Anda di halaman 1dari 14

Kata Pengantar

Dengan menyebut nama Allah SWT yang maha pengasih lagi maha penyayang, kami
panjatkan puja dan puji syukur atas kehadirat-Nya, yang telah melimpahkan rahmat, hidayah, dan
inayah-Nya kepada kami, Sehingga kami dapat menyelesaikan makalah Aqidah Akhlak.

Dan kami menyadari sepenuhnya bahwa masih banyak kekurangan baik dari segi
penyusunan kalimat maupun tata bahasanya. Oleh karena itu dengan tangan terbuka kami
menerima segala saran dan kritik dari pembaca agar kami dapat memperbaiki makalah ini.

Akhir kata kami berharap semoga makalah tentang ini dapat bermanfaat bagi pembaca dan
orang lain.

Bengkulu, Maret 2018

Penyusun

ii
Daftar Isi

Kata Pengantar ................................................................................................................................ ii

Daftar Isi ........................................................................................................................................ iii

BAB I .............................................................................................................................................. 1

PENDAHULUAN .......................................................................................................................... 1

A. Latar Belakang ..................................................................................................................... 1

B. Rumusan Masalah ................................................................................................................ 1

C. Tujuan Penulisan .................................................................................................................. 1

BAB II............................................................................................................................................. 2

PEMBAHASAN ............................................................................................................................. 2

A. Sunnatullah .......................................................................................................................... 2

B. Mu’jizat ................................................................................................................................ 4

C. Karamah ............................................................................................................................... 6

D. Sihir ...................................................................................................................................... 7

E. Perbedaan Sunnatullah, Mu’jizat, Karamah dan Sihir ............................................................ 9

BAB III ......................................................................................................................................... 10

PENUTUP..................................................................................................................................... 10

A. Kesimpulan ........................................................................................................................ 10

B. Saran .................................................................................................................................. 10

DAFTAR PUSTAKA ................................................................................................................... 12

iii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Didalam agama islam ada keajaiban-keajaiban yang diberikan Allah kepada hambanya
yang bertakwa dan beriman kepadanya.

Namun tidak semua orang dapat merasakan keajaiban-keajaiban tersebut, adapun tujuan
Allah menunjukkan dan memberikan keajaiban-kejaiban itu untuk menunjukkan kepada
manusia tentang kekuasaannya dan untuk menujukkan keberadaannya, bahwa Allah itu benar
adanya.

Sebagai manusia yang beriman sudah sepatutnya kita mempercayai adanya mu’jizat seperti
salah satu mu’jizat yang di bawa oleh nabi Muhammad SAW yakni Al-Qur’an.

B. Rumusan Masalah

1. Apa pengertian sunnahtullah, mu’jizat, karomah, dan sihir ?


2. Apa perbedaan dan persamaan antara sunnahtullah, mu’jizat, karomah, dan sihir ?

C. Tujuan Penulisan

1. Mengetahui apa itu sunnahtullah, mu’jizat, karomah, dan sihir.


2. Untuk mengetahui perbedaan dan persamaan antara sunnahtullah, mu’jizat, karomah,
dan sihir.

1
BAB II

PEMBAHASAN

A. Sunnatullah
a. Pengertian Sunnahtullah.

Kata sunnatullah dari segi bahasa terdiri dari kata sunnah dan Allah. Kata sunnah
antara lain berarti kebiasaan. Sunnatullah adalah hukum-hukum Allah yang disampaikan
untuk umat manusia melalui para Rasul, undang-undang keagamaan yang ditetapkan oleh
Allah yang termaktub di dalam al-Quran, hukum (kejadian) alam yang berjalan tetap dan
otomatis.

Menurut Al-Ghazali, Sunnatullah adalah kebiasaan atau cara Allah dalam


menyelenggarakan alam.

Sedangkan menurut Syaikh al Islam Ibnu Taimiyah, sunnat adalah kebiasaan yang
dilakukan kedua kalinya seperti apa yang dilakukan pertama kalinya. Sedangkan menurut
Ar Razi, sunnat adalah jalan yang lurus dan tauladan yang diikuti. Diantara pendapat kedua
tokoh Islam dan beberapa pendapat lain tentang arti kata sunnat, makna sunnat berkisar
pada jalan yang diikuti. Dan secara umum, kata sunnat digunakan oleh al-Qur’ān sebagai
cara atau aturan1.

‫سنَّة‬ َّ ‫سنَّ هة ت هجد ول ْن ۖ ق ْب ُل هم ْن خل ْوا الَّذهين فهي‬


ُ ‫ّللاه‬ ً ‫ت ْبد‬
َّ ‫هيل‬
ُ ‫ّللاه هل‬

Sebagai sunnah Allah yang berlaku atas orang-orang yang telah terdahulu sebelum(mu),
dan kamu sekali-kali tiada akan mendapati peubahan pada sunnah Allah. (QS Al-Ahzab :
62)

1
Rahmat Taufiq Hidayat, Khazanah Istilah Al Quran, (Bandung, Mizan, 1996), hlm. 135

2
b. Macam-macam Sunnatullah

Sunnatullah terdiri dari dua macam, yaitu :

1. Sunnatullah qauliyah adalah sunnatullah yang berupa wahyu yang tertulis


dalam bentuk lembaran atau dibukukan, yaitu Al-Qur’an.
2. Sunnatullah kauniyyah adalah sunnatullah yang tidak tertulis dan berupa
kejadian atau fenomena alam. Contohnya, matahari terbit di ufuk timur dan
tenggelam di ufuk barat.
Kedua sunatullah tersebut memiliki persamaan, yaitu
1. Kedua-duanya berasal dari Allah swt.
2. Kedua-duanya dijamin kemutlakannya.
3. Kedua-duanya tidak dapat diubah atau diganti dengan hukum lainnya.

Contohnya adalah hukum yang terdapat dalam Al-Qur’an. Dalam Al Qur’an


dikatakan bahwa barang siapa yang beriman dan beramal saleh, pasti akan
mendapat balasan pahala dari Allah swt. Selain memiliki persamaan, keduanya juga
mempunyai perbedaan. Sunatullah yang ada di alam, dapat diukur. Lain halnya
dengan sunnatullah yang ada dalam AL-Qur’an. Walaupun hal itu pasti terjadi,
tetapi tidak diketahui secara pasti kapan waktunya.

c. Ciri-ciri sunnatullah

Wujud dan ciri hukum Allah/ sunnatullah


1. Hukum yang diwahyukan/ditulis
Hukum tertulis ini adalah yang diwahyukan Allah kepada para nabi dan
rasul yang terhimpun dalam kitab suci dengan ciri ciri :
 Melibatkan manusia dengan hak pilihnya (yang baik dan yang
buruk).

3
 Time responsnya (cepat reaksi waktunya) panjang, mungkin lebih
panjang dari usia manusia, bahkan sampai masa kehidupan akhirat,
oleh karena itu perlu iman/percaya.
 Dan sebagiannya, terlihat dari perjalanan sejarah kemanusiaan
(bagaimana akibat orang yang durhaka dan bagaimana dampaknya)
2. Hukum yang tidak diwahyukan/tidak tertulis
Hukum tak tertulis ini ialah hukum yang tidak diwahyukan oleh Allah
kepada nabi atau rasul, dengan ciri:
 Tidak melibatkan manusia dalam proses berlakunya kemerdekaan
manusia tidak mempengaruhi hukum itu.
 Time responnya pendek, lebih pendek dari manusia.
 Dapat dibuktikan dengan pengamatan manusia dan dengan jalan
eksperimen (oleh karena itu, Allah mmerintahkan manusia untuk
mengadakan penyelidikan terhadap kejadian dan keadaan di alam
ini).

B. Mu’jizat
a. Pengertian Mu’jizat
Kata mukjizat berasal dari kata bahasa Arab yang berarti melemahkan, dari kata
‘ajaza (lemah). Dalam aqidah Islam mukjizat dimaknakan sebagai suatu peristiwa yang
terjadi di luar kebiasaan yang digunakan untuk mendukung kebenaran kenabian seorang
nabi dan/atau kerasulan seorang rasul, sekaligus melemahkan lawan-lawan atau musuh-
musuh yang meragukan kebenarannya. Pengertian ini terkait dengan kehadiran seorang
nabi atau rasul. Rasul di dalam menyampaikan ajarannya seringkali mendapatkan
pertentangan dari masyarakatnya. Misalnya, ajarannya dianggap obrolan bohong (dusta),
bahkan seringkali dianggap sebagai tipu daya (sihir). Oleh karenanya, untuk membuktikan
kebenaran kenabian dan kerasulan tersebut sekaligus untuk melemahkan tuduhan para
penentangnya maka para nabi dan rasul diberi kelebihan berupa peristiwa besar yang luar

4
biasa yang disebut dengan mukjizat. Dan Mukjizat hanya diberikan kepada para
Rasul/Nabi.

Mukjizat diefinisikan oleh pakar agama Islam, antara lain, sebagai suatu hal atau
peristiwa luar biasa yang terjadi melalui seorang yang mengaku nabi, sebagai bukti
kenabiannya yang ditantangkan kepada yang ragu, untuk melakukan atau mendatangkan
hal serupa, namun mereka tidak mampu melayani tantangan itu2.

ُ َّ ‫إ ه ل يْ كُ ْم و أ نْ ز لْ ن ا كُ ْم هِر ب هم ْن ب ُ ْر ه ان ج اء كُ ْم ق دْ ال ن‬
‫اس أ ي ُّه ا ي ا‬
ً ُ ‫ُم ب ه ي ن ً ا ن‬
‫ور ا‬
“Hai manusia, sesungguhnya telah datang kepadamu bukti kebenaran dari
Tuhanmu. (Muhammad dengan mukjizatnya) dan telah Kami turunkan kepadamu cahaya
yang terang benderang (Al Quran).” (QS : An-Nisa : 174)

b. Tujuan dan Fungsi Mu’jizat

Mukjizat berfungsi sebagai bukti kebenaran para Nabi. Keluarbiasaan yang tampak
atau terjadi melalui mereka itu diibaratkan sebagai ucapan Tuhan : “Apa yang dinyatakan
sang Nabi adalah benar. Dia adalah utusan- Ku, dan buktinya adalah Aku melakukan
mukjizat itu”.

Mukjizat, walaupun dari segi bahasa berarti melemahkan atau membuktikan


ketidakmampuan yang di tantang, namun secara istilah ia dimaksudkan untuk menegaskan
kebenaran ajaran seorang yang mengaku sebagai Nabi. Karena itu, mukjizat ditampilkan
oleh Allah melalui hamba-hamba pilihan-Nya untuk membuktikan kebenaran dan ajaran
ilahi yang di bawa oleh masing-masing Nabi.

Jika tujuan mukjizat hanya untuk meyakinkan umat setiap Nabi, maka boleh jadi
umat yang lain dapat melakukannya. Kemungkinan ini lebih terbuka bagi mereka yang
berpendapat bahwa mukjizat pada hakikatnya berada dalam jangkauan hukum-hukum

2
Qurais Shihab, Mujizat Al-Qur’an, (Bandung Mizan, 2003), hlm.23.

5
Allah yang berada di alam. Namun ketika hal itu terjadi, hukum-hukum tersebut belum lagi
di ketahui oleh masyarakat Nabi yang bersangkutan.3

c. Macam-macam Mu’jizat
Seperti jamak kita ketahui, mukjizat yang diberikan oleh Allah SWT kepada para
Nabi-Nya ada 2 macam yaitu, yaitu mukjizat hissi dan mukjizat maknawi.4
1. Mukjizat hissi, ialah yang dapat dilihat oleh mata, didengar oleh telinga,
dicium oleh hidung, diraba oleh tangan, dan dirasa oleh lidah. Tegasnya,
mukjizat hissi dapat dicapai dan dirasakan oleh panca indera. Mukjizat ini
sengaja ditunjukan atau diperlihatkan kepada manusia biasa, yakni mereka
yang tidak bisa menggunakan kecerdasan fikirannya, yang tidak cakap
pandangan hatinya dan yang rendah budi dan perasaannya.
2. Mukjizat maknawi, ialah mukjizat yang tidak mungkin dapat dicapai
dengan kekuatan panca indera, tetapi harus di capai dengan kekuatan “aql”
atau dengan kecerdasan pikiran. Karena itu mukjizat maknawi ini tidak
mungkin diketahui kecuali oleh orang yang berpikir sehat, bermata hati,
berbudi luhur dan yang suka menggunakan kecerdasan fikirannya dengan
jernih serta jujur.

C. Karamah
a. Pengertian karamah

Karamah secara bahasa adalah kemuliaan, namun secara istilah dalam agama maka
banyak makna yg berbeda, yaitu pada muamalah (pergaulan) karamah adalah orang yg
mulia dan dermawan, pada bab Tasawwuf karamah adalah kelebihan yg Allah berikan pada
orang yg shalih berupa keajaiban.

Karomah ialah suatu perkara (mencakup ucapan dan perbuatan) yang telah
melanggar (keluar) dari adat kebiasaan manusia, yang selamat dari berbagai sanggahan
(hal-hal yang membatalkannya) yang Allah berikan kepada hambanya yang shalih.

3
M.Quraish Shihab, Mukjizat Al-Quran, (Bandung: Mizan 1998), hlm. 36.
4
Yusuf Al-Qaradhawi, Kaifa Nata’amal ma’al Al-Quran Al-Karim, (Kairo: Darusy Syuruq, 2005), hlm 41.

6
Karomah dianggap sebagai kejadian yang bersifat asumtif dan datang bukan
dengan tujuan untuk merusak akidah. Selain itu, Allah menciptakan karomah adalah untuk
kekasih-kekasih-Nya.5

‫ّللا ه أ ْو له ي اء إ ه َّن أ ل‬
َّ ‫ي ْح ز ن ُون ه ُ ْم و ل ع ل يْ هه ْم خ ْو ف ل‬
“Ingatlah, sesungguhnya wali-wali Allah itu, tidak ada kekhawatiran terhadap
mereka dan tidak (pula) mereka bersedih hati.” (QS : Yunus :62)

b. Tujuan dari Karamah

Maksud atau tujuan dari pemberian karomah tersebut kepada para wali ialah

1) Dapat lebih meningkatkan keimanan kepada Allah.


2) Masyarakat menjadi lebih percaya kepada seorang wali Allah, yang senantiasa
meneruskan perjuangan nabi Muhammad SAW.
3) Karomah merupakan bukti nyata meninggikan derajat seorang wali agar dirinya
selalu tetap istiqomah di jalan Allah.6

D. Sihir
a. Pengertian sihir

Al-Laits mengatakan, Sihir adalah suatu perbuatan yang dapat mendekatkan diri
kepada syaitan dengan bantuannya. Al-Azhari mengemukakan, Dasar pokok sihir adalah
memalingkan sesuatu dari hakikat yang sebenarnya kepada yang lainnya . Ibnu Manzur
berkata : Seakan-akan tukang sihir memperlihatkan kebathilan dalam wujud kebenaran dan
menggambarkan sesuatu tidak seperti hakikat yang sebenarnya. Dengan demikian, dia
telah menyihir sesuatu dari hakikat yang sebenarnya atau memalingkannya.

5
Syamsul A. Hasan. Kharisma Kiai As’ad Di Mata Umat. (Yogyakarta: LKis Yogyakarta. Juli 2003), hlm. 152
6
Maghfiroh, Dofi Oktian, dan Robandi. Konsep Karomah Abu Nasr Al-Siraj Al-Thusi Dalam Kitab Al – Luma Fi Al-
Tasawwuf. (Yogyakarta: UIN Sunan Kalijaga. 2013/2014), hlm. 9.

7
Syamir meriwayatkan dari Ibnu Aisyah, dia mengatakan : Orang Arab menyebut
sihir itu dengan kata as-Sihr karena ia menghilangkan kesehatan menjadi sakit.

Ibnu Faris mengemukakan, Sihir berarti menampakkan kebathilan dalam wujud


kebenaran. Di dalam kitab Al Mu’jamul Wasiith disebutkan : Sihir adalah sesuatu yang
dilakukan secara lembut dan sangat terselubung. Sedangkan didalam kitab Muhiithul
Muhiith disebutkan, Sihir adalah tindakan memperlihatkan sesuatu dengan penampilan
yang paling bagus, sehingga bisa menipu manusia.

Fakhruddin ar-Razi mengemukakan, Menurut istilah Syari’at, sihir hanya khusus


berkenaan dengan segala sesuatu yang sebabnya tidak terlihat dan digambarkan tidak
seperti hakikat yang sebenarnya, serta berlangsung melalui tipu daya.

Ibnu Qudamah Al-Maqdisi mengatakan, Sihir adalah ikatan-ikatan, jampi-jampi,


perkataan yang dilontarkan secara lisan maupun tulisan, atau melakukan sesuatu yang
mempengaruhi badan, hati atau akal orang yang terkena sihir tanpa berinteraksi langsung
dengannya. Sihir ini mempunyai hakikat, diantaranya ada yang bisa mematikan, membuat
sakit, membuat seorang suami tidak dapat mencampuri istrinya atau memisahkan pasangan
suami istri, atau membuat salah satu pihak membenci lainnya atau membuat kedua belah
pihak saling mencintainya.

Ibnul Qayyim mengungkapkan, Sihir adalah gabungan dari berbagai pengaruh ruh-
ruh jahat, serta interaksi berbagai kekuatan alam dengannya.

‫ش ْعبةً ا ْقتبس النُّ ُج ْو هم همن هع ْل ًما ا ْقتبس م هن‬


ُ ‫زاد ما زاد ال هسحْ هر همن‬.

“Barangsiapa mempelajari satu cabang dari ilmu nujum, maka sesungguhnya ia


telah mengambil satu bagian dari ilmu sihir, semakin bertambah (ilmu yang dia pelajari ),
semakin ber-tambah pula (dosanya).”

8
E. Perbedaan Sunnatullah, Mu’jizat, Karamah dan Sihir
Agar tidak terjadi kekeliruan dalam memandang suatu kelebihan yang dimiliki oleh
wali Allah dengan kelebihan yang dimiliki oleh wali setan, maka disini akan kami jelaskan
tentang perbedaan mukjizat, karomah dan sihir. Adapun perbedaan perbedaan tersebut adalah
sebagai berikut:

1. Karomah adalah pemberian dan karunia dari Allah ta’alaa kepada hamba-Nya yang
terpilih dan tidak perlu adanya perngorbanan, beigtu juga halnya dengan mukjizat. Hanya
saja, mukjizat khusus diberikan kepada para nabi dan rasul saja. Sedangkan sihir adalah
suatu ilmu yang bisa diperoleh dengan cara dipelajari, yaitu dengan cara membiasakan
ucapan atau perbuatan. Ucapan ini dapat berupa: mantra-mantra. Sedangkan dalam hal
perbuatan, dapat berupa: bertapa, puasa dengan waktu tertentu serta dengan jumlah hari
tertentu pula, atau puasa dengan berpantang makan (tentunya yang menyelisihi puasa yang
disyariatkan)

2. Mukjizat dan karomah tidak akan bisa dimiliki oleh orang yang fasiq dan jahat, adapun
sihir tidak muncul kecuali dari orang yang jahat

3. Mukjizat tidak dapat dilenyapkan sedangakan sihir bisa dilenyapkan.

4. Sihir dapat dimiliki oleh siapa saja atau kelompok manapun. Sihir juga dapat ditiru dan
bisa dilakukan secara bersamaan dalam satu waktu sekaligus. Sedangkan mukjizat tidak
mungkin dapat ditiru oleh siapapun.

5. Mukjizat yang dimiliki para nabi dan rasul merupakan sebuah kenyataan, dimana pada
hakikatnya antara yang dzahir dan batin itu selaras dan nyata. Sedangkan sihir merupakan
bagian dari hukum sebab-akibat yang dikehendaki oleh Allah ta’ala. Dalam sihir,
seringkali apa yang terlihat oleh orang yang terkena sihir sangat merasakan penderitaan,
tapi setelah dideteksi oleh ilmu medis, seluruh organ tubuh menunjukkan sehat dan tidak
ada kelainan.

9
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
Menurut Al-Ghazali, Sunnatullah adalah kebiasaan atau cara Allah dalam
menyelenggarakan alam, Mukjizat diefinisikan oleh pakar agama Islam, antara lain, sebagai
suatu hal atau peristiwa luar biasa yang terjadi melalui seorang yang mengaku nabi, sebagai
bukti kenabiannya yang ditantangkan kepada yang ragu, untuk melakukan atau mendatangkan
hal serupa, namun mereka tidak mampu melayani tantangan itu. Karomah dianggap sebagai
kejadian yang bersifat asumtif dan datang bukan dengan tujuan untuk merusak akidah. Selain
itu, Allah menciptakan karomah adalah untuk kekasih-kekasih-Nya.

Sedangkan Sihir berarti menampakkan kebathilan dalam wujud kebenaran. Di dalam kitab
Al Mu’jamul Wasiith disebutkan : Sihir adalah sesuatu yang dilakukan secara lembut dan
sangat terselubung. Sedangkan didalam kitab Muhiithul Muhiith disebutkan, Sihir adalah
tindakan memperlihatkan sesuatu dengan penampilan yang paling bagus, sehingga bisa
menipu manusia.

Dari empat hal tersebut kita tahu banyak sekali perbedaannya. Baik itu diberikan kepada
siapa maupun kegunaannya.

B. Saran
Semakin berkembangnya zama membuat masyarakat islam terutama kalangan muda
menjadi seseorangnya yang gelap mata, banyak mereka menggunakan jasa dukun (sihir) untuk
memproleh sesuatu yang dia inginkan.

10
Dengan adanya makalah ini, mencoba mengingatkan kepada pemuda bangsa indonesia
bahwa Sihir adalah sesuatu yang tidak disukai oleh Allah.

11
DAFTAR PUSTAKA

Al-Qaradhawi, Y. (2005). Kaifa Nata’amal ma’al Al-Quran Al-Karim. Kairo: Darusy Syuruq.

Hasan., S. A. (2003). Kharisma Kiai As’ad Di Mata Umat. Yogyakarta: LKis Yogyakarta.

Hidayat, R. T. (1996). Khazanah Istilah Al Quran. Bandung: Mizan.

Maghfiroh, Dofi Oktian, dan Robandi. (2014). Konsep Karomah Abu Nasr Al-Siraj Al-Thusi
Dalam Kitab Al – Luma Fi Al-Tasawwuf. Yogyakarta: UIN Sunan Kalijaga.

Rosliana, Y. (2014, November 20). Yulisa'S Blog. Retrieved from yulisarosliana.blogspot:


http://yulisarosliana.blogspot.com/2014/11/makalah-tentang-sihir.html

Salihah, W. (2015, October 23). Wanita Salihah. Retrieved from Wanita Salihah:
http://wanitasalihah.com/perbedaan-antara-mukjizat-karomah-dan-sihir/

Shihab, Q. (2003). Mujizat Al-Qur’an. Bandung: Mizan.

12

Anda mungkin juga menyukai