Anda di halaman 1dari 17

MAKALAH

ISLAM SEBAGAI OBJEK AJARAN KAJIAN


ILMIAH

( Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas kelompok )

Mata Kuliah : Pengantar Studi Islam


Dosen Pengampu : Junaidi, M.Pd.I

Disusun Oleh :
Ibnuh Sulaiman ( 201993010905 )
Rohmatullah ( 201993010924 )
M. Syamsul Maarif ( 201993010915 )

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM


SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM
DARUL HIKMAH
BANGKALAN
2020
KATA PENGANTAR

Tiada kata yang patut kami ucapkan selain puji dan syukur dengan
mengucapkan Alhamdulillah kehadirat Allah Swt atas segara berkat, rahmat dan
hidayat-Nya yang selalu senantiasa diberikan kepada kami selaku penyusun
makalah ini sehingga kami dapat meyelesaikan makalah ini dengan judul

“ ISLAM SEBAGAI OBJEK AJARAN KAJIAN ILMIAH ”

Dalam meyusun makalah kami meyadari sepenuhnya bahwa makalah ini


masih jauh dari kata sempurna. Maka dari itu kami selaku penyusun makalah ini
sangat mengharapkan kritik & saran yang membangun guna kesempurnaan
makalah yang telah kami susun ini.

Akhir kata, kami berharap bahwa makalah ini dapat berguna dan dapat
memberi manfaat baik siapapun yang membaca makalah ini.

Bangkalan, 06 Oktober 2020

Penyusun
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR...............................................................................................i

DAFTAR ISI............................................................................................................ii

BAB I PENDAHULUAN.......................................................................................1

A. Latar Belakang Masalah...............................................................................1

B. Rumusan Masalah........................................................................................2

C. Tujuan Penyusunan......................................................................................2

D. Metode Penyusunan.....................................................................................3

BAB II PEMBAHASAN........................................................................................4

A. Islam Sebagai Sumber..................................................................................4

B. Islam Sebagai Pemahaman...........................................................................5

C. Islam Sebagai Metode Penelitian.................................................................8

D. Islam Sebagai Produk Sejarah....................................................................11

BAB III PENUTUP...............................................................................................12

A. Kesimpulan.................................................................................................12

B. Saran...........................................................................................................13

DAFTAR PUSTAKA............................................................................................14
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Pengkajian Islam dasarnya meliputi pengkajian terhadap Islam sebagai


agama, dan pengkajian terhadap seluruh unsur yang dihubungkan dengan Islam,
dan dengan kehidupan umat Islam. Namun tak hanya itu, islam selalu menarik
perhatian pada siapa saja yang ingin mengenal lebih dalam. Muslim dan non-
muslim berbondong-bondong untuk menyelidiki dan mempelajari islam sebagai
beberapa aspek. Hal ini telah terbukti dari berbagai ilmuwan yang telah
melakukan penelitian terhadap islam sendiri. Sehingga terciptalah sebagai suatu
objek kajian ilmu, sehingga di dalam dunia ilmu pengetahuan dikenal ilmu-ilmu
keislaman.

Ilmu-ilmu keislaman tersebut ada yang terkait langsung dengan


pelaksanaan ajaran Islam sebagai agama yang termuat di dalam Alquran dan
Hadis Nabi Muhammad. seperti Ilmu-ilmu Alquran (Ulumul Quran), Ulumul
Hadis, Ilmu Kalam, Ilmu Fikih, Ilmu Tasawuf; ada pula yang berhubungan
dengan alam semesta sebagaimana yang diisyaratkan oleh Alquran untuk
memperhatikan dan menyelidiki alam semesta ciptaan Allah, yang selanjutnya
melahirkan ilmu-ilmu kealaman, seperti ilmu biologi, fisika, kimia, astronomi,
geografi, dan lain-lain.

Di samping itu, ada lagi ilmu-ilmu yang berhubungan dengan manusia,


karena Alquran juga mendorong manusia untuk mengkaji dirinya dan
hubungannya dengan sesamanya dan apa yang ada di sekitarnya, sehingga
melahirkan berbagai ilmu-ilmu sosial dan ilmu humaniora, seperti ilmu
antropologi, sosiologi, psikologi, ilmu hukum, ilmu ekonomo, ilmu bahasa, seni,
sastra, dan lain-lain. Karena ilmu-ilmu tersebut diperintahkan atau diisyaratkan
oleh Alquran dan Hadis sebagai sumber ajaran Islam untuk dikaji dan dikuasai,
dan umat Islam mengkajinya dengan menjadikan Islam sebagai norma dasar dan

1
acuannya, maka ilmu-ilmu tersebut dihubungkan dengan Islam, sehingga disebut
sebagai ilmu-ilmu keislaman.

Dengan adanya variasi ilmu-ilmu keislaman karena bervariasinya objek


dan skope kajiannya sebagaimana dijelaskan di atas, maka sebagai konsekuensi
logisnya adalah lahirnya berbagai metode dan pendekatan dalam mengkaji Islam.
Dari rangkaian yang telah dijabarkan, maka hal inilah yang akan menjadi latar
belakang islam sebagai objek kajian.1

Jadi, menjadikan islam sebagai objek kajian berarti mempelajari apa yang dipahami oleh
pemikir-pemikir yang telah mengkaji ajaran-ajaran Islam yang melahirkan bentuk pemahaman
atau kajian tertentu.2

B. Rumusan Masalah

Untuk lebih memudahkan dalam memahami makalah ini maka Penyusun


membuat rumusan sebagai berikut:

1. Apa yang dimaksud dengan Islam sebagai Sumber


2. Apa yang dimaksud dengan Islam sebagai Pemahaman
3. Apa yang dimaksud dengan Islam sebagai Metode Penelitian
4. Apa yang dimaksud dengan Islam sebagai Produk Sejarah

C. Tujuan Penyusunan

1. Untuk mengetahui Islam sebagai Sumber


2. Untuk mengetahui Islam sebagai Pendekatan
3. Untuk mengetahui Islam sebagai Metode Penelitian
4. Untuk mengetahui Islam sebagai Produk Sejarah

1
Aini Cahyati, dkk "ISLAM SEBAGAI OBJEK KAJIAN" :
https://www.academia.edu/40720634/ISLAM_SEBAGAI_OBJEK_KAJIAN Diakses pada tanggal 06 Oktober
2020
2
M. ROIS ABDILLAH, "ISLAM SEBAGAI OBJEK KAJIAN" :
https://www.academia.edu/36717700/Islam_Sebagai_Objek_Kajian Diakses pada tanggal 06 Oktober 2020

2
D. Metode Penyusunan

Penyusun memperoleh materi yang diperlukan dengan melakukan studi


pustaka. Untuk melakukan studi kepustakaan,, artikel terkait dan jurnal kampus
adalah merupakan suatu tempat yang tepat guna memperoleh  bahan-bahan dan
informasi yang relevan untuk  dikumpulkan, dibaca, dikaji, dan dimanfaatkan
dalam proses penyusunan makalah ini. Penyusun membaca buku, e-book, jurnal
dan artikel yang berkaitan dengan judul makalah ini.

3
BAB II

PEMBAHASAN

A. Islam Sebagai Sumber

Islam adalah agama yang memiliki ajaran yang integral meliputi material dan
spiritual, kejasmanian dan kerohanian, duniawi dan ukhrawi. Mencakup hal-hal
yang bersangkutan dengan individual, sosial dan universum (kesemestaan).
Merangkum aqidah atau keyakinan dan syari’at atau tata kehidupan, juga meliputi
tauhid, fiqh dan tasawuf. Keseluruhan ajaran tersebut terangkum dalam sumber
Islam sebagaimana tersurat dan tersirat dalam Al-Qur’an dan Hadits.
Islam adalah agama yang memiliki ajaran yang integral meliputi material
dan spiritual, kejasmanian dan kerohanian, duniawi dan ukhrawi. Mencakup hal-
hal yang bersangkutan dengan individual, sosial dan universum (kesemestaan).
Merangkum aqidah atau keyakinan dan syari’at atau tata kehidupan, juga meliputi
tauhid, fiqh dan tasawuf. Keseluruhan ajaran tersebut terangkum dalam sumber
Islam sebagaimana tersurat dan tersirat dalam Al-Qur’an dan Hadits. E.S Anshari
dalam bukunya Wawasan Islam menyatakan bahwa Islam bersumber pada kitab
suci, yaitu kodifikasi wahyu Allah SWT untuk ummat manusia diatas planet Bumi
ini, yaitu dalam bentuknya yang terakhir berupa Al-Qur’an al-Karim sebagai
penyempurna wahyu-wahyu Allah sebelumnya, yang ditafsirkan oleh Sunnah
Rasulullah Saw.3 Pendapat diatas diperkuat pula oleh Harun Nasution yang
mengemukakan bahwa Islam pada hakikatnya membawa ajaran-ajaran yang
bukan hanya mengenai satu segi, tetapi mengenai berbagai segi dari kehidupan
manusia. Sumber dari ajaran-ajaran mengambil berbagai aspek itu ialah Al-
Qur’an dan Hadits. Sebagai sumber ajaran Islam, Al-Qur’an selain berfungsi
sebagai petunjuk dan pedoman hidup manusia, juga menjadi hakim bagi kitab-

3
Endang Saifuddin Anshari, Wawasan Islam Pokok - Pokok Fikiran Tentang Islam
dan Ummatnya (Yogyakarta: Raja Wali,1986), Hal. 24.

4
kitab suci yang telah diturunkan Allah SWT terhadap para Rasul-Nya sebelum
Nabi Besar Muhammad Saw.
Di dalam Islam, sumber hukum dilihat dari kesepakatan terbagi kepada
dua, yaitu :
a. Sumber hukum yang disepakati, yaitu Al-Qur’an; As-Sunnah; Ijma; dan
Qiyas.
b. Sumber hukum yang tidak disepakati, yaitu Istishab; Istihsan; Maslahah;
Mur-salah; Urf; Madzhab sahabat; Saddudz Dzara’I dan Dalalah Iqtiron;
dan Ra’yu Nabi.
Kiblat umat Islam ialah Al-Qur’an dan Sunnah yang tidak ada keraguan
didalamnya. Melalui Al-Qur’an dan Sunnah lah Islam dapat dijadikan dalam
segala sumber kehidupan termasuk sumber penggalian ilmu. Perkembangan ilmu
bermula dari sikap manusia yang ingin tahu dan berbagai masalah yang dihadapi
manusia. Karena sikap dan sifat manusia tersebut, maka terdoronglah untuk
mencari jawaban dari berbagai permasalahan yang ada, baik mengenai sosial atau
lingkungan yang ada disekitarnya maupun mengenai alam. Dua pilar utama
pengembangan ilmu pengetahuan adalah penalaran (rasionalitas) dan pengamatan
(empirisme). Keduanya saling berhubungan dan menjadi dasar dari metode
ilmiah.4

B. Islam Sebagai Pemahaman

Islam sebagai pemahaman adalah Islam sebagaimana diinterpretasikan


oleh para ulama. Dalam kenyataannya, kaum muslimin ketika memahami Islam
sudah dalam wujud ajaran atau doktrin yang telah disistematisasikan melalui
proses interpretasi yang dilakukan oleh para ulama. Di sinilah kita mengenal
Islam sebagai madzhab Sunni, Syi’ah, Ahmadiyah, atau yang lainnya. Sekalipun
terdapat perbedaan di sana-sini, tetapi umat Islam dari berbagai madzhab itu
masih bisa menerima masing-masing rumusan, misalnya tentang rukun iman atau
4
Aini Cahyati, dkk "ISLAM SEBAGAI OBJEK KAJIAN" :
https://www.academia.edu/40720634/ISLAM_SEBAGAI_OBJEK_KAJIAN Diakses pada tanggal 06 Oktober
2020 Ha.l v-vii

5
rukun Islam.
Selanjutnya, untuk mendapatkan pemahaman yang benar serta utuh
tentang Islam, dapat ditempuh cara-cara sebagai berikut :
1. Islam harus dipelajari dari sumbernya yang asli, yaitu Al-Qur’an dan Sunnah
Rasulullah. Mempelajari Islam dan memahami Islam dari sebagian ulama dan
pemeluk-pemeluknya yang jauh dari bimbingan Al-Qur’an dan As-Sunnah
dapat menimbulkan kekeliruan dan menjadikan orang tersebut jauh dari
ajaran Islam yang murni. Tauhid/Ilmu Kalam, Filsafat Islam, Fiqh, Akhlak
dan Tasawuf, atau pun yang lainnya dipergunakan sebagai sumber tambahan
untuk memahami Islam;
2. Islam harus dipelajari secara integral, tidak parsial (sepotong-sepotong),
Islam harus dipelajari secara menyeluruh sebagai suatu kesatuan yang utuh
bulat, tidak sebagian saja. Sebab, kalau Islam dipelajari secara parsial,
terutama dalam bidang masalah-masalah khilafiyah, dan hal-hal yang
nampaknya mengandung antagonismeatau pertentangan, bisa menimbulkan
sikap skeptis (ragu; bimbang) terhadap Islam;
3. Islam perlu dipelajari dari literatur dan kepustakaan yang ditulis oleh para
ulama besar, kaum zu’ama dan sarjan-sarjana Muslim. Pada umumnya
mereka memahami Islam secara baik. Pema-haman mereka lahir dari
perpaduan ilmu yang dalam terhadap Al-Qur’an dan As-Sunnah dengan
pengalaman dari praktek ibadah yang dilakukan setiap hari;
4. Kesalahan sementara orang mempelajari Islam ialah dengan jalan
mempelajari kenyataan umat Islam ansich, sehingga sifat kolot,
keterbelakangan dalam pendidikan, kemiskinan dan disintegrasi yang dilihat,
dinilai sebagai Islam;
5. Secara psikologis, manusia karena sifat ego centrisnya, lebih tertarik pada
hal-hal yang bersangkutan dengan kepentingan dirinya atau lingkungannya.
Oleh karena itu, titik tolak pengupasan dan penguraian tentang agama, lebih
tepat apabila dimulai dari hal-hal yang bersangkutan dengan masalah-masalah
kemanusiaan. Ayat-ayat Al-Qur’an yang mula-mula diturunkan pun
bersangkutan dengan masalah-masalah kemanusiaan, seperti perintah

6
membaca.
Selanjutnya, dalam memahami Islam ini, di sini akan dikemuka-kan
pandangan Maulana Muhammad Ali yaitu sebagai berikut :
1. Islam bukan Muhammedanisme, artinya agama Islam tak sekali-kali
dinamakan menurut pendirinya.
2. Kedudukan Islam adalah agama yang terakhir di antara sekalian agama besar
di dunia, juga agama yang melingkupi segala-hal dan mencakup sekalian
agama yang datang sebelumnya.
3. Agama Islam tak boleh dianggap sebagai dogma semata, melainkan
agamayang universal yang memiliki ruang lingkup yang tak terbatas
mengenai kehidupan akhirat saja.
4. Islam sebagi landasan peradaban abadi.
5. Islam adalah kekuatan pemersatu yang paling besar di dunia.
6. Islam juga memecahkan masalah dunia yang besar-besar.
Dari uraian di atas dapat dipertegas di sini bahwa memiliki pemahaman
yang benar tentang Islam merupakan suatu keharusan. Kesalahan dalam
memahami Islam, dapat menimbulkan tindakan yang salah terhadap agama.
Sebagaimana diakui M.M. Ali yang melihat contoh pada masyarakat Rusia yang
mendeskreditkan agama. Hal ini disebabkan oleh adanya salah faham tentang
hakekat agama Islam. Menurutnya, keberatan mereka terhadap agama itu alasan
utamanya ada tiga, yaitu :
1. Agama dianggap membantu terpeliharanya sistem sosial yang melahirkan
kapitalisme, sehingga menghancurkan aspirasi kaum melarat.
2. Agama mengajarkan orang-orang tunduk kepada kepercayaan takhayul,
sehingga merintangi majunya ilmu pengetahuan.
3. Agama mengajarkan orang-orang supaya mencukupi kebutuhan mereka
dengan jalan berdo’a, bukan dengan bekerja keras. Dengan demikian agama
membuat orang menjadi malas.5
C. Islam Sebagai Metode Penelitian

5
Ibid. Hal. vii-ix

7
Menurut bahasa, metode berasal dari bahasa Yunani, yaitu
meta(sepanjang), hodos(jalan). Jadi metode adalah suatu ilmu tentang cara atau
langkah-langkah yang di tempuh dalam suatu disiplin tertentu untuk mencapai
tujuan tertentu. Metodologi adalah bidang penelitian ilmiah yang berhubungan
dengan pembahasan tentang metode-metode yang digunakan dalam mengkaji
gejala-gejala yang terjadi pada alam atau manusia. Suatu metode ilmiah adalah
aturan-aturan yang ‘harus’ diikuti oleh peneliti dalam melakukan kajian terhadap
pokok persoalan yang dikajinya. Sedangkan metodologi penelitian dalam kajian
Islam, secara sederhana, adalah ilmu tentang cara-cara atau metode-metode yang
digunakan secara runtut dalam meneliti, memahami dan menggali ajaran-ajaran
atau pengetahuan-pengetahuan dari sumber-sumber yang diakui oleh pedoman
otoritatif, Al-Qur`an. Dalam skema Al-Qur`an, pengetahuan itu dapat diperoleh
melalui wahyu (haqq al-yaqin), rasionalisme atau inferensi yang didasarkan pada
pertimbangan dan bukti (‘ilm al-yaqin), imperisisme dan melalui persepsi, yakni
dengan observasi, eksperimen, laporan sejarah, deskripsi pengalaman (‘ain
alyaqin).Studi Islam dalam objek kajian ilmiah adalah upaya pengkajian Islam
dengan menerapkan metode-metode ilmiah, khususnya dalam konteks sosial
sains.
Dalam sejarah peradaban Islam, paling tidak ada empat macam metode
dalam kajian-kajian Islam dalam rangka menemukan atau menyelesaikan berbagai
mempersoalan yang dihadapi umat, yaitu:
Pertama, metode Bayani. Metode bayani adalah suatu metode penelitian
untuk menemukan ilmu, dengan melalui usaha maksimal membaca, memahami,
mempelajari dan mengkaji penjelasanpenjelasan dari nash-nash Al-Qur`an dan
Sunah untuk menangkap pesan-pesan yang terdapat di dalamnya. Dengan
demikian, metode bayani ini sangat diperlukan dalam rangka memahami pesan-
pesan yang terdapat dalam wahyu, baik yang ditilawatkan (Al-Quran) maupun
yang tidak ditilawatkan (Sunnah). Di samping itu, alasan lain diperlukan metode
bayani adalah bahwa teks-teks atau sering disebut dengan nash-nash Al-Qur`an
tersebut memiliki aspek lahir dan batin atau simbolis, yang masing-masing
mengandung pesan-pesan yang harus diungkap secara baik dan tepat.

8
Kedua, metode Burhani. Metode burhani adalah suatu metode penelitian
atau penemuan ilmu yang mengandalkan kemampuan berpikir logis, dengan
kaidah-kaidah tertentu yang disusun secara runtut dan sistematis. Metode
semacam ini tentu saja dilakukan untuk memahami suatu objek ilmu (ontologi)
yang non-fisik. Sebab itu, dalam metode penelitian ini, akal sangat berperan.
Kendatipun demikian, untuk menjadikan metode burhani ini menjadi suatu
metode yang akurat dalam penemuan suatu ilmu, haruslah dipenuhi syarat-syarat
atau kaidah-kaidah tertentu. Syarat-syarat dan kaidah-kaidah tersebut telah
dirumuskan dan disusun oleh para filosof Yunani, terutama dalam konteks
metode ini, oleh Aristotels, yang diikuti dan dimanfaatkan oleh para filosof
Muslim, bahkan sebahagian fuqaha`. Aristoteles telah menyusun metode berpikir
ini secara sistematis, dalam bentuk silogisme. Mengikut para filosof Yunani, para
ahli logika Muslim telah menyusun ‘Ilm al-Mantiq, yang bermuatan kaidah-
kaidah berpikir yang benar. Dengan mengikuti apa yang dirumuskan oleh
Aristoteles, para pemikir Islam telah menemukan lima macam metode, yang
disebutnya hujjah ‘aqliyah, seperti terihat dalam bait-bait yang digubah oleh
Abdur Rahman ibn Muhammad ash-Shaghir al-Akhdhari, salah seorang ahli
mantiq abad ke sepuluh, dalam kitabnya as-Sullam al-Munawraq fi ‘Ilm al-
Manthiq.6 Ada lima macam hujjah, yang berperan sebagai metode penemuan ilmu
dalam logika, yaitu: Pertama, khithabiyah, yakni hujjah atau metode penemuan
yang disusun dari muqaddimah-muqaddimah dengan bersandar kepada orang-
orang yang dipercaya, baik sebagai penasehat atau ulama atau tokoh masyarakat.
Ketiga, metode Tajribi. Metode tajribi adalah suatu metode penelitian
atau penemuan ilmu yang, selain memerankan kemampuan berpikir logis, juga
dilanjutkan dengan tindakan eksperimen, observasi atau bentuk-bentuk metode
yang dikenal dalam metode penelitian ilmiah sekarang ini. Para ilmuwan muslim
telah memanfaatkan metode tajribi ini dengan baik dan sungguh-sungguh. Mereka
telah melakukan pengamatan-pengamatan terhadap objek-objek fisik, baik dalam
level teoritis, yaitu melakukan kajian mendalam dan kritis terhadap karya-karya
ilmiah para filosof dan ilmuwan Yunani, seperti astronomi, kedokteran dan lain-
lain, maupun dalam level level praktis, yaitu melakukan berbagai eksprerimen

9
untuk membuktikan benar atau salah suatu teori tertentu atau menciptakan teori
yang belum ada sebelumnya. Umpamanya, Ibn Haitsam telah melakukan
penelitian tentang teori penglihatan langsung. Ia telah melakukan eksperimen-
eksperimen yang tepat. Sehingga ia menciptakan suatu teori penglihatan (diret
vision) secara tepat dan akurat, yang sampai saat ini masih dipertahankan, yaitu
suatu teori bahwa kita dapat melihat disebabkan adanya cahaya yang dipantulkan
oleh sebuah benda, baik oleh dirinya sendiri, seperti matahari dan bintang,
maupun cahaya yang dipantulkan dari benda lain, seperti planet dan benda-benda
yang ada di bumi.
Keempat, metode ‘Irfani. Metode ‘irfani adalah suatu metode penelitian
atau penemuan ilmu yang mengandalkan at-taqartub ila Allah atau al-Ittishal bi
al-ilahi, dengan melakukan langkah-langkah tertentu, mulai dari tindakan
persiapan-persiapan (isti’dad), dalam bentuk tazkiyah an-nafs (membersihkan diri
dari segala kekotoran jiwa) dalam rangka menyambut sinar kebenaran yang hadir
secara langsung ke dalam hati, tanpa melalui simbol dan atau presentasi. Dengan
demikian, langkah-langkah yang dilakukan dalam metode ‘irfani adalah dengan
melalui: Takhalli min ar-radza`il, yaitu membersihkan diri dari segala sifat-sifat
dan akhlak yang tercela (al-akhlaq al-mdzmumah). Kemudian dilanjutkan dengan
melakukan tahalli,yaitu menghiasi diri atau jiwa dengan sifatsifat dan akhlak
yang terpuji (al-akhlaq al-mahmudah). Selanjutnya, langkah tersebut sampai
kepada tahap tajalli, yaitu mendapatkan kejelasan dan jawaban terhadap
persoalan-persoalan yang dihadapi secara langsung6

D. Islam Sebagai Produk Sejarah

Perlu ditegaskan, ternyata ada bagian dari Islam yang merupakan produk
sejarah, misalnya andaikan khalifah Harun Al-Rasyid tidak meminta Imam Malik
menulis Al-Muwaththa’, kitab hadis semacam itu mungkin tidak ada. Karena itu ,
6
Ibid. Hal. Xii-xiv

10
Al-Muwaththa’ sebagai kumpulan hadis juga merupakan produk sejarah. Sejarah
politik, ekonomi dan sosial Islam, sejarah regional Islam di Pakistan, di Asia
Tenggara, di Indonesia, di Brunai Darussalam dan di mana pun juga adalah bagian
dari Islam produk sejarah. Demikian juga filsafat Islam, kalam, fiqih, usul fiqih
juga produk sejarah. Tasawuf dan akhlaq sebagai ilmu adalah produk sejarah.
Akhlaq sebagai tata nilai bersumber dari wahyu, tetapi sebagai ilmu yang
disistematisir, ilmu akhlaq yang dimaksud adalah produk sejarah. Kebudayaan
Islam yang klasik, tengah moderen, arsitektur Islam, seni lukis, seni musik,
bentuk-bentuk masjid di Timur Tengah, di Jawa, bentuk Pagoda di Jawa dan di
Cina serta kesamaannya dengan bentuk beberapa masjid di Jawa merupakan
bagian kebudayan Islam yang dapat dijadikan sebagai obyek studi dan penelitian.
Demikian juga seni baca al-Qur’an yang berkembang di Indonesia adalah produk
sejarah. Naska-naskah Islam, seperti Undang-undang Malaka, surat-surat
keagamaan di berbagai tempat, seperti di Jawa dan di luar Jawa, Maroko, Kairo
dan dimana-mana adalah produk sejarah.7
Ada bagian Islam yang merupakan produk sejarah.Teologi Syi’ah adalah dari
wajah Islam produk sejarah. Konsep Khulafa al- Rasyidin adalah produk sejarah,
karena nama ini muncul belakangan. Seluruh bangunan sejarah Islam klasik,
tengah modern adalah produk sejarah.
Andaikata Islam tidak bergumul dengan budaya Jawa, sejarahnya di
Indonesia akan lain lagi. Andaikata Inggris tidak datang ke India, sejarah Islam di
anak benua itu akan lain lagi. Demikianlah sebagian wajah Islam di berbagai
belahan dunia adalah produk sejarah.8
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

7
Aswadi "ISLAM SEBAGAI HASIL HUBUNGAN SOSIAL" Jurnal Sosiologi Islam, Vol. 2, No.1, April 2012, Hal 126.
8
Mukhlis, "Islam Objek Kajian" https://www.scribd.com/document/391854182/islam-objek-kajian Diakses
pada tanggal 06 Oktober 2020

11
1. Islam sebagai Sumber adalah objek kajian ilmiah yang dimana islam
memilki dasar hukum yang berlaku sebagai pedoman umatnya yaitu
antara lain Sumber hukum yang disepakati, yaitu Al-Qur’an; As-
Sunnah; Ijma; dan Qiyas. Sumber hukum yang tidak disepakati, yaitu
Istishab; Istihsan; Maslahah; Mur-salah; Urf; Madzhab sahabat; Saddudz
Dzara’I dan Dalalah Iqtiron; dan Ra’yu Nabi.
2. Islam sebagai Pemahaman adalah Islam sebagaimana diinterpretasikan
oleh para ulama. Dalam kenyataannya, kaum muslimin ketika memahami
Islam sudah dalam wujud ajaran atau doktrin yang telah
disistematisasikan melalui proses interpretasi yang dilakukan oleh para
ulama. Contohnya perbedaan madzhab dan golongan antar umat
islam
3. Islam sebagai Metode Penelitian adalah cara cara atau metode yang
digunakan untuk menyelesaikan persoalan perkara umat antara lain
metodenya adalah Bayani, Burhani, Tajribi, dan Irfani
4. Islam sebagai Produk Sejarah adalah objek kajian ilmiah yang
menonjolkan pada hasil dari asimilasi kebudayaan masyarakat dengan
ajaran islam. Baik yang bersifat ukiran, bangunan, pengetahuan
lingkungan dlls yang berciti khas islam. Contohnya ebudayaan Islam
yang klasik, tengah moderen, arsitektur Islam, seni lukis, seni musik,
bentuk-bentuk masjid di Timur Tengah, di Jawa, bentuk Pagoda di Jawa
dan di Cina serta kesamaannya dengan bentuk beberapa masjid di Jawa.

B. Saran
Diharapkan setelah membaca makalah ini para pembaca mampu mengerti dan
memahami apa yang dimaksud dengan isi makalah ini beserta poin bahasannya
yang ada pada makalah ini. Penyusun juga mengharapkan agar pembaca
mengetahui dan memahami pembahasan yang ada dalam makalah ini serta

12
Penyusun mengharapkan kritik dan saran yang membangun, guna menjadikan
makalah ini lebih baik lagi dan juga lebih bermanfaat bagi para pembaca.

DAFTAR PUSTAKA

Cahyati, Aini , dkk "ISLAM SEBAGAI OBJEK KAJIAN" :


https://www.academia.edu/40720634/ISLAM_SEBAGAI_OBJEK_KAJI
AN Diakses pada tanggal 06 Oktober 2020

13
ABDILLAH, M. ROIS "ISLAM SEBAGAI OBJEK KAJIAN" :
https://www.academia.edu/36717700/Islam_Sebagai_Objek_Kajian
Diakses pada tanggal 06 Oktober 2020

Mukhlis, "Islam Objek Kajian"


https://www.scribd.com/document/391854182/islam-objek-kajian
Diakses pada tanggal 06 Oktober 2020

Aswadi "ISLAM SEBAGAI HASIL HUBUNGAN SOSIAL" Jurnal Sosiologi


Islam, Vol. 2, No.1, April 2012, Hal 126.

14

Anda mungkin juga menyukai