan. Bumi merupakn tempat berbagai potensi yang
dibutuhkan oleh manusia untuk mendapatkan kesejahteraan.

B. Perbedaan Khalifah dan Khilafah

Khalifah dalam bahasa Arab memiliki arti pengganti atau wakil Allah
untuk melaksanakan undang-undang di muka bumi. Sedangkan khilafah
mempunyai arti kekuasaan atau pemerintahan. Menurut Bahasa Arab,
khalifah mempunyai arti sebagai pengganti. Pengganti yang dimaksud adalah
pengganti nabi untuk melaksanakan undang-undang yang ada di muka bumi.
Kata khalifah juga terdapat dalam Al-Qur'an yang memiliki arti sebagai
pemimpin pengganti. (Departemen Agama, Al-Qur‟an,,,h.504).

Meskipun khilafah terdiri atas huruf yang sama dengan khalifah,


namun khilafah memiliki arti sebagai kekuasaan atau pemerintahan.
Berdasarkan istilah, khilafah merupakan susunan sebuah pemerintahan yang
segala sesuatunya diatur dengan ajaran Islam. Kata khilafah tidak ditemukan
dalam Al-Quran, namun ada beberapa dalil mengenai bagaimana seharusnya
pemerintahan itu dibangun.

‫للاَ أ َ ِطيعُىاَْ آ َمىُىَاْ الَّذِيهََ أَيُّ َها يَا‬


َّ َْ‫ل َوأ َ ِطيعُىا‬
ََ ‫سى‬ َّ ‫ِمى ُك َْم األ َ ْم َِز َوأ ُ ْو ِلي‬
ُ ‫الز‬

Artinya: “Hai orang-orang yang beriman, taatilah Allah dan taatilah


Rasul-Nya, dan ulil amri di antara kamu.” (An-Nisa‟ ayat 59).

Perbedaan khalifah dan khilafah terdapat pada penyebutannya di


dalam Al-Qur'an. Untuk kata khalifah sendiri disebutkan sebanyak dua kali,
yakni pada surah Al-Baqarah ayat 30. Dalam hal ini pula, Nabi Adam dan
keturunannya telah dipilih Allah SWT sebagai pengelola bumi. Kata khalifah
juga berlaku untuk setiap anak cucu Adam. Sementara, untuk kata khilafah
sendiri tidak ditemukan sama sekali dalam Al-Qur'an. Meskipun begitu,
khilafah yang memiliki arti sebagai kekuasaan mempunyai dalil yang ada
pada firman Allah SWT.

6
َ‫ل بِ َما بَ ْيىَ ُهم احْ ُكم َوأ َ ِن‬
ََ َ‫للاُ أَوز‬ َ ‫ض َعه يَ ْف ِتىُىكََ أَن َواحْ ذَ ْر ُه َْم أ َ ْه َىاء ُه َْم تَتَّبِ َْع َو‬
َّ َ‫ل‬ ََ َ‫للا ُ أَوز‬
َ ِ ‫ل ََما بَ ْع‬ َّ
ََ‫إِلَيْك‬

Artinya: “Dan hendaklah kamu memutuskan perkara di antara mereka


menurut apa yang diturunkan Allah, dan janganlah kamu mengikuti hawa
nafsu mereka. Dan berhati-hatilah kamu terhadap mereka, supaya mereka
tidak memalingkan kamu dari sebahagian apa yang telah diturunkan Allah
kepadamu” (Al-Ma‟idah: 49).

Meskipun mempunyai perbedaan dari segi arti, namun khalifah dan


khilafah mempunyai tujuan yang sama untuk menunjukkan bahwa manusia
adalah makhluk yang menjadi pemimpin yang mengikuti aturan Allah SWT.
Khalifah dan khilafah adalah dua konsep yang berbeda. Khalifah merujuk
pada pemimpin dalam Islam, yang dianggap sebagai pengganti Nabi
Muhammad dalam memimpin umat Muslim. Khalifah dapat menjadi seorang
individu atau sebuah institusi. Sedangkan Khilafah merujuk pada sistem
pemerintahan yang berbasis pada kepemimpinan Khalifah. Sistem khilafah
dianggap sebagai sistem yang ideal dalam Islam, di mana pemerintah
berdasarkan syariat Islam memimpin umat Muslim dengan adil dan sesuai
dengan tuntunan Al-Quran dan Sunnah. Jadi, perbedaan antara khalifah dan
khilafah adalah bahwa khalifah merujuk pada individu atau institusi sebagai
pemimpin dalam Islam, sedangkan khilafah merujuk pada sistem
pemerintahan yang berbasis pada kepemimpinan khalifah. (Abd. Muin salim,
fikhi siyasah,,,h. 159).

C. Modal Yang Harus Dimiliki Khalifah

1. Karakteristik Kepemimpinan Islam


Kepemimpinan dalam Islam pada dasarnya kegiatan menuntun,
memotivasi, membimbing, dan mengarahkan agar manusia beriman
kepada Allah SWT. Kepemimpinan Islam tercermin sebagaimana ajaran
Islam di Al-Qur‟an dan hadist. Konsep kepemimpinan Islam mengarah
pada dua istilah yaitu khalifah dan imamah. Konsep kepemimpinan Islam

7
sebagai khalifah terdapat di dalam Al-Qur‟an Surat Al-Baqarah ayat 30
yang artinya: “Dan (ingatlah) ketika Tuhanmu berfirman kepada para
malaikat,” Sesungguhnya Aku hendak menjadikan khalifah di bumi”.
Mereka berkata “Apakah Engkau hendak menjadikan orang yang
merusak dan menumpahkan darah disana, sedangkan kami bertasbih,
memuji-Mu, danmenyucikan nama-Mu?” Dia berfirman,”Sungguh Aku
lebih mengetahui apa yang tidak kamu ketahui”(Q.S al-Baqarah:30).
Faktor-Faktor yang Mendorong Seseorang Menjadi Pemimpin
Menurut Buya Hamka ada beberapa faktor yang bisa mendorong untuk
menjadi seorang pemimpin diantaranya adalah sebagai berikut:
a. Faktor keturunan
Seorang ulama akan melahirkan ulama. Hal ini karena anak
tumbuh dari lingkungan dan pergaulan di mana ketika ayahnya
adalah ulama maka figur ayah sebagai ulama telah tertanam sejak
kecil di benak sang anak.
b. Faktor kekuatan
Orang yang lebih kuat mempunyai potensi lebih besar untuk
lebih mengatur orang lain daripada orang yang tidak mempunyai
kekuatan.
c. Faktor kepandaian
Ilmu pengetahuan dan kepandaian juga dapat menaikkan
seseorang menjadi pemimpin.

Selain keempat faktor tersebut, terdapat faktor lain yang bisa


mempengaruhi menjadi pemimpin yaitu agama dan paham yang
dianutnya. Agama yang dipeluk atau kitab-kitab yang dibaca atau suatu
paham yang dipegang teguh, semuanya menentukan corak pemimpin,
bahkan perebutan pengaruh dan kuasa dengan pemimpin yang lain yang
sama-sama hidup menjadi saringan juga untuk menentukan kelemahan
dan kekuatan. Kegairahan untuk mendapatkan kekuasaan juga bisa
menjadi motivasi seseorang untuk menjadi pemimpin.

8
2. Karakter Utama Kepemimpinan Islam
Karakter utama yang harus dimiliki oleh seorang pemimpin diantaranya
adalah:
a. Amanah dan jujur
Makna amanah untuk pemimpin lebih tinggi daripada makna
amanah yang dimiliki orang biasa. Oleh sebab itu, para pemimpin
janganlah membelanjakan harta awam untuk kepentingan diri sendiri,
pemimpin juga dilarang mengkhianati kawan-kawannya. Kejujuran
seorang pemimpin terletak pada keberaniannya dalam meninjau
kembali pendirian yang akan berubah karena perubahan waktu atau
tempat.
b. Berani
Sifat berani amat penting pada saat-saat genting, sebaliknya
keraguan adalah permulaan kepada kekalahan. Para pemimpin
hendaklah mempunyai sifat berani berterus terang untuk meluruskan
kembali pendapat umum yang salah dan menyeleweng, walaupun
mereka akan marah atau murka terhadap tindakan pemimpin tersebut.
c. Bijaksana
Bijaksana ialah pandangan jauh menampakkan sesuatu yang
belum jelas kelihatan oleh orang lain. Pemimpin yang bijaksana
disebabkan banyak pengalaman adalah amat penting dan pemimpin
yang bijaksana dapat mengukur kekuatannya. Kebijaksanaan adalah
di ibaratkan tiang yang kukuh bagi pertumbuhan pribadi. Timbulnya
karakter bijaksana karena adanya ilmu, ketetapan hati, dan karena
meletakkan sesuatu pada tempatnya, serta menilik sesuatu karena
berdasarkan nilainya.
d. Setia kawan
Setia kawan, yaitu keteguhan hubungan pemimpin dengan
rakyat terutamanya dengan rekan dekat. Para pemimpin sejati
merasakan apa yang dirasa oleh rakyat-rakyatnya, menyelami apa

9
yang dideritai oleh rakyat jelata dan hati mereka sentiasa terbuka
menerima rakyat.

D. Makna Dan Peran Kekhalifahan Manusia Di Bumi

Manusia dipilih sebagai khalifatullah, sebagaimana diuraikan diatas,


karena kelebihan yang dianugerahkan Allah kepada manusia berupa ilmu
pengetahuan, yang tidak diberikan kepada makhluk Allah yang lain termasuk
malaikat.

Dalam kaitan ini menurut konsepsi Al-Qur‟an manusia juga sering


disebut sebagai khalifah dalam pengertian kuasa (mandataris, bukan
penguasa). Dalam status itulah manusia terkait dengan berbagai hak,
kewajiban, serta tanggung jawab, yang semuanya merupakan amanah baginya.

Kemuliaan manusia ini menunjukkan bahwa manusia dibanding


dengan makhluk lain memiliki keistimewaan yang membawanya kepada
kedudukan yang istimewa pula yaitu khalifah. Dalam kedudukan ini manusia
diiberi peran untuk membangun dan mengembangkan dunia baik secara
sendiri-sendiri (individualistik) maupun bersama-sama (sosial). Manusia
mampu berperan menentukan nasib mereka sendiri. Peran ini dilakukan
secara sadar dan melalui kehendak bebasnya, artinya manusia dapat
menentukan masa depanya atas dasar pengetahuan tentang diri, kehidupan
disekeliling mereka dan berdasarkan intelekualitas serta pemeliharaan diri
secara baik.

M. Quraish Shihab pun mengharuskan memiliki karakter sebagai


manusia secara pribadi maupun kelompok, mampu menjalankan fungsinya
sebagai hamba Allah, guna membangun dunia sesuai konsep yang ditetapkan
Allah. Sehinga khalifah harus memiliki empat sisi karakter yang saling terkait.
Keempat sisi tersebut adalah:

1. Memenuhi tugas yang diberikan Allah.

10
2. Menerima tugas tersebut dan melaksakannya dalam kehidupan
perorangan maupun kelompok.
3. Memelihara serta mengelola lingkungan hidup untuk kemanfaatan
bersama.
4. Menjadikan tugas-tugas khalifah sebagai pedoman pelaksanaannya.

Kekhalifahan manusia di satu pihak berperan sebagai subjek dan di


sisi lain menjadi objek, sebagai subjek, manusia mempunyai tanggung jawab
yang lebih kompleks dalam meningkatkan kualitas dirinya. Seperti dalam
LKNU menyatakan bahwa Manusia berkualitas harus bercermin
keimanannya, sehat jasmani dan rohani, berpendidikan, mengerjakan amal
saleh, berbuat baik kepada orang lain, bertanggung jawab terhadap
keluarganya, bertanggung jawab terhadap keluarganya, arif terhadap
lingkungan hidupnya.

Dalam konsep ekologi manusia, terdapat berbagai macam pandangan


dalam memandang hubungan antara manusia dan alam. Islam mengakui
keberadaan semua makhluk hidup di muka bumi sebagai kesatuan atas
penciptaan dari sang khalik, sehingga jika terjadi kerusakan terhadap ciptaan
Allah, hal ini merupakan pengingkaran terhadap ciptaan Allah. bahkan lebih
dalam lagi, islam memiliki prinsip-prinsip dasar dalam upaya melestarikan
lingkungan hidup dan sumber daya alam.

Kewajiban manusia untuk mengelola alam dan menjaga akan diminta


pertanggungjawabannya, sehingga manusia tidak berhak berlaku sewenang-
wenang dalam memimpin dan mengelola alam. Mengenai kewajiban manusia
sebagai khalifah atau penguasa (pemimpin) yang harus bertanggung jawab
atas perbuatannya.

Islam sebagai agama dalam kehidupan sejatinya memiliki visi dan


misi rahmah li al-Alamin (kebaikan bagi semesta alam), dengan mewujudkan
visi dan misi tersebutlah Allah menugaskan kepada manusia sebagai khalifah
di Bumi. Seperti yang dijalaskan

11
Dalam surat Al-Ahzab [33] ayat 72, yaitu: Yang artinya:
“Sesungguhnya kami telah mengemukakan amanah kepada langit, bumi dan
gunung-gunung, maka semuanya enggan untuk memikul amanah itu dan
mereka khawatir akan menghianatinya, dan dipikullah amanah itu oleh
manusia, sesungguhnya manusia itu amat zalim dan amat bodoh” (QS.Al-
Ahzab [33 ]: 72).

Tugas manusia sebagai khalifah adalah untuk menjaga dan


bertanggungjawab atas dirinya, sesama manusia dan alam yang menjadi
sumber penghidupan. Karena sudah menjadi kewajiban bagi manusia yang
merupakan khalifah di bumi memiliki dua bentuk sunatullah yang harus
dilakukan, yaitu baik kewajibannya antara manusia dengan tuhannya, antara
sesama manusia sendiri, dan antara manusia dengan ekosistemnya.
Kewajiban tersebut harus dilaksanakan karena merupakan amanah dari Allah
sang pencipta.

Tanggung jawab manusia terhadap moral agama sebagai khalifah di


bumi yaitu mengelola sebaik-baiknya alam semesta dan kehidupan sosial di
dalamnya. Kehidupan manusia sangat tergantung kepada komponen-
komponen lain dalam ekosistem sehingga secara moral manusia terhadap
alam dituntut untuk bertanggungjawa kepada kelangsungan, keseimbangan
dan kelestarian alam yang menjadi sumber kehidupannya.

Tugas dari seorang khalifah menjadikan perlindungan bagi umat dan


menjaga kelestarian alam (ekosistem), sehingga khalifah dan umat harus
bersatu dan saling mencintai guna menjalankan kehidupan sesuai dengan
syariat islam dan keberlangsungan hidup.

Tugas khalifah dalam Al Qur‟an biasa disebut imaratul ardh


(memakmurkan bumi) dan ibadatullah (beribadah kepada Allah). Allah
menciptakan manusia dari bumi ini dan menugaskan manusia untuk
melakukan imarah dimuka bumi dengan mengelola dan memeliharanya.
Tugas kekhalifahan terhadap alam (natur) meliputi:

12
1. Mengulturkan natur (membudayakan alam), yakni alam yang tersedia ini
agar dibudayakan, sehingga menghasilkan karya- karya yang bermanfaat
bagi kemaslahatan hidup manusia.
2. Mengulturkan kultur (mengalamkan budaya), yakni budaya atau hasi
karya manusia harus disesuaikan dengan kondisi aam, jangan sampai
merusak alam atau lingkungan hidup, agar tidak menimbulkan
malapetaka bagi manusia dan lingkungannya.
3. Mengislamkan kultur (mengislamkan budaya), yakni dalam berbudaya
harus tetap komitmen dengan nilai-nilai Islam yang rahmatan lil-„alamin,
sehingga berbudaya berarti mengerahkan segala tenaga, cipta, rasa dan
karsa, serta bakat manusia untuk mencari dan menemukan kebenaran
ajaran Islam atau kebenaran ayat-ayat serta keagungan dan kebesaran
Ilahi.

Tugas manusia sebagai khalifah adalah untuk menjaga dan


bertanggungjawab atas dirinya, sesama manusia dan alam yang menjadi
sumber penghidupan. Karena sudah menjadi kewajiban bagi manusia yang
merupakan khalifah di bumi memiliki dua bentuk sunatullah yang harus
dilakukan, yaitu baik kewajibannya antara manusia dengan tuhannya, antara
sesama manusia sendiri, dan antara manusia dengan ekosistemnya.

Keunggulan dan kekuatan manusia dalam mengontrol sikapnya


terhadap alam dan makhluk lainnya merupakan sebuah amanah yang diterima
manusia dari Allah. Sehingga manusia harus mampu menunjukkan
tanggungjawab atas pemanfaatan dan pemeliharaan alam dan segala isinya
sebagai amanah yang diberikan oleh Allah kepada manusia. Karena sudah
menjadi kewajiban bagi manusia sebagai seorang khalifah (pemimpin) dalam
mengelola alam. Konsep khalifah sebagai yang telah dikemukakan di atas
menunjukkan bahwa dalam ajaran islam memiliki relevansi dan perhatian
yang sangat besar terhadap konsep ekologis dan lingkungan hidup. Sehingga
untuk itu, ajaran Islam mengenai konsep ekologis dan lingkungan hidup perlu
dikonstruksi sebagai sistem, keyakinan akan nilai-nilai dan cita-cita

13
lingkungan hidup, yang dapat dipahami, ditransformasikan dan
diinternalisasikan oleh seluruh umat untuk diperjuangkan guna mewujudkan
cita-cita tersebut.

14
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan

Khalifah merupakan orang terpilih yang memiliki keistimewaan.


Khalifah bertanggung jawab atas tugasnya di dunia ini yaitu diantaranya
bertanggung jawab atas dirinya, sesame orang lain, dan alam sebagai sumber
penghidupan. Khalifah dan khilafah merupakan dua hal yang berbeda.
Khilafah adalahpemimpin sementara khilafah adalah kekuasaan atau
pemerintahan.

E. Saran

Pemakalah menyadari bahwa penulisan makalah ini masih memiliki


banyak kekurangan bagi dari penulisan maupun isi makalah. Oleh karena itu,
pemakalah mengharapkan saran dan kritik membangun dari pembaca agar
kedepannya dapat melakukan perbaikan, terima kasih.

15
DAFTAR PUSTAKA

Abd.Rahim, Khalifah dan Khilafah menurut Al-Qur'an, Vol.9, No.1, Juni 2012.

Asy‟arie , Musa. 1992. Manusia Pembentuk Kebudayaan dalam Al-Qur‟an.


Yogyakarta: LSIF.

Muhibah, Siti. 2017. Karakteristik Kepemimpinan Efektif Dalam Perspektif Islam.


Jurnal Pendidikan Karakter “JAWARA” (JPKJ) 3(1) : 68–86. Sakdiah. 2016.
Karakteristik Kepemimpinan Dalam Islam (Kajian Historis Filosofis) Sifat-
Sifat Rasulullah. Jurnal Al-Bayan. 22(33): 29–49.

Shihab, M.Quraish. 2007. Membumikan Al-Qur‟an, Fungsi Dan Peran Wahyu


Dalam Kehidupan Masyarakat, Bandung: Mizan. Watsiqotul, Sunardi, Leo
Agung. 2018. Peran Manusia Sebagai Khalifah Allah Di Bumi. Jurnal
Pendidikan. 13(02).

Sidiq, Umar. 2014. Kepemimpinan Dalam Islam: Kajian Tematik Dalam Al-
Quran Dan Hadits. Dialogia. 12(1): 127–141.

Zul.Helmi, Konsep Khalifah fil Ardhi dalam Perspektif Filsafat: Kajian Eksistensi
Manusai sebagai Khalifah.Intizar, Volume 24, Nomor 1, 2018

Anda mungkin juga menyukai