Anda di halaman 1dari 5

A.

Klasifikasi Nasikh Wal Mansukh


Berdasarkan kejelasan dan cakupannya, naskh dalam al-Qur’an dibagi
menjadi empat macam yaitu:
1. Naskh sharih, yaitu ayat yang jelas menghapus hukum yang terdapat pada ayat
terdahulu. Misalnya ayat tentang perang (qital) pada ayat 65 surat al-anfal
yang mengharuskan satu orang muslim melawan sepuluh orang kafir:
  
 
    
 
  
   
  
 
   

Artinya : “Hai Nabi, kobarkanlah semangat orang mukmin untuk berperang.
Jika ada dua pulub orang yang sabar diantara kamu, pasti mereka akan dapat
mengalahkan dua ratus orang musuh. Dan jika ada seratus orang sabar
diantara kamu, mereka dapat mengalahkan seribu kafir, sebab orang-orang
kafir adalah kaum yang tidak mengerti.”(QS. Al-Anfal:65)

Yang kemudian dinasakh oleh ayat selanjutnya

   


    
   
 
   
  
   
  


Artinya: “Sekarang, Allah telah meringankan kamu dan mengetahui pula


bahwa kamu memiliki kelemahan. Maka jika diantara kamu ada seratus orang
yang sabar, niscaya mereka dapat mengalahkan dua ratus orang kafir, dan
jika diantara kamu terdapat seribu orang yang sabar, mereka akan dapat
mengalahkan dua ribu orang kafir.” (QS. Al-Anfal:66)
2. Naskh dhimmy, yaitu jika terdapat dua naskh yang saling bertentangan, dan
tidak dikompromikan, dan keduanya turun untuk sebuah masalah yang sama,
serta keduanya diketahui waktu turunnya, ayat yang kemudian menghapus
ayat-ayat terdahulunya. Contohnya: ketetapan Allah yang mewajibkan
berwasiat bagi orang-orang yang akan mati yang terdapat dalam surat al-
Baqarah 180.
   
  
  


   
 

Artinya :“Diwajibkan atas kamu, apabila seseorang diantara kamu


kedatangan (tanda-tanda) maut, jika ia meninggalkan harta yang banyak,
untuk berwasiat bagi ibu-bapak serta karib-kerabatnya secara ma’ruf.”
Menurut pendukung teori nasikh-mansukh ayat ini dinaskh oleh hadis “la
wahiyyah li waris” (Tidak ada wasiat bagi ahli waris).

3. Nash kully, yaitu menghapus hukum yang sebelumnya secara keseluruhan.


Contoh: ketentuan ‘iddah empat bulan sepuluh hari pada surat al-Baqarah ayat
234 dinaskh oleh ketentuan ‘iddah satu tahun pada ayat 240 di surat yang
sama.
4. Naskh juz’iy, yaitu menghapus hukum umum yang berlaku bagi semua
individu dengan hukum yang hanya berlaku pada sebagian individu.
Contohnya, hukum dera 80 kali bagi orang yang menuduh seorang wanita
tanpa adanya saksi pada surat An-Nur ayat 4, dihapus oleh ketentuan li’an,
yaitu bersumpah empat kali dengan nama Allah jika si penuduh suami yang
tertuduh, pada ayat 6 dalam surat yang sama.
Ditinjau dari keberadaan ayat dan hukumnya, nasikh dan mansukh dalam Al-
Quran dapat dibagi menjadi tiga:
1. Penghapusan Hukum Dan Bacaan Secara Bersamaan (nasikh al-hukmi wa at-
tilawah ma’a)
Ayat-ayat yang termasuk dalam kategori ini tidak dibenarkan dibaca dan
diamalkan. Misalnya disebutkan dalam hadis yang diriwayatkan dari Aisyah
r.a

ٍ ‫ت َم ْعلُو َما‬
‫ت‬ َ ‫ع ْش ُر َر‬
ٍ ‫ض َعا‬ ِ ‫" َكانَ فِي َماأ ْن ِز َل ِمنَ ْالقُ ْر‬:‫ت‬
َ :‫آن‬ ْ َ‫أَنَّ َهاقَال‬،َ‫شة‬ َ ‫ع ْن‬
َ ِ‫عائ‬ َ
َ ‫سلَّ َم‬
‫و ُه َّن‬، َ ُ‫صلَّى هللا‬
َ ‫علَ ْي ِه َو‬ َ ِ‫سو ُل هللا‬ َ ِ‫ َفت ُ ُوف‬،ٍ‫ ِبخ َْم ِس َم ْعلُو َمات‬، َ‫ِخن‬
ُ ‫ي َر‬ ْ ‫ث ُ َّم نُس‬، َ‫يُ َح ِر ْمن‬
ِ ‫فِي َما يُ ْق َرأ ُ ِمنَ ْالقُ ْر‬
"‫آن‬
"Diriwayatkan dari 'Aisyah, dia berkata: Adalah di antara yang
diturunkan dari Al-Qur'an adalah sepuluh kali susuan yang maklum (jelas
diketahui) itu menyebabkan mahram, kemudian ketentuan ini dinasakh
dengan lima kali susuan yang maklum, sampai Rasulullah SAW wafat lima
kali susuan ini termasuk ayat Al-Qur'an yang dibaca." (H.R. Muslim)

Maksud dari hadist diatas, bahwa ketentuan tentang susunan ini tidak ada
lagi di dalam Al-Qur’an, baik bacan maupun hukumnya. Naskh ayat tentang
radha’ah itu tidak sampai kepada semua orang, sehingga sampai Rasulullah
SAW wafat masih ada yang membacanya. Karena sudah di nasakh tilawahnya,
maka ayat tersebut tidak terdapat di dalam mushaf ‘Utsmani’.
2. Penghapusan terhadap hukumnya saja, sedangkan bacaan tetap ada (nasikh al-
hukmi wa tilawatuha yabqa)
Misalnya, ajarkan para penyembah berhala dari kelompok musyrikin
kepada orang-orang muslim untuk bergantian dalam beribadah telah dihapus
oleh ayat qital. Contoh nasikh jenis ini adaah (surat al-mujadilah ayat 12)
dinasakh oleh surat yang sama ayat 13 berikutnya. Yang dinasakh hanya
hukumnya, sedangkan tilawah keduanya tetap ada dalam mushf ‘Utsmani’.
‫صدَقَةً ذ ِل َك َخي ٌْر لَ ُك ْم‬
َ ‫ي ن َْج َوا ُك ْم‬
ْ َ‫سو َل فَقَدَّ ُموا َبيْنَ َيد‬ َّ ‫َياأَيُّ َهاالَّ ِذ ينَ آ َمنُوا ِإذا نَا َج ْيت ُ ُم‬
ُ ‫الر‬
)١٢(‫ور َر ِحي ٌم‬ ٌ ُ ‫غف‬ ْ َ ‫َوأ‬
َ َ‫ط َه ُر فَإ ِ ْن َل ْم ت ُ ِجد ُوا فَإ ِ َّن هللا‬

"Hai orang-orang beriman, apabila kamu mengadakan pembicaraan


khusus dengan Rasul hendaklah kamu mengeluarkan sedekah (kepada orang
miskin) sebelum pembicaraan itu. yang demikian itu lebih baik bagimu dan
lebih bersih; jika kamu tidak memperoleh (yang akan disedekahkan) maka
sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang." (Q.S. Al-
Mujâdilah 58: 12)

‫علَ ْي ُك ْم فَأَقِي ُموا‬ َ َ ‫ت فَإ ِذلَ ْم ت َ ْفعَلُوا َوت‬


َ ُ‫اب هللا‬ ْ َ‫َءأ ْشفَ ْقت ُ ْم أ َ ْن تُقَ ِد ُموا بَيْنَ يَد‬
َ ‫ي ن َْج َوا ُك ْم‬
ٍ ‫صدَقَا‬
)١٣( َ‫ير ِب َما تَ ْع َملُون‬
ٌ ِ‫سولَهُ َوهللاُ َخب‬ َ ‫الز َكاة َ َوأ َ ِطيعُو‬
ُ ‫هللا َو َر‬ َّ ‫صالَة َ َوآتُوا‬
َّ ‫ال‬

"Apakah kamu takut akan (menjadi miskin) karena kamu memberikan


sedekah sebelum mengadakan pembicaraan dengan Rasul? Maka jika kamu
tiada memperbuatnya dan Allah telah memberi taubat kepadamu maka
dirikanlah shalat, tunaikanlah zakat, taatlah kepada Allah dan Rasul-Nya; dan
Allah Maha mengetahui apa yang kamu kerjakan." (Q.S. Al-Mujâdilah 58: 13)

Hukum memberikan sedekah terlebih dahulu kepada orang miskin sebagai


syarat untuk rasulullah saw pada ayat 12 diatas, dinasakh oleh ayat 13
berikutnya sebagai keringanan bagi umat.

3. Penghapusan terhadap tilawah atau bacaanya saja, sedangkan hukumnya tetap


berlaku (nasikh at-tilawah, wa hukmuha yabqa)
Contoh naskh jenis ini adalah apa yang diriwayatkan dari umar bin khatab
dan ubayya ibn ka’ab bahwa keduanya berkata, diantara ayat yang pernah
diturunkan adalah ayat:

‫يز َح ِكي ٌم‬ َ ُ‫ار ُج ُمو ُه َما ْالبَتَّةَ نَ َكاالً ِمنَ هللاِ َوهللا‬
ٌ ‫ع ِز‬ ْ َ‫ش ْي َخةُ ف‬
َّ ‫ش ْي ُخ َوال‬
َّ ‫ال‬
"Orang tua laki-laki dan perempuan apabila keduanya berzina maka
rajamlah keduanya dengan pasti sebagai siksaan dari Allah. Dan Allah Maha
Perkasa lagi Maha Bijaksana" (H. R. Ibnu Hibban dan Ibn Majah)
Hukum rajam masih berlaku tetapi ayat tersebut adalah dinasakh sehingga
tidak ditemukan dalam mushaf ‘Utsmani’.

Anda mungkin juga menyukai