Anda di halaman 1dari 6

NAMA : Muhammad Raydinor Rahman

NIM ` : 837174489
POKJAR : Pagatan, Tanah Bumbu
UPBJJ-UT : Banjarmasin

TUGAS 1 PENGANTAR PENDIDIKAN


S1 PGSD UNIVERSITAS TERBUKA

TUGAS 1 MKDK4001 PENGANTAR PENDIDIKAN

1. Coba Anda jelaskan, bagaimana konsep pendidikan Progresivisme dan Essensialisme


diterapkan dalam sistem pendidikan kita! Jelaskan juga apa kelebihan dan kekurangannya! 
2. Aliran filsafat Perenialisme dan Konstruktivisme merupakan aliran filsafat yang banyak
memberikan alternatif dalam memecahkan masalah pendidikan yang dihadapi masyarakat.
Coba Anda jelaskan hikmah apa yang dapat kita ambil dari masing-masing aliran tersebut.

JAWAB
1. -Progresivisme Pendidikan
            Progresivisme bukan merupakan bangunan filsafat atau aliran filsafat yang
berdiri sendiri, melainkanmerupakan suatugerakan dan perkumpulan yang
didirikan pada tahun 1918. Aliran ini berpendapat bahwa pengetahuan yang benar
pada masa kini mungkin tidak benar di masa mendatang. Pendidikan harus
terpusat pada anak bukannya memfokuskan pada guru atau bidang muatan.
Kelebihan Filsafat Pendidikan Progresivisme
1. Siswa diberi kebebasan untuk mengembangkan bakat dan kemampuannya.
2. Siswa diberi kebebasan untuk mengemukakan pendapatnya.
3. Siswa belajar untuk mencari tahu sendiri jawaban dari masalah atau pertanyaan
yang timbul di awal pembelajaran. Dengan mendapatkan sendiri jawaban itu,
siswa pasti akan lebih mengingat materi yang sedang dipelajari.
4. Membentuk output yang dihasilkan dari pendidikan di sekolah memilki keahlian
dan kecakapan yang langsung dapat diterapkan di masyarakat luas.
Kekurangan Filsafat Pendidikan Progresivisme
1. Mengabaikan kurikulum yang telah ditentukan, yang menjadi tradisi sekolah.
2. Mengurangi bimbingan dan pengaruh guru. Siswa memilih aktivitas sendiri.
3. Siswa menjadi orang yang mementingkan diri sendiri, ia menjadi manusia yang
tidak memiliki self discipline, dan tidak mau berkorban demi kepentingan umum.
- Esensialisme adalah pendidikan yang di dasarkan kepada nilai-nilai
kebudayaan yang telah ada
sejak awal peradaban umat manusia. Esensialisme muncul pada zaman
Renaissance dengan ciri-ciri utama yang berbeda dengan progresivisme.
Perbedaannya yang utama ialah dalam memberikan dasar berpijak pada
pendidikan yang penuh fleksibilitas, di mana serta terbuka untuk
perubahan, toleran dan tidak ada keterkaitan dengan doktrin tertentu.
Esensialisme memandang bahwa pendidikan harus berpijak pada nilai-nilai
yang memiliki kejelasan dan tahan lama yang memberikan kestabilan dan nilai-
nilai terpilih yang mempunyai tata yang jelas.
Idealisme dan realisme adalah aliran filsafat yang membentuk corak
esensialisme. Dua aliran ini
bertemu sebagai pendukung esensialisme, akan tetapi tidak lebur menjadi satu
dan tidak
melepaskan sifatnya yang utama pada dirinya masing-masing.
Dengan demikian Renaissance adalah pangkal sejarah timbulnya konsep-
konsep pikir yang disebut esensialisme, karena itu timbul pada zaman itu,
esensialisme adalah konsep meletakkan sebagian ciri alam pikir modern.
Esensialisme pertama-tama muncul dan merupakan reaksi
terhadap simbolisme mutlak dan dogmatis abad pertengahan. Maka,
disusunlah konsep yang sistematis dan menyeluruh mengenai manusia dan
alam semesta, yang memenuhi tuntutan zaman

Kelebihan  Filsafat Esensialisme
a. esensialisme membantu untuk mengembalikan subject matter ke dalam proses
pendidikan, namun tidak mendukung perenialisme bahwa subject matter yang
benar adalah realitas abadi yang disajikan dalam buku-buku besar dari peradaban
barat. Great Book tersebut dapat digunakan namun bukan untuk mereka sendiri
melainkan untuk dihubungkan dengan kenyataan-kenyataan yang ada pada
dewasa ini.
b. esensialis berpendapat bahwa perubahan merupaka suatu kenyataan yang
tidak dapat diubah dalam kehidupan sosial. Mereka mengakui evolusi manusia
dalam sejarah, namun evolusi itu harus terjadi sebagai hasil desakan masyarakat
secara terus-menerus. Perubahan terjadi sebagai kemampuan imtelegensi
manusia yang mampu mengenal kebutuhan untuk mengadakan amandemen
cara-cara bertindak, organisasi, dan fungsi sosial.

Kekurangan Filsafat Esensialisme


a. menurut esensialis, sekolah tidak boleh mempengaruhi atau menetapkan
kebijakan-kebijakan sosial. Hal ini mengakibatkan adanya orientasi yang terikat
tradisi pada pendidikan sekolah yang akan mengindoktrinasi siswa dan
mengenyampingkan kemungkinan perubahan.
b. Para pemikir esensialis pada umumnya tidak memiliki kesatuan garis karena
mereka berpedoman pada filsafat yang berbeda. Beberapa pemikir esensialis
bahkan memandang seni dan ilmu sastra sebagai embel-embel dan merasa
bahwa pelajaran IPA dan teknik serta kejuruan yang sukar adalah hal-hal yang
benar-benar penting yang diperlukan siswa agar dapat memberi kontribusi
pada masyarakat.
c. Peran guru sangat dominan sebagai seorang yang menguasai lapangan,
dan merupakan model yang sangat baik untuk digugu dan ditiru. Guru
merupakan orang yang menguasai pengetahuan dan kelas dibawah pengaruh
dan pengawasan guru. Jadi, inisiatif dalam pendidikan ditekankan pada guru,
bukan pada siswa.

2. Filsafat Perenialisme dan Konstruktivisme


a. Filsafat Perenialisme
Perenialisme berasal dari kata perennial yang berarti abadi, kekal atau
selalu. Perenialisme lahir sebagai suatu reaksi terhadap pendidikan progresif.
Perenialisme menentang pandangan progresivisme yang menekankan
perubahan dan sesuatu yang baru. Jalan yang ditempuh oleh kaum perenialis
adalah dengan jalan mundur ke belakang, dengan menggunakan kembali nilai
nilai atau prinsip prinsip umum yang telah menjadi pandangan hidup yang kuat,
kukuh pada zaman kuno dan abad pertengahan. Perenilaisme memandang
bahwasanya pada zaman modern ini telah banyak menimbulkan krisis
diberbagai bidang dalam kehidupan manusia, terutama dalam bidang pndidikan.
Perenialisme bersifat regresif yaitu untuk menyelesaikan masalah
kekacauan yang terjadi dikembalikan kepada kebudayaan masa lampau yang
dianggap cukup ideal dan teruji ketangguhannya.Untuk itulah pendidikan harus
lebih banyak mengarahkan pusat perhatiannya kepada kebudayaan yang telah
teruji dan tangguh.
Perenialisme merupakan penolakan dari pandangan progresivisme
Perenialisme lahir pada tahun 1930-an sebagai suatu reaksi terhadap pendidikan
progresif. Perenialisme menentang pandangan progresivisme yang menekankan
perubahan dan sesuatu yang baru. Perenialisme memandang situasi dunia ini
penuh kekacauan, ketidakpastian dan ketidakteraturan, terutama dalam
kehidupan moral, intelektual dan sosio-kultural. Maka perlu ada usaha untuk
mengamankan ketidakberesan ini. Teori atau konsep pendidikan perenialisme
dilatar belakangi oleh filsafat-filsafat Plato yang merupakan bapak idealisme
klasik, filsafat Aristoteles sebagai bapak realisme klasik dan filsafat Thomas
Aquinas yang mencoba memadukan antara filsafat Aristoteles dengan ajaran
(filsafat) gereja katolik yang tumbuh pada zamannya (abad pertengahan).
Tindak lanjut pelaksanaan penyuluhan sosial dari filsafat pendidikan
perenialisme, yaitu dengan pemberian pelatihan kepada para pendidik sehingga
para pendidik akan lebih mengetahui dan memahami cara mengajar cara
mengajar yang baik menurut teori perenialisme.
Contoh konkritnya adalah penggunaan metode pembelajaran ceramah dalam
proses belajar mengajar. Dimana pengajaran ini berpusat pada guru sehinggan
menimbulkan bahaya verbalisme dimana orang dapat mengucapkan sesuatu
tetapi tidak pernah melihat dan memahami apa yang diucapkannya. Pada model
pembelajaran seperti ini tidak memberikan kesempatan berbuat dan berpikir
untuk memecahkan masalah. Anak dipaksa mengikuti jalan pikiran guru. Dan
anak kurang diberi kesempatan untuk mengembangkan kemampuan untuk
mengeluarkan pendapat. Dalam memberikan nilai, guru tidak hanya memberikan
nilai asli, tetapi juga ada nilai subyektifnya seperti penilaian kesopanan etika, dan
keantusiasan siswa tersebut dalam mendalami materi yang diajarkan guru
tersebut. Sehingga dengan cara itu, nilai siswa benar-benar asli sesuai dengan
kenyataan yang ada pada siswa tersebut.
Kelebihan  Filsafat Perenialisme
1.                  Perenialisme tetap percaya terhadap asas pembentukan kebiasaan
dalam permulaan pendidikan anak. Kecakapan membaca, menulis, dan
berhitung merupakan landasan dasar. Dan berdasarkan pentahapan itu maka
learning to reason menjadi tujuan pokok pendidikan menengah dan pendidikan
tinggi.
2.                  Belajar sebagai persiapan hidup. Perenialisme memandang
pendidikan sebagai jalan kembali atau proses mengembalikan keadaan manusia
sekarang seperti dalam kebudayaan ideal. Perenialisme memberikan
sumbangan yang berpengaruh baik teori maupun praktik bagi kebudayaan dan
pendidikan zaman sekarang.
3.                  Pendidikan ditekankan pada kebenaran absolut yang bersifat
universal yang tidak terikat pada tempat dan waktu. Perenialisme menekankan
pada keabadian, keidealan, kebenaran, dan keindahan Perenialisme
mengangkat kembali nilai-nilai atau prinsip-prinsip umum yang menjadi
pandangan hidup yang kokoh pada zaman kuno dan abad pertengahan. Dalam
pandangan perenialisme pendidikan lebih banyak mengarahkan perhatiannya
pada kebudayaan ideal yang telah teruji dan tangguh.
4.                  Kurikulum menekankan pada perkembangan intelektual siswa pada
seni dan sains. 
Untuk menjadi terpelajar secara kultural, para siswa harus berhadapan pada
bidang-bidang seni dan sains yang merupakan karya terbaik dan paling
significant yang diciptakan oleh manusia. Contohnya, seorang guru bahasa
Inggris mengharuskan siswanya untuk membaca Moby Dick nya Melville atau
drama-drama Shakespeare.
Kekurangan Filsafat Perenialisme
1.                  Pengetahuan dianggap lebih penting dan kurang memperhatikan
kegiatan sehari-hari. Pendidikan yang menganut paham ini menekankan pada
kebenaran absolut, kebenaran universal yang tidak terkait pada tempat dan
waktu aliran ini lebih berorientasi ke masa lalu.
2.                  Perenialis kurang menerima adanya perubahan-perubahan, karena
menurut mereka perubahan banyak menimbulkan kekacauan,
ketidakpastian,dan ketidakteraturan, terutama dalam kehidupan moral,
intelektual, dan sosio-kultural.
3.                  Focus perenialis mengenai kurikulum adalah pada disiplin-disiplin
pengetahuan abadi , hal ini akan berdampak pada kurangnya perhatian pada
realitas peserta didik dan minat-minatsiswa.

B.     Filsafat Konstruktivisme
Konstruktivisme berkembang dalam rangka mengatasi proses pendidikan yang
pada umumnya dilakukan melalui transfer pengetahuan dari guru kepada siswa.
Para rekonstruktivis ingin menhubahnya agar siswa belajar melalui suatu proses
dengan cara-cara yang bermaknsa, memperkaya dan memungkinkan siswa
menginterpretasikan alam semsta dengan pengertian yang ilmiah.
Konstruktivisme didukung oleh empirisme dan pragmatisme. Ada yang
berpendapat bahwa konstruktivisme mengandung bahaya yang mengarah ke
empirisme dan relativisme.
Konstruktivisme memandang pendidikan bukan kegiatan menyampaikan
pengetahuan melainkan membantu siswa berpikir secara benar dan mandiri,
mengonstruksi pengetahuan, membuat makna, bersikap kritis dan mengajukan
justifikasi.
Tujuan pendidikan  lebih mengutamakan perkembangan konsep dan
pengetahuan yang mendalam sebagai hasil konstruksi aktif siswa dengan
mempertimbangkan multimetode untuk dipilih.

Kelebihannya:
1.      Membangkitkan kesadaran para peserta didik tentang masalah sosial,
ekonomi dan politik yang dihadapi umat manusia dalam skala global, dan
mengajarkan kepada mereka keterampilan-keterampilan yang diperlukan untuk
mengatasi masalah tersebut.
2.      Kurikulum berisi mata-mata pelajaran yang berorientasi pada kebutuhan-
kebutuhan masyarakat masa depan. Kurikulum disusun untuk menyoroti
kebutuhan akan beragam reformasi sosial.
3.      Anak, sekolah, dan pendidikan itu sendiri dikondisikan oleh kekuatan
budaya dan sosial.
4.      Rekonstruktivisme menekankan pada pengalaman yang dimiliki para siswa
dengan interaksi ekstensif antara guru dan siswa dan diantara para siswa itu
sendiri.
Melalui suatu pendekatan rekonstruktivisme sosial pada pendidikan, para siswa
belajar metode-metode yang tepat untuk berhadapan dengan krisis-krisis
signifikan yang melanda dunia.

Kekurangannya:
1. Karena tujuan sekolah adalah mengembangkan rekayasa sosial, beban
dan tanggung jawab sekolah sangatlah berat.
2. Tawaran pemikiran yang direkomendasikan oleh rekonstruktivismeme
seperti keterlibatan aktif dunia pendidikan pada dunia politik akan berdampak
buruk pada aktivitas pendidikan yang secara akdemik terlalu sakral yang
kemudian untuk dicemari oleh intrik-intrik poloitik yang kotor dan menghalalkan
segala cara untuk memuaskan nafsu kekuasaan sebuah kelompok politik
tertentu.
3. Rekonstruktivismeme bersifat makro, dan kurang menitikberatkan pada
individu, padahal pendidikan seharusnya bertujuan untuk membangun
kepribadian yang didalamnya terdapat kebagusan akal budi dan moralitas
individu (ahlak). Pendidikan tidak hanya ingin melahirkan para aktivis sosial,
akan tetapi juga manusia yang bermoral, berkarakter, dan memiliki spiritualitas
cukup.
4. Gagasan-gagasan yang ada di dalam rekonstruktivismeme sangat teoritik
dan cenderung tidak realistik. Karena gagasan seperti pembentukan tatanan
sosial baru yang sangat ideal sebagai solusi atas bencana kemanusiaan yang
terjadi, ibarat “mimpi disiang bolong”, sebab upaya tersebut seolah mengabaikan
kondisi rill umat manusia saat ini.

Anda mungkin juga menyukai