Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Manajemen Berbasis
Sekolah
Dosen Pengampu :
Dr. Arum Fatayan, M.Pd
Disusun oleh :
1. Alifia Rachmawati 1801025036
2. Siti Latifah 1801025272
3. Sulistya Nurul Fikriah 1801025087
Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan segala rahmat dan
hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan Makalah Manajemen Berbasis
Sekolah. Sebuah pencapaian yang tidak ternilai bagi penulis untuk menyelesaikan
Makalah ini. Shalawat serta salam tak lupa penulis curahkan kepada junjungan kita,
Nabi Muhammad SAW yang telah menyebarkan segala kebaikan umatnya.
Kelompok 3
i
DAFTAR ISI
ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Manajemen pendidikan berbasis sekolah bertujuan meningkatkan efesiensi,
mutu dan pemerataan pendidikan. Peningkatan efesiensi antara lain, diperoleh
melalui keleluasaan mengelola sumber daya manusia, partisipasi masyarakat dan
penyederhanaan birokrasi. Sementara mutu dapat diperoleh antara lain melalui
partisipasi orang tua terhadap sekolah, fleksibilitas pengelolaan sekolah dan
kelas, peningkatan profesionalisme guru dan kepala sekolah, berlakunya system
intensif serta disinsentif. Peningkatan pemerataan antara lain diperoleh melalui
peningkatan partisipasi masyarakat yang memungkinkan pemerintah lebih
berkonsentrasi pada kelompok tertentu. (Mulyasa, 2004:25)
Dalam UU RI NO. 22 Tahun 1999 tentang Pemerintahan Daerah disebutkan
bahwa wujud otonomi daerah (otda) dalam pelaksanaannya adalah otonomi luas,
nyata dan bertanggung jawab. Otonomi yang luas artinya mencakup kewenangan
semua bidang kecuali hankam, peradilan, moneter dan fiscal, agama, politik luar
negeri, dan kewenangan lainnya. Otonomi yang nyata artinya keleluasan daerah
untuk menyelenggarakan kewenangan pemerintah di bidang tertentu yang nyata
ada dan diperlukan serta tumbuh dan berkembang di daerah. Otonomi yang
bertanggung jawab artinya pertanggungjawaban daerah sebagai konsekuensi
pemberian hak dan kewenangan kepada daerah dalam wujud tugas dan
kewajiban daerah.
Manajemen sekolah selama Orde Baru yang sangat sentralistik telah
menempatkan sekolah pada posisi marginal, kurang diberdayakan tetapi malah
diperdayakan, kurang mandiri, pasif atau menunggu instruksi, bahkan inisiatif
dan kreativitasnya untuk berkembang terpasung. Akan tetapi, dengan
diberlakukannya otonomi daerah sejak 1 Januari 2001, Depdiknas terdorong
untuk melakukan reorientasi manajemen sekolah dari manajemen pendidikan
berbasis pusat menjadi Manajemen Berbasis Sekolah/MBS (School Based
1
Management/SBM) atau disebut juga sebagai site based management yang
diterapkan menjadi MBS.
Syamsuddin (1999) menjelaskan bahwa MBS merupakan salah satu
alternative pengelolaan sekolah dalam kerangka desentralisasi dalam bidang
pendidikan yang memungkinkan adanya otonomi yang luas di tingkat sekolah,
partisipasi masyarakat yang tinggi agar sekolah lebih leluasa dalam mengelola
sumber daya dan mengalokasikannya sesuai dengan prioritas, kebutuhan dan
potensi setempat. MBS adalah bentuk alternative sekolah sebagai hasil dari
desentralisasi pendidikan. MBS pada prinsipnya bertumpu pada sekolah dan
masyarakat serta jauh dari birokrasi yang sentralistik. MBS berpotensi untuk
meningkatkan partisipasi masyarakat, pemerataan, afisiensi, serta manajemen
yang bertumpu pada tingkat sekolah. MBS dimaksudkan meningkatkan otonomi
sekolah, menentukan sendiri apa yang perlu diajarkan, dan mengelola sumber
daya yang ada untuk berinovasi. MBS juga memiliki potensi yang besar untuk
menciptakan kepala sekolah, guru dan administrator yang professional. Dengan
demikian, sekolah akan bersifat responsive terhadap kebutuhan masing-masing
siswa dan masyarakat sekolah. Prestasi belajar siswa dapat dioptimalkan melalui
partisipasi langsung orangtua dan masyarakat.
Oleh karena itu, MBS wajib diketahui, dihayati, dan diamalkan oleh warga
negara Indonesia terutama mereka yang berkecimpung di dunia pendidikan anak
usia dini, pendidikan dasar, dan pendidikan menengah. Berdasarkan uraian di
atas, dapat disimpulkan bahwa sekolah yang menerapkan MBS mengisyaratkan
adanya proses pelaksanaan pendidikan yang efektif dengan adanya pelibatan atau
partisipasi dari banyak pihak yang termasuk dalam golongan tenaga
kependidikan. Oleh karena itu, dalam penerapan MBS tersebut, ada beberapa
karakteristik Manajemen Berbasis Sekolah yang perlu diperhatikan agar
pelaksanaannya berjalan dengan baik.
B. Rumusan Masalah
Masalah yang dapat kita ambil dari makalah tentang Karakteristik dan Motivasi
Implementasi Manajemen Berbasis Sekolah, yaitu sebagai berikut:
2
1. Apa pengertian karateristik dan motivasi implementasi manajemen berbasis
sekolah ?
2. Apa saja karateristik manajemen berbasis sekolah ?
3. Bagaimana implementasi motivasi manajemen berbasis sekolah ?
4. Sekolah dalam dilema indonesia ?
C. Tujuan
1. Untuk mengetahui pengertian dari karateristik dan motivasi implementasi
manajemen berbasis sekolah
2. Untuk mengetahui karateristik manajemen berbasis sekolah
3. Untuk mengetahui implementasi motivasi manajemen berbasis sekolah
4. Untuk mengetahui Sekolah dalam dilema indonesia
3
BAB II
PEMBAHASAN
4
meningkatkan mutu, efisiensi, dan pemerataan pendidikan agar dapat
mengakomodasi keinginan masyarakat setempat serta menjalin kerja sama
yang erat antara sekolah, masyarakat dan Pemerintah.
Agar implementasi manajemen berbasis sekolah (MBS) dapat berjalan
secara efektif dan efesien maka diperlukan kerjasama seluruh komponen
pendidikan, mulai dari kepala sekolah, pendidik, tenaga pendidik, orang tua
dan masyarakat. Selain komponen tersebut ketersedian sarana dan prasarana
yang memadai juga mempengaruhi keberlangsungan pelaksanaan
manajemen berbasis sekolah.
Kepala sekolah sebagai pimpinan tentu yang memiliki peranan penting
dalam mendayagunakan semua komponen pendidikan tersebut, kepala
sekolah harus memiliki kemampuan untuk merencanakan, melaksanakan,
mengkoordinasikan serta melakukan pengontrolan dan evaluasi terhadap
pelaksanaan manajemen berbasis sekolah tersebut. Selain kepala sekolah,
guru sebagai pendidik juga memiliki peranan penting dalam
mengimplementasikan manajemen berbasis sekolah dengan cara perbaikan
terhadap kemampuan mengajar, melakukan perbaharuan terhadap cara
mengajar dan memperbaiki suasana kelas senyaman mungkin.
Implementasi manajamen berbasis sekolah dapat dilihat dari bagaimana
sekolah dalam mengoptimalkan kinerjanya, mengelola sumber daya
manusia dan sumber daya lainnya, serta mengelola proses belajar mengajar
dengan baik.
5
1. Sekolah dengan MBS memiliki misi atau cita-cita menjalankan sekolah
untuk mewakili sekelompok harapan bersama, keyakinan dan nilai-nilai
sekolah, membimbing warga sekolah di dalam aktivitas pendidikan dan
memberi arah kerja. Misi ini mempunyai pengaruh yang besar terhadap
fungsi dan efektivitas sekolah, karena dengan misi ini warga sekolah dapat
mengembangkan budaya organisasi sekolah yang tepat, membangun
komitmen yang tinggi terhadap sekolah, dan mempunyai insiatif untuk
memberikan tingkat layanan pendidikan yang lebih baik.
2. Aktivitas pendidikan dijalankan berdasarkan karakteristik kebutuhan dan
situasi sekolah. Hakikat aktivitas sangat penting bagi sekolah untuk
meningkatkan kualitas pendidikan, karena secara tidak langsung
memperkenalkan perubahan manajemen sekolah dari menajemen kontrol
eksternal menjadi model berbasis sekolah.
3. Terjadinya proses perubahan strategi manajemen yang menyangkut hakikat
manusia, organisasi sekolah, gaya pengambilan keputusan, gaya kepemim-
pinan, penggunaan kekuasaan, dan keterampilan-keterampilan manajemen.
Oleh karena itu dalam konteks pelaksanaan MBS, perubahan strategi
manajemen lebih memandang pada apek pengembangan yang tepat dan
relevan dengan kebutuhan sekolah.
4. Keleluasaan dan keweangan dalam pengelolaan sumber daya yang efektif
untuk mencapai tujuan pen-didikan, guna memecahkan masalah-masalah
pendidikan yang dihadapi, baik tenaga kependidikan, keuangan dan
sebagainya.
5. MBS menuntut peran aktif sekolah, adiministrator sekolah, guru, orang tua,
dan pihak-pihak yang terkait dengan pendidikan di sekolah. Dengan MBS
sekolah dapat me-ngembangkan siswa dan guru sesuai dengan karakteristik
sekolah masingmasing. Dalam konteks ini, sekolah berperan
mengembangkan insiatif, memecahkan masalah, dan mengeksplorasi
semua kemungkinan untuk memfasilitasi efektivitas pembelajaran.
Demikian halnya dengan unsur-unsur lain seperti guru, orang tua, komite
6
sekolah, administrator sekolah, dinas pendidikan, dan sebagainya sesuai
dengan perannya masing-masing.
6. MBS menekankan hubungan antar manusia yang cenderung terbuka,
bekerja sama, semangat tim, dan komitmen yang saling menguntungkan.
Oleh karena itu, iklmi orgnanisasi cenderung mengarah ke tipe komitmen
sehingga efektivitas sekolah dapat tercapai.
7. Peran administrator sangat penting dalam kerangka MBS, termasuk di
dalamnya kualitas yang dimiliki administrator.
8. Dalam MBS, efektivitas sekolah dinilai menurut indikator multitingkat dan
multisegi. Penilaian tentang efektivitas sekolah harus mencakup proses
pembelajaran dan metode untuk membantu kemajuan sekolah. Oleh karena
itu, penilaian efektivitas sekolah hatus memperhatikan multitingkat, yaitu
pada tingkat sekolah, kelompok, dan individu, serta indikator multisegi
yaitu input, proses dan output sekolah serta perkembangan akademik siswa.
7
partisipasi, kerja sama, tanggung jawab dan pertanggungjawaban orang-orang
ini terhadap rencana bantuan.
8
untuk mengambil keputusan yang di percayai sebagai cara menstimulasi
atau merangsang perbaikan mutu serta kewenangan formal untuk
mengambil keputusan meliputi bidang penganggaran, personil dan program
di delegasikan di antara beberapa faktor pada tingkat sekolah dan juga
beberapa struktur formal dalam bentuk dewan komite, tim sexing yang
terdiri atas kepala sekolah, guru, orang tua siswa, siswa, dan warga
masyarakat, dibentuk sehingga keterlibatan di dalam pengambilan
keputusan sekolah menjadi lebih luas.
Strategi MBS yang efektif bahwa dukungan peran keterlibatan orang tua
dan pengelolahan sekolah yang partisipatif. Perencanaan strategi MBS harus
menuju pada variasi tersebut dan mempertimbangkan kemmmpuan setiap
sekolah. Perencanaan yang merujuk pada kemampuan sekolah sangat perlu
khusus nya untuk menghindari penyeragaman perlakuan terhadap sekolah.
9
1. Dimasa pandemic covid 19 pada saat ini kegiatan belajar mengajar dilakukan
dirumah secara online, namun kegiatan belajar mengajar secara online dinilai
tidaklah efektif dan efisien. Tetapi pandemic covid 19 masih belum selesai.
maka pemerintah mulai mengizinkan untuk melaksanakan sekolah tatap muka
dengan persyaratan sudah vaksin dan pelaksanaan kegiatan belajar masih
dibatasi dengan memberlakukan protocol kesehatan yang ketat.
2. Ujian Akhir Nasional (UAN) yang menggunakan standar kelulusan secara
nasional dan hanya menguji mata pelajaran yang telah ditetapkan dengan
mengabaikan beberapa faktor yang tidak mungkin dijangkau oleh seluruh
siswa dan tidak mengakomodasi kemampuan siswa yang lain.
3. Mahalnya biaya pendidikan, sehingga hanya bisa diakses oleh warga negara
yang mapan secara ekonomi.
4. Privatisasi PTN atau swastanisasi PTN memaksa petinggi di PTN untuk
memikirkan cara memperoleh dana kelangsungan tridharma perguruan tinggi.
Salah satu caranya dengan menjual kursi kepada calon mahasiswa dengan
harga tinggi sehingga hanya dapat diakses oleh rakyat ekonomi mapan
5. Masalah Kurikulum seperti program, kegiatan suatu lembaga pendidikan atau
pelatihan untuk mewujudkan visi dan misi program kelembagaan
6. Masalah sumber daya manusia (SDM) yang meliputi aspek kompetensi,
keterampilan/ skill, kemampuan, sikap, perilaku, motivasi dan komitmen.
7. Masalah dana, sarana, dan prasarana pendidikan merupakan persoalan yang
sangat krusial dalam perbaikan dan pembangunan sistem pendidikan di
indonesia juga merupakan suatu syarat atau unsur yang sangat menentukan
keberhasilan penyelenggaraan pendidikan
8. Masalah organisasi kelembagaan hal ini kelembagaan pendidikan antar kota
atau kabupaten bahkan provinsi tidak sama dan terkesan berjalan sendiri-
sendiri baik menyangkut struktur, nama organisasi kelembagaan dan lainnya.
10
menjadi komoditas bisnis, kekerasan di sekolah dan seterusnya adalah berbagai
hal yang melingkupi pendidikan di negeri ini (Fatayan et al., 2020).
11
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Implementasi MBS akan berlangsung secara efektif dan efisien apabila
didukung oleh sumber daya manusia yang profesional untuk mengoprasikan
sekolah, dana yang cukup agar sekolah mampu mengkaji staf sesuai dengan
fungsinya, sarana dan prasarana yang memadai untuk mendukung proses
belajar mengajar, serta dukungan masyarakat (orang tua) yang tinggi. MBS
wajib diketahui, dihayati, dan diamalkan oleh warga negara Indonesia terutama
mereka yang berkecimpung di dunia pendidikan anak usia dini, pendidikan
dasar, dan pendidikan menengah. Oleh karena itu, ada beberapa karakteristik
yang dimiliki MBS yang wajib dipahami oleh sekolah yang ingin
menerapkannya. Diharapkan sekolah yang memperhatikan dan memiliki
karakteristik MBS mampu menerapkan MBS dengan sukses.
12
DAFTAR PUSTAKA
13