Anda di halaman 1dari 11

MAKALAH

Konsep Takdir dalam Pandangan Jabariyah dan Qodariyah serta


Pengaruhnya dalam Peningkatan Mutu Sumber Daya Manusia
Disusun Guna Memenuhi Tugas Mata Kuliah Ilmu Tauhid

Dosen pengampu : Dr ,MUHAMMAD MAWANGIR, M. Ag

Disusun Oleh :

Hafiz Fahreza (2130304059)

Hannisya Ridhuanita (2120304041)

Siti Umairo (2130304064)

PRODI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI RADEN FATAH

2021/2022
KATA PENGANTAR

Puji syukur ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa. Atas rahmat dan hidayah-Nya, penulis dapat
menyelesaikan tugas makalah yang berjudul “Konsep Takdir dalam Pandangan Jabariyah dan
Qodariyah serta Pengaruhnya dalam Peningkatan Mutu Sumber Daya Manusia” dengan tepat
waktu.

Makalah disusun untuk memenuhi tugas Mata Pelajaran Pancasila. Selain itu, makalah ini
bertujuan menambah wawasan tentang, bagi para pembaca dan juga bagi penulis.

Penulis mengucapkan terima kasih kepada Bapak Dr ,MUHAMMAD MAWANGIR, M. Ag


selaku guru Mata Pelajaran Studi Keislaman Ucapan terima kasih juga disampaikan kepada
semua pihak yang telah membantu diselesaikannya makalah ini.

Penulis menyadari makalah ini masih jauh dari sempurna. Oleh sebab itu, saran dan kritik
yang membangun diharapkan demi kesempurnaan makalah ini.

Palembang, September 2021

Penulis
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ................................................................................................................

DAFTAR ISI................................................................................................................................

BAB I : PENDAHULUAN A. Latar belakang............................................................................

B. Rumusan Masalah.......................................................................................................

C. Tujuan..........................................................................................................................

BABII: PEMBAHASAN

A.Pengertian takdir........................................................................................................

B.Konsep takdir dalam peningkatan mutu Sumber daya Manusia................................

C.Konsep Takdir Menurut Beberapa Aliaran.................................................................

D. Takdir dalam Meningkatkan kualitas Sumber Daya Manusia..................................

E. Pengaruh Takdir dalam Meningkatkan Kualitas Sumber Daya Manusia..................

BAB III : PENUTUP Kesimpulan.............................................................................................

Daftar pustaka.................................................................................................................
Bab 1
Pendahuluan

A. Latar Belakang Masalah


Takdir adalah suatu ketetapan Allah akan garis kehidupan seseorang. Setiap orang lahir
lengkap dengan skenario perjalanan kehidupan dari awal hingga akhir yang tercatat dalam
kitab induk. Namun pemahaman seperti ini belum lengkap, karena dengan hanya memahami
saja dapat menjadikan seseorang bingung dalam menjalani takdir dan menyikapinya.
Kesadaran manusia untuk beragama merupakan kesadaran akan kelemahan dirinya. Terkait
dengan fenomena takdir, maka wujud kelemahan itu adalah manusia tidak mengetahui akan
takdirnya sendiri. manusia tidak tahu apa yang sebenarnya akan terjadi. Kemampuan
befikirnya mungkin mamapu membawa kepada perencanaan yang baik, namun realisasinya
kadang tidak seperti yang diharapkan. Manusia hanya tahu takdirnya setelah terjadi. Oleh
sebab itu,sekiranya manusia menginginkan perubahan dalam kehidupannya di dunia, maka
Allah memerintahkan untuk selalu berusaha dan berdoa. Usaha perubahan yang dilakukan
itu, kalau berhasil maka Allah melarang untuk terlalu bahagia karena merasa berhasil atas
karyanya sendiri. Bahkan apabila usaha itu gagal, Allah juga melarang untuk terlalu bersedih
apalagi menganggap dirinya sumber kegagalan, karena Allah juga menganggap itu suatu
kesombongan yang dilarang juga. (QS Al-Hadiid 57:23 )
Dan bagaimana konsep takdir mampu meningkatkan SDM. Hal ini akn dibahas pada makalah
yang berjudul “Konsep Takdir dalam Meningkatkan Kualitas SDM”

B. Tujuan Penulisan
Tujuan penulisan makalah ini, selain untuk memenuhi tugas mata kuliah Ilmu Kalam juga
untuk memberi penjelasan kepada pembaca mengenai konsep takdir yang benar sehingga
nantinya pembaca dapat menyikapi takdir yang ada , dan tidak terjebak pada pemikiran yang
sempit sehingga akan menjadi motivasi dalam hidup untuk terus berusaha dan meningkatkan
kualitas diri.

C. Rumusan Masalah
Dalam penulisan makalah ini perlu adanya pembatasan masalah yang akan dibahas agar
sesuai dengan tujuan penulisan, diantaranya sebagai berikut :
 Apakah Pengertian Takdir
 Beberapa Perbedaan Takdir
 Konsep Takdir
 Konsep Takdir menurut aliran Qodariyah, Jabariyah dan Ahlussunah Waljama’ah
 Konsep Takdir dalam meningkatkan Kualitas SDM
 Pengaruh Takdir dalam meningkatkan Kualitas SDM.
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Takdir
Takdir berasal dari kata qaddara yang terambil dari akar kata qadara yang artinya mengukur,
memberi kadar/ukuran. Dan secara istilah, takdir adalah suatu ketetapan Allah akan garis
kehidupan seseorang.
Dalam Al Qur’an disebutkan berkali-kali tentang masalah takdir, diantaranya seperti:
 QS. Ar-Ra’d : 8
“Dan segala sesuatu disisi Tuhan adalah dengan ketentuan takdir”
 QS Al-Hijr : 21
“Dan tidak ada sesuatu apapun, melainkan disisi Kamilah perbendaharaan dan Kami turunkan
itu dengan takdir yang dipastikan”.
Dari ayat-ayat yang tertera di atas dapat disimpulkan maksud dan makna kadar atau takdir itu
ialah suatu peraturan yang tertentu yang telah dibuat oleh Allah SWT untuk segala yang ada
dalam alam semesta yang maujud ini. Jadi peraturan-peraturan tersebut merupakan undang-
undang umum atau kepastian yang diikatkan didalamnya antara sebab dan musababnya, juga
antara sebab dan akibatnya.
Kata takdir selalu dikaitkan dengan qadha dan qadar.

B. KonsepTakdir Dalam Peningkatan Mutu Sumberdaya manusia

Takdir adalah suatu ketetapan akan garis kehidupan seseorang. Setiap orang lahir lengkap
dengan skenario perjalanan kehidupannya dari awal dan akhir. Hal ini dinyatakan dalam
Qur'an bahwa segala sesuatu yang terjadi terhadap diri seorang sudah tertulis dalam induk
kitab. Namun pemahaman seperti ini tidak bisa berdiri sendiri atau belum lengkap, karena
dengan hanya memahami seperti tersebut diatas dapat menyebabkan seseorang bingung untuk
menjalani hidup dan mensikapinya.
Kesadaran manusia untuk beragama merupakan kesadaran akan kelemahan dirinya. Terkait
dengan fenomena takdir, maka wujud kelemahan manusia itu ialah ketidaktahuan nya akan
takdirnya. Manusia tidak tahu apa yang sebenarnya akan terjadi. Kemampuan berfikirnya
memang dapat membawa dirinya kepada perhitungan, proyeksi dan perencanaan yang
canggih. Namun setelah diusahakan realisasinya tidak selalu sesuai dengan keinginannya.
Manusia hanya tahu takdirnya setelah terjadi.
Oleh sebab itu sekiranya manusia menginginkan perubahan kondisi dalam menjalani hidup di
dunia ini, diperintah oleh Allah untuk berusaha dan berdoa untuk merubahnya. Usaha
perubahan yang dilakukan oleh manusia itu, kalau berhasil seperti yang diinginkannya maka
Allah melarangnya untuk menepuk dada sebagai hasil karyanya sendiri. Bahkan sekiranya
usahanya itu dinilainya gagal dan bahkan manusia itu sedih bermuram durja menganggap
dirinya sumber kegagalan, maka Allah juga menganggap hal itu sebagai kesombongan yang
dilarang juga. (Al-Hadiid QS. 57:23)
. “Sebagai mahluk Tuhan yang ditetapkan sebagai wakil Tuhan” (QS. 2:30) manusia berbeda
dengan batu, tumbuhan maupun binatang. Batu ketika menggelinding dari sebuah ketinggian
bergerak berdasarkan tarikan gravitasi bumi tanpa ikhtiar sedikitpun begitu pula halnya
tumbuhan yang tumbuh hanya dibawah kondisi tertentu atau sebagai mana binatang yang
bertindak berdasarkan naluri alamiahnya. Ketiga mahluk-mahluk ini bergerak atau bertindak
tidak berdasarkan ikhtiari. Namun bagi manusia, ia merupakan mahluk yang senantiasa
diperhadapkan pada berbagai pilihan-pilihan, dan hanya dengan adanya sintesa antara ilmu
dan kehendak yang berasal dari tuhan ia dapat berikhtiar (memilih) yang terbaik diantara
pilihan-pilihan tersebut.Kaitan dengan peningkatan mutu sumber daya manusia, takdir adalah
pengetahuan sempurna yang dimiliki Allah tentang seluruh kejadian masa lalu atau masa
depan. Kebanyakan orang mempertanyakan bagaimana Allah dapat mengetahui peristiwa
yang belum terjadi, dan ini membuat mereka gagal memahami kebenaran takdir. "Kejadian
yang belum terjadi" hanya belum dialami oleh manusia. Allah tidak terikat ruang ataupun
waktu, karena Dialah pencipta keduanya. Oleh sebab itu, masa lalu, masa mendatang, dan
sekarang, seluruhnya sama bagi Allah; bagi-Nya segala sesuatu telah berjalan dan telah
selesai. Perlu diperhatikan pula kedangkalan dan penyimpangan pemahaman masyarakat
tentang takdir. Mereka berkeyakinan bahwa Allah telah menentukan "takdir" setiap manusia,
tetapi takdir ini terkadang dapat diubah oleh manusia itu sendiri. Akan tetapi, tidak ada
seorang pun yang dapat mengubah takdirnya. Orang yang kembali dari gerbang kematian
tidak mati karena ia ditakdirkan tidak mati saat itu. Mereka yang mengatakan "saya telah
mengalahkan takdir saya" berarti telah menipu diri sendiri. Takdir mereka pulalah sehingga
mereka berkata demikian dan mempertahankan pemikiran seperti itu.
1.Pengertian Takdir
Kata takdir (taqdir) terambil dan kata qaddara yang berasal dari akar kata qadara yang antara
lain berarti mengukur, memberi kadar atau ukuran, sehingga jika kita berkata, "Allah telah
menakdirkan demikian," maka itu berarti, "Allah telah memberi kadar/ukuran/batas tertentu
dalam diri, sifat, atau kemampuan maksimal makhluk-Nya."Dari sekian banyak ayat Al-
Quran dipahami bahwa semua makhluk telah ditetapkan takdirnya oleh Allah. Mereka tidak
dapat melampaui batas ketetapan itu, dan Allah Swt. Menuntun dan menunjukkan mereka
arah yang seharusnya mereka tuju. Begitu dipahami antara lain dari ayat-ayat permulaan
Surat Al-A'la :
َ َ‫ك اأْل َ ْعلَى () الَّ ِذي َخل‬
. ‫ق فَ َسوَّى () َوالَّ ِذي قَ َّد َر فَهَدَى‬ َ ِّ‫ِّح ا ْس َم َرب‬
ِ ‫)( َسب‬
5. "Sucikanlah nama Tuhanmu Yang Maha Tinggi, yang menciptakan (semua mahluk) dan
menyempurnakannya, yang memberi takdir kemudian mengarahkan(nya)" (QS Al-A'la [87]:
1-3).
2. Konsep Takdir
7. Islam mengenal takdir dengan sebutan qadha dan qadar. Sebagian ulama menafsirkan
qadha sebagai hubungan sebab akibat dan qadar sebagai ketentuan Allah sejak zaman ajali.
Jadi secara singkat qadha adalah pelaksanaan dalam tataran operasional yang dipilih oleh
manusia untuk selanjutnya menemui qadarnya dan akhirnya menentukan nilai dari amal
perbuatannya.
8. Takdir adalah suatu yang sangat ghoib, sehingga kita tak mampu mengetahui takdir kita
sedikitpun. Yang dapat kita lakukan hanya berusaha, dan berusahapun telah Allah dijadikan
sebagai kewajiban. ”Tugas kita hanyalah senantiasa berusaha, biar hasil Allah yang
menentukan”, itulah kalimat yang sepertinya sudah tidak asing lagi di telinga kita, yang
menegaskan pentingnya mengusahakan qadha untuk selanjutnya menemui qadarnya. Dan ada
3 hal yang sering-sering disebut sebagai takdir, yaitu jodoh, rizky, dan kematian.
3. Taqdir itu memiliki empat tingkatan yang semuanya wajib diimani, yaitu :
A. Al-`Ilmu, bahwa seseorang harus meyakini bahwa Allah mengetahui segala sesuatu baik
secara global maupun terperinci. Dia mengetahui apa yang telah terjadi dan apa yang akan
terjadi. Karena segala sesuatu diketahui oleh Allah, baik yang detail maupun jelas atas setiap
gerak-gerik makhluknya. Sebagaimana firman Allah :
. ‫ض‬ ِ ْ‫ت األَر‬ ِ ‫ا‬mm‫ا َوالَ َحبَّ ٍة فِي ظُلُ َم‬mmَ‫ب الَ يَ ْعلَ ُمهَا إِالَّ هُ َو َويَ ْعلَ ُم َما فِي ْالبَ ِّر َو ْالبَحْ ِر َو َما تَ ْسقُطُ ِمن َو َرقَ ٍة إِالَّ يَ ْعلَ ُمه‬
ِ ‫َو ِعن َدهُ َمفَاتِ ُح ْال َغ ْي‬
ٍ ‫س إِالَّ فِي ِكتَا‬
‫ب ُّمبِي ٍن‬ ٍ ِ‫ب َوالَ يَاب‬ ٍ ‫ط‬ْ ‫َوالَ َر‬

Artinya: “Dan pada sisi Allah-lah kunci-kunci semua yang ghaib; tidak ada yang
mengetahuinya kecuali Dia sendiri, dan Dia mengetahui apa yang di daratan dan di lautan,
dan tiada sehelai daun pun yang gugur melainkan Dia mengetahuinya , dan tidak jatuh sebutir
biji-pun dalam kegelapan bumi, dan tidak sesuatu yang basah atau yang kering, melainkan
tertulis dalam kitab yang nyata "(QS. Al-an`am 59)
B. Al-Kitabah, Bahwa Allah mencatat semua itu dalam lauhil mahfuz, sebagaimana firman-
Nya :
‫ب إِ َّن َذلِكَ َعلَى هَّللا ِ يَ ِسي ٌر‬ ِ ْ‫أَلَ ْم تَ ْعلَ ْم أَ َّن هَّللا َ يَ ْعلَ ُم َما فِي ال َّس َماء َواأْل َر‬
ٍ ‫ض إِ َّن َذلِكَ فِي ِكتَا‬
Artinya:Apakah kamu tidak mengetahui bahwa sesungguhnya Allah mengetahui apa saja
yang ada di langit dan di bumi?; bahwasanya yang demikian itu terdapat dalam sebuah kitab .
Sesungguhnya yang demikian itu amat mudah bagi Allah.(QS. Al-Hajj : 70)
C.Al-Masyiah (kehendak), Kehendak Allah ini bersifat umum. Bahwa tidak ada sesuatu pun
di langit maupun di bumi melainkan terjadi dengan iradat / masyiah (kehendak /keinginan)
Allah SWT. Maka tidak ada dalam kekuasaannya yang tidak diinginkannya selamanya. Baik
yang berkaitan dengan apa yang dilakukan oleh Zat Allah atau yang dilakukan oleh makhluq-
Nya. Sebagaimana dalam firman-Nya :
َ ُ‫إِنَّ َما أَ ْم ُرهُ إِ َذا أَ َرا َد َشيْئا ً أَ ْن يَق‬
ُ‫ول لَهُ ُك ْن فَيَ ُكون‬
Artinya. “Sesungguhnya keadaan-Nya apabila Dia menghendaki sesuatu hanyalah berkata
kepadanya: "Jadilah!" maka terjadilah ia. (QS. Yasin: 82)
D. Al-Khalqu, Bahwa tidak sesuatu pun di langit dan di bumi melainkan Allah sebagai
penciptanya, pemiliknya, pengaturnya dan menguasainya, dalam firman-Nya dijelaskan :
ِّ ‫َاب بِ ْال َح‬
. َ‫ق فَا ْعبُ ِد هَّللا َ ُم ْخلِصا ً لَّهُ ال ِّدين‬ َ ‫إِنَّا أَن َز ْلنَا إِلَ ْيكَ ْال ِكت‬
. “Sesunguhnya Kami menurunkan kepadamu Kitab dengan kebenaran. Maka sembahlah
Allah dengan memurnikan keta'atan kepada-Nya”. (QS. Az-Zumar : 2).
Memahami konsep takdir sebagai sebuah skenario yang telah ditetapkan oleh Tuhan
meniscayakan ketiadaan keadilan Tuhan dan konsep pertanggungjawaban. Takdir tidak lain
sebagai sebuah prinsip akan terbinanya sistem kausalitas umum (bahwa akibat mesti berasal
dari sebab-sebab khususnya, dimana rentetan kausalitas tersebut berakhir pada sebab dari
segala sebab yakni Tuhan) atas dasar pengetahuan dan kehendak ilahi yang Maha Bijak.
Takdir Takwini (ketetapan penciptaan) tiada lain merupakan prinsip kemestian yang
mengatasi sistem penciptaan alam dan takdir tasyrii (ketetapan syariat) merupakan prinsip
kemestian yang mengatur sistem gerak individu maupun masyarakat dari segi sosiologis dan
spiritual.
Artinya, ikhtiar itu menjadi berarti hanya bila pada realitas terdapat hukum-hukum yang pasti
(takdir) atau dengan kata lain ikhtiar pada awalnya berupa potensial dan ia menjadi aktual
bila terdapat adanya dan diketahuinya takdir tersebut. Karena itu pula dapat dikatakan “tanpa
takdir tidak ada ikhtiar”.. Untuk meningkatkan mutu sumber daya manusia, sudah seharusnya
lah kita selalu berusaha dan berdo’a, dan jangan hanya mengandalkan do’a saja ataupun cuma
hanya berusaha saja. Antara usaha dan do’a haruslah seimbang, tanpa keduanya tak ada
artinya. Ketiadaan potensi ikhtiar pada manusia meniscayakan takdir menjadi tidak
bermakna/berlaku begitu pula sebaliknya.

C. Konsep Takdir Menurut Beberapa Aliran


 Aliran Qodariyah
Menurut aliran Qodariyah manusia memiliki kebebasan dan kekuatan sendiri untuk
mewujudkan perbuatan-perbuatannya. Nama Qodariyah berasal dari pengertian bahwa
manusia terpaksa tunduk pada qadar Tuhan, dalam istilah Inggrisnya dikenal dengan istilan
free will dan free act. Dalam paham ini manusia merdeka dalam tingkah lakunya. Ia berbuat
baik adalah atas kemauan dan kehendaknya sediri tanpa adanya campur tangan Tuhan. Disini
tidak terdapat paham yang mengatakan bahwa takdir manusia telah ditentukan terlebih
dahulu, dan bahwa manusia dalam perbuatan-perbuatannya hanya bertindak menurut
nasibnya yang telah ditentukan semenjak azal.
 Aliran Jabariyah
Aliran jabariyah berpendapat sebaliknya. Manusia tidak memiliki kemerdekaan dalam
menentukan kehendak dan perbuatannya. Manusia dalam paham ini terkait pada kehendak
mutlak Tuhan. Jabariyah berasal dari kata jabara yang mengandung arti memaksa. Dalam
istilah Inggris dikenal dengan paham fantalism atau predestination. Perbuatan-perbuatan
manusia telah ditentukan dari semula oleh Qadha dan Qadar Tuhan.
 Aliran Ahlussunah Waljama’ah
Golongan ini mengatakan bahwa Allah telah menetapkan nasib dan takdir seseorang, namun
manusia tetap dituntut untuk berupaya semaksimal mungkin untuk berubah dari kondisinya,
dan perubahan itu bisa diupayakan atas kuasa Ilahi dan ridho dariNya meskipun nasib dan
suratan takdir telah tertulis. Dalam aliran Ahlussunah Waljama’ah terdapat aliran Asy’ariyah
yang bersikap tengah-tengah antara pendapat Qodariyah dan Jabariyah.
Dari ketiga aliran tersebut dapat kita ambil kesimpulan bahwa manusia tetap dituntut untuk
berusaha seoptimal mungkin untuk mencapai kehidupan yang baik, baik untuk dunia maupun
akhirat dengan seimbang tanpa melupakan sisi pasrah dan tawakkal terhadap Tuhan. Namun
perlu digaris bawahi bahwa pasrah disini bukan berarti bersikap fatalis yang hanya menunggu
perubahan dari Allah atau melakukan sesuatu yang irasional. Ada sisi upaya manusia dan
interprestasi Tuhan untuk menetapkan sesuatu terjadi atau tidak, semua tergantung dari
optimalisasi usaha manusia dan keridhaan Ilahi. Seperti dalam firman Allah yang artinya:
“......sesungguhnya Allah tidak akan merubah keadaan suatu kaum, sebelum mereka merubah
keadaan diri mereka sendiri.”(QS Ar-Ra’d 13:11)

D. Takdir dalam Meningkatkan Kualitas Sumber Daya Manusia


Konsep takdir dalam hal ini dapat dilakukan dengan cara ikhtiar. Di dunia, manusia
diwajibkan berikhtiar dan berusaha untuk mencapai segala sesuatu yang dicita-citakan demi
kebahagaan dunia dan akhirat. Meskipun kita telah percaya dan benar-benar yakin bahwa
semua ketentuan datangnya dari Allah, namun agar lepas dari ketentuan jelek dan buruk,
serta berjuang hanya mendapatkan ketentuan baik saja.
Dengan demikian, setiap mukmin harus berusaha keras agar tidak jatuh miskin, giat belajar
agar menjadi orang yang berilmu dan bermanfaat bagi orang lain, menjaga kesehatan agar
tidak sakit dan lain sebagainya. Sebab kita tidak mengetahui takdir mana yang kita perlukan,
sehingga setiap mukmin tidak dibenarkan berdiam diri dan pasrah terhadap takdir tanpa
adanya usaha untuk merubahnya. Firman Allah : “Allah tidak akan merubah keadaan suatu
kaum sebelum mereka mengubah keadaanya sendiri”. Jadi jelas bahwa Allah memerintahkan
kita untuk berikhtiar dan bertawakkal kepada Allah dengan mengharap ridhaNya.

E. Pengaruh Takdir dalam Meningkatkan Kualitas Sumber Daya Manusia


Pengaruhnya antara lain sebagai berikut :
1.Takdir merupakan suatu sebab yang membuat seseorang menjadi bersemangat dalam
beramal dan berusaha untuk mencapai keridhaan Allah.
2. Manusia akan mengetahui kemampuan dirinya, sehingga dia tidak sombong, bangga atau ti
nggi hati.
3.Bisa menumbuhkan kebeanian hati untuk menghadapi berbagai tantanganserta menguatkan
keinginan di dalamnya.
BAB III
KESIMPULAN

Takdir adalah pengetahuan abadi kepunyaan Allah, Dia yang memahami waktu sebagai
kejadian tunggal dan Dia yang meliputi keseluruhan ruang dan waktu. Bagi Allah, segalanya
sudah ditentukan dan sudah selesai dalam sebuah takdir. Berdasarkan yang diungkapkan
dalam Al Quran, kita juga dapat memahami bahwa waktu bersifat tunggal bagi Allah
kejadian yang bagi kita terjadi di masa mendatang, digambarkan dalam Al Quran sebagai
kejadian yang telah lama berlalu.
Peristiwa-peristiwa yang terjadi di alam raya ini, dan sisi kejadiannya, dalam kadar atau
ukuran tertentu, pada tempat dan waktu tertantu, itulah yang disebut takdir. Peristiwa-
peristiwa tersebut berada dalam pengetahuan dan ketentuan Allah, yang keduanya menurut
sementara ulama dapat disimpulkan dalam istilah sunatullah.
Manusia mempunyai keampuan terbatas sesuai dengan ukuran yang diberikan Allah
kepadanya. Mahluk ini misalnya tidak dapat terbang, ini merupakan salah satu ukuran yang
dianugerahkan Allah kepadanya.
Oleh sebab itu, sekiranya manusia menginginkan perubahan kondisi dalam menjalani hidup
di dunia ini, diperintahkan untuk berusaha dan berdoa unruk merubahnya.

B. KRITIK DAN SARAN


Dalam penulisan makalah ini, pastinya masih banyak terdapat kekurangan. Untuk itu, kami
memohon kritik dan saran yang membangun supaya dalam penulisan makalah berikutnya
dapat kami lakukan dengan lebih baik lagi.
DAFTAR PUSTAKA

Program Internet, konsep takdir.blogspot.com


Sayid sabiq, Akidah Islam. Diponegoro Bandung. 2001
DR.Ahmad Daudy, Kuliah Aqidah Islam, Bulan Bintang. 1997
Harun Nasution, Teologi Islam, Iui-

Anda mungkin juga menyukai