100%(3)100% menganggap dokumen ini bermanfaat (3 suara)
2K tayangan13 halaman
Dokumen tersebut membahas dua pendekatan pembelajaran yaitu pendekatan holistik dan konstruktivisme serta pendekatan experiential learning dan multiple intelligence. Pendekatan holistik menekankan pembelajaran secara keseluruhan, sedangkan pendekatan konstruktivisme menekankan pengetahuan sebagai konstruksi siswa. Pendekatan experiential learning menekankan pengalaman langsung siswa, sedangkan pendekatan multiple intelligence menyatakan bahwa setiap siswa memiliki
Dokumen tersebut membahas dua pendekatan pembelajaran yaitu pendekatan holistik dan konstruktivisme serta pendekatan experiential learning dan multiple intelligence. Pendekatan holistik menekankan pembelajaran secara keseluruhan, sedangkan pendekatan konstruktivisme menekankan pengetahuan sebagai konstruksi siswa. Pendekatan experiential learning menekankan pengalaman langsung siswa, sedangkan pendekatan multiple intelligence menyatakan bahwa setiap siswa memiliki
Dokumen tersebut membahas dua pendekatan pembelajaran yaitu pendekatan holistik dan konstruktivisme serta pendekatan experiential learning dan multiple intelligence. Pendekatan holistik menekankan pembelajaran secara keseluruhan, sedangkan pendekatan konstruktivisme menekankan pengetahuan sebagai konstruksi siswa. Pendekatan experiential learning menekankan pengalaman langsung siswa, sedangkan pendekatan multiple intelligence menyatakan bahwa setiap siswa memiliki
MODUL 6 PENDEKATAN PEMBELAJARAN DI SEKOLAH MODUL 6 KB :1
Pendekatan Pembelajaran Holistik dan konstruktivisme Ada dua
istilah yang berkaitan erat dengan pembelajaran, yaitu pendidikan dan pelatihan. Pendidikan lebih menitikberatkan pada pembentukan dan pengembangan kepribadian, sehingga memiliki pengertian yang lebih luas. Sedangkan pelatihan lebih menekankan pada pembentukan keterampilan. Pendidikan dilaksanakan dalam lingkungan sekolah, sedangkan pelatihan pada umumnya dilaksanakan dalam lingkungan industri. Akan tetapi, pendidikan kepribadian saja belum cukup. Para siswa perlu juga memiliki keterampilan agar dapat bekerja, bereproduksi, dan menghasilkan berbagai hal yang diperlukan untuk memenuhi kebutuhannya. . (Oemar Hamalik, 1999) Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa pendekatan pembelajaran pada hakikatnya merupakan kerangka acuan yang dianut seorang guru dalam praktek pembelajaran yang dilakukan melalui pengorganisasian siswa dan pengolahan pesan untuk mencapai sasaran belajar berupa peningkatan kemampuan kognitif, afektif dan psikomotor serta kepribadian siswa secara keseluruhan. A. Pendekatan Holistik Pendekatan Holistik atau terpadu dalam pembelajaran, diilhami oleh Psikologi Gelstalt yang dipelopori oleh Wertheimer, Koffka, dan Kohler. Menurut mereka, objek atau peristiwa tertentu akan dipandang oleh individu sebagai suatu keseluruhan yang terorganisasikan. Suatu objek atau peristiwa akan dapat dilihat maknanya jika diamati dari segi keseluruhannya dan keseluruhan itu bukan jumlah bagian-bagian. Aplikasi, teori Gestalt dalam pendekatan pembelajaran antara lain adalah dalam hal-hal sebagai berikut (Moh.Surya, 1999): 1. Pengalaman memahami (insight) 2. Pembelajaran yang bermakna (meaningful learning) 3. Perilaku bertujuan (purposive behavior) 4. Prinsip ruang hidup (file space) 5. Transfer dalam pembelajaran B. Pendekatan Konstruktivisme Para penganut kontruktivisme berpendapat bahwa pengetahuan itu adalah merupakan kontruksi dari kita yang sedang belajar. Pengetahuan bukanlah kumpulan fakta dari suatu kenyataan yang sedang dipelajari, tetapi merupakan konstruksi kognitif seseorang terhadap objek, pengalaman, maupun lingkungannya. Pengetahuan bukanlah sesuatu yang sudah ada di sana dan orang tinggal mengambilnya tetapi merupakan suatu bentukan terus-menerus dari seseorang yang setiap kali mengadakan reorganisa si karena munculnya pemahaman yang baru (Paul Suparno, 1977). • Von Glaserfeld menyebutkan beberapa kemampuan yang diperlukan untuk proses pembentukan pengetahuan itu, seperti: • 1. Kemampuan mengingat dan mengungkapkan kembali pengalaman; • 2. Kemampuan membandingkan dan mengambil keputusan akan kesamaan dan perbedaan; • 3. Kemampuan untuk lebih menyukai suatu pengalaman yang satu daripada yang lain. KB : 2 pendekatan pembelajaran experiential learning dan multiple intelligence
A. Pendekatan Experiential Learning Untuk memahami makna,
experiential learning, yang berarti belajar melalui penghayatan langsung atas pengalaman yang dialami, sebaiknya digunakan pengertian baku yang dapat ditemukan dalam kepustakaan. Hoover (Wisnubrata Hendrojuwana, 1990) mengungkapkan bahwa: “Experiential Learning terjadi apabila siswa secara pribadi bertanggung jawab atas proses pengetahuan, keterampilan, dan/atau sikap dan situasi belajar yang ditandai oleh taraf keterlibatan sangat aktif, baik secara kognitif, afektif, maupun psikomotoris.” Dengan demikian, mengandung arti bahwa ciri experiential learning adalah sebagai berikut: 1. Keterlibatan siswa di mana mereka aktif melakukan sesuatu, 2. Terjadi relevansi terhadap topik pada experiential learning, 3. Tanggung jawab siswa dalam experiential learning ditingkatkan, 4. Penggunaan experiential learning bersifat luwes, baik setting-nya, siswanya, maupun tipe pengalaman belajarnya (termasuk tujuannya). B. Pendekatan Multiple Intelligence Konsep dasar Multiple Intelligence diungkapkan oleh Howard Gadner dalam bukunya “Frames of Mind: yang berbunyi “our culture defined intelligence too narrowly” merupakan dasar pemikiran munculnya teori Multiple Intelligence. Ia memandang bahwa ruang lingkup potensi manusia melebihi skor IQ dan tidak terbatas hanya pada kemampuan memecahkan masalah dan menghasilkan produk. Dalam perspektif pragmatis, konsep inteligensi mulai kehilangan unsur mistisnya dan menjadi lebih fungsional. Gadner (Thomas Amstrong. 1994) telah melakukan pemetaan kemampuan manusia ke dalam tujuh kategori intelegensi yang lebih komprehensif yaitu: a. Kecerdasan bahasa b. Kecerdasan matematika-logika c. Kecerdasan pemahaman ruang d. Kecerdasan musikal e. Kecerdasan interpersonal f. Kecerdasan intrapersonal Hal yang penting tentang teori Multiple Intelegence ialah: a.Setiap individu memiliki ketujuh inteligensi yang unik, b. Individu mengembangkan masing-masing inteligensinya sesuai dengan tingkat tingkat perkembangan, c. Masing-masing inteligensi saling memiliki keterkaitan menjadi sistem yang kompleks, d. Terdapat beragam cara untuk menjadi inteligen dalam setiap kategori inteligensi. Ada tujuh langkah yang harus ditempuh dalam mengembangkan kurikulum yang berbasis teori multiple intelligence, yaitu: 1. Fokuskan topik atau tujuan khusus, tetapkan apakah tujuan berskala besar (untuk jangka panjang), atau bertujuan khusus (mendorong rencana pendidikan siswa secara individual). Tujuan harus dinyatakan secara jelas dan singkat. 2. Munculkan pertanyaan multiple intelligence. 3. Pertimbangkan segala kemungkinan, pikirkanlah metode dan materi yang tepat bahkan tidak tepat. 4. Curah pendapat, kemukakan segala gagasan yang ada dalam pikiran dan usahakan satu ide untuksatu intelligensi kemudian konsultasikan dengan kolega untuk membantu menstimulasi pikiran. 5. Pilihlah aktivitas yang cocok, setelah semua gagasan lengkap maka tentukan pendekatan yang benar-benar operasional dalam adegan pendidikan. 6. Kembangkan urutan tindakan dengan menggunakan pendekatan yang telah dipilih rancanglah rencana pelajaran dan tetapkan alokasi waktu untuk setiap hari pelajaran. 7. Implementasikan rencana, kumpulkan materi yang dibutuhkan, pilihlah waktu yang tepat dan kemudian laksanakan rencana belajar. Modifikasi dapat dilakukan selama proses implementasi strategi.