Disusun Oleh :
Ibnuh Sulaiman ( 201993010905 )
Rohmatullah ( 201993010924 )
M. Syamsul Maarif ( 201993010915 )
Tiada kata yang patut kami ucapkan selain puji dan syukur dengan
mengucapkan Alhamdulillah kehadirat Allah Swt atas segara berkat, rahmat dan
hidayat-Nya yang selalu senantiasa diberikan kepada kami selaku penyusun
makalah ini sehingga kami dapat meyelesaikan makalah ini dengan judul
Akhir kata, kami berharap bahwa makalah ini dapat berguna dan dapat
memberi manfaat baik siapapun yang membaca makalah ini.
Penyusun
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR...............................................................................................i
DAFTAR ISI............................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN.......................................................................................1
B. Rumusan Masalah........................................................................................2
C. Tujuan Penyusunan......................................................................................2
D. Metode Penyusunan.....................................................................................3
BAB II PEMBAHASAN........................................................................................4
A. Kesimpulan.................................................................................................12
B. Saran...........................................................................................................13
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................14
BAB I
PENDAHULUAN
1
acuannya, maka ilmu-ilmu tersebut dihubungkan dengan Islam, sehingga disebut
sebagai ilmu-ilmu keislaman.
Jadi, menjadikan islam sebagai objek kajian berarti mempelajari apa yang dipahami oleh
pemikir-pemikir yang telah mengkaji ajaran-ajaran Islam yang melahirkan bentuk pemahaman
atau kajian tertentu.2
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan Penyusunan
1
Aini Cahyati, dkk "ISLAM SEBAGAI OBJEK KAJIAN" :
https://www.academia.edu/40720634/ISLAM_SEBAGAI_OBJEK_KAJIAN Diakses pada tanggal 06 Oktober
2020
2
M. ROIS ABDILLAH, "ISLAM SEBAGAI OBJEK KAJIAN" :
https://www.academia.edu/36717700/Islam_Sebagai_Objek_Kajian Diakses pada tanggal 06 Oktober 2020
2
D. Metode Penyusunan
3
BAB II
PEMBAHASAN
Islam adalah agama yang memiliki ajaran yang integral meliputi material dan
spiritual, kejasmanian dan kerohanian, duniawi dan ukhrawi. Mencakup hal-hal
yang bersangkutan dengan individual, sosial dan universum (kesemestaan).
Merangkum aqidah atau keyakinan dan syari’at atau tata kehidupan, juga meliputi
tauhid, fiqh dan tasawuf. Keseluruhan ajaran tersebut terangkum dalam sumber
Islam sebagaimana tersurat dan tersirat dalam Al-Qur’an dan Hadits.
Islam adalah agama yang memiliki ajaran yang integral meliputi material
dan spiritual, kejasmanian dan kerohanian, duniawi dan ukhrawi. Mencakup hal-
hal yang bersangkutan dengan individual, sosial dan universum (kesemestaan).
Merangkum aqidah atau keyakinan dan syari’at atau tata kehidupan, juga meliputi
tauhid, fiqh dan tasawuf. Keseluruhan ajaran tersebut terangkum dalam sumber
Islam sebagaimana tersurat dan tersirat dalam Al-Qur’an dan Hadits. E.S Anshari
dalam bukunya Wawasan Islam menyatakan bahwa Islam bersumber pada kitab
suci, yaitu kodifikasi wahyu Allah SWT untuk ummat manusia diatas planet Bumi
ini, yaitu dalam bentuknya yang terakhir berupa Al-Qur’an al-Karim sebagai
penyempurna wahyu-wahyu Allah sebelumnya, yang ditafsirkan oleh Sunnah
Rasulullah Saw.3 Pendapat diatas diperkuat pula oleh Harun Nasution yang
mengemukakan bahwa Islam pada hakikatnya membawa ajaran-ajaran yang
bukan hanya mengenai satu segi, tetapi mengenai berbagai segi dari kehidupan
manusia. Sumber dari ajaran-ajaran mengambil berbagai aspek itu ialah Al-
Qur’an dan Hadits. Sebagai sumber ajaran Islam, Al-Qur’an selain berfungsi
sebagai petunjuk dan pedoman hidup manusia, juga menjadi hakim bagi kitab-
3
Endang Saifuddin Anshari, Wawasan Islam Pokok - Pokok Fikiran Tentang Islam
dan Ummatnya (Yogyakarta: Raja Wali,1986), Hal. 24.
4
kitab suci yang telah diturunkan Allah SWT terhadap para Rasul-Nya sebelum
Nabi Besar Muhammad Saw.
Di dalam Islam, sumber hukum dilihat dari kesepakatan terbagi kepada
dua, yaitu :
a. Sumber hukum yang disepakati, yaitu Al-Qur’an; As-Sunnah; Ijma; dan
Qiyas.
b. Sumber hukum yang tidak disepakati, yaitu Istishab; Istihsan; Maslahah;
Mur-salah; Urf; Madzhab sahabat; Saddudz Dzara’I dan Dalalah Iqtiron;
dan Ra’yu Nabi.
Kiblat umat Islam ialah Al-Qur’an dan Sunnah yang tidak ada keraguan
didalamnya. Melalui Al-Qur’an dan Sunnah lah Islam dapat dijadikan dalam
segala sumber kehidupan termasuk sumber penggalian ilmu. Perkembangan ilmu
bermula dari sikap manusia yang ingin tahu dan berbagai masalah yang dihadapi
manusia. Karena sikap dan sifat manusia tersebut, maka terdoronglah untuk
mencari jawaban dari berbagai permasalahan yang ada, baik mengenai sosial atau
lingkungan yang ada disekitarnya maupun mengenai alam. Dua pilar utama
pengembangan ilmu pengetahuan adalah penalaran (rasionalitas) dan pengamatan
(empirisme). Keduanya saling berhubungan dan menjadi dasar dari metode
ilmiah.4
5
rukun Islam.
Selanjutnya, untuk mendapatkan pemahaman yang benar serta utuh
tentang Islam, dapat ditempuh cara-cara sebagai berikut :
1. Islam harus dipelajari dari sumbernya yang asli, yaitu Al-Qur’an dan Sunnah
Rasulullah. Mempelajari Islam dan memahami Islam dari sebagian ulama dan
pemeluk-pemeluknya yang jauh dari bimbingan Al-Qur’an dan As-Sunnah
dapat menimbulkan kekeliruan dan menjadikan orang tersebut jauh dari
ajaran Islam yang murni. Tauhid/Ilmu Kalam, Filsafat Islam, Fiqh, Akhlak
dan Tasawuf, atau pun yang lainnya dipergunakan sebagai sumber tambahan
untuk memahami Islam;
2. Islam harus dipelajari secara integral, tidak parsial (sepotong-sepotong),
Islam harus dipelajari secara menyeluruh sebagai suatu kesatuan yang utuh
bulat, tidak sebagian saja. Sebab, kalau Islam dipelajari secara parsial,
terutama dalam bidang masalah-masalah khilafiyah, dan hal-hal yang
nampaknya mengandung antagonismeatau pertentangan, bisa menimbulkan
sikap skeptis (ragu; bimbang) terhadap Islam;
3. Islam perlu dipelajari dari literatur dan kepustakaan yang ditulis oleh para
ulama besar, kaum zu’ama dan sarjan-sarjana Muslim. Pada umumnya
mereka memahami Islam secara baik. Pema-haman mereka lahir dari
perpaduan ilmu yang dalam terhadap Al-Qur’an dan As-Sunnah dengan
pengalaman dari praktek ibadah yang dilakukan setiap hari;
4. Kesalahan sementara orang mempelajari Islam ialah dengan jalan
mempelajari kenyataan umat Islam ansich, sehingga sifat kolot,
keterbelakangan dalam pendidikan, kemiskinan dan disintegrasi yang dilihat,
dinilai sebagai Islam;
5. Secara psikologis, manusia karena sifat ego centrisnya, lebih tertarik pada
hal-hal yang bersangkutan dengan kepentingan dirinya atau lingkungannya.
Oleh karena itu, titik tolak pengupasan dan penguraian tentang agama, lebih
tepat apabila dimulai dari hal-hal yang bersangkutan dengan masalah-masalah
kemanusiaan. Ayat-ayat Al-Qur’an yang mula-mula diturunkan pun
bersangkutan dengan masalah-masalah kemanusiaan, seperti perintah
6
membaca.
Selanjutnya, dalam memahami Islam ini, di sini akan dikemuka-kan
pandangan Maulana Muhammad Ali yaitu sebagai berikut :
1. Islam bukan Muhammedanisme, artinya agama Islam tak sekali-kali
dinamakan menurut pendirinya.
2. Kedudukan Islam adalah agama yang terakhir di antara sekalian agama besar
di dunia, juga agama yang melingkupi segala-hal dan mencakup sekalian
agama yang datang sebelumnya.
3. Agama Islam tak boleh dianggap sebagai dogma semata, melainkan
agamayang universal yang memiliki ruang lingkup yang tak terbatas
mengenai kehidupan akhirat saja.
4. Islam sebagi landasan peradaban abadi.
5. Islam adalah kekuatan pemersatu yang paling besar di dunia.
6. Islam juga memecahkan masalah dunia yang besar-besar.
Dari uraian di atas dapat dipertegas di sini bahwa memiliki pemahaman
yang benar tentang Islam merupakan suatu keharusan. Kesalahan dalam
memahami Islam, dapat menimbulkan tindakan yang salah terhadap agama.
Sebagaimana diakui M.M. Ali yang melihat contoh pada masyarakat Rusia yang
mendeskreditkan agama. Hal ini disebabkan oleh adanya salah faham tentang
hakekat agama Islam. Menurutnya, keberatan mereka terhadap agama itu alasan
utamanya ada tiga, yaitu :
1. Agama dianggap membantu terpeliharanya sistem sosial yang melahirkan
kapitalisme, sehingga menghancurkan aspirasi kaum melarat.
2. Agama mengajarkan orang-orang tunduk kepada kepercayaan takhayul,
sehingga merintangi majunya ilmu pengetahuan.
3. Agama mengajarkan orang-orang supaya mencukupi kebutuhan mereka
dengan jalan berdo’a, bukan dengan bekerja keras. Dengan demikian agama
membuat orang menjadi malas.5
C. Islam Sebagai Metode Penelitian
5
Ibid. Hal. vii-ix
7
Menurut bahasa, metode berasal dari bahasa Yunani, yaitu
meta(sepanjang), hodos(jalan). Jadi metode adalah suatu ilmu tentang cara atau
langkah-langkah yang di tempuh dalam suatu disiplin tertentu untuk mencapai
tujuan tertentu. Metodologi adalah bidang penelitian ilmiah yang berhubungan
dengan pembahasan tentang metode-metode yang digunakan dalam mengkaji
gejala-gejala yang terjadi pada alam atau manusia. Suatu metode ilmiah adalah
aturan-aturan yang ‘harus’ diikuti oleh peneliti dalam melakukan kajian terhadap
pokok persoalan yang dikajinya. Sedangkan metodologi penelitian dalam kajian
Islam, secara sederhana, adalah ilmu tentang cara-cara atau metode-metode yang
digunakan secara runtut dalam meneliti, memahami dan menggali ajaran-ajaran
atau pengetahuan-pengetahuan dari sumber-sumber yang diakui oleh pedoman
otoritatif, Al-Qur`an. Dalam skema Al-Qur`an, pengetahuan itu dapat diperoleh
melalui wahyu (haqq al-yaqin), rasionalisme atau inferensi yang didasarkan pada
pertimbangan dan bukti (‘ilm al-yaqin), imperisisme dan melalui persepsi, yakni
dengan observasi, eksperimen, laporan sejarah, deskripsi pengalaman (‘ain
alyaqin).Studi Islam dalam objek kajian ilmiah adalah upaya pengkajian Islam
dengan menerapkan metode-metode ilmiah, khususnya dalam konteks sosial
sains.
Dalam sejarah peradaban Islam, paling tidak ada empat macam metode
dalam kajian-kajian Islam dalam rangka menemukan atau menyelesaikan berbagai
mempersoalan yang dihadapi umat, yaitu:
Pertama, metode Bayani. Metode bayani adalah suatu metode penelitian
untuk menemukan ilmu, dengan melalui usaha maksimal membaca, memahami,
mempelajari dan mengkaji penjelasanpenjelasan dari nash-nash Al-Qur`an dan
Sunah untuk menangkap pesan-pesan yang terdapat di dalamnya. Dengan
demikian, metode bayani ini sangat diperlukan dalam rangka memahami pesan-
pesan yang terdapat dalam wahyu, baik yang ditilawatkan (Al-Quran) maupun
yang tidak ditilawatkan (Sunnah). Di samping itu, alasan lain diperlukan metode
bayani adalah bahwa teks-teks atau sering disebut dengan nash-nash Al-Qur`an
tersebut memiliki aspek lahir dan batin atau simbolis, yang masing-masing
mengandung pesan-pesan yang harus diungkap secara baik dan tepat.
8
Kedua, metode Burhani. Metode burhani adalah suatu metode penelitian
atau penemuan ilmu yang mengandalkan kemampuan berpikir logis, dengan
kaidah-kaidah tertentu yang disusun secara runtut dan sistematis. Metode
semacam ini tentu saja dilakukan untuk memahami suatu objek ilmu (ontologi)
yang non-fisik. Sebab itu, dalam metode penelitian ini, akal sangat berperan.
Kendatipun demikian, untuk menjadikan metode burhani ini menjadi suatu
metode yang akurat dalam penemuan suatu ilmu, haruslah dipenuhi syarat-syarat
atau kaidah-kaidah tertentu. Syarat-syarat dan kaidah-kaidah tersebut telah
dirumuskan dan disusun oleh para filosof Yunani, terutama dalam konteks
metode ini, oleh Aristotels, yang diikuti dan dimanfaatkan oleh para filosof
Muslim, bahkan sebahagian fuqaha`. Aristoteles telah menyusun metode berpikir
ini secara sistematis, dalam bentuk silogisme. Mengikut para filosof Yunani, para
ahli logika Muslim telah menyusun ‘Ilm al-Mantiq, yang bermuatan kaidah-
kaidah berpikir yang benar. Dengan mengikuti apa yang dirumuskan oleh
Aristoteles, para pemikir Islam telah menemukan lima macam metode, yang
disebutnya hujjah ‘aqliyah, seperti terihat dalam bait-bait yang digubah oleh
Abdur Rahman ibn Muhammad ash-Shaghir al-Akhdhari, salah seorang ahli
mantiq abad ke sepuluh, dalam kitabnya as-Sullam al-Munawraq fi ‘Ilm al-
Manthiq.6 Ada lima macam hujjah, yang berperan sebagai metode penemuan ilmu
dalam logika, yaitu: Pertama, khithabiyah, yakni hujjah atau metode penemuan
yang disusun dari muqaddimah-muqaddimah dengan bersandar kepada orang-
orang yang dipercaya, baik sebagai penasehat atau ulama atau tokoh masyarakat.
Ketiga, metode Tajribi. Metode tajribi adalah suatu metode penelitian
atau penemuan ilmu yang, selain memerankan kemampuan berpikir logis, juga
dilanjutkan dengan tindakan eksperimen, observasi atau bentuk-bentuk metode
yang dikenal dalam metode penelitian ilmiah sekarang ini. Para ilmuwan muslim
telah memanfaatkan metode tajribi ini dengan baik dan sungguh-sungguh. Mereka
telah melakukan pengamatan-pengamatan terhadap objek-objek fisik, baik dalam
level teoritis, yaitu melakukan kajian mendalam dan kritis terhadap karya-karya
ilmiah para filosof dan ilmuwan Yunani, seperti astronomi, kedokteran dan lain-
lain, maupun dalam level level praktis, yaitu melakukan berbagai eksprerimen
9
untuk membuktikan benar atau salah suatu teori tertentu atau menciptakan teori
yang belum ada sebelumnya. Umpamanya, Ibn Haitsam telah melakukan
penelitian tentang teori penglihatan langsung. Ia telah melakukan eksperimen-
eksperimen yang tepat. Sehingga ia menciptakan suatu teori penglihatan (diret
vision) secara tepat dan akurat, yang sampai saat ini masih dipertahankan, yaitu
suatu teori bahwa kita dapat melihat disebabkan adanya cahaya yang dipantulkan
oleh sebuah benda, baik oleh dirinya sendiri, seperti matahari dan bintang,
maupun cahaya yang dipantulkan dari benda lain, seperti planet dan benda-benda
yang ada di bumi.
Keempat, metode ‘Irfani. Metode ‘irfani adalah suatu metode penelitian
atau penemuan ilmu yang mengandalkan at-taqartub ila Allah atau al-Ittishal bi
al-ilahi, dengan melakukan langkah-langkah tertentu, mulai dari tindakan
persiapan-persiapan (isti’dad), dalam bentuk tazkiyah an-nafs (membersihkan diri
dari segala kekotoran jiwa) dalam rangka menyambut sinar kebenaran yang hadir
secara langsung ke dalam hati, tanpa melalui simbol dan atau presentasi. Dengan
demikian, langkah-langkah yang dilakukan dalam metode ‘irfani adalah dengan
melalui: Takhalli min ar-radza`il, yaitu membersihkan diri dari segala sifat-sifat
dan akhlak yang tercela (al-akhlaq al-mdzmumah). Kemudian dilanjutkan dengan
melakukan tahalli,yaitu menghiasi diri atau jiwa dengan sifatsifat dan akhlak
yang terpuji (al-akhlaq al-mahmudah). Selanjutnya, langkah tersebut sampai
kepada tahap tajalli, yaitu mendapatkan kejelasan dan jawaban terhadap
persoalan-persoalan yang dihadapi secara langsung6
Perlu ditegaskan, ternyata ada bagian dari Islam yang merupakan produk
sejarah, misalnya andaikan khalifah Harun Al-Rasyid tidak meminta Imam Malik
menulis Al-Muwaththa’, kitab hadis semacam itu mungkin tidak ada. Karena itu ,
6
Ibid. Hal. Xii-xiv
10
Al-Muwaththa’ sebagai kumpulan hadis juga merupakan produk sejarah. Sejarah
politik, ekonomi dan sosial Islam, sejarah regional Islam di Pakistan, di Asia
Tenggara, di Indonesia, di Brunai Darussalam dan di mana pun juga adalah bagian
dari Islam produk sejarah. Demikian juga filsafat Islam, kalam, fiqih, usul fiqih
juga produk sejarah. Tasawuf dan akhlaq sebagai ilmu adalah produk sejarah.
Akhlaq sebagai tata nilai bersumber dari wahyu, tetapi sebagai ilmu yang
disistematisir, ilmu akhlaq yang dimaksud adalah produk sejarah. Kebudayaan
Islam yang klasik, tengah moderen, arsitektur Islam, seni lukis, seni musik,
bentuk-bentuk masjid di Timur Tengah, di Jawa, bentuk Pagoda di Jawa dan di
Cina serta kesamaannya dengan bentuk beberapa masjid di Jawa merupakan
bagian kebudayan Islam yang dapat dijadikan sebagai obyek studi dan penelitian.
Demikian juga seni baca al-Qur’an yang berkembang di Indonesia adalah produk
sejarah. Naska-naskah Islam, seperti Undang-undang Malaka, surat-surat
keagamaan di berbagai tempat, seperti di Jawa dan di luar Jawa, Maroko, Kairo
dan dimana-mana adalah produk sejarah.7
Ada bagian Islam yang merupakan produk sejarah.Teologi Syi’ah adalah dari
wajah Islam produk sejarah. Konsep Khulafa al- Rasyidin adalah produk sejarah,
karena nama ini muncul belakangan. Seluruh bangunan sejarah Islam klasik,
tengah modern adalah produk sejarah.
Andaikata Islam tidak bergumul dengan budaya Jawa, sejarahnya di
Indonesia akan lain lagi. Andaikata Inggris tidak datang ke India, sejarah Islam di
anak benua itu akan lain lagi. Demikianlah sebagian wajah Islam di berbagai
belahan dunia adalah produk sejarah.8
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
7
Aswadi "ISLAM SEBAGAI HASIL HUBUNGAN SOSIAL" Jurnal Sosiologi Islam, Vol. 2, No.1, April 2012, Hal 126.
8
Mukhlis, "Islam Objek Kajian" https://www.scribd.com/document/391854182/islam-objek-kajian Diakses
pada tanggal 06 Oktober 2020
11
1. Islam sebagai Sumber adalah objek kajian ilmiah yang dimana islam
memilki dasar hukum yang berlaku sebagai pedoman umatnya yaitu
antara lain Sumber hukum yang disepakati, yaitu Al-Qur’an; As-
Sunnah; Ijma; dan Qiyas. Sumber hukum yang tidak disepakati, yaitu
Istishab; Istihsan; Maslahah; Mur-salah; Urf; Madzhab sahabat; Saddudz
Dzara’I dan Dalalah Iqtiron; dan Ra’yu Nabi.
2. Islam sebagai Pemahaman adalah Islam sebagaimana diinterpretasikan
oleh para ulama. Dalam kenyataannya, kaum muslimin ketika memahami
Islam sudah dalam wujud ajaran atau doktrin yang telah
disistematisasikan melalui proses interpretasi yang dilakukan oleh para
ulama. Contohnya perbedaan madzhab dan golongan antar umat
islam
3. Islam sebagai Metode Penelitian adalah cara cara atau metode yang
digunakan untuk menyelesaikan persoalan perkara umat antara lain
metodenya adalah Bayani, Burhani, Tajribi, dan Irfani
4. Islam sebagai Produk Sejarah adalah objek kajian ilmiah yang
menonjolkan pada hasil dari asimilasi kebudayaan masyarakat dengan
ajaran islam. Baik yang bersifat ukiran, bangunan, pengetahuan
lingkungan dlls yang berciti khas islam. Contohnya ebudayaan Islam
yang klasik, tengah moderen, arsitektur Islam, seni lukis, seni musik,
bentuk-bentuk masjid di Timur Tengah, di Jawa, bentuk Pagoda di Jawa
dan di Cina serta kesamaannya dengan bentuk beberapa masjid di Jawa.
B. Saran
Diharapkan setelah membaca makalah ini para pembaca mampu mengerti dan
memahami apa yang dimaksud dengan isi makalah ini beserta poin bahasannya
yang ada pada makalah ini. Penyusun juga mengharapkan agar pembaca
mengetahui dan memahami pembahasan yang ada dalam makalah ini serta
12
Penyusun mengharapkan kritik dan saran yang membangun, guna menjadikan
makalah ini lebih baik lagi dan juga lebih bermanfaat bagi para pembaca.
DAFTAR PUSTAKA
13
ABDILLAH, M. ROIS "ISLAM SEBAGAI OBJEK KAJIAN" :
https://www.academia.edu/36717700/Islam_Sebagai_Objek_Kajian
Diakses pada tanggal 06 Oktober 2020
14