Anda di halaman 1dari 9

Tugas 2

MATA KULIAH
PERKEMBANGAN PESERTA DIDIK

DISUSUN OLEH:
AMILA DWIRISKY
NIM:858862164

MAHASISWA UNIVERSITAS TERBUKA


FAKULTAS FKIP
PGSD
UPBJJ MALANG

Fakultas Keguruan dan ilmu Pendidikan


Universitas Terbuka
Kata Pengantar

Puji syukur ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa. Atas rahmat dan hidayah-Nya, penulis dapat menyelesaikan
tugas 1 "pengantar pendidikan" dengan tepat waktu.
 
Makalah disusun untuk memenuhi tugas 2 Mata Pelajaran perkembangan peserta didik. Selain itu, makalah ini
bertujuan untuk mengembangkan kemampuan mahasiswa memahami hakikat pertumbuhan dan perkembangan
peserta didik mulai sejak usia dini, sekolah dasar, menengah dan dewasa. Memahami aspek-aspek pertumbuhan
dan perkembangan berdasarkan tahap-tahap perkembangannya (anak, remaja dan dewasa). Memahami tugas-
tugas perkembangan manusia dan implikasinya dalam penyelenggaraan pendidikan dari usia anak, remaja dan
dewasa, dan mampu mengidentifikasi masalah-masalah yang mungkin terjadi pada setiap tahap-tahap
perkembangan dan implikasinya dalam proses pendidikan. Serta mampu mengembangkan program
belajar/kegiatan sebagai solusi dalam mengatasi masalah di setiap tugas perkembangan manusia (anak, remaja
dan dewasa). Adapun dalam makalah ini, kami membahas tentang perkembangan Bahasa anak, pengembangan
cara berpikir matematis anak, dan perancangan pembelajaran dengan mempertimbangkan sosial emosionl anak.
Makalah ini disusun berdasarkan dari Modul MKDK4001 dan referensi sumber google.

Penulis mengucapkan terima kasih kepada Bapak/Ibu guru Mata Pelajaran Perkembangan peserta didik. Ucapan
terima kasih juga disampaikan kepada semua pihak yang telah membantu diselesaikannya makalah ini.
 
Penulis menyadari makalah ini masih jauh dari sempurna. Oleh sebab itu, saran dan kritik yang membangun
diharapkan demi kesempurnaan makalah ini.
 

Kediri, 10 mei 2023

Amila Dwirisky
Pembahasan
1.  Menjelaskan cara pengembangan bahasa anak

Pengertian Perkembangan Bahasa


(Simandjuntak dan Pasaribu, 1984:49) mengatakan bahwa anak mempunyai potensi untuk
mengungkapkan apa yang ada di dalam pikiran dan hatinya melalui suara. Pertumbuhan suara akan membentuk
bahasa.Bahasa adalah ucapan mengenai pikiran dan perasaan manusia dengan menggunakan alat bunyi yang
teratur. Dengan berkembangnya bahasa pada anak akan memudahkan anak berkomunikasi dan mengutarakan
apa yang ia inginkan dan ia rasakan kepada orang lain terlebih kepada teman
sebaya. Oleh karena itu, perlunya guru memahami konsep dari perkembangan bahasa pada anak.
Selanjutnya, menurut Patmonodewo (2008:29) “Perkembangan bahasa pada anak secara perlahan
beralih dari melakukan ekspresi suara lalu berekspresi dengan berkomunikasi, dan dari hanya berkomunikasi
dengan menggunakan gerakan dan isyarat untuk menunjukkan keinginannya, berkembang menjadi komunikasi
melalui tuturan yang tepat dan jelas”. Tahapan perkembangan anak yang diungkapkan melalui
pikiran dan menggunakan kata-kata yang menandakan meningkatnya kemampuan dan keterampilan anak sesuai
dengan tahap pengembangannya.
Berdasarkan beberapa pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa perkembangan bahasa anak dimulai
sejak bayi, yang berlandaskan pada pengalaman, kecakapan dan progres dalam berbahasa. Perkembangan
bahasa merupakan media yang efektif bagi anak dalam menjalin komunikasi sosial. Dengan berkembangnya
bahasa pada anak akan memudahkan anak dalam mengutarakan apa yang ia inginkan dan
sampaikan kepada orang lain. Oleh karena itu, pengembangan bahasa untuk anak usia dini bertujuan agar anak
mampu berkomunikasi dengan
baik.

Dasar Perkembangan Bahasa AUD


Bahasa memegang peranan penting daIam pembaharuan dan peningkatan mutu pendidikan. Khususnya
di TK, fungsi bahasa ini dijelaskan dalam Depdikbud (1996) bahwa pengembangan kemampuan berbahasa anak
di TK bertujuan agar anak dapat berkomunikasi dengan lingkungannya. Lingkungan yang dimaksud yaitu,
lingkungan teman sebaya, maupun dengan lingkungan di sekitar tempat tinggalnya. Oleh karena itu,
pemahaman tentang perkembangan bahasa anak tidak boleh dianggap sebagai hal yang biasa karena guru harus
memiliki pengetahuan tentang perkembangan bahasa. Maka hal ini diharapkan menjadi dasar dan ramburambu
pada saat guru melaksanakan program pembelajarannya.
Dapat disimpulkan bahwa pengertian pengembangan bahasa AUD dalam tulisan ini adalah upaya kita
dalam rangka pencapaian tujuan pendidikan AUD dalam mengembangkan bahasanya. Yang lebih
difokuskan pada ruang lingkup pengembangan bahasa yang tertuang dalam Satuan Pendidikan TK. Untuk dapat
mencapai tujuan tersebut, pemahaman guru tentang berbahasa khususnya menyimak dan berbicara
perlu dipahami secara baik.
Metode Pengembangan Bahasa AUD
Seseorang akan cakap berbicara karena mempunyai alat bicarayang sempurna dan perbendaharaan
bahasa yang cukup, serta mampu mengungkapkannya. Untuk itu, sejak kecil anak perlu mengembangkan
bahasanya, yakni dengan memberikan kesempatan secara alamiah. Keterampilan berbicara akan lebih mudah
dikembangkan apabila anak memperoleh kesempatan mengomunikasikan sesuatu seeara alami kepada orang
lain, dalam kesempatan-kesempatan yang bersifat informal (Rofi'uddin dan Zuchdi, 2001: l3). Oleh karena itu,
dalam kesempatan yang bersifat formal seperti hal nya dalam kehidupan di sekolah, guru-guru harus kreatif
menciptakan sarana dan suasana belajar bahasa yang memungkinkan terjadinya komunikasi yang alamiah.
Pembelajaran bahasa pada anak ini terdiri dari beberapa metode pembelajaran yang sesuai dengan
kebutuhan anak. Teknik atau metode pembelajaran tertentu tidak dimaksudkan lebih baik dari metode lainnya.
Metode pembelajaran bahasa pada anak disesuaikan dengan kebutuhan, dan kemampuan anak dalam
menerimanya. Metode pembelajaran dipilih sesuai dengan tipe, kebutuhan anak dan kemungkinan metode yang
paling efektif untuk diterapkan. Salah satu metode yang dapat diterapkan ialah metode bercerita dijelaskan
sebagai berikut.
Metode Bercerita dalam Perkembangan Bahasa AUD
Dalam proses pembelajaran anak usia dini, ada beberapa metode yang dapat diterapkan salah satunya
adalah metode bercerita. Bercerita adalah menyampaikan sesuatu yang berisi tentang suatu kejadian yang
disampaikan melalui audio dan visual, dengan tujuan memberikan pengetahuan dan pesan dalam cerita tersebut
(Bachir, 2005:10). Bercerita adalah menyampaikan sesuatu yang berisi perbuatan, pengalaman atau
sesuatu kejadian yang nyata maupun yang rekaan belaka. Metode bercerita merupakan salah satu proses belajar
bagi anak TK dengan menyajikan cerita kepada anak.
Bercerita menanamkan kemampuan berpikir dan memberikan peluang bagi anak untuk belajar menelaah
kejadian-kejadian disekelilingnya. Berbagai macam cerita, diungkapan dengan perasaan yang sesuai dengan apa
yang dialami, dirasakan, dan dilihat berdasarkan pengalaman yang diperoleh. (Tarigan, 1981:35) menyatakan
bahwa cerita merupakan salah satu dari keterampilan berbicara yang bertujuan untuk
memberikan informasi. Dengan bercerita seseorang dapat menyampaikan suatu informasi kepada orang lain.
Hal ini juga berlaku pada AUD dengan adanya metode bercerita mereka secara tidak sadar pasti melakukan
proses bercerita ini kepada teman sebaya, kepada keluarga, maupun kepada lingkungan sekitar. Kegiatan
bercerita merupakan salah satu metode yang digunakan guru dalam memberikan pembelajaran agar anak
memahami isi cerita yang disampaikan dengan lebih optimal. Adapun tujuan dari metode bercerita menurut
Moeslichatoen (2004:170) adalah sebagai berikut :
a. Menanamkan nilai-nilai sosial, moral dan keagamaan dan memberikan informasi tentang lingkungan sekitar.
b. Agar anak mampu memahami pesan-pesan yang disampaikan melalui kegiatan bercerita.
c. Agar anak mampu mendengarkan dengan seksama terhadap apa yang disampaikan orang lain.
d. Agar anak dapat berpikir dan bertanya apabila tidak memahaminya.
e. Agar anak mampu menjawab pertanyaan yang diutarakan orang lain.
f. Agar anak mampu menceritakan dan mengekspresikan apa yang didengarnya, sehingga pesan dari isi cerita
dapat disampaikan dan dipahami orang lain.

Referensi:ders/osfstorage/5c5aca51e16f5500178ce4ee?action=download&direct&version=1
2. Mejelaskan cara pengembangan cara berpikir matematis anak
Pendidikan merupakan bidang penting dalam menentukan kualitas suatu bangsa.
Pendidikan formal ditandai dengan adanya mata pelajaran yang diberikan di sekolah dan diatur
oleh kurikulum. Trianto (2011:1) menyatakan bahwa pendidikan bertujuan untuk
mengembangkan potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada
Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi
warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab. Matematika sebagai salah satu mata
pelajaran di sekolah. Matematika dengan berbagai peranannya menjadikannya sebagai ilmu yang
sangat penting dan salah satu peranan matematika adalah sebagai alat berpikir untuk
menghantarkan siswa memahami konsep matematika yang sedang dipelajarinya.

Berdasarkan perkembangannya, maka masalah yang dihadapi dalam pembelajaran matematika


semakin lama semakin rumit dan mengarahkan pada tujuan pendidikan abad 21 yang
kreatif. Sehingga dalam pembelajaran sangat diperlukan kemampuan pemahaman matematis dan
cara berpikir yang kreatif, agar mampu menyelesaikan persoalan-persoalan matematika. Bagi
seorang guru dalam mengembangkan kemampuan pemahaman matematis dan kemampuan
berpikir kreatif pada siswa tidaklah mudah, akan tetapi tidak boleh cepat menyerah sebab cara
seseorang untuk dapat memahami dan berpikir sangat ditentukan oleh lingkungan dimana ia
hidup bahkan di saat kapan (terlebih di situasi pandemi Covid-19). Sebagaimana peranan guru
dalam kerangka menjalankan fungsi dan dan mewujudkan tujuan pendidikan nasional maka
sudah seharusnya seorang guru memiliki empat kompetensi yakni pedagogik, kepribadian,
sosial, maupun profesional dalam membelajarkan matematika.

Dalam menghadapi dan menyikapi kurikulum yang menekankan pendekatan saintifik, penguatan
karakter, berpikir tingkat tinggi di setiap satuan pendidikan sehingga dituntut harus mampu
merencanakan sendiri materi pelajarannya untuk mencapai kompetensi yang telah ditetapkan.
Implementasi kurikulum sekarang ini sebenarnya membutuhkan penciptaan iklim pendidikan
yang memungkinkan tumbuhnya semangat intelektual dan ilmiah bagi setiap guru, mulai dari
rumah, sekolah, maupun masyarakat. Lebih spesifiknya di masa pandemi Covid-19 ini, setiap
guru semakin tertantang dalam membuat pembelajaran jarak jauh tetapi tetap bermakna. Hal ini
berkaitan dengan adanya pergeseran peran guru yang semula sebagai instruktur dan kini menjadi
fasilitator pembelajaran. Banyak guru semakin belajar menjadi brainware pendidikan yang
handal semisal mampu menggunakan software Camtasia mengedit video pembelajaran, software
Geogebra dan Autograph menyajikan media pembelajaran matematika, bahkan menggunakan
media online (daring) dalam memberdayakan belajar jarak jauh.

Hingga saat ini, pembelajaran untuk meningkatkan kemampuan pemahaman dan keterampilan


berpikir keatif dalam memecahkan masalah belum begitu membudaya. Kebanyakan peserta didik
terbiasa melakukan kegiatan belajar berupa menghafal tanpa dibarengi pengembangan
pemahaman dan keterampilan berpikir kreatif. Untuk menyikapi permasalahan ini maka perlu
dilakukan upaya pembelajaran berdasarkan teori kognitif yang di dalamnya termasuk teori
belajar konstruktivisme.

Untuk menumbuhkembangkan kemampuan berpikir kreatif matematis siswa, guru harus


mengupayakan pembelajaran dengan menggunakan model-model belajar yang dapat memberi
peluang dan mendorong siswa untuk belajar secara mandiri. Perlu diketahui bahwa setiap siswa
mempunyai kemampuan yang berbeda dalam memahami matematika. Ruseffendi (1991:51)
menyatakan bahwa dari sekelompok siswa yang dipilih secara acak akan selalu dijumpai siswa
yang memiliki kemampuan tinggi, sedang, dan rendah. Perbedaan kemampuan yang dimiliki
siswa bukan semata-mata merupakan bawaan dari lahir, tetapi juga dapat dipengaruhi oleh
lingkungan. Oleh karena itu, pemilihan lingkungan belajar khususnya model pembelajaran
menjadi sangat penting untuk dipertimbangkan artinya pemilihan model pembelajaran harus
dapat mengakomodasi kemampuan matematika siswa yang heterogen sehingga dapat
memaksimalkan hasil belajar siswa.

Ada banyak model pembelajaran yang bisa digunakan dalam upaya menumbuhkembangkan
kemampuan berpikir kreatif matematis tersebut, salah satu model pembelajaran yang diduga
akan sejalan dengan karakteristik matematika dan harapan kurikulum yang berlaku pada saat
ini adalah model pembelajaran berbasis masalah (Problem Based Learning atau PBL). Model ini
merupakan pendekatan pembelajaran peserta didik pada masalah autentik (nyata) sehingga
peserta didik dapat menyusun pengetahuannya sendiri, menumbuhkembangkan keterampilan
yang tinggi dan inkuiri, memandirikan peserta didik, dan meningkatkan kepercayaan dirinya
(Trianto, 2011:92).

Pembelajaran dengan pembelajaran model Problem Based Learning (PBL) adalah salah satu


pembelajaran yang berpusat pada siswa sedangkan guru sebagai fasilitator. Pembelajaran
berbasis masalah adalah pembelajaran yang menggunakan masalah dunia nyata sebagai suatu
konteks bagi siswa untuk belajar berpikir kreatif dan keterampilan pemecahan masalah, serta
untuk memperoleh pengetahuan dan konsep yang esensi dari materi pelajaran. Masalah
kontekstual yang diberikan bertujuan untuk memotivasi siswa, membangkitkan gairah belajar
siswa, meningkatkan aktivitas belajar siswa, belajar terfokus pada penyelesaian masalah
sehingga siswa tertarik untuk belajar, menemukan konsep yang sesuai dengan materi pelajaran,
dan dengan adanya interaksi berbagi ilmu antara siswa dengan siswa, siswa dengan guru,
maupun siswa dengan lingkungan maka siswa diajak untuk aktif dalam pembelajaran.

Sebagai contoh soal diberikan adalah: Gambarlah 3 buah titik A, B, dan C yang tidak segaris
dalam sebuah diagram kartesius. Kemudian tentukan sebuah titik D sehingga ABCD merupakan
sebuah jajar genjang. Jelaskan cara memperoleh titik D tersebut! Dengan penyelesaian:
Menggambar titik koordinat tidak segaris (memungkinkan aspek keaslian) sesuai keinginan titik
koordinat yang dibuat oleh siswa). Misalnya titik A(1,2); B(5,1); dan C(7,5). Dengan buatan
siswa maka akan mudah ditempatkan titik D. Ditempatkan titik D(5,5) sehingga keempat titik
dihubungkan membentuk jajar genjang. Jadi, jawaban akan benar-benar asli dimana titik A, B,
dan C, sesuai keinginan masing-masing tetapi akan terikat pada penentuan titik D. 

Pada tahap kedua, seseorang seakan-akan melepaskan diri secara sementara dari masalah
tersebut. Tahap ini penting sebagai awal proses timbulnya inspirasi yang merupakan titik mula
dari suatu penemuan atau kreasi baru dari daerah prasadar. Pada tahap ketiga, seseorang
mendapatkan sebuah pemecahan masalah yang diikuti dengan munculnya inspirasi dan ide-ide
yang mengawali dan mengikuti munculnya inspirasi dan gagasan baru. Pada tahap terakhir
adalah tahap seseorang menguji dan memeriksa pemecahan masalah tersebut terhadap realitas.
Disini diperlukan pemikiran kritis (konvergen). Pada tahap verifikasi ini seseorang setelah
melakukan berpikir kreatif maka harus diikuti dengan berpikir kritis. Maka sangat dibutuhkan
analisis kesulitan proses berpikir kreatif matematis siswa setelah diberikan pembelajaran model
PBL.

Sebagai contoh soal lain adalah “Pak Budi memiliki tanah berbentuk persegi seluas 1 hektar dan
akan dibagikan kepada kedua anaknya sebagai warisan. Bantulah Pak Budi membagikan
tanahnya agar anaknya mendapat warisan sama luas?”. Jawaban peserta didik bisa beraneka
ragam sesuai kemampuannya. Pertama sekali siswa lancar menjawab pertanyaan dengan
membagi persegi menjadi dua persegi panjang, lalu diberikan scaffolding sehingga mampu
membagi persegi menjadi dua buah segitiga. Semakin mencoba proses berpikir ternyata siswa
menemukan cara untuk membagi persegi dengan bantuan setengah lingkaran. Hal itulah proses
demi proses generasi bangsa akan bisa semaki kreatif. Dengan mengembangkan pembelajaran
matematika yang sesuai pada kebutuhan dan sumber daya yang ada serta berpandangan pada
tuntutan era globalisasi dan kurikulum diharapkan mampu meningkatkan kemampuan berpikir
kreatif matematis siswa.

Referensi:https://ayoguruberbagi.kemdikbud.go.id/artikel/berpikir-kreatif-matematis-siswa/

3. Menjelaskan merancang pembelajaran dengan mempetimbangkan sosial emosional


anak 

A.Strategi Perencanaan Pembelajaran

Strategi merupakan suatu bentuk rangkaian proses yang akan dijalani sehinggadengan
adanya strategi akan memudahkan dalam mencari jenis yang akan dilakukandan mencapai tujuan
yang diharapkan. Pada pembelajaran anak usia dini tentunyauntuk mencapai kompetensi
dari setiap perkembangan anak. Strategi merupakansebuah rencana yang komprehensif
mengintegrasikan segala Resounces dan capabilities yang mempunyai tujuan jangka panjang
untuk memenangkan kompetensi(Naway, 2016). Perencanaan adalah proses dasar dimana
manajemen memutuskantujuan dan cara memutuskannya (Suryana & Rizka, 2019). Sedangkan
menurutLestaningrum (2017) perencanaan adalah suatu rangkaian persiapan tindakan
untukmencapai tujuan.

Menurut Suryana (2019) pembelajaran adalah proses melalui aktivitas yangterorganisasi atau
perubahan melalui aktivitas untuk menghadapi situasi, membentukkarakter setiap aktivitas
menuju kedewasaan. Setiap pembelajaran yang terlaksanamemiliki target, sasaran ataupun
tujuan. Pembelajaran merupakan suatu proses yangdilakukan oleh guru yang telah diprogram
dalam rangka membelajarkan siswa untukmencapai tujuan pembelajaran yang telah ditentukan
sesuai dengan petunjukkurikulum yang berlaku (Naway, 2016). Selanjutnya dikemukakan
Suryana (2019) bahwa perencanaan pembelajaran pada anak usia dini merupakan suatu rencana
yangdisusun oleh guru untuk melaksanakan proses belajar mengajar dengan memiliki pengaturan
yang cermat pada setiap aktivitas serta memperhatikan isi kegiatan, metodedan evaluasi yang
sesuuai dengan kemampuan anak
B.Perkembangan Sosial Emosional

Menurut Suyadi (2010), perkembangan sosial adalah tingkat jalinan interaksi anakdengan
orang lain, mulai dari orang tua, saudara, teman bermain, hingga masyarakatsecara luas. Entri
poin dalam pendapatnya, Suyadi menekankan pentingnya pembekalan interaksi yang baik
kepada anak dalam bersosial bersama orang-orang disekitarnya. Sejalan dengan pendapat di atas,
Masganti Sitorus (2017) mengemukakan bahwa perkembangan sosial merupakan kematangan
yang dicapai dalam hubungansosial. Perkembangan sosial dapat juga dimaknai sebagai proses
belajar untukmenyesuaikan diri terhadap norma-norma yang berlaku serta meleburkan diri dalam
bergaul dan bersosial di masyarakat.

Menurut Suyadi (2010), perkembanganemosional adalah luapan perasaan ketika anak


berinteraksi dengan orang lain. Sosial dan Emosional merupakan dua hal yang saling
berhubungan. Hal ini karena perkembangan sosial merupakan aspek yang berkaitan dengan
kemampuan anakdalam berinteraksi, sedangkan perkembangan emosional adalah kemampuan
anakdalam mengelola emosi secara efektik ketika berinteraksi dengan yang lain (Santrock,2014).
Ananda Rizki & Fadhilaturrahmi (2018) dalam artikelnya menuliskan bahwa pengertian
perkembangan sosial emosional pada anak usia dini, yakni kemampuananak dalam mengelola
emosi positif dalam bersosialisasi atau dalam mengadakaninteraksi sosial. Untuk dapat
melakukan interaksi sosial diperlukan pengembangansosial emosional yang baik. Intervensi
pengembangan sosial emosional sangat penting untuk persiapan anak-anak di sekolah dan untuk
kesejahteraaan seumur hidup (Mooreet al dalam Suryana dkk., 2020).

Referensi:https://www.academia.edu/49071401/
STRATEGI_PERENCANAAN_PEMBELAJARAN_DALAM_MENSTIMULASI_SOSIAL_E
MOSIONAL_ANAK_USIA_DINI_SELAMA_PANDEMI_COVID19
Daftar Pustaka
Simandjuntak dan Pasaribu, 1984:49. potensi untuk mengungkapkan apa yang ada di dalam
pikiran dan hatinya melalui suara
Patmonodewo (2008:29). Perkembangan bahasa pada anak
Bachir, (2005:10). metode bercerita
Moeslichatoen (2004:170). tujuan dari metode bercerita
Trianto (2011:1). pendidikan bertujuan untuk mengembangkan potensi peserta didik
Suryana & Rizka, 2019. Perencanaan proses pembelajaran
Suyadi (2010). Perkembangan emosional

Anda mungkin juga menyukai