Anda di halaman 1dari 16

Karakteristik dan Motivasi Implementasi Manajemen Berbasis Sekolah

Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Manajemen Berbasis
Sekolah

Dosen Pengampu :
Dr. Arum Fatayan, M.Pd

Disusun oleh :
1. Alifia Rachmawati 1801025036
2. Siti Latifah 1801025272
3. Sulistya Nurul Fikriah 1801025087

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR


FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PROF.DR.HAMKA
JAKARTA
2021
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan segala rahmat dan
hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan Makalah Manajemen Berbasis
Sekolah. Sebuah pencapaian yang tidak ternilai bagi penulis untuk menyelesaikan
Makalah ini. Shalawat serta salam tak lupa penulis curahkan kepada junjungan kita,
Nabi Muhammad SAW yang telah menyebarkan segala kebaikan umatnya.

Makalah ini membahas Karakteristik dan Motivasi Implementasi


Manajemen Berbasis Sekolah. Dalam penyusunan makalah ini, kami menyadari
sepenuhnya bahwa makalah ini masih jauh dari kesempurnaan karena pengetahuan
penulis sangatlah terbatas. Oleh karena itu, kritik dan saran dari semua pihak sangat
kami harapkan demi tercapainya makalah yang lebih baik lagi untuk masa
mendatang.

Jakarta, 26 Oktober 2021

Kelompok 3

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ............................................................................................. i


DAFTAR ISI ........................................................................................................... ii
BAB I ...................................................................................................................... 1
PENDAHULUAN .................................................................................................. 1
A. Latar Belakang ..............................................................................................1
B. Rumusan Masalah .........................................................................................2
C. Tujuan ...........................................................................................................3
BAB II ..................................................................................................................... 4
PEMBAHASAN ..................................................................................................... 4
A. Pengertian Karateristik Dan Motivasi Implementasi Manajemen Berbasis
Sekolah .....................................................................................................................4
B. Karateristik Manajemen Berbasis Sekolah ...................................................5
C. Implementasi Motivasi Manajemen Berbasis Sekolah .................................7
D. Sekolah Dalam Dilema Indonesia .................................................................9
BAB III ................................................................................................................. 12
PENUTUP ............................................................................................................. 12
A. Kesimpulan .................................................................................................12
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................... 13

ii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Manajemen pendidikan berbasis sekolah bertujuan meningkatkan efesiensi,
mutu dan pemerataan pendidikan. Peningkatan efesiensi antara lain, diperoleh
melalui keleluasaan mengelola sumber daya manusia, partisipasi masyarakat dan
penyederhanaan birokrasi. Sementara mutu dapat diperoleh antara lain melalui
partisipasi orang tua terhadap sekolah, fleksibilitas pengelolaan sekolah dan
kelas, peningkatan profesionalisme guru dan kepala sekolah, berlakunya system
intensif serta disinsentif. Peningkatan pemerataan antara lain diperoleh melalui
peningkatan partisipasi masyarakat yang memungkinkan pemerintah lebih
berkonsentrasi pada kelompok tertentu. (Mulyasa, 2004:25)
Dalam UU RI NO. 22 Tahun 1999 tentang Pemerintahan Daerah disebutkan
bahwa wujud otonomi daerah (otda) dalam pelaksanaannya adalah otonomi luas,
nyata dan bertanggung jawab. Otonomi yang luas artinya mencakup kewenangan
semua bidang kecuali hankam, peradilan, moneter dan fiscal, agama, politik luar
negeri, dan kewenangan lainnya. Otonomi yang nyata artinya keleluasan daerah
untuk menyelenggarakan kewenangan pemerintah di bidang tertentu yang nyata
ada dan diperlukan serta tumbuh dan berkembang di daerah. Otonomi yang
bertanggung jawab artinya pertanggungjawaban daerah sebagai konsekuensi
pemberian hak dan kewenangan kepada daerah dalam wujud tugas dan
kewajiban daerah.
Manajemen sekolah selama Orde Baru yang sangat sentralistik telah
menempatkan sekolah pada posisi marginal, kurang diberdayakan tetapi malah
diperdayakan, kurang mandiri, pasif atau menunggu instruksi, bahkan inisiatif
dan kreativitasnya untuk berkembang terpasung. Akan tetapi, dengan
diberlakukannya otonomi daerah sejak 1 Januari 2001, Depdiknas terdorong
untuk melakukan reorientasi manajemen sekolah dari manajemen pendidikan
berbasis pusat menjadi Manajemen Berbasis Sekolah/MBS (School Based

1
Management/SBM) atau disebut juga sebagai site based management yang
diterapkan menjadi MBS.
Syamsuddin (1999) menjelaskan bahwa MBS merupakan salah satu
alternative pengelolaan sekolah dalam kerangka desentralisasi dalam bidang
pendidikan yang memungkinkan adanya otonomi yang luas di tingkat sekolah,
partisipasi masyarakat yang tinggi agar sekolah lebih leluasa dalam mengelola
sumber daya dan mengalokasikannya sesuai dengan prioritas, kebutuhan dan
potensi setempat. MBS adalah bentuk alternative sekolah sebagai hasil dari
desentralisasi pendidikan. MBS pada prinsipnya bertumpu pada sekolah dan
masyarakat serta jauh dari birokrasi yang sentralistik. MBS berpotensi untuk
meningkatkan partisipasi masyarakat, pemerataan, afisiensi, serta manajemen
yang bertumpu pada tingkat sekolah. MBS dimaksudkan meningkatkan otonomi
sekolah, menentukan sendiri apa yang perlu diajarkan, dan mengelola sumber
daya yang ada untuk berinovasi. MBS juga memiliki potensi yang besar untuk
menciptakan kepala sekolah, guru dan administrator yang professional. Dengan
demikian, sekolah akan bersifat responsive terhadap kebutuhan masing-masing
siswa dan masyarakat sekolah. Prestasi belajar siswa dapat dioptimalkan melalui
partisipasi langsung orangtua dan masyarakat.
Oleh karena itu, MBS wajib diketahui, dihayati, dan diamalkan oleh warga
negara Indonesia terutama mereka yang berkecimpung di dunia pendidikan anak
usia dini, pendidikan dasar, dan pendidikan menengah. Berdasarkan uraian di
atas, dapat disimpulkan bahwa sekolah yang menerapkan MBS mengisyaratkan
adanya proses pelaksanaan pendidikan yang efektif dengan adanya pelibatan atau
partisipasi dari banyak pihak yang termasuk dalam golongan tenaga
kependidikan. Oleh karena itu, dalam penerapan MBS tersebut, ada beberapa
karakteristik Manajemen Berbasis Sekolah yang perlu diperhatikan agar
pelaksanaannya berjalan dengan baik.

B. Rumusan Masalah
Masalah yang dapat kita ambil dari makalah tentang Karakteristik dan Motivasi
Implementasi Manajemen Berbasis Sekolah, yaitu sebagai berikut:

2
1. Apa pengertian karateristik dan motivasi implementasi manajemen berbasis
sekolah ?
2. Apa saja karateristik manajemen berbasis sekolah ?
3. Bagaimana implementasi motivasi manajemen berbasis sekolah ?
4. Sekolah dalam dilema indonesia ?

C. Tujuan
1. Untuk mengetahui pengertian dari karateristik dan motivasi implementasi
manajemen berbasis sekolah
2. Untuk mengetahui karateristik manajemen berbasis sekolah
3. Untuk mengetahui implementasi motivasi manajemen berbasis sekolah
4. Untuk mengetahui Sekolah dalam dilema indonesia

3
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Karateristik Dan Motivasi Implementasi Manajemen Berbasis


Sekolah
a) Karakteristik Manajemen Berbasis Sekolah
MBS wajib diketahui, dihayati, dan diamalkan oleh warga negara
Indonesia terutama mereka yang berkecimpung di dunia pendidikan anak
usia dini, pendidikan dasar, dan pendidikan menengah. Karakteristik
manajemen peningkatan mutu berbasis sekolah dapat diketahui dengan
bagaimana sekolah dapat mengoptimalkan kinerjanya. Beberapa kiberja
yang dapat menajadi acuan adalah, proses pembelajaran, pengelolaan
sumber belajar, profesionalisme tenaga kependidikan, serta sistem
administrasi secara keseluruhan.
Karakteristik manajemen peningkatan mutu berbasis sekolah secara
inklusif memuat elemen-elemen sekolah efektif yang dikategorikan menjadi
input, proses dan output. Karakteristik ini menerapkan pada keseluruhan
aspek pendidikan melalui pendekatan sistem. Penguraian ketiganya diawali
dengan output dan diakhiri dengan input.
Output sekolah diukur dengan kinerja sekolah, yaitu pencapaian atau
prestasi yang dihasilkan oleh proses sekolah. Kinerja sekolah dapat diukur
dari efektivitas, kualitas, produktivitas, efisiensi, inovasi, moral kerja.
Proses sekolah adalah proses pengambilan keputusan,pengelolaan
kelembagaan, pengelolaan program, dan belajar-mengajar. Input sekolah
antara lain visi, misi, tujuan, sasaran, struktur organisasi, input manajemen,
input sumber daya (Nurkolis, 2003: 111).
b) Motivasi Implementasi Manajemen Berbasis Sekolah
Manajemen Berbasis Sekolah merupakan suatu pembaruan dalam
rangka meningkatkan kualitas dan demokratisasi pendidikan. Manajemen
Berbasis Sekolah (MBS) merupakan suatu konsep yang menawarkan
otonomi pada sekolah untuk menentukan kebijakan sekolah dalam rangka

4
meningkatkan mutu, efisiensi, dan pemerataan pendidikan agar dapat
mengakomodasi keinginan masyarakat setempat serta menjalin kerja sama
yang erat antara sekolah, masyarakat dan Pemerintah.
Agar implementasi manajemen berbasis sekolah (MBS) dapat berjalan
secara efektif dan efesien maka diperlukan kerjasama seluruh komponen
pendidikan, mulai dari kepala sekolah, pendidik, tenaga pendidik, orang tua
dan masyarakat. Selain komponen tersebut ketersedian sarana dan prasarana
yang memadai juga mempengaruhi keberlangsungan pelaksanaan
manajemen berbasis sekolah.
Kepala sekolah sebagai pimpinan tentu yang memiliki peranan penting
dalam mendayagunakan semua komponen pendidikan tersebut, kepala
sekolah harus memiliki kemampuan untuk merencanakan, melaksanakan,
mengkoordinasikan serta melakukan pengontrolan dan evaluasi terhadap
pelaksanaan manajemen berbasis sekolah tersebut. Selain kepala sekolah,
guru sebagai pendidik juga memiliki peranan penting dalam
mengimplementasikan manajemen berbasis sekolah dengan cara perbaikan
terhadap kemampuan mengajar, melakukan perbaharuan terhadap cara
mengajar dan memperbaiki suasana kelas senyaman mungkin.
Implementasi manajamen berbasis sekolah dapat dilihat dari bagaimana
sekolah dalam mengoptimalkan kinerjanya, mengelola sumber daya
manusia dan sumber daya lainnya, serta mengelola proses belajar mengajar
dengan baik.

B. Karateristik Manajemen Berbasis Sekolah


MBS wajib diketahui, dihayati, dan diamalkan oleh warga negara Indonesia
terutama mereka yang berkecimpung di dunia pendidikan anak usia dini,
pendidikan dasar, dan pendidikan menengah. Oleh karena itu, ada beberapa
karakteristik yang dimiliki MBS yang wajib dipahami oleh sekolah yang ingin
menerapkannya. Diharapkan sekolah yang memperhatikan dan memiliki
karakteristik MBS mampu menerapkan MBS dengan sukses. Terdapat delapan
karakteristik Manajemen Berbasis Sekolah, diantaranya :

5
1. Sekolah dengan MBS memiliki misi atau cita-cita menjalankan sekolah
untuk mewakili sekelompok harapan bersama, keyakinan dan nilai-nilai
sekolah, membimbing warga sekolah di dalam aktivitas pendidikan dan
memberi arah kerja. Misi ini mempunyai pengaruh yang besar terhadap
fungsi dan efektivitas sekolah, karena dengan misi ini warga sekolah dapat
mengembangkan budaya organisasi sekolah yang tepat, membangun
komitmen yang tinggi terhadap sekolah, dan mempunyai insiatif untuk
memberikan tingkat layanan pendidikan yang lebih baik.
2. Aktivitas pendidikan dijalankan berdasarkan karakteristik kebutuhan dan
situasi sekolah. Hakikat aktivitas sangat penting bagi sekolah untuk
meningkatkan kualitas pendidikan, karena secara tidak langsung
memperkenalkan perubahan manajemen sekolah dari menajemen kontrol
eksternal menjadi model berbasis sekolah.
3. Terjadinya proses perubahan strategi manajemen yang menyangkut hakikat
manusia, organisasi sekolah, gaya pengambilan keputusan, gaya kepemim-
pinan, penggunaan kekuasaan, dan keterampilan-keterampilan manajemen.
Oleh karena itu dalam konteks pelaksanaan MBS, perubahan strategi
manajemen lebih memandang pada apek pengembangan yang tepat dan
relevan dengan kebutuhan sekolah.
4. Keleluasaan dan keweangan dalam pengelolaan sumber daya yang efektif
untuk mencapai tujuan pen-didikan, guna memecahkan masalah-masalah
pendidikan yang dihadapi, baik tenaga kependidikan, keuangan dan
sebagainya.
5. MBS menuntut peran aktif sekolah, adiministrator sekolah, guru, orang tua,
dan pihak-pihak yang terkait dengan pendidikan di sekolah. Dengan MBS
sekolah dapat me-ngembangkan siswa dan guru sesuai dengan karakteristik
sekolah masingmasing. Dalam konteks ini, sekolah berperan
mengembangkan insiatif, memecahkan masalah, dan mengeksplorasi
semua kemungkinan untuk memfasilitasi efektivitas pembelajaran.
Demikian halnya dengan unsur-unsur lain seperti guru, orang tua, komite

6
sekolah, administrator sekolah, dinas pendidikan, dan sebagainya sesuai
dengan perannya masing-masing.
6. MBS menekankan hubungan antar manusia yang cenderung terbuka,
bekerja sama, semangat tim, dan komitmen yang saling menguntungkan.
Oleh karena itu, iklmi orgnanisasi cenderung mengarah ke tipe komitmen
sehingga efektivitas sekolah dapat tercapai.
7. Peran administrator sangat penting dalam kerangka MBS, termasuk di
dalamnya kualitas yang dimiliki administrator.
8. Dalam MBS, efektivitas sekolah dinilai menurut indikator multitingkat dan
multisegi. Penilaian tentang efektivitas sekolah harus mencakup proses
pembelajaran dan metode untuk membantu kemajuan sekolah. Oleh karena
itu, penilaian efektivitas sekolah hatus memperhatikan multitingkat, yaitu
pada tingkat sekolah, kelompok, dan individu, serta indikator multisegi
yaitu input, proses dan output sekolah serta perkembangan akademik siswa.

C. Implementasi Motivasi Manajemen Berbasis Sekolah


Menurut (Seriyanti et al., 2020) Kebijakan penerapan manajemen berbasis
sekolah sebenarnya sudah ada sejak tahun 1970-an oleh beberapa negara yaitu
Inggris, Newzealand dan negara yang pertama menerapkannya adalah Amerika
Serikat sebagai agenda pembangunan pendidikannya 19 baru pada ahun 1990-
an konsep manajemen berbasis di adopsi oleh negara- negara asia.

Manajemen berbasis sekolah dianggap sebagai faktor untuk meningkatkan


efektivitas dan efisiensi pendidikan di tingkat sekolah. Beberapa intelektual
percaya bahwa faktor penting untuk kemakmuran sekolah dalam reformasi
MBS meliputi dukungan kepala sekolah, guru, sumber keuangan yang cukup,
komitmen yang jelas, tanggung jawab, keterampilan dan kualifikasi pejabat
sekolah, rencana yang tepat, tanggung jawab, dan akuntabilitas. Terlepas dari
beragam sudut pandang, para pengambil keputusan sistem pendidikan harus
menghadapi masalah dalam memilih sudut pandang yang tepat. Sementara itu
prasyarat untuk keberhasilan implementasi konsep ini di sekolah adalah

7
partisipasi, kerja sama, tanggung jawab dan pertanggungjawaban orang-orang
ini terhadap rencana bantuan.

Adapun prosedur implementasi manajemen berbasis sekolah di Indonesia


terdiri dari:

1. Sosialisasi manajemen berbasis sekolah ke seluruh warga sekolah.


2. Menganalisis sekolah dan luar sekolah yang hasilnya berupa tantangan nyata
yang harus dihadapi dalam menerapkan manajemen berbasis sekolah.
3. Merumuskan tujuan situasional yangi ngin dicapai dari pelaksanaan
manajemen berbasis sekolah berdasarkan tantangan yang dihadapi.
4. Mengidentifikasi fungsifungsi yang perlu dilibatkan untuk mencapai tujuan
situasional.
5. Menentukan tingkat kesiapan setiap fungsi dan faktor-faktornya.
6. Memilih langkah-langkah pemecahan persoalan yakni tindakan yang
diperlukan untuk mengubah fungsi yang tidak siap menjadi fungsi yang siap.
7. Membuat rencana jangka pendek, menengah, dan jangka Panjang.
8. Melaksanakan program-program untuk merealisasikan rencana jangka
pendek manajemen berbasis sekolah.
9. Melakukan pemantauan terhadap proses dan evaluasi terhadap manajemen
berbasis sekolah.

 Strategi dalam implementasi Manajemen Berbasis Sekolah


Strategi implementasi MBS akan berlangsung secara efektif dan efisien
apabila di dukung oleh sumber daya manusia yang mendukung dan
profesional untuk mengoperasikan sekolah, dana yang cukup agar sekolah
mampu mengkaji staf sesuai dengan fungsinya, sarana dan prasarana yang
memadai untuk mendukung proses belajar dan mengajar, serta dukungan
masyarakat orang tua yang tinggi. Butir-butir yang ditekankan dalam
mengimplementasikan strategi MBS adalah bahwa masing-masing sekolah
merupakan unit utama di dalam perbaikan atau penyempurnaan mutu
sekolah, jadi harus melakukan pendistribusian kembali kewenangan untuk

8
untuk mengambil keputusan yang di percayai sebagai cara menstimulasi
atau merangsang perbaikan mutu serta kewenangan formal untuk
mengambil keputusan meliputi bidang penganggaran, personil dan program
di delegasikan di antara beberapa faktor pada tingkat sekolah dan juga
beberapa struktur formal dalam bentuk dewan komite, tim sexing yang
terdiri atas kepala sekolah, guru, orang tua siswa, siswa, dan warga
masyarakat, dibentuk sehingga keterlibatan di dalam pengambilan
keputusan sekolah menjadi lebih luas.
Strategi MBS yang efektif bahwa dukungan peran keterlibatan orang tua
dan pengelolahan sekolah yang partisipatif. Perencanaan strategi MBS harus
menuju pada variasi tersebut dan mempertimbangkan kemmmpuan setiap
sekolah. Perencanaan yang merujuk pada kemampuan sekolah sangat perlu
khusus nya untuk menghindari penyeragaman perlakuan terhadap sekolah.

D. Sekolah dalam Dilema di Indonesia


Pendidikan nasional sedang menghadapi dua tantangan besar, yakni:
tantangan internal dan eksternal. Secara internal, Indonesia dihadapkan pada
temuan berbagai hasil studi yang menempatkan Indonesia pada rangking
terbawah dalam kualitas pendidikan. Sedangkan tantangan eksternal berasal
dari perubahan cepat dan signifikan dari lingkungan strategis di luar Indonesia,
seperti tuntutan agar Indonesia siap bersaing ketat mencetak SDM-SDM bangsa
yang unggul dan berkompeten; sehingga mampu berkompetisi secara global,
baik nasional maupun internasional (Mutiawati & Herawati;, 2019) .

Menghadapi kedua tantangan tersebut, maka perubahan dan inovasi


pendidikan merupakan “kata kunci” yang perlu dijadikan titik tolak dalam
memperbaiki dan membenahi kualitas pendidikan nasional. Pemerintah
mengakui telah berupaya melakukan optimalisasi perubahan dan inovasi-
inovasi pendidikan tersebut. Namun kenyataannya, dilema dan berbagai bentuk
kegagalan justru semakin muncul ke permukaan wajah pendidikan Indonesia,
antara lain:

9
1. Dimasa pandemic covid 19 pada saat ini kegiatan belajar mengajar dilakukan
dirumah secara online, namun kegiatan belajar mengajar secara online dinilai
tidaklah efektif dan efisien. Tetapi pandemic covid 19 masih belum selesai.
maka pemerintah mulai mengizinkan untuk melaksanakan sekolah tatap muka
dengan persyaratan sudah vaksin dan pelaksanaan kegiatan belajar masih
dibatasi dengan memberlakukan protocol kesehatan yang ketat.
2. Ujian Akhir Nasional (UAN) yang menggunakan standar kelulusan secara
nasional dan hanya menguji mata pelajaran yang telah ditetapkan dengan
mengabaikan beberapa faktor yang tidak mungkin dijangkau oleh seluruh
siswa dan tidak mengakomodasi kemampuan siswa yang lain.
3. Mahalnya biaya pendidikan, sehingga hanya bisa diakses oleh warga negara
yang mapan secara ekonomi.
4. Privatisasi PTN atau swastanisasi PTN memaksa petinggi di PTN untuk
memikirkan cara memperoleh dana kelangsungan tridharma perguruan tinggi.
Salah satu caranya dengan menjual kursi kepada calon mahasiswa dengan
harga tinggi sehingga hanya dapat diakses oleh rakyat ekonomi mapan
5. Masalah Kurikulum seperti program, kegiatan suatu lembaga pendidikan atau
pelatihan untuk mewujudkan visi dan misi program kelembagaan
6. Masalah sumber daya manusia (SDM) yang meliputi aspek kompetensi,
keterampilan/ skill, kemampuan, sikap, perilaku, motivasi dan komitmen.
7. Masalah dana, sarana, dan prasarana pendidikan merupakan persoalan yang
sangat krusial dalam perbaikan dan pembangunan sistem pendidikan di
indonesia juga merupakan suatu syarat atau unsur yang sangat menentukan
keberhasilan penyelenggaraan pendidikan
8. Masalah organisasi kelembagaan hal ini kelembagaan pendidikan antar kota
atau kabupaten bahkan provinsi tidak sama dan terkesan berjalan sendiri-
sendiri baik menyangkut struktur, nama organisasi kelembagaan dan lainnya.

Dari permasalahan di atas, dilematika pendidikan di Indonesia juga ditambah


dengan kualitas guru yang rendah, bangunan sekolah yang kurang layak, sekolah
di desa terpencil yang kekurangan guru dan perlengkapan belajar, sekolah

10
menjadi komoditas bisnis, kekerasan di sekolah dan seterusnya adalah berbagai
hal yang melingkupi pendidikan di negeri ini (Fatayan et al., 2020).

Keberhasilan suatu proses pendidikan di sekolah dapat dilihat dari


kebermaknaan pendidikan itu sendiri bagi kehidupan siswa. ketika suatu proses
pendidikan dijalankan sesuai dengan kemampuan tanpa arah dan tujuan yang
jelas serta tidak menerapkan dasar-dasar pendidikan yang benar dan sesuai, maka
hal ini akan berdampak pada ketidak mampuan, stres, bahkan keterpurukan
siswa dalam menjalani berbagai permasalahan hidupnya di masa mendatang.
Apabila sekolah menyatakan telah berupaya membentuk manusia-manusia
pendidikan yang santun/berakhlakul karimah, inovatif, kreatif, mandiri,
berkompeten dan sebagainya; akan tetapi mengapa hal sebaliknya justru terjadi
hampir di seluruh pelosok negeri ini. Jika kondisi ini senantiasa berlaku, maka
motivasi memperbaiki wajah kusam pendidikan negeri ini tidak akan pernah
memperoleh hasil optimal sesuai harapan dan cita-cita bangsa dan negara.

11
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Implementasi MBS akan berlangsung secara efektif dan efisien apabila
didukung oleh sumber daya manusia yang profesional untuk mengoprasikan
sekolah, dana yang cukup agar sekolah mampu mengkaji staf sesuai dengan
fungsinya, sarana dan prasarana yang memadai untuk mendukung proses
belajar mengajar, serta dukungan masyarakat (orang tua) yang tinggi. MBS
wajib diketahui, dihayati, dan diamalkan oleh warga negara Indonesia terutama
mereka yang berkecimpung di dunia pendidikan anak usia dini, pendidikan
dasar, dan pendidikan menengah. Oleh karena itu, ada beberapa karakteristik
yang dimiliki MBS yang wajib dipahami oleh sekolah yang ingin
menerapkannya. Diharapkan sekolah yang memperhatikan dan memiliki
karakteristik MBS mampu menerapkan MBS dengan sukses.

12
DAFTAR PUSTAKA

Atikasari, N. A. (2020). Implementasi Manajemen Berbasis Sekolah Untuk


Meningkatkan Mutu Pendidikan. Jurnal Bahana Manajemen Pendidikan, 1–7.
Dolong, J. (2018). KARAKTERISTIK MANAJEMEN PENDIDIKAN
BERBASIS SEKOLAH. Inspiratif Pendidikan, 7(1), 1.
Fatayan, A., Hanafi, I., Sari, E., & Suryadi. (2020). MANAJEMEN MADRASAH
DENGAN PENDEKATAN MANAJEMEN BERBASIS SEKOLAH. Bildung.
Firdianti, Arianda. 2018. Implementasi Manajemen Berbasis Sekolah. Yogyakarta
; Cv. Gre Publishing.
Jumari. (2017). DALAM PENINGKATAN MUTU PENDIDIKAN DI SMA
NEGERI 1 RAMAN UTARA KABUPATEN, 2(2), 164–178.
Mutiawati, & Herawati; (2019). DELEMATIKA SISTEM PENDIDIKAN DI
INDONESIA. Journal of Education Science, 5(2), 38–53.
Nurokhim, N. (2017). Manajemen Berbasis Sekolah: Solusi Peningkatan Mutu
Pendidikan Madrasah. Jurnal Kependidikan, 5(2), 247–260.
Seriyanti, N., Ahmad, S., & Destiniar, D. (2020). Pengaruh Kepemimpinan
Kepala Sekolah Dan Peran Komite Sekolah Terhadap Keberhasilan Manajemen
Berbasis Sekolah. JMKSP (Jurnal Manajemen, Kepemimpinan, Dan Supervisi
Pendidikan), 6(1).

13

Anda mungkin juga menyukai