Anda di halaman 1dari 9

HADITS DAN HUBUNGANNYA DENGAN AL QUR’AN

Disusun Guna Memenuhi Tugas

Makalah Individu

Mata Kuliah : Ulumul Hadits


Dosen Pengampu : Abdul Karim SS, MA

Disusun Oleh :

Pipit Priyani ( 1710320007 )

SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI KUDUS


PENDIDIKAN GURU MADRASAH IBTIDAIYAH
NON REGULER TAHUN 2017

0
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah


Islam adalah agama yang memiliki aturan-aturan yang diikat melalui Al
Qur’an dan Hadis. Dengan pedoman ini manusia akan selamat di dunia dan di
akhirat. Dengan kata lain kedua sumber ini merupakan rujukan bagi pemeluk
agama Islam untuk meraih kebahagiaan di dunia ini terlebih-lebih
keselamatan di akhirat. Dimana Al Qur’an itu merupakan kalam Allah yang
diturunkan kepada Nabi Muhammad SAW, melalui malaikat Jibril yang
disampaikan dengan bahasa Arab, kemudian mendapat pahala bagi yang
membacanya. Demikian juga dengan Hadis merupakan suatu ketetapan yang
dilakukan oleh nabi, baik itu ucapan nabi, perbuatan nabi, ketetapan nabi.
Setiap persoalan tentunya dapat dirujuk kepada Al Qur’an dan Hadis.
Dari sinilah permasalahan tersebut dapat diatasi dengan baik, sehingga
memberikan solusi bagi pemeluk Islam tersebut. Namun, jika kita melihat
lebih rinci tentang sumber-sumber hukum ini, tentu tidaklah dapat dijelaskan
secara detail di dalam Al Qur’an secara jelas. Namun disinilah perlu adanya
penjelasan-penjelasan yang harus dikaitkan melalui hadis-hadis Rasulullah
SAW.1

B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana pengertian Hadis dan Al Qur’an ?
2. Bagaimana Hadis dan hubungannya dengan Al Qur’an ?
3. Bagaimana kedudukan dan fungsi Hadis terhadap Al Qur’an ?

1
A. A Nasution, Hubungan Hadis dengan Al Qur’an, (Jakarta: Jurnal Thariqah Ilmiah, 2015), Vol.
02, hlm. 66

1
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Hadis dan Al Qur’an


1. Hadis
Hadis berasal dari bahasa Arab, yaitu dari kata hadatsa, yahditsu,
haditsan, haditsan dengan pengertian yang bermacam-macam. Kata
tersebut misalnya dapat berarti al-jadid min al-asy ya’ sesuatu yang baru,
sebagai lawan dari kata al-qadim yang artinya sesuatu yang sudah kuno
atau klasik. Kata al-hadits dapat pula berarti al-qarib yang berarti
menunjukkan pada waktu yang dekat atau waktu yang singkat.2
Kemudian dapat pula berarti al-khabar yang berari mayutahddats bib
wa yunqal, yaitu sesuatu yang diperbincangkan, dibicarakan atau
diberitakan, dan dialihkan dari seseorang kepada orang lain.3
Secara terminologi, di kalangan ulama Hadis sendiri ada juga
beberapa definisi antara satu sama lain yang agak berbeda. Ada yang
mendefinisikan Hadis adalah: “Segala perkataan Nabi SAW, perbuatan
dan hal ihwalnya.” Ulama Hadis menerangkan bahwa yang termasuk “hal
ihwal”, ialah segala pemberitaan tentang Nabi SAW, seperti yang
berkaitan dengan himmah, karakteristik, sejarah kelahiran, dan kebiasaan-
kebiasaannya. Ulama ahli hadis yang lain merumuskan pengertian Hadis
dengan “Segala sesuatu yang bersumber dari Nabi, baik berupa perkataan,
perbuatan, taqrir maupun sifatnya.”4

2. Al Qur’an
Secara etimologi Al Qur’an berasal dari bahasa Arab dari kata qara’a,
yaqrau, qur’anan yang berarti bacaan.

2
Abuddin Nata, Metodologi Studi Islam, (Jakarta: RajaGrafindo Persada, 2010), Cet. 17, hlm. 234
3
A. Khaer Suryaman, “Pengantar Ilmu Hadis”, dalam Abuddin Nata Metodologi Studi Islam,
(Jakarta: RajaGrafindo Persada, 2010), Cet. 17, hlm. 234
4
A. A Nasution, Hubungan Hadis dengan Al Qur’an, (Jakarta: Jurnal Thariqah Ilmiah, 2015), Vol.
02, hlm. 67

2
Sedangkan pengertian Al Qur’an menurut istilah, adalah kitab suci
yang diwahyukan kepada Nabi Muhammad SAW sebagai petunjuk dan
pedoman hidup umat Islam yang perlu dibaca dan diamalkan maknanya.
Persoalannya, pada umumnya Al Qur’an bersifat global sehingga tidak
cukup untuk dipelajari sendiri melainkan membutuhkan ilmu-ilmu Al
Qur’an, tafsir-tafsir dan hadis-hadis.

B. Hadis dan Hubungannya dengan Al Qur’an


Menurut Ibn Taimiyah bahwa Nabi Muhammad SAW telah menjelaskan
seluruh makna ayat-ayat Al Qur’an, termasuk lafazh-lafazhnya, kepada para
sahabatnya. Oleh karena itu, apabila penafsiran Al Qur’an dengan Al Qur’an
tidak dapat ditemukan, penafsiran Al Qur’an dengan sabda nabi dapat
dilakukan. Penafsiran hadis terhadap ayat-ayat Al Qur’an itu bisa berbentuk
menjelaskan kemujmalan ayat, menerangkan kemusykilannya,
mengkhususkan keumumannya dan menentukan kemutlakannya.5
Contoh penafsiran Al Qur’an dengan Hadis Nabi diantaranya penjelasan
berupa penghapusan. Misalnya Hadis yang berbunyi:

‫ع ٍام‬ ِ ‫ْال ِب ْك ُر ِب ْال ِب ْك ِر َج ْلدَة ُ ِمائ َ ٍة َو ت َ ْف ِو ْي‬


َ ‫ب‬
“Seorang perawan dan jejaka (yang melakukan zina) dihukum 100 kali dera
dan pengasingan selama satu tahun.”
menaskh ketentuan hukum yang dinyatakan dalam QS. An Nisa’ ayat 15:

‫ع َل ْي ِه َّن أ َ ْربَعَةً ِم ْن ُك ْم‬ َ ِ‫شةَ ِم ْن ن‬


َ ‫سائِ ُك ْم فَا ْست َ ْش ِهد ُْوا‬ ِ َ‫َواللَّتِي يَأ ْ ِتيْنَ ْالف‬
َ ‫اح‬
“Dan terhadap para wanita yang mengerjakan perbuatan keji (zina),
hendaknya kamu semua mengajukan empat orang saksi dari pihak kalian,
atas perbuatan mereka itu.”
Terdapat perbedaan yang menonjol antara Hadis dan Al Quran dari segi
redaksi dan cara penyampaian atau penerimaannya. Dari segi redaksi,
diyakini bahwa wahyu Al Qur’an disusun langusng oleh Allah SWT. malaikat

5
Supiana, Metodologi Studi Islam, (Jakarta, Direktorat Jenderal Pendidikan Islam Kementerian
Agama, 2012), Cet. 2, hlm. 110-111

3
Jibril hanya sekadar menyampaikan kepada Nabi Muhammad SAW., dan
beliau pun langsung menyampaikan kepada umat, demikian seterusnya
generasi demi generasi. Berbeda dengan Hadis, yang pada umumnya
disampaikan oleh orang per orang dan itupun seringkali dengan redaksi yang
sedikit berbeda dengan redaksi yang diucapkan oleh Nabi SAW.6
Meskipun demikian, bukan berarti keabsahan hadis diragukan begitu saja
mengingat kebaikan pada diri Nabi Muhammad SAW dan sahabat beliau
yang memiliki ingatan yang baik dalam menghafal hadis beliau, sehingga
keabsahan hadis-hadis dapat terjaga.
Al Qur’an menunjuk nabi sebagai orang yang harus diteladani kaum muslimin
sejak masa sahabat sampai hari ini telah bersepakat untuk menetapkan hukum
berdasarkan sunnah Nabi, terutama yang berkaitan dengan petunjuk operasional.
Keberlakuan Hadis sebagai sumber hukum diperkuat pula dengan kenyataan bahwa
Al Qur’an hanya memberikan garis-garis besar dan petunjuk umum yang
memerlukan penjelasan dan rincian lebih lanjut untuk dapat dilaksanakan dalam
kehidupan manusia.7

C. Kedudukan dan Fungsi Hadis Terhadap Al Qur’an


1. Kedudukan Hadis terhadap Al Qur’an antara lain:
a. Hadis adalah sumber hukum kedua setelah Al Qur’an.
Hal ini telah ditetapkan oleh tiga hal, yaitu Al Qur’an sendiri,
kesepakatan (ijma’) ulama, dan logika akal sehat (ma’qul).
b. Al Qur’an dan Hadis merupakan rujukan yang pasti dan tetap untuk
setiap persoalan yang timbul di kalangan umat Islam sehingga tidak
menimbulkan pertentangan. Jika terdapat perselisihan akan
dikembalikan pada ayat dan hadis.

6
Dr. M. Quraish Shihab, Membumikan Al Qur’an “Fungsi Peran dan Wahyu dalam Kehidupan
Masyarakat”, (Bandung, Mizan, 1996) Cet. 13, hlm. 134
7
A. A Nasution, Hubungan Hadis dengan Al Qur’an, (Jakarta: Jurnal Thariqah Ilmiah, 2015), Vol.
02, hlm. 75

4
2. Fungsi Hadis terhadap Al Qur’an antara lain:
a. Hadis menjelaskan ayat-ayat yang bersifat global.
Menetapkan atau memperkuat apa yang telah diterangkan dalam
Al Qur’an, dengan kata lain hadis lebih menekankan bahwa
Rasulullah SAW berfungsi menjelaskan maksud firman-firman Allah
SWT. 8

‫اس َمانُ ِز َل اِلَ ْي ِه ْم َولَعَلَّ ُه ْم‬ ِ ‫الزب ِۗ ُِر َوا َ ْنزَ ْلنَااِلَي َْك‬
ِ َّ‫الذ ْك َر ِلتُبَيِنَ ِللن‬ ِ ‫بِ ْالبَيِ ٰن‬
ُّ ‫ت َو‬
﴾۴۴﴿ َ‫يَت َ َف َّك ُر ْون‬
“(mereka Kami utus) dengan membawa keterangan-keterangan
(mukjizat) dan kitab-kitab. Dan Kami turunkan Ad Zikr (Al Qur’an)
kepadamu, agar engkau menerangkan kepada manusia apa yang telah
diturunkan kepada mereka, agar mereka memikirkan”(An Nahl:44)
Hadis memberikan rincian terhadap pernyataan Al Qur’an yang
masih bersifat global. Misalnya Al Quran menyatakan perintah sholat
dalam QS Al Baqarah ayat 3. Shalat dalam ayat tersebut masih
bersifat umum sehingga hadis lebih merincinya, misalnya shalat yang
dikerjakan adalah shalat wajib dan sunah.9
Rasulullah SAW bersabda:
Dari Thalhah bin Ubaidillah: bahwasannya telah datang seorang
Arab Badui kepada Rasulullah SAW dan berkata: “Wahai
Rasulullah beritahukan kepadaku salat apa yang difardukan
untukku?” Rasul berkata: “Salat lima waktu, yang lainnya adalah
sunnah” (HR Bukhori dan Muslim).
b. Hadis membatasi kemutlakan ayat Al Qur’an.
Misalnya Al Qur’an mensyariatkan wasiat. QS. Al Baqarah: 180

‫صيَّةُ ِل ْل َوا ِلدَي ِْن‬


ِ ‫ض َر اَ َحدَ ُك ُم ْال َم ْوتُ ا ِْن ت َ َر َك َخي ًْرا ۚ ْال َو‬َ ‫علَ ْي ُك ْم اِذَا َح‬َ ‫ب‬ َ ِ‫ُكت‬
﴾180﴿ َ‫لى ْال ُمت َّ ِقيْن‬ َ ‫ع‬ َ ‫ف ۚ َحقًّا‬ ِ ‫َو ْاْلَ ْق َر ِبيْنَ بِ ْال َم ْع ُر ْو‬
8
Dr. M. Quraish Shihab, Membumikan Al Qur’an “Fungsi Peran dan Wahyu dalam Kehidupan
Masyarakat”, (Bandung, Mizan, 1996) Cet. 13, hlm. 135
9
A. A. Nasution, Hubungan Hadis dengan Al Qur’an, (Jakarta: Jurnal Thariqah Ilmiah, 2015), Vol.
02, hlm.76

5
“Diwajibkan atas kamu, apabila maut hendak menjemput seseorang
di antara kamu, jika dia meninggalkan harta, berwasiat untuk kedua
orang tua dan karib kerabat dengan cara yang baik (sebagai)
kewajiban bagi orang-orang yang bertaqwa.” (Al Baqarah:180)
Kemudian hadis memberikan batas maksimal pemberian harta
warisan melalui wasiat yaitu tidak melampaui sepertiga dari harta
tersebut. Hadis ini diriwayatkan oleh Bukhari dan Muslim
c. Hadis memberikan pengecualian terhadap pernyataan Al Qur’an yang
bersifat umum.
Misalnya, Al Qur’an mengharamkan memakan bangkai dan darah
dalam QS. Al Maidah ayat 3. Kemudian hadis memberikan
pengecualian dengan menghalalkan dua bangkai yaitu ikan dan
belalang, dan darah yang halal dimakan yaitu hati dan limpa. Hadis ini
diriwayatkan oleh Ahmad, Syafii, Ibn Majah, Baihaqi dan Daruqutni.
d. Hadis menetapkan hukum baru yang tidak ditetapkan Al Qur’an.
Misalnya, Rasulullah SAW melarang mengonsumsi semua
binatang yang bertaring dan semua burung yang bercakar. (HR
Muslim dan Ibn Abbas).

6
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Hadis menurut bahasa berarti sesuatu yang baru (al jadid), sesuatu yang
dekat (al qarib) atau berita (al khabar). Sedangkan menurut istilah adalah
segala perkataan, perbuatan, dan hal ihwal Nabi Muhammad SAW.
Al Qur’an menurut bahasa berasal dari kata qara’a, yaqra’u, qur’anan
yang artinya bacaan. Sedangkan menurut istilah adalah kitab suci Allah SWT
yang diwahyukan kepada Nabi Muhammad SAW melalui malaikat jibril
untuk menjadi petunjuk dan pedoman manusia dan mendapatkan pahala bagi
yang membacanya.
Makna dalam ayat-ayat Al Qur’an masih bersifat global sehingga
kedudukan hadis terhadap Al Qur’an adalah untuk menafsirkannya.
Penafsiran hadis terhadap ayat-ayat Al Qur’an itu bisa berbentuk menjelaskan
kemujmalan ayat, menerangkan kemusykilannya, mengkhususkan
keumumannya dan menentukan kemutlakannya.

7
Daftar Pustaka

- Al Qur’anul Karim
- Ali Anas Nasution. 2015. Hubungan Hadis dengan Al Qur’an. Jakarta: Jurnal
Thariqah Vol. 02 No. 02
- Audi Rahman. 2010. Kajian Ulumul Hadis. Jakarta: Jurnal Ulumul Hadis
- Muhammad bin Shalih al Utsaimin. 2008. Pengantar Ilmu Hadis. Jurnal Ilmu
Hadis.
- Nata, Abuddin. 2010. Metodologi Studi Islam: Metode Peneletian Hadis.
RajaGrafindo Persada. Jakarta
- Shihab, Quraish. 1996. Membumikan Al Qur’an: Fungsi dan Peran Wahyu
dalam Kehidupan Masyarakat. Mizan. Bandung
- Supiana. 2012. Metodologi Studi Islam: Studi Sumber Ajaran Islam, Al
Qur’an. Direktorat Jenderal Pendidikan Islam Kementerian Agama RI.
Jakarta
- Yasir, Muhammad, Ade Jamaruddin. 2016. Studi Al Qur’an. Asa Riau. Riau

Anda mungkin juga menyukai