Anda di halaman 1dari 16

Makalah

ISLAM NORMATIF DAN HISTORIS

Disusun sebagai syarat memenuhi tugas mata kuliah:


Pengantar Studi Islam

Dosen Pengampu: Fathorrahman, M. Pd.

Disusun oleh:

M. Nauval Jazuli
Faizar Zaky Fajri

Semester I
Fakultas Ekonomi dan Bisnis Islam
Prodi PBS

INSTITUT DIROSAT ISLAMIYAH AL-AMIEN

PRENDUAN SUMENEP MADURA

TAHUN PELAJARAN 2019-2020


KATA PENGANTAR

Alhamdulillah, dengan memanjatkan puji dan syukur kehadirat Allah swt.


Yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang. Berkat rahmat, hidayah, serta inayah-
Nya penulis dapat menyusun dan menyelesaikan makalah “Islam Normatif dan
Historis”.

Makalah ini disusun guna memenuhi tugas mata kuliah


Pengantar Studi Islam. Penulis menyadari bahwa makalah ini tidak sempurna.
Tidak ada gading yang tak retak, sehingga jika para pembaca menjumpai
kesalahan dalam makalah ini, sudilah para pembaca memberikan teguran positif.
Oleh sebab itu, semua kritik dan saran dari para pembaca penulis terima dengan
senang hati. Semoga makalah ini berguna bagi semua orang.

Sumenep, 21 September 2019

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ......................................................................................................... i

DAFTAR ISI....................................................................................................................... ii

BAB I PENDAHULUAN ................................................................................................... 1

A. Latar Belakang ........................................................................................................ 1

B. Rumusan Masalah ................................................................................................... 2

C. Tujuan Penulisan ..................................................................................................... 2

BAB II PEMBAHASAN .................................................................................................... 3

A. Pengertian Islam Normatif dan Historis.................................................................. 3

B. Pengelompokan Islam Normatif dan Historis ......................................................... 4

C. Membangun Universalisme Islam .......................................................................... 7

BAB III PENUTUP .......................................................................................................... 11

A. Kesimpulan ........................................................................................................... 11

DAFTAR PUSTAKA ....................................................................................................... 13

ii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

“Innadina ‘Indallahil Islam” mungkin ayat ini tidak terlalu asing


ditelinga kita. Ayat ini selalu mengagungkan tentang agama islam. Agama
pembawa rahmat. Pembawa kedamaian dan ketenangan bagi penganutnya.

Itulah agama islam dimana Rasulallah yang membawa ajaran ini


sampai sekarang semakin menunjukkan perkembangannya, baik itu dari
kualitasnya maupun kuantitasnya. Agama yang selalu berpedoman pada Al-
Qur’an dan hadist yang mana keduanya menjadi fondasi utama agama ini.

Namun seiring berjalannya waktu sebagaimana pepatah


mengatakan semakin tinggi derajat seseorang semakin besar pula angin yang
menghantamnya begitu pula islam,semakin banyak orang yang menerima
islam namun semakin banyak pula orang yang meruntuhkan islam. Bahkan
terkenal dengan istilah “ISLAMOPHOBIA” sebuah problematika yang tak
kunjung selesai dan akan terus menjadi pembahasan yang menarik, apalagi di
zaman globalisasi ini muncul aliran-aliran yang mengatasnamakan islam
namun melenceng dari ajaran-ajarannya, sebut saja islam liberal atau bisa
disebut Neo-Muktazilah atau ajaran yang selalu mengagung-agungkan akal
sebagai alat pencari kebenaran dan selalu menolak wahyu.

Dari semua problematika ini, karena kita sebagai Syubaanul yaum


Rijalul ghad atas penerus titah Rasulullah mempunyai tanggung jawab untuk
meluruskan semua ini dan mengembalikan orang-orang yang tersesat menuju
“Shiraathal mustaqim”

Mungkin dengan makalah ini kita dapat membantu meluruskannya,


karena apa yang yang kita bahas nantinya tidak hanya akan membahas islam
secara dhahirnya saja akan tetapi islam secara historis dan norma-norma yang
terkandung di dalamnya.pembahasan yang nantinya akan menghasilkan
jawaban-jawaban yang komprehensif tentang islam.

1
B. Rumusan Masalah
1. Apa pengertaian Islam Normatif dan Islam Historis?
2. Apa perbedaan Islam Normatif dan Islam Historis?
3. Bagaimana pengelompokan Islam Normatif dan Islam Historis?
C. Tujuan Penulisan
1. Untuk mengetahui pengertian Islam Normatif dan Historis.
2. Untuk mengetahui perbedaan Islam Normatif dan Historis.
3. Untuk mengetahui kajian Islam Normatif dan Historis.

2
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Islam Normatif dan Islam Historis

1. Pengertian Islam Normatif


Kata Normatif berasal dari bahasa inggris norm yang berarti norma,
ajaran, acuan, ketentuan tentang masalah yang baik dan buruk, yang boleh
dilakukan dan yang tidak boleh dilakukan. Selanjutnya, kata normatif
digunakan untuk memberikan corak atau sifat terhadap ajaran islam. Dalam
bukunya Amin Abdullah mengemukakan bahwa studi Islam yang bercorak
normativitas merupakan pendekatan yang berawal dari teksyang telah tertullis
dalam kitab suci, dan sampai batas-batas tertentu ia bercorak literalis,
tekstualis atau skriptualis.1 Makna norma erat hubungannya dengan akhlak.
Islam Normatif adalah Islam sebagai wahyu.

‫وحي الهي يوحي الي نبينا محمد صلى هللا عليه وسلم لسعادة الدنيا واالخرة‬
Artinya:
Wahyu ilahi yang diwahyukan kepada Nabi Muhammad SAW. untuk
kebahagiaan kehidupan dunia dan akhirat.
2. Pengertian Islam Historis
Historis berasal dari bahasa inggris History yang bernakna sejarah,
yang berarti pengalaman masa lampau daripada umat manusia. Kata sejarah
secara terminologis berarti suatu ilmu yang membahas berbagai peristiwa
atau gejala dengan memperhatikan unsur tempat, waktu, objek, latar belakang,
dan pelaku dari peristiwa tersebut. Pokok persoalan sejarah senantiasa akan
berhubungan dengan pengalaman-pengalaman penting yang menyangkut
perkembangan keseluruhan keadaan masyarakat. Objek sejarah pendidikan
islam sangat erat hubungannya dengan nilai-nilai agamawi, filosofi, psikologi,
dan sosiologi. Maka dari itu, objek sasarannya itu secara menyeluruh dan
mendasar. Sesuai dengan sifat dan sikap itu, maka metode yang harus
ditempuh yaitu: deskriptif, komparatif, analisis-sintesis. Islam historis atau

1
Abuddin Nata, Studi Islam Komphrehensif (Jakarta : Kencana Prenada Media Group, 2011), hlm.
490

3
Islam sebagai produk sejarah adalah islam yang dipahami dan islam yang
dipraktekan kaum muslimin di seluruh penjuru dunia, walau dari masa nabi
Muhammad SAW sampai sekarang.2
Sejarah atau histori adalah studi yang berhubungan dengan peristiwa-
peristiwa masa lalu atau kejadian-kejadian masalalu yang menyangkut
kejadian atau keadaan yang sebenarnya. Dengan demikian dapat dikatakan
bahwa dengan mempelajari masalalu, orang dapat memahami masa kininya,
dan dengan memahami serta menyadari keadaan masa kini, maka orang dapat
menggabarkan masa depannya. Di dalam studi islam, permasalaahan atau
seluk beluk dari ajaran agama islam dan pelaksanaan serta perkembangannya
dapat ditinjau dan dianalisis dalam kerangka perspektif kesejarahan yang
demikian itu.3
B. Pengelompokan Islam normatif dan Islam Historis
Sejalan dengan penggelompokkan Islam Normatif dan Islam Historis,
ada pula ilmuwan yang membuat pengelompokkan lain. Diantaranya:
1. Nasr Hamid Abu Zaid, mengelompokkan menjadi tiga:
a. Wilayah teks asli Islam (the original text of Islam).
Yaitu Al-Qur’an dan sunnah Nabi Muhammad yang otentik.
b. Pemikiran Islam yang merupakan ragam penafsiran terhadap teks asli.
Islam (Al-Qur’an dan sunnah Nabi Muhammad SAW.). Dapat pula
disebut hasil ijtihad terhadap teks asli Islam, seperti tafsir dan fikih.
Dalam kelompok ini dapat ditemukan dalam empat pokok cabang, yaitu:
1. Hukum atau fiqih
2. Teologi
3. Filsafat
4. Tasawuf atau mistik
Hasil ijtihad dalam bidang hukum atau fiqih muncul dalam bentuk:
a. Fiqih.
b. Fatwa.

2
Khoiruddin Nasution, Pengantar Studi Islam (Yogyakarta:ACAdeMIA+TAZZAFA,2010),hlm.
18
3
Muhaimin, Studi Islam Dalam Ragam Dimensi Dan Pendekatan (Jakarta: Kencana Prenada
Media Group,2012),hlm. 12-13

4
c. Yurisprudensi (kumpulan putusan hakim).
d. Kodifikasi yang muncul dalam bentuk UU (undang-undang).
c. Praktek yang dilakukan kaum Muslim.
Praktek ini muncul dalam berbagai macam dan bentuk sesuai
dengan latar belakang sosial (konteks). Contohnya: praktek sholat
Muslim di Pakistan yang tidak meletakkan tangan di dada, sementara
muslim Indonesia meletakkan tangan di dada.
2. Abdullah Saeed, menyebut tiga tingkatan pula, tetapi dengan formulasi
yang berbeda sebagai berikut:
a. Nilai pokok atau dasar atau asas, kepercayaan, ideal dan institusi-
institusi.
Ada persetujuan yang besar diantara Muslim, seperti keesaan
Allah, bahwa Muhammad SAW adalah utusan Allah, bahwa Al-Qur’an
adalah wahyu Allah, bahwa wajib shalat lima waktu sehari semalam,
puasa di bulan Ramadhan, bahwa hukum meminum minuman yang
memabukkan adalah dilarang, bahwa berbuat zina adalah dilarang.
b. Penafsiran terhadap nilai dasar tersebut, agar nilai-nilai dasar tersebut
dapat dilaksanakan atau dipraktekan.
Ada perbedaan pendapat di kalangan Muslim. Misalnya sentuhan
membatalkan wudlu. Ada ulama yang berpendapat sentuhan yang
membatalkan wudlu adalah semua sentuhan antara laki-laki dan
perempuan yang sudah dewasa tetapi bukan tua bangka. Sementara
ulama lain berpendapat bahwa sentuhan yang membatalkan wudlu
adalah kumpul suami dan istri.
c. Praktek berdasarkan pada nilai-nilai dasar tersebut yang berbeda antara
satu negara dengan negara lain, bahkan antara satu wilayah dengan
wilayah lain. Perbedaan terjadi karena penafsiran dan perbedaan
konteks dan budaya.
Contohnya: warna dan model pakaian muslim yang digunakan untuk
shalat, dimana warna-warni dan model pakaian shalat demikian
beragam di kalangan muslim belahan dunia.
3. Ibrahim M. Abu Rabi’ membaginya menjadi empat tingkatan, yaitu:

5
a. Islam sebagai dasar ideologi atau filosofi (the ideological/philosophical
base)
Maksud islam pada dataran ideologi adalah landasan gerakan
sekelompok orang, sekelompok komunitas dengan mengatasnamakan
Islam. Maka pada tingkatan ini Islam identik dengan sosialis, ideologi
kapitalis, dan ideologi-ideologi sejenis lainnya.
b. Islam sebagai dasar teologi (the theological base)
Secara sederhana berarti berserah kepada satu Tuhan. Dalam
kamus disebutkan: “theology is a formal study of natural of God and of
the foundation of religious belief”. Prinsipnya pada tingkatan inilah
agama yang didefinisikan sebagai pengakuan terhadap adanya
hubungan manusia dengan kekuatan gaib yang harus dipatuhi,
pengakuan terhadap adanya kekuatan gaib yang menguasai manusia,
pengakuan pada satu sumber yang berada di luar diri manusia,
kepercayaan pada suatu kekuatan ghaib yang menimbulkan cara hidup
tertentu, sistem tingkah laku yang berasal dari kekuatan ghaib,
pemujaan kekuatan ghaib.
Semua agama mempunyai kepercayaan ini, bahwa semua agama
mempunyai kepercayan adanya kekuatan ghaib (mah) diluar kekuatan
dan kemampuan manusia. Sehingga muncullah istilah bahwa semua
agama adalah sama. Kesamaan dimaksud adalah sama-sama mengakui
adanya kekuatan super natural tersebut.
c. Islam pada level teks (the level of the text)
Teks asli sumber ajaran Islam berupa Al Qur’an dan sunnah
Nabi Muhammad SAW.
d. Islam pada level praktek (the level of anthropological reality)
Praktek yang dilakukan kaum Muslim sepanjang sejarah Muslim
dalam berbagai macam latar belakang sosial, budaya, dan tradisi.4

Sebagian dari syariat Islam (teks nash) adalah ajaran yang


berlaku sepanjang masa (nash prinsip atau normatif universal), dan ada

4
Zuhairini, Sejarah Pendidikan Islam, (Jakarta: Bumi Aksara, 2010), hlm. 15-18

6
sebagian lain yang merupakan aplikasi dari respon terhadap fenomena
sosial Arab di masa pewahyuan.
Adapun Islam sebagai (pada level) praktek, dan boleh jadi
disebut juga fenomena sosial, adalah Islam yang dipraktekkan muslim
sebagai jawaban terhadap persoalan yang muncul dalam kesehariannya
sebagai penganut agama Islam. Maka pada level ini terjadi akulturasi
antara pemahaman (konsep/teori) dengan adat yang berlaku dalam
masyarakat.
Syariah sebagai the original text mempunyai karakter mutlak
dan absolut, tidak berubah-ubah. Sementara fiqih sebagai hasil
pemahaman terhadap the original text mempunyai sifat nisbi atau relatif
atau zhanni, dan berubah sesuai dengan perubahan konteks: konteks
zaman, konteks sosial, konteks tempat, dan konteks-konteks lain.
Konsep (sesuatu yang dikategorikan) dalam kitab-kitab fiqih
tersebut belum tentu sejalan dengan praktek (apa yang dilakukan
Muslim) di lapangan. Dapat ditegaskan bahwa fiqih berada pada level
pemikiran sama dengan produk pemikiran lain seperti fatwa, undang-
undang, kodifikasi, dan kompilasi. Sebagai hasil pemikiran, fiqih pun
masih dalam bentuk teori/konsep, yang boleh jadi masih berbeda
dengan apa yang dipraktekkan masyarakat Muslim. Kepercayaan sama
dengan ajaran, sementara praktek sama dengan keberagamaan.
D. Membangun Universalisme Islam
Kata Islam jika dilihat dari segi etimologi berasal dari bahasa Arab,
terambil dari kosakata salima yang berarti selamat sentosa. Dari kata ini
kemudian dibentuk menjadi kata aslama yang berarti memeliharakan dalam
keadaan selamat, sentosa, dan berarti pula berserah diri, patuh, tunduk, dan
taat. Dari kata aslama ini dibentuk kata Islam ( aslama-yuslima-islama ),
yang mengandung arti sebagaimana terkandung dalam arti pokoknya, yaitu
selamat, aman, damai, patuh, berserah diri, dan taat. Orang yang sudah
masuk Islam dinamakan muslim, yaitu orang yang menyatakan dirinya telah

7
taat, menyerahkan diri, dan patuh kepada Allah SWT. Dengan melakukan
aslama, orang ini akan terjamin keselamatannya di dunia dan akhirat.5
Dengan demikian, pengertian Islam baik dari segi bahasa maupun
istilah menggambarkan bahwa Islam adalah agama yang mengemban misi
keselamatan dunia akhirat, kesejahteraan dan kemakmuran lahir batin bagi
seluruh umat manusia dengan cara menunjukkan kepatuhan, ketundukan dan
kepasrahan pada Tuhan, dengan melaksanakan segala perintah-Nya dan
menjauhi larangan-Nya. Misi Islam yang demikian ini sudah dibawa oleh
para nabi terdahulu, walaupun nama agama yang dibawa para nabi sebelum
Nabi Muhammad SAW itu bukan Islam.6
Agama Islam memiliki prinsip, visi, misi, serta tujuan dalam
ajarannya. Prinsip ajaran Islam adalah nilai-nilai yang jadi pandangan hidup,
pedoman dan pegangan utama dalam melakukan berbagai aktivitas dalam
kehidupan, sehingga berbagai aktivitas ini memiliki arah, makna, dan tujuan
yang lurus, dan sekaligus memiliki karakter yang berbeda dengan aktivitas
lainnya yang tidak didasarkan pada prinsip-prinsip tersebut.
Prinsip-prinsip dalam pengamalan ajaran Islam yang utama, yaitu:
sesuai dengan fitrah manusia (muthabaqah li al-fithrah al-nash),
keseimbangan (al-tawazun), sesuai dengan keadaan zaman dan tempat
(shalihun li kulli zaman wa makan), tidak menyusahkan manusia (la
yu’shshir al-naas), sesuai dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan
teknologi (muthabaqah li ilm wa technologiya), berbasis pada: penelitian
(muwaqqaf li hashil al-tabayyun), berorientasi pada masa depan (muwajjihun
li al zaman al-atiyah), kesederajatan (al-musawwa), keadilan (al-ádl),
musyawarah, persaudaraan (al-ukhwah), keterbukaan (iftatiyah).
Inti dari seluruh prisip ajaran islam tersebut adalah akhlak mulia
dalam arti yang seluas-luasnya, yakni akhlak mulia bukan dalam arti tata
krama dan sopan santun saja, melainkan akhlak mulia dalam arti moral dan
etika yang membentuk karakter seluruh aspek kehidupan manusia, yakni
moral dan etika yang tercermin dalam memberikan beban tugas kepada

5
Abuddin Nata, Studi Islam Komprehensif, (Jakarta: Prenada Media Group, 2011), hlm.11.
6
Ibid, hlm. 22

8
manusia, menyikapi berbagai macam kehidupan, menghadapi perkembangan
zaman, memperlakukan manusia, mengantisipasi perkembangan ilmu
pengetahuan dan teknologi (iptek), melakukan perencanaan, merumuskan visi,
misi, dan tujuan hidup, menyikapi keanekaragaman dalam kehidupan umat
manusia, memberikan pertimbangan, memutuskan perkara, pergaulan sehari-
hari dan menghadapi masa depan.
Melalui prinsip ajaran islam tersebut, Islam menginginkan lahirnya
manusia yang unggul dan terbaik serta memiliki kontribusi dalam
memecahkan berbagai masalah yang dihadapi umat Islam. Yaitu manusia
yang memiliki visi, misi, dan tujuan hidup yang bersifat global, memberi
rahmat bagi seluruh alam, memiliki integritas pribadi dan komitmen yang
kuat pada tercapainya visi, misi dan tujuan hidup tersebut ditandai oleh
kerelaan untuk berkorban (jiwa, raga, harta, tahta, waktu, tenaga, asa, dan
sebagainya), memiliki karakter dan kepribadian yang kuat, serta kekuatan
pikir dan zikir secara seimbang.
Sebagian dari prisip-prinsip ajaran Islam sebagaimana terdapat di
dalam Al-Qu’ran yang disampaikan Allah kepada Nabi Muhammad SAW
tersebut merupakan warisan atau kelanjutan dari prinsip-prinsip yang terdapat
pada ajaran yang dibawa oleh para nabi sebelumnya. Prinsip inilah yang
dapat diartikan sebagai kalimatun sawa (kesamaan visi, misi, dan tujuan).
Prinsip-prinsip inilah yang merupakan ajaran Islam yang asli, dalam arti
ajaran Islam yang utama, yang autentik, pure, dasar, fundamental, prinsip,
pokok, dan utama. Prinsip-prinsip inilah yang harus dipertahankan keutuhan
dan kemurniannya hingga akhir zaman.
Pengamalan ajaran Islam diatas jika dipahami, dihayati, dan
diamalkan secara komprehensif, utuh, dan holistik, maka dijamin akan dapat
memwujudkan ajaran Islam sebagai yang unggul dan tidak ada yang lebih
unggul darinya (al-Islam ya’la alaih), dan dapat membawa kemajuan bagi
Islam, tanpa harus menyebut dirinya sebagai yang modern atau lainnya.
Prinsip ajaran Islam tersebut tidak hanya diberlakukan untuk orang
Islam saja, melainkan juga untuk orang non-Isalm. Prinsip keadilan misalnya,
bukan hanya diberlakukan bagi orang Islam saja, melainkan juga bagi orang

9
non-Islam. Demikian juga prinsip ajaran Islam yang lainnya. Dengan
demikian, misi ajaran Islam untuk memberi rahmat bagi seluruh alam akan
dapat diwujudkan.7
Jika prinsip ajaran Islam dapat terlaksana dengan baik, maka tujuan
ajaran Islam pun akan tercapai. Tercapainya tujuan Islam juga tidak terlepas
dari visi dan misi ajaran Islam. Adapun visi ajaran islam adalah memengaruhi
umat manusia agar jiwa, perasaan dan pola pikirnya berubah sesuai ketentuan
Allah dan Rasul-Nya, sehingga seluruh aspek kehidupannya dapat berubah ke
arah yang lebih baik dari keadaan sebelumnya. Dengan demikian visi Islam
adalah membawa rahmat bagi seluruh alam.
Misi ajaran Islam adalah mengangkat harkat dan martabat manusia,
mempersatukan dan mendamaikan kehidupan manusia, mengeluarkan
manusia dari kehidupan yang gelap gulita, mencerdaskan kehidupan manusia,
mengubah kehidupan yang biadab menjadi kehidupan yang beradab,
membentuk dan menyempurnakan akhlak mulia, serta mencegah manusia
dari berbuat kerusakan di muka bumi.
Tujuan ajaran Islam yaitu untuk melindungi dan menjaga agama, akal,
jiwa, harta, dan keturunan manusia, serta berbagai hal lainnya yang terkait
sehingga tercapai kebahagiaan hidup di dunia dan di akhirat. Tujuan ajaran
Islam juga terkait dengan upaya memelihara hak-hak asasi manusia sehingga
tercipta keadaan hidup yang aman, tertib dan damai.8
Berdasarkan prinsip ajaran Islam serta visi misi dan tujuan ajaran
Islam, untuk membangun Universalisme Islam itu dimulai dari pembangunan
individu yang memahami kedudukannya sebagai hamba Allah dan sebagai
makhluk sosial. Untuk mewujudkan hal tersebut, maka tiap individu harus
memahami prinsip ajaran Islam dengan baik dan benar agar visi, misi, dan
tujuan ajaran Islam dapat tercapai.

7
Ibid, hlm. 49-84
8
Ibid, hlm. 88-112

10
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
Dari uraian di atas disimpulkan bahwa Islam Normatif adalah Islam
sebagai wahyu. Sedangkan Islam Historis adalah Islam sebagai wahyu adalah
Islam sebagai produk sejarah.
Pengelompokan Islam Normatif dan Islam Historis dikemukakan oleh
beberapa ilmuwan, yakni:
1. Nasr Hamid Abu Zaid, mengelompokkan menjadi tiga:
a. Wilayah teks asli Islam (the original text of Islam)
b. Pemikiran Islam yang merupakan ragam penafsiran terhadap teks asli
Islam (Al-Qur’an dan sunnah Nabi Muhammad SAW.)
c. Praktek yang dilakukan kaum Muslim
2. Abdullah Saeed, mengelompokkan menjadi tiga:
a. Nilai pokok atau dasar atau asas, kepercayaan, ideal dan institusi-
institusi.
b. Penafsiran terhadap nilai dasar tersebut, agar nilai-nilai dasar tersebut
dapat dilaksanakan atau dipraktekkan.
c. Praktek berdasarkan pada nilai-nilai dasar tersebut yang berbeda antara
satu negara dengan negara lain, bahkan antara satu wilayah dengan
wilayah lain. Perbedaan terjadi karena penafsiran dan perbedaan
konteks dan budaya.
3. Ibrahim M. Abu Rabi’, mengelompokkan menjadi empat:
a. Islam sebagai dasar ideologi atau filosofi (the ideological/philosophical
base)
b. Islam sebagai dasar teologi (the theological base)
c. Islam pada level teks (the level of the text)
d. Islam pada level praktek (the level of anthropological reality)
Berdasarkan prinsip ajaran Islam serta visi misi dan tujuan ajaran Islam,
untuk membangun Universalisme Islam itu dimulai dari pembangunan
individu yang memahami kedudukannya sebagai hamba Allah dan sebagai

11
makhluk sosial. Untuk mewujudkan hal tersebut, maka tiap individu harus
memahami prinsip ajaran Islam dengan baik dan benar agar visi, misi, dan
tujuan ajaran Islam dapat tercapai.
Demikian makalah Pengantar Studi Islam dengan judul “Islam
Normatif dan Historis” yang dapat kami buat. Bila terdapat kesalahan dalam
makalah ini kami mohon maaf dan semoga makalah yang kami buat dapat
berguna bagi kita semua, amin.

12
DAFTAR PUSTAKA

Nata, Abudin. 2011. Studi Islam Komprehensif. Kencana Prenada Media: Jakarta

Nasution, Khoiruddin. 2012. Pengantar Studi Islam. ACAdeMIA+TAZZAFA:


Yogyakarta

Muhaimin. 2012. Studi Islam Dalam Ragam Dimensi dan Pendekatan. Kencana
Prenada Media: Jakarta

Zuhairini. 2010. Sejarah Pendidikan Islam. Bumi Aksara: Jakarta

13

Anda mungkin juga menyukai