Anda di halaman 1dari 15

MAKALAH TAUHID

KONSEP TAKDIR DALAM PANDANGAN JABARIYAH DAN QODARIYAH


Dosen Pengampu : Hadi Muhtarom M.Pd

Kelompok 9:
Fanni Fatqiatul R (23102401)
Aisha Ani Najwa (23102399)
Imron Azka Rosyadi (23102404)

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM


FAKULTAS TARBIYAH
INSTITUT ILMU AL-QURAN (IIQ) AN NUR YOGYAKARTA
2023/2024
KATA PENGANTAR
Assalamualaikum wr. wb.
Dengan menyebut nama Allah SWT Yang Maha Pengasih Lagi Maha Penyayang,
kami panjatkan puja dan puji syukur atas kehadirat-Nya, yang telah melimpahkan taufiq hi
dayah dan inayah-Nya kepada kami, sehingga kami bisa menyelesaikan makalah ini denga
n tema “KONSEP TAKDIR DALAM PANDANGAN JABARIYAH DAN
QODARIYAH”. Sholawat serta salam semoga selalu tercurahkan kepada junjungan kita N
abi Muhammad SAW yang mana kita nantikan syafa’atnya di yaumul qiyamah. Aamiin.
Karena masih terbatasnya ilmu pengetahuan kami, sehingga dalam penyusunan makal
ah ini masih jauh dari kesempurnaan, maka dari itu kritik dan saran yang bersifat memban
gun sangat kami butuhkan untuk memperbaiki makalah ini. Semoga makalah ini dapat ber
manfaat bagi kita semua.Wallahul Muwafiq ila Aqwamith Thoriq
Wasalamualikum wr. wb.
Bantul, 16 Desember 2023

Penulis

i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR................................................................. Error: Reference source not found

DAFTAR ISI............................................................................ Error: Reference source not found

BAB I..................................................................................... Error: Reference source not found

PENDAHULUAN.................................................................... Error: Reference source not found

A. Latar Belakang........................................................... Error: Reference source not found

B. Rumusan Masalah..................................................... Error: Reference source not found

C. Tujuan Penulisan....................................................... Error: Reference source not found

BAB II.................................................................................... Error: Reference source not found

PEMBAHASAN...................................................................... Error: Reference source not found

A. Pengertian Takdir....................................................... Error: Reference source not found

B. Pandangan Aliran Jabariyah tentang konsep takdir……………………………………………….4

C. Pandagan Aliran Qodariyah tentang konsep takdir………………………………………………6

PENUTUP………………………………………………………………………………………………………………………………………10

A. Kesimpulan……………………………………………..………………………………………………………………..10

B. Saran…………………………………………………………………………………………………………………………10

DAFTAR PUSTAKA………………………………………………………………………...11

ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Takdir adalah suatu ketetapan Allah akan garis kehidupan seseorang. Setiap
orang yang lahir lengkap dengan scenario perjalanan kehidupan dari awal hingga
akhir yang telah ditentukan, namun pemahaman seperti ini belum lengkap, karena
dengan hanya memahami saja dapat menjadikan seseorang bingung dalam menjalani
takdir dan menyikapinya.
Kesadaran manusia untuk beragama merupakan kesadaran akan kelemahan
dirinya. Terkait dengan fenomena takdir, maka wujud kelemahan itu adalah manusia
tidak mengetahui akan takdirnya sendiri. manusia tidak tau apa yang sebenarnya akan
terjadi. Kemampuan berfikirnya mungkin mampu membawa kepada perencanaan
yang baik, namun realisasinya kadang tidak seperti yang di harapkan manusia hanya
tau takdirnya setelah terjadi. Oleh sebab itu sekiranya manusia menginginkan
perubahan dalam kehidupan nya di dunia maka Allah memerintahkan untuk selalu
berusaha dan berdoa. Usaha perubahan yang dilakukan itu, kalau berhasil maka Allah
melarang untuk terlalu bahagia karena berhasil atas karya nya sendiri. bahkan apabila
usaha itu gagal, Allah juga melarang untuk terlalu bersedih apalagi memanggap
dirinya sumber kegagalan, karena Allah juga menganggap itu suatu kesombongan
yang dilarang juga.(QS. Al-Hadid 57:23),

B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud takdir ?
2. Bagaimana pendapat aliran Jabariyah tentang takdir ?
3. Bagaimana pendapat aliran Qodariyah tentang takdir ?

C. Tujuan Penulisan
1. Untuk mengetahui apa itu yang dimaksud takdir
2. Untuk mengetahui bagaimana pendapat aliran Jabariyah tentang takdir
3. Untuk mengetahui bagaimana pendapat aliran Qodariyah tentang takdir

1.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Takdir
Kata al-qadr (‫ )القدر‬secara bahasa berasal dari kata kerja ‫ قدرا – يقدر– قدر‬yang
berarti kekuasaan, ukuran sesuatu, penentuan, kemuliaan, (Mustafa, 1392, hlm. 718) d
an term takdir yang berakar sama dengan al-qadr adalah mashdar dari kata ‫قدرا – يقدر‬

‫ – قدر‬yang berarti penentuan, pengaturan dan penentuan sesuatu. (Mustafa, 1392, hlm.
718) Dalam lisan al-Arab, kata al-Qadr dan al-Taqdir mempunyai makna yang sama
yaitu ketentuan Allah, kedua kata ini sering digunakan dalam makna yang sama yaitu
ketentuan Allah. Itulah sebabnya rukun iman yang ke enam yaitu iman kepada al-qad
r dalam hadis tentang rukun iman sering diungkapkan iman kepada takdir sekalipun la
faznya tertulis ‫لقدرا‬. Ulama kenamaan Indonesia M. Quraish Shihab menjelaskan bah
wa kata takdir terambil dari kata ‫ قدر‬yang antara lain berarti mengukur, memberi kada
r atau ukuran, jika anda berkata, Allah telah mentakdirkan demikian, maka itu berarti
Allah telah memberi kadar, ukuran, batas tertentu dalam diri, sifat atau kemampuan m
aksimal pada makhluk-Nya. (Shihab, 1997, hlm. 61) hal senada juga dijelaskan oleh F
atahul Gulen yang menjelaskan takdir adalah sebuah kadar yang proporsional yang dit
entukan oleh Allah (Haderi, 2014).
Dalam sebuah jurnal yang ditulis oleh Muh. Dahlan Thalib disebutkan takdir a
dalah salah satu sifat Allah Swt. Yang bermakna berkuasa atau menetapkan sesuatu, a
pakah ketetapan itu berbentuk mulia, sempit maupun lapang (Thalib, 2015).
Tauhid adalah sebuah kata yang tidak asing lagi bagi kaum muslimin. Karena
pada umumnya kita mengingkan atau bahkan lebih mengaku sebagai seorang yang
bertauhid. Disamping itu, kata ‘tauhid’ ini sangat sering disampikan oleh para
penceramah baik pada waktu khutbah atau pengajian-pengajian. Akan tetapi bisa jadi
masih banyak orang yang belum memahami hakikat dan kedudukan tauhid ini bagi
kehidupan manusia, bahkan bagi yang telah merasa bertauhid sekalipun. Berangkat
dari banyaknya pemahaman orang yang telah kabur tentang hakikat tauhid dan lupa
akan kedudukannya yang begitu tinggi maka penjelasan yang gambling tentang
masalah ini
sangat penting untuk disampaikan. Dan karena permasalahan tauhid merupakan
permasalahan agama yaitu Al-Qur,an dan As-Sunnah dengan merujuk kepada
penjelasan ahlinya, yaitu para ulama.
2.

Al-Jurjaniy
Al-Qadr adalah keterkaitan kehendak Tuhan dengan segala keadaan baik itu
masalah waktu, keadaan zaman tertentu (al-Jurjani, tth, hlm. 174).
Ibn Manzhur
Qadha dan qadar adalah muwaffiq (mempunyai pengertian sama) dikatakan T
uhanlah yang menentukan (dan bisa juga berarti) apabila sesuatu itu sesuai dengan ses
uatu (artinya akan terjadi sesuai dengan kadar ketentuannya). (Ibn Manzur, tth, hlm. 2
2)
Abu Hanifah
Qadar adalah penentuan sesuatu dengan martabatnya yang akan diperoleh ber
upa kebaikan dan kejahatan, manfaat dan mudharat yang meliputi setiap ruang dan wa
ktu, termasuk penentuan, ganjaran dan hukuman. (al-Kufi, tth, hlm. 22)
Dari beberapa definisi di atas, ada dua pendapat yang bisa kita ambil. Pertama,
bahwa takdir adalah sesuatu ketentuan yang sudah ditakdirkan Allah sejak azali berla
ku bagi semua makhluk ciptaan-Nya. Termasuk apa yang akan didapat dan tidak akan
bisa dirubah berupa kebaikan, kejahatan, pahala dan siksaan. Kedua, pemahaman tent
ang takdir lebih mengarah kepada adanya usaha manusia untuk melaksanakan sesuatu
perbuatan yang menjadikannya sebab akibat berlakunya takdir itu.
Pemahaman takdir pada versi pertama tidak salah, karena ada hal-hal dalam h
idup di luar kemampuan dan nalar manusia untuk menolak dan melakukannya, hanya
saja jika pemahaman ini yang diterapkan, maka orang Islam akan memiliki mental da
n semangat yang tidak mendorong kreativitas, akan melahirkan sikap fatalistik, yang
mana sikap seperti ini akan menyerahkan semua sesuatu kepada nasib yang akan terja
di tanpa ada usaha untuk memperbaiki atau mengubahnya. Orang Islam tidak akan me
ngalami kemajuan bahkan penurunan karena tidak ada kreativitas yang diciptakan.
Pemahaman dari pengertian yang kedua akan mendorong lahirnya kreativitas,
sikap dan perilaku dinamis, karena terjadinya takdir itu terkait dengan kegiatan yang s
esuai dengan ketentuannya, mengupayakan sesuatu yang sesuai dengan ketentuan yan
g akan terjadi menjadi peluang manusia untuk kreatif menentukan cara yang sesuai da
lam mengatasi masalah.

3.
B. Pandangan Aliran Jabariyah Tentang Konsep Takdir
Secara bahasa Jabariyah berasal dari bahasa arab “jabara” artinya memaksa. D
i dalam kamus Munjid dijelaskan bahwa nama Jabariyah berasal dari kata “
‫ جبراوجبارة – يجبر – جبر‬yang mengandung pengertian “memaksa” atau “mengharusk
an dalam kalimat misalnya ‫ ”بفعله الزمه و اكرهه‬dia memaksakannya dan mewajibkan
melakukan hal itu.1 Salah satu sifat dari Allah adalah alJabbar yang berarti Allah Mah
a Memaksa. Sedangkan secara istilah Jabariyah adalah menolak adanya perbuatan dar
i manusia dan menyandarkan semua perbuatan kepada Allah. Dengan kata lain adalah
manusia mengerjakan perbuatan dalam keadaan terpaksa (majbur).
Jaham bin Sofyan berpendapat mengenai aliran Jabariyah “manusia tidak mem
punyai kodrat untuk berbuat sesuatu dan tidak mempunyai kesanggupan dia hanya ter
paksa dalam semua perbuatannya” dia tidak mempunyai kodrat dan ikhtiar, melainkan
Tuhanlah yang menciptakan perbuatan-perbuatan pada dirinya seperti ciptaan-ciptaan
Tuhan pada benda mati, memang perbuatanperbuatan itu dinisbatkan kepada orang ter
sebut tetapi itu hanyalah nisbah majazi, Jaham juga berkata apabila paksaan itu telah t
etap maka taklif adalah paksaan juga.2
Dalam tulisannya Harun Nasution menjelaskan bahwa Jabariyah adalah paha
m yang meyakini bahwa segala perbuatan manusia telah ditentukan dari semula oleh
Qadha dan Qadar Allah. Manusia dalam paham ini terikat pada kehendak mutlak Tuha
n.3 Maksudnya adalah bahwa setiap perbuatan yang dikerjakan manusia tidak berdasar
kan kehendak manusia, tapi diciptakan oleh Tuhan dan dengan kehendak-Nya, di sini
manusia tidak mempunyai kebebasan dalam berbuat, karena tidak memiliki kemampu
an. Ada yang mengistilahlkan bahwa Jabariyah adalah aliran manusia menjadi wayan
g dan Tuhan sebagai dalangnya.4
Ajaran-ajaran Jabariyah dapat dibedakan menjadi dua kelompok, yaitu Jabariy
ah Ekstrim dan Jabariyah Moderat. Pertama, aliran ekstrim. Di antara tokoh adalah Ja
hm bin Shofwan dengan pendapatnya adalah bahwa manusia tidak mempu

1
Al-Munjid fi al-Lugati wal al-„A‟lam, (Beirut: Dar al-Masriq, 2011, Cet. ke – 44) 78
2
Asy-Syahrastani, Al-Milal wa An-Nihal, Dar al- Fikri, Beirut, 1985, 8
3
Harun Nasution, Teologi Islam: Aliran-aliran Sejarah Analisa Perbandingan, (Jakarta:UI-Pr
ess, 1986), 31.
4
Harun Nasution, 34.
4.
untuk berbuat apa-apa. Ia tidak mempunyai daya, tidak mempunyai kehendak sendiri,
dan tidak mempunyai pilihan. Pendapat Jahm tentang keterpaksaan ini lebih dikenal d
ibandingkan dengan pendapatnya tentang surga dan neraka, konsep iman, kalam Tuha
n, meniadakan sifat Tuhan, dan melihat Tuhan di akherat. Surga dan neraka tidak keka
l, dan yang kekal hanya Allah. Sedangkan iman dalam pengertianya adalah ma'rifat at
au membenarkan dengan hati, dan hal ini sama dengan konsep yang dikemukakan ole
h kaum Murjiah. Kalam Tuhan adalah makhluk. Allah tidak mempunyai keserupaan d
engan manusia seperti berbicara, mendengar, dan melihat, dan Tuhan juga tidak dapat
dilihat dengan indera mata di akherat kelak. Aliran ini dikenal juga dengan nama al-Ja
hmiyyah atau Jabariyah Khalisah.
Ja'ad bin Dirham, menjelaskan tentang ajaran pokok dari Jabariyah adalah Alq
uran adalah makhluk dan sesuatu yang baru dan tidak dapat disifatkan kepada Allah.
Allah tidak mempunyai sifat yang serupa dengan makhluk, seperti berbicara, melihat
dan mendengar. Manusia terpaksa oleh Allah dalam segala hal.
Dengan demikian ajaran Jabariyah yang ekstrim mengatakan bahwa manusia l
emah, tidak berdaya, terikat dengan kekuasaan dan kehendak Tuhan, tidak mempunya
i kehendak dan kemauan bebas sebagaimana dimilki oleh paham Qadariyah. Seluruh t
indakan dan perbuatan manusia tidak boleh lepas dari skenario dan kehendak Allah. S
egala akibat, baik dan buruk yang diterima oleh manusia dalam perjalanan hidupnya a
dalah merupakan ketentuan Allah.
Kedua, ajaran Jabariyah yang moderat adalah Tuhan menciptakan perbuatan m
anusia, baik itu positif atau negatif, tetapi manusia mempunyai bagian di dalamnya. T
enaga yang diciptakan dalam diri manusia mempunyai efek untuk mewujudkan perbu
atannya. Manusia juga tidak dipaksa, tidak seperti wayang yang dikendalikan oleh dal
ang dan tidak pula menjadi pencipta perbuatan, tetapi manusia memperoleh perbuatan
yang diciptakan tuhan. Tokoh yang berpaham seperti ini adalah Husain bin Muhamma
d an-Najjar yang mengatakan bahwa Tuhan menciptakan segala perbuatan manusia, te
tapi manusia mengambil bagian atau peran dalammewujudkan perbuatan-perbuatan it
u dan Tuhan tidak dapat dilihat di akherat. Sedangkan adh-Dhirar (tokoh jabariayah m
oderat lainnya) pendapat bahwa Tuhan dapat saja dilihat dengan indera keenam dan p
erbuatan dapat ditimbulkan oleh dua pihak.
Menurut aliran Jabariyah berpendapat bahwa manusia tidak memiliki
kemerdekaan dalam menentukan kehendaknya. Manusia dalam paham ini terkait pada
5.
kehendak mutlak tuhan. Jabariyah berasal dari kata jabara yang mengandung arti
memaksa dalam istilah inggris dikenal dengan paham fantalisme atau predestination.
Perbuatan-perbuatn manusia telah ditentukan oleh qodo’ dan qodar Tuhan.
B. Pandangan Aliran Qodariyah Tentang Konsep Takdir
Menurut Ahmad Amin sebagaimana dikutip oleh Hadariansyah, orang-orang y
ang berpaham Qadariyah adalah mereka yang mengatakan bahwa manusia memiliki k
ebebasan berkehendak dan memiliki kemampuan dalam melakukan perbuatan. Manus
ia mampu melakukan perbuatan, mencakup semua perbuatan, yakni baik dan buruk. S
ejarah lahirnya aliran Qadariyah tidak dapat diketahui secara pasti dan masih merupak
an sebuah perdebatan. Akan tetepi menurut Ahmad Amin, ada sebagian pakar teologi
yang mengatakan bahwa Qadariyah pertama kali dimunculkan oleh Ma’bad al-Jauhan
i dan Ghilan ad-Dimasyqi sekitar tahun 70 H/689M.
Ibnu Nabatah menjelaskan dalam kitabnya, sebagaimana yang dikemukakan ol
eh Ahmad Amin, aliran Qadariyah pertama kali dimunculkan oleh orang Irak yang pa
da mulanya beragama Kristen, kemudian masuk Islam dan kembali lagi ke agama Kri
sten. Namanya adalah Susan, demikian juga pendapat Muhammad Ibnu Syu’ib. Seme
ntara W. Montgomery Watt menemukan dokumen lain yang menyatakan bahwa paha
m Qadariyah terdapat dalam kitab ar-Risalah dan ditulis untuk Khalifah Abdul Malik
oleh Hasan al-Basri sekitar tahun 700M.
Ditinjau dari segi politik kehadiran mazhab Qadariyah sebagai isyarat menenta
ng politik Bani Umayyah, karena itu kehadiran Qadariyah dalam wilayah kekuasaany
a selalu mendapat tekanan, bahkan pada zaman Abdul Malik bin Marwan pengaruh Q
adariyah dapat dikatakan lenyap tapi hanya untuk sementara saja, sebab dalam perke
mbangan selanjutnya paham Qadariyah itu dianut oleh Mu’tazilah sedangkan paham J
abariyah walaupun tidak identik dengan paham yang dibawa oleh Ibn Safwan atau Al-
Najjar dan Dirar, pengaruh aliran ini terdapat dalam al-Asy’ariah.5
Harun Nasution menjelaskan pendapat Ghalian tentang ajaran Qadariyah bah
wa manusia berkuasa atas perbuatan-perbutannya. Manusia sendirilah yang melakuka
n perbuatan baik atas kehendak dan kekuasaan sendiri dan manusia sendiri pula yang
melakukan atau menjauhi perbuatan-perbutan jahat atas kemauan dan

5
Harun Nasution, 37.

6.
dayanya sendiri. Tokoh an-Nazzam menyatakan bahwa manusia hidup mempunyai da
ya, dan dengan daya itu ia dapat berkuasa atas segala perbuatannya.
Dalam filsafat, paham Qadariyah disebut paham indeterminisme sebagai lawa
n determinisme (Jabariyah). Paham indeterminisme memiliki beberapa argument yang
membuktikan kebebasan kehendak manusia dalam berbuat, antara lain:
1. Kehendak merupakan salah satu bentuk keinginan. Sebagai umumnya, keinginan,
kehendak itu mempunyai tujuan tertentu dan karena itu menghendaki terjadinya ti
ndakan untuk mencapainya.
2. Keinginan merupakan suatu tindak lanjut dari pengetahuan, dengan demikian
kehendak itu disebut juga keinginan rasional. Hal ini menentukan adanya hubunga
n konsekuensi antara kehendak dengan pengetahuan sebelumnya.
3. Oleh karena kehendak itu bersifat rasional maka biasanya selalu mengarah kepada
nilai kebaikan umum termasuk keinginan yang bersifat parsial. Akibatnya, seseora
ng tidak pernah menghendaki sesuatu kecuali jika mengandung nilai baik menurut
pandangan orang tersebut.
4. Tidak ada hubungan kemestian antara tujuan umum (dalam perbuatanTuhan) dan
tujuan parsial (dalam perbuatan manusia), sebaliknya manusia yakin bahwa terdap
at ruang perbedaan antara kebaikan transenden dan kebaikan terestial (alam); keba
ikan terestial dapat saja bersifat bebas sebagai anugerah dari Yang Maha Baik.
5. Ketika kehendak itu mengarah kepada suatu objek, dasar ketergantungannya adala
h dirinya sendiri. Dengan demikian, ruang lingkup kosmologi tentang objek yang
bergerak dan diam, wujud pasif dan aktif adalah mencakup pengertian tentang pen
garuh yang sangat menentukan dari kekuatan manusia terhadap perbuatannya send
iri.
Jadi perbuatan manusia menurut paham Qadariyah adalah manusia mempunyai ke
bebasan untuk memilih, dalam hal memilih perbuatan yang baik dan buruk, sebab All
ah telah menciptakan keduanya. Jika manusia berbuat baik maka ia akan mendapatkan
pahala karena telah mempergunakan kodrat yang diberikan oleh Allah dengan sebaik-
baiknya dan sebaliknya.
Adapun ciri-ciri corak pemikiran paham Qadariyah adalah:
1. Kedudukan akal lebih tinggi.
2. Kebebasan manusia dalam kemauan dan perbuatan.
3. Percaya adanya sunnatullah dan kausalitas.
7.
4. Kebebasan berpikir hanya diikat oleh ajaran-ajaran dasar dalam Alquran dan hadis
5. Mengambil metaforis dari wahyu
6. Dinamika dalam sikap dan berpikir.
Qadariyah sangat menghargai akal dengan member porsi sangat besar dalam b
erpikir sehingga manusia diberi kebebasan dalam berkeinginan dan berbuat. Kebebasa
n berpikir sangat dijunjung tinggi, tetapi tetap berdasar pada Alquran dan Sunnah Ras
ulullah saw.
Paham takdir yang dikembangkan oleh Qadariyah berbeda dengan konsep yan
g umum yang dipakai oleh bangsa Arab ketika itu, yaitu paham yang mengatakan bah
wa nasib manusia telah ditentukan terlebih dahulu. Dalam perbuatannya, manusia han
ya bertindak menurut nasib yang telah ditentukan sejak azali terhadap dirinya. Dengan
demikian, takdir adalah ketentuan Allah yang diciptakan-Nya bagi alam semesta beser
ta seluruh isinya, sejak azali, yaitu hukum yang dalam istilah Alquran adalah sunnatull
ah.
Secara alamiah, sesungguhnya manusia telah memiliki takdir yang tidak dapat
diubah. Manusia dalam demensi fisiknya tidak dapat berbuat lain, kecuali mengikuti h
ukum alam. Misalnya manusia ditakdirkan oleh Tuhan tidak seperti ikan yang mampu
berenang di lautan lepas. Demikian juga manusia tidak mempunyai kekuatan seperti g
ajah yang mampu membawa barang seratus kilogram.
Dengan pemahaman seperti ini, tidak ada alasan untuk menyandarkan perbuat
an kepada Allah. Di antara dalil yang mereka gunakan adalah banyak ayat-ayat Alqura
n yang berbicara dan mendukung paham itu.Berdasarkan keterangan beberapa hadis,
dapat disebutkan bahwa manusia mempunyai kekuatan atau daya dalam berbuat, sepe
rti berwirausaha merupakan kemampuan dalam hal menciptakan kegiatan usaha. Dan
kemampuan menciptakan ini memerlukan adanya kreativitas dan inovasi.
Menurut aliran Qodariyah berpendapat manusia memiliki kebebasan dan
kekuatan sendiri untuk mewujudkan perbuatan perbuatan nya. Nama Qodariyah
berasal dari pengertian bahwa manusia terpaksa tunduk pada qadar tuhan, dalam
istilah inggrisnya dikenal dengan istilah free will and free act. dalam paham ini
manusia Merdeka dalam tingkah lakunya. ia berbuat baik adalah atas kemauan dan
kehendaknya sendiri tanpa adanya campur tangan tuhan. disini tidak terdapat paham
yang
8.
mengatakan bahwa takdir manisia telah ditentukan terlebih dahulu, dan bahwa
manusia dalam perbuatan perbuatan nya hanya bertindak menurut nasibnya yang telah
ditentukan semenjak zaman ditetapkan nya takdir oleh Allah.
9.
PENUTUP
A. Kesimpulan
Bahwa titik temu antara Aliran Jabariyah dan Qadariyah adalah manusia bena
r-benar memiliki kebebasan berkehendak dan karenanya ia akan dimintai pertanggung
jawaban atas keputusannya, meskipun demikian keputusan tersebut pada dasarnya me
rupakan pemenuhan takdir (ketentuan) yang telah ditentukan. Dengan kata lain, kebeb
asan berkehendak manusia tidak dapat tercapai tanpa campur tangan Allah swt. Misal
nya seseorang dapat membuat makanan apasaja yang dikendakinya, tetapi dalam hal i
ni makanan itu tidak akan jadi bilamana campur tangan Tuhan atau kehendak Tuhan ti
dak ada, yakni bila bahan makanan yang bersumber dari tumbuh-tumbuhan atau hewa
n tidak ada sementara makhluk tersebut adalah ciptaan Allah swt.
B. Saran
Dari penjelasan di atas telah kita ketahui bahwa dalam masalah Iman dan Kufu
r ajaran Jabariyah bisa diberlakukan untuk menyampaikan dakwah Islam sehingga da
pat merangkul berbagai golongan Islam yang masih memerlukan pengayoman. Di sa
mping itu pendapat-pendapat Jabariyah sebenarnya didasarkan karena kuatnya iman t
erhadap qudrat dan iradat Allah swt, ditambah pula dengan sifat wahdaniat-Nya.
Bagi Qadariyah manusia adalah pelaku kebaikan dan juga keburukan, keimana
n dan juga kekufuran. Aliran ini termasuk Jabariyah mengemukakan alasan-alasan da
n dalil-dalil serta pendapat yang demikian itu dengan maksud untuk menghindarkan d
iri kekeliruan yang menjerumuskan penganutnya ke dalam kesesatan beragama dan m
encapai kemuliaan dan kesucian Allah swt. dengan sesempurna mungkin.
10.
DAFTAR PUSTAKA

Admizal, Iril. (2021). Takdir Dalam Islam. Jurnal Ilmu Ushuluddin, Adab dan Dakwah,Vol. 3
No. 1, Hal 90.
Sidik,Rausyan Fikr. (2016) Refleksi Paham Jabariyah Dan Qodariyah. IAIN Palu, Fakultas
Ushuluddin Adab Dan Dakwah, Vol. 12 No. 2, Hal 274.
Sumanto, Edi. (2016), Akal, Wahyu, Dan Kasb Manusia Menurut Jabariyah Dan Qodariyah,
IAIN Bengkulu, Vol. 1 No. 1, Hal 82
11.

Anda mungkin juga menyukai