Anda di halaman 1dari 21

MAKALAH

ISLAM SEBAGAI KAJIAN DAN PENELITIAN

Dosen Pengampu :
Dr. MUHAMMAD MIFTAH, M.Pd.I

Mata Kuliah :
METODE STUDI ISLAM

Disusun Oleh:
PAI A1AIR Kelompok 1
1. Abdul Aziz Hasan 2210110017
2. Lia Rif’atul Muna 2210110004
3. Fatimah Azzahro 2210110015
Kelas: A1AIR Semester 1

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM


IAIN KUDUS
TAHUN 2022

1
KATA PENGANTAR
Alhamdulillah, puji dan syukur tim penulis panjatkan kehadirat Allah Ta’ala. atas
limpahan rahmat dan karunia-Nya sehingga makalah yang berjudul, “Islam Sebagai
Objek Kajian dan Penelitian” dapat kami selesaikan dengan baik. Tim penulis
berharap makalah ini dapat menambah pengetahuan dan pengalaman bagi pembaca
tentang pelanggaran atau kesalahan apa saja yang biasa terjadi dalam bahasa
keseharian yang bisa kita pelajari salah satunya dari implementasi sehari-hari. Begitu
pula atas limpahan kesehatan dan kesempatan yang Allah SWT karuniai kepada kami
sehingga makalah ini dapat kami susun melalui beberapa sumber yakni melalui kajian
pustaka maupun melalui media internet.

Pada kesempatan ini, kami mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah
memberikan kami semangat dan motivasi dalam pembuatan tugas makalah ini.
Kepada kedua orang tua kami yang telah memberikan banyak kontribusi bagi kami,
dosen pengajar kami, Bapak Dr. Muhammad Miftah, M.Pd.I dan juga kepada teman-
teman seperjuangan yang membantu kami dalam berbagai hal. Harapan kami,
informasi dan materi yang terdapat dalam makalah ini dapat bermanfaat bagi
pembaca. Tiada yang sempurna di dunia, melainkan Allah SWT. Tuhan Yang Maha
Sempurna, karena itu kami memohon kritik dan saran yang membangun bagi
perbaikan makalah kami selanjutnya.

Demikian makalah ini kami buat, apabila terdapat kesalahan dalam penulisan, atau
pun adanya ketidaksesuaian materi yang kami angkat pada makalah ini, kami mohon
maaf. Tim penulis menerima kritik dan saran seluas-luasnya dari pembaca agar bisa
membuat karya makalah yang lebih baik pada kesempatan berikutnya.

Kudus, September 2022

Penyusun

2
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR................................................................................................................................
BAB I...........................................................................................................................................................
PENDAHULUAN.......................................................................................................................................
A. LATAR BELAKANG.....................................................................................................................
B. RUMUSAN MASALAH................................................................................................................
C. TUJUAN.........................................................................................................................................
BAB II.........................................................................................................................................................
PEMBAHASAN.........................................................................................................................................
A. ISLAM SEBAGAI SUMBER.........................................................................................................
B. ISLAM SEBAGAI PEMAHAMAN...............................................................................................
C. ISLAM SEBAGAI BENTUK KAJIAN........................................................................................
D. ISLAM SEBAGAI METODE PENELITIAN...............................................................................
BAB III......................................................................................................................................................
PENUTUP.................................................................................................................................................
A. SIMPULAN..................................................................................................................................
DAFTAR PUSTAKA...............................................................................................................................

3
BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang

Pengkajian Islam dasarnya meliputi pengkajian terhadap Islam sebagai agama,


dan pengkajian terhadap seluruh unsur yang dihubungkandengan Islam, dan deng
an kehidupan umat Islam. Namun tak hanya itu, islam selalu menarik perhatian
pada siapa saja yang ingin mengenal lebih dalam. Muslim dan non-muslim
berbondong-bondong untuk menyelidiki dan mempelajari islam sebagai beberapa
aspek. Hal ini telah terbukti dari berbagai ilmuwan yangtelah melakukan
penelitian terhadap islam sendiri. Sehingga terciptalah sebagai suatu objek kajian
ilmu, sehingga di dalam dunia ilmu pengetahuan dikenal ilmu-ilmu
keislaman.Ilmu-ilmu keislaman tersebut ada yang terkait langsung dengan
pelaksanaan ajaranIslam sebagai agama yang termuat di dalam Alquran dan Hadis
Nabi Muhammad. Seperti Ilmu-ilmu Alquran (Ulumul Quran), Ulumul Hadis,
Ilmu Kalam, Ilmu Fikih, Ilmu Tasawuf.
Pada dasarnya,agama islam adalah agama yang merupakan rahmatan lil alamin
yaitu rahmat bagi seluruh alam yang diturunkan kepada nabi Muhammad saw
melalui malaikat jibril untuk disebarkan kepada seluruh umat manusia yang
berfungsi untuk menyempurnakan agam-agama sebelumnya.Namun pada
hakikatnya islam itu masih bersifat universal dan masih memerlukan objek
pengkajian dan penelitian yang mendalam baik dari sisi agama,social dan budaya.
Mereka hanya menerima islam tanpa melakukan dan mencari tau apa saja yang
terkandung dalam objek-objek pengkajian dan penelitiannya.

B. RUMUSAN MASALAH
Berdasarkan Latar Belakang di atas, ada empat rumusan masalah sebagai berikut:
1. Apakah maksud Islam sebagai sumber?
2. Apakah maksud Islam sebagai pemahaman?
3. Apakah maksud islam sebagai objek kajian?

4
4. Apakah maksud Islam sebagai metode penelitian ?

C. TUJUAN
1. Mengetahui Islam sebagai sumber.
2. Mengetahui Islam sebagai pemahaman.
3. Mengetahui islam sebagai objek kajian
4. Mengetahui Islam sebagai Metode Penelitian.

5
BAB II

PEMBAHASAN

A. ISLAM SEBAGAI SUMBER


Islam adalah agama yang memiliki ajaran yang integral meliputi material dan
spiritual, kejasmanian dan kerohanian, duniawi dan ukhrawi. Mencakup hal-hal yang
bersangkutan dengan individual, sosial dan universum (kesemestaan). Merangkum
aqidah atau keyakinan dan syari’at atau tata kehidupan, juga meliputi tauhid, fiqh dan
tasawuf. Keseluruhan ajaran tersebut terangkum dalam sumber Islam sebagaimana
tersurat dan tersirat dalam Al-Qur’an dan Hadits. E.S Anshari dalam bukunya
Wawasan Islam menyatakan bahwa Islam bersumber pada kitab suci, yaitu kodifikasi
wahyu Allah SWT untuk ummat manusia diatas planet Bumi ini, yaitu dalam
bentuknya yang terakhir berupa Al-Qur’an al-Karim sebagai penyempurna wahyu-
wahyu Allah sebelumnya, yang ditafsirkan oleh Sunnah Rasulullah Saw. Pendapat
diatas diperkuat pula oleh Harun Nasution yang mengemukakan bahwa Islam pada
hakikatnya membawa ajaran-ajaran yang bukan hanya mengenai satu segi, tetapi
mengenai berbagai segi dari kehidupan manusia. Sumber dari ajaran-ajaran
mengambil berbagai aspek itu ialah Al-Qur’an dan Hadits. Sebagai sumber ajaran
Islam, Al-Qur’an selain berfungsi sebagai petunjuk dan pedoman hidup manusia, juga
menjadi hakim bagi kitab-kitab suci yang telah diturunkan Allah SWT terhadap para
Rasul-Nya sebelum Nabi Besar Muhammad Saw.
Di dalam Islam, sumber hukum dilihat dari kesepakatan terbagi kepada dua,
yaitu :
a. Sumber hukum yang disepakati, yaitu Al-Qur’an; As-Sunnah; Ijma; dan
Qiyas.
b. Sumber hukum yang tidak disepakati, yaitu Istishab; Istihsan; Maslahah; Mur-
salah; Urf; Madzhab sahabat; Saddudz Dzara’I dan Dalalah Iqtiron; dan Ra’yu
Nabi.
Secara historis diketahui bahwa dalam periode paling awal setelah Rasulullah,
menurut Fazlur rahman, dikenal dua sumber atau metode untuk menjelaskan syari’at.

6
Yang pertama adalah sumber tradisional, yang sudah diketahui otoritasnya, yakni Al-
Qur’an dan Sunnah yang berfungsi sebagai dasar ajaran. Tetapi karena sumber
otoritatif yang diketahui tersebut tersuratkan dalam formula yang mujmal, sehingga
belum mampu memenuhi penjelasan akan kebutuhan yang terus berkembang, maka
prinsip keduayang berupa akal dan pemahaman manusia, hampir sejak awal sudah
diakui. Prinsip pertama disebut ilmu (dalam bahasa Arab ilm). Prinsip kedua disebut
pengetahuan atau pemahaman (dalam bahasa Arab disebut Fiqh).
Kiblat umat Islam ialah Al-Qur’an dan Sunnah yang tidak ada keraguan
didalamnya. Melalui Al-Qur’an dan Sunnah lah Islam dapat dijadikan dalam segala
sumber kehidupan termasuk sumber penggalian ilmu. Perkembangan ilmu bermula
dari sikap manusia yang ingin tahu dan berbagai masalah yang dihadapi manusia.
Karena sikap dan sifat manusia tersebut, maka terdoronglah untuk mencari jawaban
dari berbagai permasalahan yang ada, baik mengenai sosial atau lingkungan yang ada
disekitarnya maupun mengenai alam. Dua pilar utama pengembangan ilmu
pengetahuan adalah penalaran (rasionalitas) dan pengamatan (empirisme). Keduanya
saling berhubungan dan menjadi dasar dari metode ilmiah.
Kata ilmu berasal dari bahasa Arab 'ilm ('alima-ya'lamu-'ilm), yang berarti
pengetahuan (al-ma'rifah). Dari asal ini diserap ke dalam bahasa Indonesia menjadi
'ilmu' atau 'ilmu pengetahuan'. Dalam perspektif Islam, ilmu merupakan pengetahuan
mendalam hasil usaha yang sungguh-sungguh (ijtihd) dari para ilmuwan muslim
('ulam'/mujtahd) atas persoalan-persoalan duniaw dan ukhrw  dengan bersumber
kepada wahyu Allah. Berdasarkan pengertian tersebut dapat disimpulkan bahwa ilmu
merupakan sekumpulan pengetahuan yang disusun berdasarkan teori-teori tertentu
dan dapat diuji secara sistematik serta dapat meningkatkan pemahaman manusia.
Al-Quran merupakan mukjizat terbesar yang diberikan Allah kepada Nabi
Muhammad Saw. Al-Quran merupakan sumber kebahagiaan di dunia dan akhirat,
selain itu Al-Quran juga merupakan sumber ilmu bagi umat manusia, khususnya umat
Islam. Di dalam Al-Quran sendiri diperintahkan kepada manusia untuk terus belajar
dan mengkaji serta meneliti ilmu pengetahuan yang sudah diajarkan Al-Quran. Salah
satu ciri yang membedakan Islam dengan yang lainnya adalah penekanannya

7
terhadap ilmu (sains). Al-Qur’an dan Al-Sunnah mengajak kaum muslimin untuk
mencari dan mendapatkan ilmu dan kearifan, serta menempatkan orang-orang yang
berpengatahuan pada derajat yang tinggi.
Penjelasan tentang ilmu di dalam Al-Quran dan hadits menunjukkan bahwa
paradigma ilmu dalam Islam adalah teosentris. Maka dari itu, hubungan antara ilmu
dan agama Islam berjalan secara harmonis, ilmu tumbuh dan berkembang
berdampingan dengan agama. Oleh karena itu, pada zaman dahulu, ilmuwan dan
ulama hidup rukun berdampingan.
Al-Quran dan kebenaran ilmiah memiliki hubungan yang sangat erat. Bahkan
Al-Quran terkadang memberikan informasi yang tidak dapat dibuktikan dengan
ilmiah, itu artinya bahwa cakupan Al-Quran lebih luas dibandingkan pengetahuan
barat. Adapun dalam Islam, sumber kebenaran ilmiah yang utama adalah Al-Quran
dan juga As-Sunnah. Akan tetapi ada juga sumber kebenaran ilmiah yang ketiga,
yaitu alam semesta atau Al-Kaun. Al-Kaun sebagai sumber ketiga memberikan
kelengkapan yang detail bagi pemahaman dan juga penafsiran Al-Quran dan As-
Sunnah.
Seperti yang dijelaskan di atas, Al-Quran sebagai sumber kebenaran dan juga
pedoman hidup bagi manusia terutama umat Muslim tentunya memiliki hubungan
yang erat dengan ilmu pengetahuan. Al-Quran memberikan dasar tentang ilmu
pengetahuan dan pengembangan pengetahuan serta pembuktian dari ilmu
pengetahuan yang ada di dalam Al-Quran dilakukan oleh manusia dengan teknologi
yang ada. Kesimpulannya adalah kita sebagai umat Muslim tentu percaya bahwa
sumber kebenaran ilmiah adalah dari Al-Quran dan juga As-Sunah. Namun, untuk
lebih percaya ada baiknya kita tetap telaah juga dengan metode kebenaran ilmiah
yang telah dikembangkan oleh para ilmuwan. Dengan pembuktian tersebut dapat
menyadarkan kita bahwa Allah Swt, Tuhan yang menciptakan seluruh alam semesta
dan isinya ini sangatlah Besar, dan pengetahuan manusiapun tidak dapat
melampauinya walau sekecil apapun.
Islam sebagai sumber hukum Internasional juga merupakan hal yang tidak
asing lagi. Meskipun hukum internasional identik dengan kepentingan negara-negara

8
eropa, beberapa pengaruh kepentingan non-eropa juga tampak dalam perkembangan
hukum internasional. Salah satunya adalah Islam. Pengaruh Islam dalam hukum
internasional misalnya dapat dilihat dalam hukum diplomatik konsuler, hak asasi
manusia, hukum perang serta hukum penyelesaian sengketa dan perdamaian. Dengan
demikian, identifikasi bahwa hukum internasional sepenuhnya merupakan warisan
dari eropa sebenarnya tidaklah tepat. Fakta dan data tersebut harus dibaca dalam
kerangka kritis dan progresif, yaitu bahwa perkembangan hukum internasional ke
depan akan banyak dipengaruhi oleh beragam kepentingan yang ada.

B. ISLAM SEBAGAI PEMAHAMAN


Islam sebagai pemahaman adalah Islam sebagaimana diinterpretasikan oleh
para ulama. Dalam kenyataannya, kaum muslimin ketika memahami Islam sudah
dalam wujud ajaran atau doktrin yang telah disistematisasikan melalui proses
interpretasi yang dilakukan oleh para ulama. Di sinilah kita mengenal Islam sebagai
madzhab Sunni, Syi’ah, Ahmadiyah, atau yang lainnya. Sekalipun terdapat
perbedaan di sana-sini, tetapi umat Islam dari berbagai madzhab itu masih bisa
menerima masing-masing rumusan, misalnya tentang rukun iman atau rukun Islam.
Selanjutnya, untuk mendapatkan pemahaman yang benar serta utuh tentang
Islam, dapat ditempuh cara-cara sebagai berikut :
1. Islam harus dipelajari dari sumbernya yang asli, yaitu Al-Qur’an dan Sunnah
Rasulullah. Mempelajari Islam dan memahami Islam dari sebagian ulama dan
pemeluk-pemeluknya yang jauh dari bimbingan Al-Qur’an dan As-Sunnah dapat
menimbulkan kekeliruan dan menjadikan orang tersebut jauh dari ajaran Islam
yang murni. Tauhid/Ilmu Kalam, Filsafat Islam, Fiqh, Akhlak dan Tasawuf, atau
pun yang lainnya dipergunakan sebagai sumber tambahan untuk memahami
Islam;
2. Islam harus dipelajari secara integral, tidak parsial (sepotong-sepotong), Islam
harus dipelajari secara menyeluruh sebagai suatu kesatuan yang utuh bulat, tidak
sebagian saja. Sebab, kalau Islam dipelajari secara parsial, terutama dalam
bidang masalah-masalah khilafiyah, dan hal-hal yang nampaknya mengandung

9
antagonismeatau pertentangan, bisa menimbulkan sikap skeptis (ragu; bimbang)
terhadap Islam;
3. Islam perlu dipelajari dari literatur dan kepustakaan yang ditulis oleh para ulama
besar, kaum zu’ama dan sarjan-sarjana Muslim. Pada umumnya mereka
memahami Islam secara baik. Pema-haman mereka lahir dari perpaduan ilmu
yang dalam terhadap Al-Qur’an dan As-Sunnah dengan pengalaman dari praktek
ibadah yang dilakukan setiap hari;
4. Kesalahan sementara orang mempelajari Islam ialah dengan jalan mempelajari
kenyataan umat Islam ansich, sehingga sifat kolot, keterbelakangan dalam
pendidikan, kemiskinan dan disintegrasi yang dilihat, dinilai sebagai Islam;
5. Secara psikologis, manusia karena sifat ego centrisnya, lebih tertarik pada hal-hal
yang bersangkutan dengan kepentingan dirinya atau lingkungannya. Oleh karena
itu, titik tolak pengupasan dan penguraian tentang agama, lebih tepat apabila
dimulai dari hal-hal yang bersangkutan dengan masalah-masalah kemanusiaan.
Ayat-ayat Al-Qur’an yang mula-mula diturunkan pun bersangkutan dengan
masalah-masalah kemanusiaan, seperti perintah membaca.
Selanjutnya, dalam memahami Islam ini, di sini akan dikemuka-kan
pandangan Maulana Muhammad Ali yaitu sebagai berikut :
1. Islam bukan Muhammedanisme, artinya agama Islam tak sekali-kali dinamakan
menurut pendirinya.
2. Kedudukan Islam adalah agama yang terakhir di antara sekalian agama besar di
dunia, juga agama yang melingkupi segala-hal dan mencakup sekalian agama
yang datang sebelumnya.
3. Agama Islam tak boleh dianggap sebagai dogma semata, melainkan agamayang
universal yang memiliki ruang lingkup yang tak terbatas mengenai kehidupan
akhirat saja.
4. Islam sebagi landasan peradaban abadi.
5. Islam adalah kekuatan pemersatu yang paling besar di dunia.
6. Islam juga memecahkan masalah dunia yang besar-besar.

10
Dari uraian di atas dapat dipertegas di sini bahwa memiliki pemahaman yang
benar tentang Islam merupakan suatu keharusan. Kesalahan dalam memahami Islam,
dapat menimbulkan tindakan yang salah terhadap agama. Sebagaimana diakui M.M.
Ali yang melihat contoh pada masyarakat Rusia yang mendeskreditkan agama. Hal
ini disebabkan oleh adanya salah faham tentang hakekat agama Islam. Menurutnya,
keberatan mereka terhadap agama itu alasan utamanya ada tiga, yaitu :
1. Agama dianggap membantu terpeliharanya sistem sosial yang melahirkan
kapitalisme, sehingga menghancurkan aspirasi kaum melarat.
2. Agama mengajarkan orang-orang tunduk kepada kepercayaan takhayul, sehingga
merintangi majunya ilmu pengetahuan.
3. Agama mengajarkan orang-orang supaya mencukupi kebutuhan mereka dengan
jalan berdo’a, bukan dengan bekerja keras. Dengan demikian agama membuat
orang menjadi malas.
Demikianlah kesalahan dalam memahami hakekat agama (Islam). Padahal
ajaran Islam dengan kitab sucinya Al-Qur’an serta bukti historis lainnya, jelas
bertentangan dengan tiga jenis anggapan di atas.
Dalam mempelajari pemahaman tentang islam diperlukan metode-metode
yang dapat dengan cepat dan tepat mengantarkan kita kepada satu pemahaman yang
benar, yang mampu menangkap cita-cita islam dan mewujudkannya dalam tataran
realitas. Dalam hubungan dengan itu, selain diperlukan approach (pendekatan) dalam
mempelajari sumber ajaran islam yang digunakan, juga diperlukan metode
(pendekatan) dalam mempelajari islam sebagai pemahaman. Yang dimaksudkan
islam sebagai pemahaman disisni ialah islam sebagaimana hasil interprestasi para
ulama atau cendekiawan muslim yang melahirkan ilmu-ilmu seperti tercermin dalam
ilmu tauhid/ilmu kalam, filsafat islam, fiqih, serta akhlak dan tasawuf. Dengan
mempelajari ilmu-ilmu tersebut, kita dapat diantarkan kepada penyimpulan mengenai
islam dari segi pemhaman para ulama atau cendekiawan islam. Didalamnya dibahas
mengenai cara mempelajari ilmuilmu yang disebut diatas, agar dengan mempelajari
ilmu-ilmu tersebut, mampu memberikan gambaran yang utuh mengenai islam sebagai
suatu pemahaman. Islam sebagai pemahaman adalah respon orang terhadap ajaran

11
islam. Konsep-konsep islam merupakan formulasi manusia yang berdasarkan kepada
aturan Allah SWT. Dalam bahasa Arab, pemahaman disebut dengan fiqih. Fiqih yang
dimaksudkan bukan kumpulan rumusan al-qur’an tentang din dan syari’at
(pemahaman terhadap al-qur’an dan hadis).
C. ISLAM SEBAGAI BENTUK KAJIAN
Islam tidak hanya sebagai agama teologis, tetapi juga merupakan agama
pengetahuan yang secara tidak langsung melahirkan berbagai macam pemikiran. Hal
ini menjadikan Islam sangat menarik untuk dikaji sebagai objek kajian. Pemikiran-
pemikiran yang dilibatkan dalam proses memahami objek kajian dalam historinya
tercatat bagaimana itu semua memberi andil yang signifikan terhadap bangunan
pemahaman ajaran Islam dalam berbagai dimensinya. Yang pada akhirnya
melahirkan berbagai jenis pengetahuan Islam seperti, filsafat islam, ulumul hadist,
ulumul qur'an, hukum syariah, ahwal syaksiah, dan sebagainya.
Artinya islam sebagai objek kajian berarti mempelajari apa yang dipahami oleh
pemikir-pemikir yang telah mengkaji berbagai ajaran islam yang melahirkan bentuk
pemahaman atau kajian tertentu. Ketertarikan ini bukan hanya melibatkan sarjana
muslim saja, melainkan banyak sarjana barat yang mempelajarinya. Hal ini
dikarenakan islam dan masyarakatnya yang dinamis, terlebih khususnya di Indonesia
yang memiliki banyak ragam budaya. Bahkan sekarang sudah lahir slogan Islam
Nusantara, di mana perpaduan nilai-nilai Islam yang saling berakulturasi dengan
budaya-budaya di Indonesia. Tetapi disini bukan terkait benar atau tidak ritual budaya
yang ada di indonesia, tetapi apa yang menjadi landasan berfikir dalam islam
sehingga budaya-budaya tersebut terus lestari bahkan menjadi bahan kajian para
akademisi. Seperti upacara sedekah bumi, sadranan, kenduren, dan sebagainya.
Keberagaman bukan hanya sebatas budaya, melainkan keberagaman agama. Seperti
di Bali ada satu kampung dimana dalam satu lahan terdapat Masjid, Gereja, Vihara,
Pura, Klenteng yang saling berdampingan satu sama lain. Artinya adanya rasa saling
menghormati, toleransi dan mengakui adanya keberadaan agam lain.
Dalam hal ini pola komunikasi antar agama sangat menarik untuk menjadi
objek kajiannya. di Indonesia yang menjadi negara demokrasi dimana pemimpin

12
dipilih oleh seluruh rakyat lewat pemilihan umum, sudah beberapa daerah yang
memiliki pemimpin dari kalangan perempuan. Artinya konsep kepemimpinan dalam
Islam sudah melebur dengan aturan konstitusi negara, ini menjadi salah satu bagian
dalam objek kajian. Yang pada akhirnya pengkajian Islam memiliki pendekatan yang
sangat luas, tidak sebatas doktrin-doktrin teolgis keagamaan semata, melainkan ada
nilai-nilai hingga proses penalaran dan pemahaman islam dalam masyarakat, baik
dalam pendekatan agama, budaya, sosial, hingga pendekatan humanisme, sehingga
fenomena tersebut menjadi sebuah keniscayaan.
Menurut Moh. Nur Hakim bahwa tidak semua aspek agama khususnya islam
dapat menjadi objek studi. Dalam konteks khusus studi islam ada beberapa aspek dari
islam yang dapat menjadi objek yaitu:
1.      Islam Sebagai Doktrin Agama
Islam sebagai doktrin agama dari Tuhan yang kebenarannya bagi para
pemeluknya sudah final dalam arti absolut dan diterima secara apa adanya. Agama
sebagai elemen yang sangat penting dalam kehidupan umat manusia dapat dilihat dari
dua segi yaitu dari segi isi dan dari segi bentuknya. Dari segi isinya agama adalah
ajaran atau wahyu Tuhan yang dengan sendirinya tidak dapat dikategorikan sebagai
kebudayaan. Sedangkan dari segi bentuknya, agama dapat dipandang sebagai
kebudayaan batin manusia yang mengandung potensi psikologi yang mempengaruhi
jalan hidup manusia.
Dengan demikian, yang dapat diteliti adalah pada bentuk atau praktik yang
tampak dalam kehidupan sosial yang dipandang sebagai kebudayaan batin manusia.
Penelitian dapat dilakukan pada bentuk pengalaman dari ajaran agama tersebut,
misalnya kita dapat meneliti tingkat keimanan dan ketaqwaan yang dianut
masyarakat. Selain itu, penelitian agama juga dapat dilakukan dalam upaya menggali
ajaran-ajaran agama yang terdapat dalam kitab suci serta kemungkinan aplikasinya
sesuai dengan perkembangan zaman.
2.      Islam Sebagai Gejala Budaya
Pada mulanya, ilmu terbagi menjadi dua yaitu ilmu kealaman dan ilmu
budaya. Ilmu kealaman, seperti fisika, kimia, biologi dan lain-lain mempunyai tujuan

13
utama mencari hukum-hukum alam, mencari keteraturan-keteraturan yang terjadi
pada alam. Sedangkan ilmu budaya mempunyai sifat tidak berulang, tetapi unik. Di
dalam kebudayaan terdapat pengetahuan, keyakinan, seni, moral, adat istiadat, dan
sebagainya. Kesemuanya itu selanjutnya digunakan sebagai kerangka acuan oleh
seseorang dalam menjawab berbagai masalah yang dihadapinya.
Kebudayaan yang demikian selanjutnya dapat pula digunakan untuk
memahami agama yang terdapat pada tataran empiris atau agama yang tampil dalam
bentuk formal yang menggejala di masyaarakat. Pengamalan agama yang terdapat di
masyarakat tersebut diproses oleh penganutnya dari sumber agama, yaitu wahyu
melalui penalaran. Misalnya, membaca kitab fiqih, maka  fiqih yang merupakan
pelaksanaan dari nash Al-qur’an maupun Hadits sudah melibatkan unsur penalaran
dan kemampuan manusia. Dengan demikian, agama menjadi membudaya atau
membumi ditengah-tengah masyarakat. Agama yang tampil dalam bentuknya yang
demikian itu berkaitan dengan kebudayaan yang berkembang di masyarakat tempat
agama itu berkembang. Dengan melalui pemahaman terhadap kebudayaan tersebut,
seseorang akan dapat mengamalkan ajaran agama.
3.      Islam Sebagai Interaksi Sosial
Membahas tentang realitas umat islam. Contohnya, interaksi antara orang-
orang yang beragama islam yang menggunakan norma-norma islam, termasuk
penelitian keislaman. Demikian juga pengamatan terhadap para pemeluk islam dalam
interaksinya dengan para pemeluk agama lain. Mereka memahami dan
mengekspresikan nilai-nilai islam dalam interaksi antarapemeluk agama-agama yang
berbeda. Itu semua dapat menjadi sasaran penelitian agama. 
4.      Islam Sebagai Produk Sejarah dan Sasaran Penelitian
Ada bagian islam menjadi produk sejarah. Teologi syi’ah adalah dari wajah
islam produk sejarah. Konsep khulafa al- rasyidin adalah produk sejarah, seluruh
bangunan sejarah islam klasik, tengah modern adalah produk sejarah. Andaikan islam
tidak berkumpul dengan budaya jawa ,sejarahnya  di Indonesia akan lain lagi. Andai
kata inggris tidak datang ke India sejarah islam di anak benua itu tidak akan lain lagi.
Demikianlah sebagian wajah islam di belahan dunia adalah produk sejarah. Tasawuf

14
dan akhlak sebagai ilmu adalah produk sejarah. Akhlak sebagai nilai  sumber dari
wahyu, tetapi sebagai ilmu yang disistematisasi akhlak adalah produk sejarah.
Selain itu, produk islam yang berkembang dan sangat terkenal di nusantara
yakni tentang penyebaran islam di pulau jawa oleh para walisongo  yang
menggunakan berbagai metode diantaranya pewayangan yang awalnya ceritanya
tentang mahabarata agama hindu, setelah islam masuk ceritanya diadopsi ke dalam
kancah cermin islam walaupun melalui kiasan dan ada pula yang
menggunakan  metode syair atau tembang-tembang jawa yang bernapaskan islam.
D. ISLAM SEBAGAI METODE PENELITIAN
Menurut bahasa, metode berasal dari bahasa Yunani, yaitu meta(sepanjang),
hodos(jalan). Jadi metode adalah suatu ilmu tentang cara atau langkah-langkah yang
di tempuh dalam suatu disiplin tertentu untuk mencapai tujuan tertentu. 1Metodologi
adalah bidang penelitian ilmiah yang berhubungan dengan pembahasan tentang
metode-metode yang digunakan dalam mengkaji gejala-gejala yang terjadi pada alam
atau manusia. Suatu metode ilmiah adalah aturan-aturan yang ‘harus’ diikuti oleh
peneliti dalam melakukan kajian terhadap pokok persoalan yang dikajinya.
Sedangkan metodologi penelitian dalam kajian Islam, secara sederhana, adalah ilmu
tentang cara-cara atau metode-metode yang digunakan secara runtut dalam meneliti,
memahami dan menggali ajaran-ajaran atau pengetahuan-pengetahuan dari sumber-
sumber yang diakui oleh pedoman otoritatif, Al-Qur`an. Dalam skema Al-Qur`an,
pengetahuan itu dapat diperoleh melalui wahyu (haqq al-yaqin), rasionalisme atau
inferensi yang didasarkan pada pertimbangan dan bukti (‘ilm al-yaqin), imperisisme
dan melalui persepsi, yakni dengan observasi, eksperimen, laporan sejarah, deskripsi
pengalaman (‘ain alyaqin).2Studi Islam dalam objek kajian ilmiah adalah upaya
pengkajian Islam dengan menerapkan metode-metode ilmiah, khususnya dalam
konteks sosial sains.

15
Dalam sejarah peradaban Islam, paling tidak ada empat macam metode dalam
kajian-kajian Islam dalam rangka menemukan atau menyelesaikan berbagai
mempersoalan yang dihadapi umat, yaitu:
Pertama, metode bayani. Metode bayani adalah suatu metode penelitian untuk
menemukan ilmu, dengan melalui usaha maksimal membaca, memahami,
mempelajari dan mengkaji penjelasanpenjelasan dari nash-nash Al-Qur`an dan Sunah
untuk menangkap pesan-pesan yang terdapat di dalamnya. Dengan demikian, metode
bayani ini sangat diperlukan dalam rangka memahami pesan-pesan yang terdapat
dalam wahyu, baik yang ditilawatkan (Al-Quran) maupun yang tidak ditilawatkan
(Sunnah). Di samping itu, alasan lain diperlukan metode bayani adalah bahwa teks-
teks atau sering disebut dengan nash-nash Al-Qur`an tersebut memiliki aspek lahir
dan batin atau simbolis, yang masing-masing mengandung pesan-pesan yang harus
diungkap secara baik dan tepat.
Kedua, metode burhani. Metode burhani adalah suatu metode penelitian atau
penemuan ilmu yang mengandalkan kemampuan berpikir logis, dengan kaidah-
kaidah tertentu yang disusun secara runtut dan sistematis. Metode semacam ini tentu
saja dilakukan untuk memahami suatu objek ilmu (ontologi) yang non-fisik. Sebab
itu, dalam metode penelitian ini, akal sangat berperan. Kendatipun demikian, untuk
menjadikan metode burhani ini menjadi suatu metode yang akurat dalam penemuan
suatu ilmu, haruslah dipenuhi syarat-syarat atau kaidah-kaidah tertentu. Syarat-syarat
dan kaidah-kaidah tersebut telah dirumuskan dan disusun oleh para filosof Yunani,
terutama dalam konteks metode ini, oleh Aristotels, yang diikuti dan dimanfaatkan
oleh para filosof Muslim, bahkan sebahagian fuqaha`. Aristoteles telah menyusun
metode berpikir ini secara sistematis, dalam bentuk silogisme. Mengikut para filosof
Yunani, para ahli logika Muslim telah menyusun ‘Ilm al-Mantiq, yang bermuatan
kaidah-kaidah berpikir yang benar. Dengan mengikuti apa yang dirumuskan oleh
Aristoteles, para pemikir Islam telah menemukan lima macam metode, yang
disebutnya hujjah ‘aqliyah, seperti terihat dalam bait-bait yang digubah oleh Abdur
Rahman ibn Muhammad ash-Shaghir al-Akhdhari, salah seorang ahli mantiq abad ke
sepuluh, dalam kitabnya as-Sullam al-Munawraq fi ‘Ilm al-Manthiq.6 Ada lima

16
macam hujjah, yang berperan sebagai metode penemuan ilmu dalam logika, yaitu:
Pertama, khithabiyah, yakni hujjah atau metode penemuan yang disusun dari
muqaddimah-muqaddimah dengan bersandar kepada orang-orang yang dipercaya,
baik sebagai penasehat atau ulama atau tokoh masyarakat.
Ketiga, metode tajribi. Metode tajribi adalah suatu metode penelitian atau
penemuan ilmu yang, selain memerankan kemampuan berpikir logis, juga dilanjutkan
dengan tindakan eksperimen, observasi atau bentuk-bentuk metode yang dikenal
dalam metode penelitian ilmiah sekarang ini. Para ilmuwan muslim telah
memanfaatkan metode tajribi ini dengan baik dan sungguh-sungguh. Mereka telah
melakukan pengamatan-pengamatan terhadap objek-objek fisik, baik dalam level
teoritis, yaitu melakukan kajian mendalam dan kritis terhadap karya-karya ilmiah
para filosof dan ilmuwan Yunani, seperti astronomi, kedokteran dan lain-lain,
maupun dalam level level praktis, yaitu melakukan berbagai eksprerimen untuk
membuktikan benar atau salah suatu teori tertentu atau menciptakan teori yang belum
ada sebelumnya. Umpamanya, Ibn Haitsam telah melakukan penelitian tentang teori
penglihatan langsung. Ia telah melakukan eksperimen-eksperimen yang tepat.
Sehingga ia menciptakan suatu teori penglihatan (diret vision) secara tepat dan
akurat, yang sampai saat ini masih dipertahankan, yaitu suatu teori bahwa kita dapat
melihat disebabkan adanya cahaya yang dipantulkan oleh sebuah benda, baik oleh
dirinya sendiri, seperti matahari dan bintang, maupun cahaya yang dipantulkan dari
benda lain, seperti planet dan benda-benda yang ada di bumi.

17
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
Pengkajian Islam dasarnya meliputi pengkajian terhadap Islam sebagai agama,
dan pengkajian terhadap seluruh unsur yang dihubungkan dengan Islam, dan dengan
kehidupan umat Islam. Di dalam Islam, sumber hukum dilihat dari kesepakatan
terbagi kepada dua, yaitu : Sumber hukum yang disepakati, yaitu Al-Qur’an; As-
Sunnah; Ijma; dan Qiyas dan sumber hukum yang tidak disepakati, yaitu Istishab;
Istihsan; Maslahah; Mur-salah; Urf; Madzhab sahabat; Saddudz Dzara’I dan Dalalah
Iqtiron; dan Ra’yu Nabi.
Kiblat umat Islam ialah Al-Qur’an dan Sunnah yang tidak ada keraguan didalamnya.
Melalui Al-Qur’an dan Sunnah lah Islam dapat dijadikan dalam segala sumber
kehidupan termasuk sumber penggalian ilmu. Perkembangan ilmu bermula dari sikap
manusia yang ingin tahu dan berbagai masalah yang dihadapi manusia. Karena sikap
dan sifat manusia tersebut, maka terdoronglah untuk mencari jawaban dari berbagai
permasalahan yang ada, baik mengenai sosial atau lingkungan yang ada disekitarnya
maupun mengenai alam. Dua pilar utama pengembangan ilmu pengetahuan adalah
penalaran (rasionalitas) dan pengamatan (empirisme). Keduanya saling berhubungan
dan menjadi dasar dari metode ilmiah. Untuk mendapatkan pemahaman yang benar
serta utuh tentang Islam, dapat ditempuh cara-cara sebagai berikut :
1. Islam harus dipelajari dari sumbernya yang asli, yaitu Al-Qur’an dan Sunnah
Rasulullah.
2. Islam harus dipelajari secara integral, tidak parsial (sepotong-sepotong).
3. Islam perlu dipelajari dari literatur dan kepustakaan yang ditulis oleh para ulama
besar, kaum zu’ama dan sarjan-sarjana Muslim.

18
4. Ayat-ayat Al-Qur’an yang mula-mula diturunkan pun bersangkutan dengan
masalah-masalah kemanusiaan, seperti perintah membaca.
Islam sebagai pengamalan, menghendaki umatnya untuk menampilkan Islam
dalamrealitasnya sesuai dan sejalan dengan sumber ajarannya yaitu Al-Qur’an dan
As-Sunnah, tidak cukup hanya mengenal dan memahaminya saja. Orang Muslim
dapat dikatakan Muslim yang sebenarnya (muslim kaaffah), apabila ia dengan seluruh
totalitasnya yang utuh dan bulat melaksanakan semua yang disyari’atkan oleh Islam.

19
DAFTAR PUSTAKA

 Abd al-Rasyid Moten.1990. Islamization of Knowledge Methodology of


Research in Political Science.American Journal of Islamic Social
Science.Hal.16.
 Anshari, Endang Saifuddin.1986.Wawasan Islam Pokok - Pokok Fikiran
Tentang Islam dan Ummatnya.Yogyakarta: Raja Wali.
 Baso Hasyim.2013.Islam dan Ilmu Pengetahuan (Pengaruh Temuan Sains
Terhadap Perubahan Islam).Jurnal Dakwah Tabligh. 14(1): 130.
 Duski Ibrahim.2014.Metodologi Penelitian dalam Kajian Islam (Suatu Upaya
Iktisyaf Metode-Metode Muslim Klasik). Jurnal Intizar. 20(2):249.
 Eka An Akimuddin.2016. Islam sebagai hukum internasional. Jurnal Masalah-
masalah hukum.45(4):318.
 Slamet,Achmad. 2012.Metodologi Studi Islam.Yogyakarta: Deepublisher.
 Sodikin, Abuy.2000. Metodologi Studi Islam.Bandung: Tunas Nusantara.
 Tholhah, H. 2005. Islam dalam Perspektif. Jakarta : Lantabora Press-Jakarta.
 https://www.kompasiana.com/agung21595/5fadc3aed541df79a86baf02/islam-
sebagai-objektif-study

20
21

Anda mungkin juga menyukai