PENDAHULUAN
Pendidikan, memiliki peran strategis sebagai sarana human resources dan human investment.
Selain bertujuan menumbuh kembangkan kehidupan yang lebih baik, pendidikan juga telah
nyata-nyata ikut mewarnai dan menjadi landasan moral dan etik dalam prosespemberdayaan jati
diri bangsa. Sedemikian pentingnya pendidikan, terutama pendidikan agama Islam, maka wajar
jika hakekat pendidikan merupakan proses humanisasi, yang berimplikasi pada proses
didewasakan dan di-insan kamil-kan melalui pendidikan sebagai elemen positif dalam
merupakan tindakan sadar dengan tujuan memelihara dan mengembangkan fitrah serta potensi
Secara normatif, Islam telah memberikan landasan kuat bagi pelaksanaan pendidikan.
pembelajaran dan transrnisi Ilmu sangat bermakna bagi kehidupan manusia. Inilah latar
belakang turunnya wahyu pertama dengan perintah membaca, menulis, dan mengajar. Kedua,
seluruh rangkaian pelaksanaan pendidikan adalah ibadah kepada Allah SWT. Sebagai
sebuah ibadah, maka pendidikan merupakan kewajiban individual sekaligus kolektif , Ketiga,
Islam memberikan derajat tinggi bagi kaum terdidik, sarjana maupun ilmuwan. Keempat, Islam
terbuka dalam menerima ilmu pengetahuan baik dari Timur maupun Barat.2[2]
Kemajuan teknologi dan globalisasi menghilangkan sekat dunia. Peristiwa yang terjadi di
belahan dunia sana, pada saat bersamaan bisa disaksikan di dalam rumah kita sendiri melalui
layar televisi, internet, dan fasilitas teknologi informasi lainnya yang secara langsung maupun
tidak akan dapat mempengaruhi perkembangan jiwa anak-anak pada usia remaja yang,
memiliki kecenderungan untuk mencoba-coba sesuatu, tidak sabar, mudah terbujuk dan
selalu ingin menampakkan egonya. Fakta tersebut memerlukan perhatian dari pendidikan,
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan
BAB II
PEMBAHASAN
Kata dasar oleh Kamus Lengkap Bahasa Indonesia diartikan dengan tanah yang ada di bawah
sungai, laut, danau; bagian yang di bawah, misalnya pada drum, kuali, ember, timba, dsb; bakat
atau pemawaan sejak lahir; dalil yang menguatkan alasan.3[3]Dasar( Arab: asas; Inggris:
foundation; Perancis: fondament; Latin: fundamentum) secara bahasa, berarti alas, fundamen,
pokok atau pangkal segala sesuatu (pendapat, ajaran, aturan ).4[4]Dalam istilah dasar
bermakna landasan untuk berdirinya sesuatu.5[5] Jadi, Dasar merupakan landasan yang kuat
sebagai tempat berpijak atau tegaknya sesuatu agar sesuatu tersebut kokoh berdiri.
Istilah Normatif berasal dari kata norma yang berarti tata aturan yang mengikat
kelompok manusia dalam suatu wilayah dan pada kurun waktu tertentu untuk mengendalikan
tingkah laku yang dianggap baik; aturan atau rambu-rambu yang membatasi kelompok
masyarakat dalam bertingkah laku (agar tidak menyimpang dari kebenaran); aturan atau kaidah
yang dipakai sebagai tolok ukur untuk menilai sesuatu. Kalau kata normatif artinya berpegang
Kata pendidikan sepadan dengan kata al-tarbiyah dan al-talim serta al-tadib.
- -( bertambah)
- -( tumbuh)
Kata tarbiyah bermakna upaya yang mempersiapkan individu untuk kehidupan yang lebih
menyempurnakan etika, siatematis dalam berfikir, memiliki ketajaman intusi, giat dalam
berkreasi, memiliki toleransi kepada yang lain, memilki kompetensi dalam mengungkap sesuatu
b. Sedangkan kata al-talim disepadankan dengan kata pengajaran yang bermakna transfer of
knowledge (pengajaran).
membimbing/ mengarahkan, dan membina orang yang belum dewasa agar mencapai
kedewasaannya.
Kata Islam secara bahasa berarti ( - - ) pasrah, tunduk, dan patuh. Maksudnya
tunduk dan patuh kepada apa yang dibawa dan diberitakan oleh Rasulullah SAW. yakni taat
kepada Rasulullah SAW. Juga bermakna selamat, sejahtera, aman. Maksudnya siapa saja yang
Pendidikan Islam menurut Ahmad Supardi adalah pendidikan yang berdasarkan ajaran Islam
atau tuntunan agama Islam dalam usaha membina dan membentuk pribadi muslim yang
bertakwa kepada Allah kepada Allah SWT., cinta kasih kepada oang tua dan sesama hidupnya,
juga pada tanah airnya sebagai karunia yang diberikan oleh Allah SWT.11[11]
Jadi Pendidikan Islam adalah proses bimbingan yang disengaja secara sadar dilakukan
seorang dewasa (pendidik) secara maksimal untuk mencapai kepribadian muslim yang sesuai
Berdasarkan bebarapa batasan dan pengertian di atas, maka dapat disimpulkan bahwa pengertian
Dasar Normatif Pendidikan Islam adalah merupakan dasar atau landasan sebagai tempat berpijak
yang bersifat keharusan atau tidak boleh ditinggalkan dalam rangka proses aktivitas pendidikan
Islam.
pewarisan (transmisi) budaya, dan sebagai agen perubahan social, pendidikan memerlukan suatu
landasan Islam.12[12] Dasar yang dimaksud adalah dasar pendidikan Islam. Suatu totalitas
kependidikan harus bersandar pada landasan dasar yang kokoh dengan kata lain pendidikan
Islam, baik sebagai konsep maupun sebagai aktivitas yang bergerak dalam rangka
pembinaan kepribadian yang utuh, memerlukan suatu dasar yang kokoh pula.
Menurut Prof. Dr. H. Kamrani Buseri, MA bahwa Alquran dan Sunnah sebagai dasar
fundamental pendidikan Islam, kemudian ijtihad yang menurut istilah fiqh adalah usaha
sungguh-sungguh atau kerja keras pemikiran manusia untuk mengambil keputusan berdasarkan
Sedangkan menurut Khoiron Rosyadi, ada empat dasar fundamental pendidikan Islam, yaitu:
1. Al-Quran
2. As-Sunnah
3. Al-Kaun
4. Ijtihad.14[14]
1. Al-Quran
Al-Quran merupakan sumber pertama dan yang paling utama pendidikan Islam. Al-Quran
memiliki konsep pendidikan yang utuh, hanya saja tidak mudah untuk diungkap secara
keseluruhannya karena luas dan mendalamnya pembahasan itu di dalam al-Quran disamping
sempurna.15[15] Dan pendidikan al-quran juga memiliki pengaruh yang dahsyat apabila
dipahami dengan tepat dan diikuti dan diterapkan secara utuh dan benar. Karenanya menjadikan
al-Quran sebagi sumber bagi pendidikan Islam adalah keharusan bagi umat Islam.
Al-Quran ialah firman Allah berupa wahyu yg disampaikan oleh Jibril kepada Nabi
Muhammad SAW. Di dalam terkandung ajaran pokok yg dapat dikembangkan untuk keperluan
aspek kehidupan melalui ijtihad. Ajaran yg terkandung dalam Al-Quran itu terdiri dari dua
prinsip besar yaitu yang berhubungan dengan masalah keimanan yg disebut aqidah dan yang
berhubungan dengan amal disebut syariah. Oleh karena itu pendidikan Islam harus
menggunakan Al-Quran sebagai sumber dalam merumuskan berbagai teori tentang pendidikan
Islam adalah agama yang membawa misi umatnya menyelenggarakan pendidikan dan
pengajaran. Al-Qur`an merupakan landasan paling dasar yang dijadikan acuan dasar hukum
tentang Pendidikan Agama Islam. Firman Allah tentang Pendidikan Agama Islam dalam Al-
( ) ( ) ( )
( )
) (
Bacalah dengan (menyebut) nama Tuhanmu yang menciptakan. Dia telah menciptakan
manusia dari segumpal darah. Bacalah, dan Tuhanmulah yang Maha Pemurah, Yang Mengajar
(manusia) dengan perantaran kalam. Dia mengajar kepada manusia apa yang tidak
diketahuinya.16[16]
Dari ayat-ayat tersebut di atas dapatlah di ambil kesimpulan bahwa seolah-olah Tuhan barkata
hendaklah manusia meyakini akan adanya Tuhan pencipta manusia (dari segumpal darah),
selanjutnya untuk memperkokoh keyakinan dan memeliharanya agar tidak luntur hendaklah
2. As-Sunnah
Menurut Prof. Dr. H. kamrani Buseri, MA bahwa sunnah Rasul selain perkataan,
perbuatan dan ketetapan Rasul atau hadits, tetapi juga termasuk prihidup Rasul selama beliau
hidup. Dalam prihidup Rasul banyak sekali keteladanan beliau dalam dakwah dan pendidikan
yang bisa dicontoh.17[17] Di dalam dunia pendidikan, As-Sunnah memiliki dua manfaat pokok.
Manfaat pertama, As-Sunnah mampu menjelaskan konsep dan kesempurnaan pendidikan Islam
sesuai dengan konsep Al-Quran. Kedua, As-Sunnah dapat menjadi contoh yang tepat penentuan
metode pendidikan.
Pribadi Nabi Muhammad Saw. sendiri, merupakan contoh hidup serta bukti konkret
sistem dan hasil pendidikan Islam. Hal ini sesuai dengan firman Allah dalam surah Al-Ahzab
Sungguh, telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang baik bagimu (yaitu) bagi orang
yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari Kiamat dan yang banyak mengingat
Allah.18[18]
Kemudian kita ketahui bahwa diutusnya Nabi Muhammad Saw. salah satunya
]19[19) (
Maka dari pada itu Sunnah merupakan landasan kedua bagi cara pembinan pribadi manusia
muslim dan selalu membuka kemungkinan penafsiran berkembang. Itulah sebab mengapa ijtihad
perlu dalam memahami termasuk yang berkaitan dengan pendidikan. As-Sunnah juga berfungsi
sebagai penjelasan terhadap beberapa pembenaran dan mendesak untuk segera ditampilkan yaitu:
3. Al-Kaun
Selain menurunkan ayat-ayat Qauliyah kepada umat manusia melalui perantara Malaikat Jibril
dan Nabi-nabi-Nya, Ia juga membentangkan ayat-ayat kauniyah secara nyata, yaitu alam semesta
dengan segala macam partikel dan heteroginitas yang ada di dalamnya: langit yang begitu luas
dengan gugusan-gugusan galaksinya, laut yang begitu membahana dengan kekayaan ikan dan
aneka primata yang dikandungnya, bumi yang bulat dengan segala yang dilahirkannya:
Dan Dia yang menghamparkan bumi dan menjadikan gunung-gunung dan sungai-
sungai di atasnya. Dan padanya Dia menjadikan semua buah-buahan berpasang-pasangan; Dia
menutupkan malam kepada siang. Sungguh pada yang demikian itu terdapat tanda-tanda
(kebesaran Alah) bagi orang-orang yang berpikir.21[21]
4. Ijtihad
Ijtihad menurut istilah fiqh adalah usaha sungguh-sungguh atau kerja keras pemikiran manusia
Berijtihad pendidikan adalah usaha sungguh-sungguh atau kerja keras pemikiran untuk
menetapkan berbagai pandangan, konsep dan operasional pendidikan dalam kaitan pencapaian
kehidupannya. Orang yang senantiasa menggunakan akal-budinya oleh Al-Quran disebut ulul-
albab. Menurut Al-Quran ulul-albab adalah kelompok manusia tertentu yang diberi hikmah dan
pengetahuan, disamping pengetahuan, yang diperoleh mereka secara empiris.Ini sesuai dengan
Dia memberikan hikmah23[23] kepada siapa saja yang Dia kehendaki. Barang siapa diberi
hikmah, sesungguhnya dia telah diberi kebaikan yang banyak. Dan tidak ada yang dapat
mengambil pelajarankecuali orang-orangyang mempunyai akal sehat.24[24]
C. Dasar-Dasar Normatif Pendidikan Islam
Sebenarnya Dasar-Dasar Normatif dari Pendidikan Islam meliputi Nilai Aqidah, Ibadah, Syariah
Khalifatullah serta Nilai-Nilai Manusia sebagai Pendidik dan Anak Didik.25[25] Namun disini
penulis hanya membahas Nilai-Nilai Manusia sebagai Abdullah dan Khalifatullah, Nilai-Nilai
Manusia sebagai Pendidik dan Anak Didik saja karena dua point sebelumnya sudah dibahas pada
makalah terdahulu.
) (
Aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan agar mereka beribadah kepada-
Ku."26[26](Q.S. Az-Zariyat (51):56)
Manusia sebagai abdullah dengan tugas utamanya adalah mengabdi (beribadah) kepada
Sang Khaliq Allah SWT; menaati perintah-Nya dan menjauhi segala larangan-Nya. Hubungan
manusia dengan Sang Khaliq bagaikan hubungan seorang hamba (budak) dengan tuannya. Si
hamba harus senantiasa patuh, tunduk, dan taat atas segala perintah tuannya. Demikianlah,
karena posisinya sebagai hamba Allah, kewajiban manusia di bumi ini adalah beribadah kepada
Allah dengan ikhlas sepenuh hati, sesuai dengan firman Allah dalam surah Al-Bayyinah ayat 5
yang berbunyi:
Padahal mereka hanya diperintah menyembah Allah, dengan ikhlas menaati-Nya semata-mata
karena (menjalankan) agama, dan juga agar melaksanakan salat dan menunaikan zakat; dan
yang demikian itulah agama yang lurus (benar).27[27]
Sesungguhnya keberadaan manusia di sisi Allah baru menemukan hakikatnya ketika mereka
sepenuhnya mengabdi kepada Allah. Artinya dia menyerahkan dirinya hanya untuk
pengabdiannya kepada Allah. Pengabdian manusia kepada Allah itulah yang memberi nilai
dirinya.28[28] Sehebat, sekaya, sepandai, sekuat atau setenar apa pun manusia, kalau dia tidak
mengabdi kepada Allah, Tuhan alam semesta, dia sama sekali tidak ada artinya dalam pandangan
Allah SWT. Hanya dengan begitu maka karya-karya prestatif duniawi manusia bernilai pahala di
Mengabdi kepada Allah dapat dilakukan manusia melalui dua jalur, yaitu melalui jalur khusus
dilaksanakan dengan melakukan ibadah khusus seperti shalat, berzikir, zakat, puasa, dan haji,
sedangkan melalui jalur umum dapat diwujudkan dengan melakukan perbuatan-perbuatan baik
yang bermafaat bagi diri sendiri dan masyarakat,serta lingkungannya dengan niat ikhlas untuk
mencari keridhaan Allah. Dengan kata lain, manusia Sebagai abdullah, manusia merasa,
Pada hakikatnya, kita menjadi khalifatullah secara resmi adalah dimulai pada usia akil baligh
sampai kita dipanggil kembali oleh Allah. Manusia diciptakan Allah untuk menjadi khalifah-Nya
di bumi, sesuai dengan firman Allah dalam surah Al-Baqarah ayat 30 yang berbunyi :
Dan ( ingatlah) ketika Tuhanmu berfirman kepada para malaikat, Aku hendak menjadikan
khalifah di bumi.29[29]
Perkataan menjadikan khalifah dalam ayat tersebut mengandung makna bahwa Allah
menjadikan manusia sebagai wakil atau pemegang kekuasaan-Nya mengurus dunia dengan jalan
khalifatullah di bumi ini bertugas memakmurkan bumi dan segala isinya. Memakmurkan bumi
artinya mensejahterakan kehidupan di dunia ini. Untuk itu manusia wajib bekerja, beramal saleh
(berbuat baik yang bermanfaat bagi diri, masyarakat, dan lingkungan hidupnya) serta menjaga
keseimbangan alam dan bumi yang didiaminya, sesuai dengan tuntunan yang diberikan Allah
melalui agama.
Bilamana fungsi pokok manusia sebagai Abdullah dan khalifatullah berjalan simultan
dalam diri pribadi seseorang, maka ia akan mewujudkan performan sebagai manusia sempurna.
Manusia sempurna ialah yang menyatu dalam dirinya sifat-sifat sebagai Abdullah dan
khalifatullah yakni satunya kebenaran, kebaikan dan keindahan yang semuanya bersumber dari
Allah SWT, sehingga Insya Allah dia akan menjadi seorang yang mudah dan bermakna dalam
hidup dan kehidupannya dengan banyak menebar kemakuran dan kemanfaatan bagi umat
manusia dan kemanusiaan disertai amar maruf dan nahi munkar sehingga betul-betul menjadi
rahmat bagi seluruh alam dan akan menggapai kebahagiaan dunia akhirat.31[31]
Nilai-nilai manusia sebagai Abdullah adalah melakukan ibadah kepada Allah baik
dilakukan secara khusus maupun secara umum, sedangkan nilai-nilai manusia sebagai
khalifatullah adalah seseorang mampu memakmurkan bumi dan segala isinya serta memberi
manfaat bagi umat manusia disertai amar maruf nahi munkar sehingga menjadi Rahmatan
Lilalamin.
Pendidikan Islam harus memperhatikan konsep Abdullah dan khalifatullah ini sebagai
sesuatu yang simultan, sehingga tidak boleh diabaikan atau diberi perioritas yang satu melebihi
yang lain, atau berat sebelah bahkan hanya terfokus kepada salah satu saja. Memang
penyeimbangan dan simultanisasi keduanya menghendaki perhatian yang terus menerus dan
Dalam pendidikan Islam, pendidik memiliki arti dan peranan yang sangat penting, hal ini
disebabkan ia memiliki tanggung jawab dan menentukan arah pendidikan. Itulah sebabnya Islam
sangat menghargai dan menghormati orang-orang yang berilmu pengetahuan dan bertugas
sebagai pendidik. Islam mengangkat derajat mereka dan memuliakan mereka melebihi dari pada
orang Islam lainnya yang tidak berilmu pengetahuan dan bukan pendidik. Hal ini sesuai dengan
Niscaya Allah akan mengangkat (derajat) orang-orang yang beriman di antaramu dan orang-
orang yang diberi ilmu beberapa derajat.33[33]
Bahkan orang-orang yang berilmu pengetahuan dan mau mengajarkan ilmunya kepada
mereka yang membutuhkan akan disukai oleh Allah dan didoakan oleh penghuni langit,
penghuni bumi seperti semut dan ikan di dalam laut agar ia mendapatkan keselamatan dan
( ]34[34
Sesungguhnya Allah dan malaikat-Nya dan penghuni-penghuni langit dan bumi termasuk
semut dalam lubangnya dan termasuk ikan akan mendoakan keselamatan bagi orang-orang
yang mengajar manusia kepada kebaikan. (HR. Tirmizi)
Dalam pandangan Islam seluruh kita umat manusia adalah pemimpin. Sebagai pemimpin tentu
dia harus sadar bahwa dia juga sebagai seorang pendidik, karena pemimpin dalam Islam harus
menjadi teladan. Nabi kita Muhammad SAW., beliau seorang pemimpin besar sekaligus sebagai
manusia sebagai khalifah Allah yakni semenjak Nabi Adam beliau diberi pengajaran langsung
oleh Allah.35[35] Ini sesuai dengan firman Allah dalam surah Al-Baqarah ayat 31 yang berbunyi
Dan Dia ajarkan kepada Adam nama-nama (benda) semuanya, kemudian Dia perlihatkan
kepada para malaikat, seraya berfirman, Sebutkan kepada-Ku nama semua (benda) ini, jika
kamu yang benar!36[36]
Ayat di atas menggambarkan bahwa Adam menajadi anak didik dari Allah karena Allah
Ternyata malaikat tidak bisa menyebutkannya, kemudian Allah menyuruh Adam untuk
memberitahu kepada malaikat tentang nama-nama benda yang diketahuinya atas dasar
pengajaran Allah kepadanya. Ini sesuai dengan firman Allah dalam surah Al-Baqarah ayat 33
yang berbunyi :
Dia (Allah) berfirman, Wahai Adam! Beritahukanlah kepada mereka nama-nama itu!
Setelah itu (Adam) menyebutkan nama-namanya, Dia berfirman, Bukankah telah Aku katakana
kepadamu, bahwa Aku mengetahui rahasia langit dan bumi, dan Aku mengetahui apa yang kamu
nyatakan dan apa yangkamu sembunyikan?37[37]
Ayat di atas bisa dipahami bahwa Adam mengajarkan nama-nama benda itu kepada para
malaikat. Dari pemahaman ini, maka kita sebagai manusia harus selalu belajar dan sekaligus
mengajar.
Manusia pada hakikatnya adalah anak didik sekaligus simultan sebagai pendidik. Kita
tidak boleh berhenti sebagai anak didik atau pendidik , suatu saat kita sebagai anak didik dan
pada saat lainnya kita harus menjadi pendidik demikian sebaliknya. Kita tidak boleh berhenti
sebagai anak didik atau pendidik, suatu saat kita sebagai anak didik dan pada saat lainnya kita
harus menjadi pendidik demikian sebaliknya. Apabila kita perhatikan sabda Nabi balligu anni
walau aayatan, maksudnya kalaupun kita hanya memiliki ilmu hanya satu ayat wajib
menyampaikan kepada orang lain. Oleh karena itu M Natsir menegaskan bahwa kewajiban
berdakwah adalah wajib ain bagi siapa pun. Abdurrahmanan an Nahlawi menggambarkan sifat
2. Ikhlas
3. Sabar
10. Adil.38[38]
Seorang pendidik dituntut untuk profesional dalam mendidik. Profesional bisa diartikan ahli,
atau orang yang bekerja sesuai dengan bidang keahliannya. Pendidik profesional berarti pendidik
yang bekerja sesuai dengan bidang keahliannya . Sehingga, wajar kalau pendidik diberikan gaji
sebagai bagian dari apresiasi. Apresiasi yang memang sudah selayaknya mereka terima.
Pekerjaan disebut profesi menurut Muchtar Luthfi yang dikutif Syafruddin dan
Basyiruddin ada delapan kriteria sebagaimana yang dikutip kembali oleh Prof. Dr. H. Kamrani
1. Panggilan hidup dansepenuh waktu. Profesi adalah pekerjaan yang menjadi panggilan hidup
seseorang yang dilakukan sepenuhnya serta berlangsung untuk jangka waktu yang lama, bahkan
seumur hidup;
2. Pengetahuan dan kecakapan/keahlian. Profesi adalah pekerjaan yang dilakukan atas dasar
3. Kebakuan yang universal. Profesi adalah pekerjaan yang dilakukan menurut teori, prinsip,
prosedur dan anggapan dasar yang sudah baku secara umum (universal) sehingga dapat dijadikan
pegangan atau pedoman dalam pemberian pelayanan terhadap mereka yang membutuhkan;
4. Pengabdian. Profesi adalah pekerjaan terutama sebagai pengabdian pada masyarakat bukan
unsur-unsur kecakapan diagnostic dan kompetensi aplikatif terhadap orang atau lembaga yang
dilayani;
6. Otonomi. Profesi adalah pekerjaan yang dilakukan secara otonomi atas dasar prinsip-prinsip atau
norma-norma yang ketetapannya hanya dapat diuji atau dinilai oleh rekan-rekannya seprofesi;
7. Kode etik. Profesi adalah pekerjaan yang mempunyai kode etik yaitu norma-norma tertentu
sebagai pegangan atau pedoman yang diakui serta dihargai oleh masyarakat dan;
8. Klien. Profesi adalah pekerjaan yang dilakukan untuk melayani mereka yang membutuhkan
Sebenarnya guru dituntut profesional karena ada sejumlah tantangan antara lain:
1. Gelombang kehidupan era komunikasi dan informasi sejalan dengan era kontemporer yang
3. Makna guru dalam arti konvensional sebagai sumber ilmu diambil alih oleh yang lain, seperti
4. Siswa yang kreatif, rasional, dinamis, bebas, otonom dan punya keingintahuan yang tinggi
5. Masyarakat yang cenderung sekuler, materialis, super sibuk menjadi tantangan tersendiri bagi
guru.
6. Kesejahteraan guru yang belum layak dibanding berbagai kebutuhan hidup dan kebutuhan
Dalam kaitan dengan profesionalisasi guru, maka harus terus diupayakan pembinaan dan
1. Kembangkan kompetensi dasar dan kompetensi berkembang, saat pra jabatan yang memadai,
2. Kembangkan sikap yang menjawab perubahan, antara lain memandang siswa sebagai subyek,
sikap mengayomi bukan koersif, bersikap fair, interaktif, dan tidak berlagak tahu.
3. Kembangkan ilmu, keterampilan, wawasan dan sikap-sikap positif dalam melakukan hubungan
4. Kembangkan guru ideal yang berorientasi pupil oriented sehingga menjadi pendidik yang bijak.
Pembinaan terhadap guru sebagai pendidik agar menjadi guru yang efektif. Guru efektif
bercirikan:
1. Mencintai anak didiknya, karena untuk mengembangkan para murid menjadi mandiri dengan
hari depan yang cerah memerlukan kecintaan guru. Misalnya, guru pendidikan usia dini harus
mencintai muridnya yang keras kepala, sering buang air, sering menangis dan sebagainya. Guru
sekolah luar biasa mendidik muridnya yang imbesil tidak mungkin berhasil bila tidak mencintai
mereka.
2. Pemimpin yang mmpengaruhi anak didiknya untuk menguasai materi yang diajarkannya. Ia
menginspirasi, menjadi role model dalam penguasaan ilmu pengetahuan dan prilaku profesional.
3. Energik dan antusias dalam mengajar di kelas, di laboratorium dan di lapangan olahraga. Ia juga
mengenergi para siswa dalam mempelajari dan mengamalkan ilmu dalam kehidupan shari-hari.
Jika gurunya tidak energik, maka muridnya akan mengantuk dan menguap tidak mampu
4. Kreatif dan inovatif, kreatif artinya mampu menciptakan ide baru jika menghadapi problem,
inovatif artinya mampu mengubah ide menjadi barang dan jasa untuk menyelesaikan problem.
Di sekolah Indonesia banyak keterbatasan, misalnya para guru harus kreatif dan inovatif
5. Optimis dan idealis. Guru harus optimis untuk mengubah muridnya menjadi manusia yang
berkembang baik segi ilmu pengetahuan, sikap dan perilakunya menjadi lebih baik setiap hari. Ia
seorang idealis yang percaya dan yakin dapat mengubah siswa menjadi alumni yang unggul.
6. Rasa humor. Guru harus serius dalam mengajar, akan tetapi ia juga harus seorang yang penuh
humordalam mengajar. Humor dapat mnghilangkan ketegangan dan kebosanan murid dalam
menyerap ilmu yang diajarkan, terutama ilmu eksakta, dengan slingan humor siswa akan lebih
7. Mengembangkan iklim kelas. Guru yang baik mengembangkan iklim akademik, iklim social,
iklim psikologikal di kelasnya. Untuk iklim akademik, misalnya dalam mengajar bahasa Inggris,
guru melarang siswanya berbahasa Indonesia di kelas meskipun tegang dan membuat malu siswa
yang salah. Akan tetapi guru juga mengembangkan iklim social bahwa kesalahan adalah hal
biasa dalam belajar. Guru harus mengembangkan iklim psikologikal, tidak rendah diri jika
melakukan kesalahan. Semua orang besar pernah melakukan kesalahan sebelum menjadi orang
besar.
8. Manajemen waktu dengan menyelesaikan materi dalam waktu yang terbatas dalam temu muka
di kelas. Oleh karena itu ia harus memanajemini waktu ketika mengajar. Ia juga harus membagi
waktu mengajar, meneliti, mengikuti program pengembangan SDM dan melakukan studi
9. Penampilan yang menarik. Guru itu sama dengan actor dan aktris yang harus berakting di muka
para audiennya yaitu murid. Sebagai aktris ia harus berpenampilan menarik, wajah yang ceria,
pakaian yang serasi, cara bicara yang jelas, sikap dan perilaku professional.
10. Adil. Umumnya sekolah mempergunakan system klasikal. Dalam mengajar guru harus membagi
perhatian kepada semua murid-muridnya secara adil. Memberikan kesempatan bertanya tanpa
membedakan siapa muridnya, dan menjawab pertanyaan dengan cara yang sama. Dalam
memberikan nilai, dia juga tidak bias sesuai dengan kinerja anak didiknya.
a. Komponen afeksi guru: sabar, gembira, rendah hati, moral, bicara jelas menarik, tekun dalam
tugas, motif kuat terhadap jabatan guru, berprestasi, jabatan sebagai karier, bekerja atas prinsip
objektivitas murid.
b. Komponen penguasaan ilmu pengetahuan: pendidikan formal lama, spesifik, mendalami dan
administrasi sekolah.
c. Komponen penyajian bahan menanamkan cara belajar kritis, kreatif, percaya diri, pandangan
positif terhadap dunia. Promotor dan konsultan murid, memberi latihan kerja nyata,
d. Komponen hubungan guru murid: kenal, senang, sensitive terhadap keadaan murid, kasihan
terhadap situasi tertentu, otonom dalam bertindak, tidak otoriter dan membimbing.
e. Hubungan guru dengan orang dewasa: anggota organisasi profesi, berteman baik dengan kawan-
kawan seprofesi dan anggota masyarakat. Sebagai contoh taat beragama, sebagai petugas
Untuk menjawab semua itu perlu peran organisasi profesi seperti pada tingkat Madrasah
Aliyah (MA) dan Musyawarah Guru Mata Pelajaran (MGMP), pendidikan lanjut, inservice
Guru sebagai tenaga profesional, dalam menjalankan tugas terikat dengan Kode Etik profesi
sebagai seperangkat standar berperilaku yang dikembangkan atas dasar kesepakatan nilai-nilai
dan moral pada lingkup profesi itu. Sebagai guru Indonsia, maka setelah memperhatikan
berbagai uraian terkait kode etik guru baik yang dikeluarkan oleh PGRI dan lainnya, maka bisa
disimpulkan yaitu:
1. Guru berbakti membimbing peserta didik untuk membentuk manusia Indonesia seutuhnya yang
berjiwa Pancasila.
3. Guru berusaha memperoleh informasi tentang peserta didik sebagai bahan melakukan bimbingan
dan pmbinaan.
4. Guru menciptakan suanasana sekolah sebaik-baiknya yang menunjang berhasilnya proses belajar
mengajar.
5. Guru memelihara hubungan baik dengan orang tua murid dan masyarakat sekitarnya untuk
membina peran serta dan rasa tanggung jawab bersama terhadap pendidikan.
6. Guru secara pribadi dan bersama-sama mengembangkan dan meningkatkan mutudan martabat
profesinya.
10. Guru dalam melaksanakan tugas pendidikan dan pengajaran merupakan wajib dan darma yang
menghendaki tanggung jawab, yang merupakan unsur etika. Dibutuhkan kesungguhan dalam
Atas dasar uraian terdahulu secara normative pendidik atau guru apa saja sebutannya dituntut
untuk menjadi tenaga professional yang tidak saja terkait secara teoritis-empiris tetapi juga
sesuai dengan pesan agama sebagaimana firman Allah40[40] dalam surah Al-Isra ayat 84 yang
berbunyi:
1. Ikhlas dan sifat utama lainnya terutama adil, jujur, sabar, disiplin dan kerja keras.
2. Profesionalisme dalam atau expert atau memiliki kelebihan-kelebihan dan bersedia membarikan
4. Sadar sebagi pendidik dan anak didik yang merupakan sikap simultan.
6. Teladan dengan ibda binafsika dalam hal-hal kebajikan, kapan dan dimanapun sehingga terjadi
konteks positif.
1. Ikhlas dan sifat utama lainnya terutama adil, jujur, sabar, disiplin dan kerja keras.
3. Agamawan.
4. Sadar sebagai anak didik dan pendidik yang merupakan sikap simultan.
Kesimpulan
Dari uraian tersebut di atas dapat dibuat beberapa kesimpulan sebagai berikut :
A. Dasar Normatif Pendidikan Islam adalah merupakan dasar atau landasan sebagai tempat berpijak
yang bersifat keharusan atau tidak boleh ditinggalkan dalam rangka proses aktivitas pendidikan
Islam.
B. Pendidikan Islam, baik sebagai konsep maupun sebagai aktivitas yang bergerak dalam rangka
pembinaan kepribadian yang utuh, memerlukan suatu dasar yang kokoh. Adapun dasar
1. Al-Quran
2. As-Sunnah
3. Al-Kaun
4. Ijtihad.
C. Dasar-dasar Normatif Pendidikan Islam meliputi Nilai Aqidah, Ibadah, Syariah- Maqshid al-
SyarI (Al-Dharuryat Al-khams); Nilai-nilai Manusia sebagai Abdullah dan khalifatullah serta
DAFTAR KEPUSTAKAAN
Ahmad Supardi, Sejarah dan Filsafat Pendidikan Islam, Angkasa, Bandung, 1992.
Amka Abdul Aziz, Hati Pusat Pendidikan Karakter, Cempaka Putih, Klaten, 2012.
Departemen Agama RI, Al-Quran dan Terjemahnya, Pustaka Agung Harapan, Jakarta,
2006.
H. Kamrani Buseri, Dasar, Asas, dan Prinsip Pendidikan Islam, Aswaja Pressindo,
Yogyakarta, 2014
H. Mahmud, Pemikiran Pendidikan Islam, Pustaka Setia, Bandung, 2011.
H. Mohammad Daud Ali, Pendidikan Agama Islam, Raja Grafindo Persada, Jakarta,
2011.