Anda di halaman 1dari 20

KONSEP QADHA’ DAN QADAR

Tugas ini disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah

“AQIDAH (TAUHID)”

Dosen Pengampu :

Moh. Noval Rikza, M.Pd.

Di Susun Oleh :

Indra Tri Rahayu ( 207230012 )

Pinxchi Septian Putri Permata ( 207230071 )

Aldy Sofyan Maulana (207230076)

JURUSAN TADRIS ILMU PENGETAHUAN ALAM (IPA)

FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI

(IAIN) PONOROGO

2023

i
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, yang telah


memberikan rahmat, taufik, serta petunjuk - Nya kepada penulis, sehingga
dapat membuat makalah ini sebagai hasil tugas dari program Aqidah (Tauhid)
IAIN Ponorogo tanpa adanya halangan suatu apapun.

Makalah yang penulis susun ini berisikan tentang “Konsep Qadha’ dan
Qadar”, penulis berharap dengan makalah ini pembaca dapat mengetahui
beberapa hal mengenai konsep qadha’ dan qadhar.
Penulis menyadari selesainya penulisan makalah ini berkat adanya bantuan
dan kerjasama yang baik dari berbagai pihak. Untuk itu dalam kesempatan ini
penulis mengucapkan terimakasih yang sebesar-besarnya kepada:
1. Bapak Moh. Noval Rikza, M.Pd. selaku dosen yang sudah memberikan
pencerahan kepada penulis, sehingga bisa menyelesaikan tugas ini.
2. Teman-teman tercinta yang telah membantu dan mendukung sehingga
makalah ini dapat selesai.
3. Dan semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu - persatu yang
telah membantu dalam pembuatan makalah ini.
Penulis juga sangat menyadari bahwa makalah ini masih penuh dengan
kekurangan, maka dari itu kritik dan saran yang bersifat membangun sangat
penulis harapkan demi kesempurnaan makalah ini di masa yang akan datang.
Penulis sangat berharap semoga makalah yang disusun atas kerja keras ini dapat
berguna dan bermanfaat khususnya bagi penulis dan umumnya bagi pembaca.

Ponorogo, 28 Agustus
2023

ii
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL........................................................................................i

KATA PENGANTAR......................................................................................ii

DAFTAR ISI....................................................................................................iii

BAB I : PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah.......................................................................1


B. Rumusan Masalah.................................................................................2
C. Tujuan Pembahasan..............................................................................2

BAB II : PEMBAHASAN

A. Pengertian Qadha’ dan Qadar...............................................................3


B. Qadha’ dan Qadar menurut Ahlussunnah (Sunni)................................4
C. Qadha’ dan Qadar menurut Jabariyyah................................................6
D. Qadha’ dan Qadar menurut Qadariyyah...............................................8
E. Macam-macam Takdir..........................................................................11
F. Fungsi beriman kepada Qadha’ dan Qadar...........................................11
G. Ciri-ciri orang yang beriman kepada Qadha’ dan Qadar......................12
H. Hikmah orang yang beriman kepada Qadha’ dan Qadar......................13

BAB III : PENUTUP

A. KESIMPULAN.....................................................................................15
B. SARAN.................................................................................................16

DAFTAR PUSTAKA.......................................................................................17

iii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Sebagai manusia kita harus selalu bersyukur atas apa yang telah Allah berikan.
Banyak kejadian yang terkadang tidak sesuai dengan keinginan kita sebagai
manusia. Seperti bencana alam gempa, tsunami, angin topan dan lain-lain yang
beberapa kali sempat melanda negeri kita Indonesia itu adalah atas kehendak, hak,
dan kuasa Allah SWT. Dengan bekal keyakinan terhadap Qadha’ dan Qadar yang
telah ditentukan oleh Allah SWT, seorang mukmin tidak akan pernah menyalahkan
Allah SWT atas apa yang terjadi. Bahkan dengan kejadian seperti itu akan membuat
seorang mukmin yang taat semakin mendekatkan diri kepada Allah SWT untuk
mendapatkan perlindungan NYA.

Rukun iman yang keenam, atau tingkatan kepercayaan yang paling akhir ialah
qadha dan qadar. Ringkasan kepercayaan ini ialah bahwa segala sesuatu yang terjadi
dalam alam ini atau terjadi pada diri kita, buruk dan baik, naik dan jatuh, senang dan
sakit, dan segala gerak-gerik hidup kita, semuanya tidaklah lepas pada “takdir” yaitu
gabungan antara Qadha’ dan Qadar.

Sudah sejak dahulu masalah qadha dan qadar menjadi ajang perselisihan di
kalangan umat Islam. Ada tiga paham yang menyikapi persoalan qadha’ dan
qadar yaitu Ahlussunnah (Sunni), Jabariyyah dan Qadariyyah. Oleh karena
itu, kita sebagai umat muslim jangan sampai salah pemahaman mengenai
Qadha’ dan Qadar yang bisa menyebabkan kita terjerumus kedalam paham
yang salah. Dalam makalah ini akan diuraikan lebih rinci mengenai
persoalan Qadha’ dan Qadar dari berbagai paham. Dari pembahasan makalah
ini diharapkan kita semua umat muslim bisa mendapatkan pemahaman yang
bisa meningkatkan kadar keimanan kita terhadap rukun iman yang telah
ditetapkan khususnya iman kepada qada dan qadar.

1
B. Rumusan Masalah

1. Apa pengertian dan penjelasan Qadha’ dan Qadar menurut Ahlussunnah


(Sunni)?
2. Apa pengertian dan penjelasan Qadha’ dan Qadar menurut Jabariyyah?
3. Apa pengertian dan penjelasan Qadha’ dan Qadar menurut Qadariyyah?
4. Takdir dibagi menjadi berapa macam?
5. Apa fungsi beriman kepada Qadha’ dan Qadar?
6. Bagaimana ciri-ciri orang yang beriman kepada Qadha’ dan Qadar?
7. Apa hikmah bagi orang yang beriman kepada Qadha’ dan Qadar?

C. Tujuan

1. Mendreskipsi Qadha’ dan Qadar menurut Ahlussunnah (Sunni).


2. Mendreskipsi Qadha’ dan Qadar menurut Jabariyyah.
3. Mendreskipsi Qadha’ dan Qadar menurut Qadariyyah.
4. Mendreskipsi macam-macam takdir.
5. Mendreskipsi fungsi beriman kepada Qadha’ dan Qadar.
6. Mendeskripsi ciri-ciri orang yang beriman kepada Qadha’ dan Qadar.
7. Mendeskripsi hikmah bagi orang yang beriman kepada Qadha’ dan Qadar.

2
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Qadha’ dan Qadar

Qadha ialah kepastian, dan Qadar adalah ketentuan. Keduanya ditetapkan


oleh Allah SWT untuk seluruh makhluknya. Menurut bahasa Qadha memiliki
beberapa arti yaitu hukum, kepastian, ketetapan, perintah, kehendak,
pemberitahuan, dan penciptaan. Sedangkan menurut istilah, Qadha adalah
ketentuan atau ketetapan Allah SWT dari sejak zaman azali tentang segala
sesuatu yang berkenaan dengan makhlukNya sesuai dengan iradah
(kehendak-Nya), meliputi baik dan buruk , hidup dan mati, dan seterusnya.

Menurut bahasa Qadar berarti, peraturan, dan ukuran. Sedangkan menurut


istilah Qadar adalah perwujudan ketetapan (Qadha) terhadap segala sesuatu
yang berkenaan dengan makhluk-Nya sesuai dengan iradah (kehendak-Nya).
Qadar disebut juga takdir Allah SWT yang berlaku bagi semua makhluk
hidup, baik yang telah, sedang, maupun yang akan terjadi.

Sejak zaman azali, ketentuan itu telah di tulis di dalam Lauhul Mahfuzh
(papan tulis yang terpelihara). Jadi, semua yang akan terjadi, sedang atau su
dah terjadi di dunia ini semuanya sudah diketahui oleh Allah SWT, jauh
sebelum hal itu sendiri terjadi.1

Iman kepada qadha’ dan qadar adalah termasuk tauhid Ar Rububiyah. Oleh
karena itu imam Ahmad rahimahullah berkata: “qadar adalah merupakan
kekuasaan Allah Y". Karena tak syak lagi, qadar (takdir) termasuk qudrat dan
kekuasan Nya yang menyeluruh, di samping itu, qadar adalah rahasia Allah Y
yang tersembunyi, tak ada seorangpun yang dapat mengetahuinya kecuali
Dia, tertulis di lauh mahfuzh dan tak ada seorangpun yang dapat melihatnya.
Kita tidak tahu, takdir baik atau buruk yang telah ditentukan untuk kita

1
Huda Samsiah Nurul, “Pengertian Qadha Dan Qadar,” n.d., hlm. 2.

3
maupun untuk makhluk lainnya, kecuali setelah terjadi ata u berdasarkan nash
yang shahih.2

B. Qadha’ dan Qadar menurut Ahlussunnah (Sunni)

Ahlus Sunnah Wal Jama’ah --sering disingkat Aswaja-- adalah orang-


orang yang mengikuti sunnah Rasulullah Saw dan berada dalam golongan
jamaah kaum Muslimin. Secara bahasa, istilah Ahlus Sunnah Wal Jama’ah
terdiri dari tiga kata : Ahli artinya orang yang mahir, menguasai, paham sekali
dalam suatu ilmu. Sunah secara bahasa berasal dari kata "sanna" yang artinya
"jalan". Dalam KBBI sunah diartikan sebagai "jalan yang biasa ditempuh;
kebiasaan; aturan agama yang didasarkan atas segala apa yang dinukilkan dari
Nabi Muhammad saw., baik perbuatan, perkataan, sikap, maupun kebiasaan
yang tidak pernah ditinggalkannya; hadis. Dalam istilah fiqih, sunah artinya
perbuatan yang apabila dilakukan mendapat pahala dan apabila tidak
dikerjakan tidak berdosa.
Jamaah atau jemaah (baku) artinya kumpulan atau rombongan orang
beribadah, orang banyak; publik. Dengan demikian, Ahlus Sunnah wal
Jamaah artinya orang-orang yang mengikuti Rasulullah Saw dalam
mengamalkan Islam.3 Dalam masalah ini mereka menempuh jalan tengah
dengan berpijak di atas dalil syar’i dan dalil aqli.4
Mereka berpendapat bahwa perbuatan yang dijadikan Allah Y di alam
kemesta ini terbagi atas dua macam:
1. Perbuatan yang dilakukan oleh Allah Y terhadap makhluk-Nya. Dalam
hal ini tak ada kekuasaan dan pilihan bagi siapapun. Seperti turunnya
hujan, tumbuhnya tanaman, kehidupan, kematian, sakit, sehat dan
banyak contoh lainnya yang dapat disaksikan pada makhluk Allah Y.

2
Muhammad bin Shalih Al-Utsaimin, “Qadha’ Dan Qadar,” Qadha Dan Qadar, 2007, hlm.7.
3
Risalah Islam.com, Pengertian Ahlus Sunnah wal Jamaah,
https://www.risalahislam.com/2013/11/pengertian-ahlus-sunnah-wal-jamaah.html?m=1, 28
Agustus 2023, jam 20.23 WIB.
4
Al-Utsaimin, Op.Cit hlm. 10.

4
Hal seperi ini, tentu saja tak ada kekuasaan dan kehendak bagi siapapun
kecuali Allah Y yang maha Esa dan kuasa.
2. Perbutan yang dilakukan oleh semua makhluk yang mempunyai
kehendak. Perbuatan ini terjadi atas dasar keinginan dan kemauan
pelakunya; karena Allah Y menjadikannya untuk mereka.5
Allah Y dengan sifat hikmah-Nya, menentukan hidayah bagi siapa yang di
kehendaki-Nya yang menurut pengetahuan-Nya benar-benar menginginkan al-
haq dan hatinya dalam istiqamah. Dan dengan sifat hikmah-Nya pula, dia
menentukan kesesatan bagi siapa yang suka akan kesesatan dan hatinya tidak
senang dengan Islam. Sifat hikmah Allah Y tidak dapat menerima bila orang
yang suka akan kesesatan termasuk orang-orang yang mendapat petunjuk,
kecuali jika Allah Y memperbaiki hatinya dan merubah kehendaknya, dan
Allah Y Maha Kuasa atas segala sesuatu. Namun, sifat hikmah-Nya
menetapkan bahwa setiap sebab berkait erat dengan akibatnya.6
Menurut Ahlus Sunnah wal Jama'ah, kebebasan manusia dalam qada dan
qadar adalah sebagai berikut:
1. Manusia memiliki kebebasan dalam perbuatannya dan mengingkari
adanya takdir
2. Pemahaman bahwa segala ikhtiar/usaha itu diwajibkan atas diri kita,
tetapi hasilnya Allah yang menentukan/taqdir
3. Manusia memiliki kebebasan dalam setiap tindakan yang diperbuat
4. Qada dan qadar tidak menghilangkan kebebasan manusia dalam
bertindak, namun Allah-lah yang menentukan hasil akhir dari tindakan
manusia.
Dalam pandangan Ahlus Sunnah, meskipun Allah menentukan segala
sesuatu, manusia masih memiliki keleluasaan dalam bertindak dan berusaha.
Namun, hasil akhir dari tindakan manusia ditentukan oleh Allah. Oleh karena
itu, manusia harus berusaha dan berdoa kepada Allah agar mendapatkan hasil
yang baik dari perbuatannya.

5
ibid., hlm. 9
6
ibid., hlm 24-25

5
Menurut Ahlussunnah Wal Jamaah, Qadha’ dan Qadar mempunyai empat
tingkatan :
1. Al-‘Ilm (pengetahuan) yaitu mengimani dan meyakini bahwa Allah Y
Maha Tahu atas segala sesuatu. Dia mengetahui apa yang ada di langit
dan di bumi, secara umum maupun terperinci, baik itu termasuk
perbuatan-Nya sendiri atau perbuatan makhluk-Nya. Tak ada
sesuatupun yang tersembunyi bagi-Nya.
2. Al-kitabah (penulisan) yaitu mengimani bahwa Allah Y telah
menuliskan ketetapan segala sesuatu dalam lauh mahfuzh.7
3. Al- Masyiah (kehendak) yaitu bahwa segala sesuatu, yang terjadi atau
tidak terjadi, di langit dan di bumi, adalah dengan kehendak Allah Y.
hal ini dinyatakan jelas dalam Al Qur’an Al Karim. Dan Allah Y telah
menetapkan bahwa apa yang diperbuat-Nya, serta apa yang diperbuat
para hamba-Nya juga atas kehendak-Nya.8
4. Al – Khalq (penciptaan) yaitu mengimani bahwa Allah pencipta segala
sesuatu. Apa yang ada di langit dan di bumi Penciptanya tiada lain
kecuali Allah Y. Sampai “kematian” lawan dari kehidupan itupun
diciptakan.9
Jadi intinya yang perlu diperhatikan adalah bahwa Qadha’ dan Qadar
adalah sesuatu yang ghaib. Oleh karena itu, dalam tradisi Ahlussunnah
keyakinan kita atas Qadha’ dan Qadar itu tidak boleh menjadi alasan kita untuk
bersikap pasif.

C. Qadha’ dan Qadar Menurut Jabbariyyah

Aliran berikutnya yang muncul dalam sejarah Islam adalah Jabariyyah.


Siapakah Jabariyyah itu? Jabariyyah berasal dari kata jabr yang bermakna
paksaan. Aliran ini ditonjolkan pertama kali oleh Jahm bin Safwan (131 H),
sekretaris Harits bin Suraih, yang memberontak terhadap Bani Umayyah di
Khurasan. Meskipun demikian, sebelumnya umat Islam sudah membicarakan
7
ibid., hlm 26
8
ibid., hlm 28
9
Ibid., hlm 30

6
tentang hal ini, seperti surat sahabat Ibnu Abbas dan seorang tabi'in Al-Hasan
al-Bashri kepada penganut paham ini.

Dalam istilah bahasa Inggris, Jabariyyah disebut fatalism atau


predestination, yaitu paham yang berpandangan bahwa perbuatan manusia
sudah ditentukan sejak semula oleh qadha dan qadar Allah Swt. Posisi
manusia tidak memiliki kebebasan inisiatif sendiri, akan tetapi terkait mutlak
pada kehendak Tuhan.

Maka, dapat disimpulkan bahwa aliran Jabariyyah adalah aliran yang


dianut oleh sekelompok orang yang memahami bahwa semua perbuatan yang
mereka lakukan merupakan sebuah unsur keterpaksaan atas kehendak Tuhan,
dikarenakan telah ditentukan oleh qadha dan qadar-Nya.

Jabariyyah adalah pandangan atau pendapat yang tumbuh dalam


masyarakat Islam yang melepaskan diri dari seluruh tanggung jawab.
Manusia disamakan dengan makhluk lain yang bebas dari segala
pertanggungjawaban atas perbuatan.

Dengan ungkapan lain, manusia seperti benda mati yang hanya bergerak
dan digerakkan oleh Allah Swt., sesuai yang diinginkan-Nya. Manusia
diibaratkan seperti bulu yang diterbangkan angin sesuai arah yang
dikehendaki-Nya, tanpa ada ikhtiar atau usaha dari dalam diri manusia itu
sendiri. Jadi, Jabariyyah berpendapat bahwa hanya Allah Swt. yang
menentukan dan memutuskan segala amal perbuatan manusia.10

Adapun beberapa pendapat atau ajaran aliran Jabariyyah adalah sebagai


berikut:

1. Manusia tidak mempunyai kebebasan dan ikhtiar apa pun. Setiap


perbuatan mereka, baik yang buruk maupun baik, Allah Swt. semata
yang menentukannya.
2. Manusia tidak mengetahui apa pun sebelum terjadi.

Rizem Aizid, Sejarah Peradaban Islam Terlengkap Periode Klasik, Pertengahan Dan Modern,
10

2021, hlm. 57.

7
3. Ilmu Allah Swt. bersifat huduts (baru).
4. Iman cukup di dalam hati, tanpa harus dilafazhkan.
5. Allah Swt. mempunyai sifat yang tidak sama dengan makhluk ciptaan-
Nya.
6. Surga dan neraka tidak kekal, yang akan hancur dan musnah bersama
penghuninya. Sebab, yang kekal dan abadi hanyalah Allah Swt.
7. Allah Swt. tidak dapat dilihat di surga oleh penduduk surga. h.
merupakan makhluk, bukan kalamullah.11

D. Qadha’ dan Qadar Menurut Qadariyyah

Faham Qadariyah (Free Will and Free Act) merupakan lawan ekstrem dari
faham Jabbariyah (Predestination/Fatalism), Faham Qadariyah pertama kali
dimunculkan oleh Ma'bad Al-Jauhani (wafat 80 H/699 M) di Basrah Iraq
pada masa pemerintahan Abdul Malik bin Marwan dari dinasti Bani
Umayyah. Faham Qadariyah memandang bahwa manusia mempunyai
kemerdekaan dan kebebasan dalam menentukan perjalanan hidupnya secara
mutlak. Perbuatan-perbuatan mereka diwujudkan oleh daya mereka sendiri,
bukan oleh Tuhan.

Menurut faham ini, manusia itu bebas berkehendak (hurriyah al-iradah)


serta memiliki kemampuan (qudrah) untuk menentukan dan melaksanakan
perbuatannya sendiri, dan Allah sama sekali tidak ikut campur dalam
menentukan tersebut. Teologi ini berangkat dari suatu tesis bahwa "Allah
adalah Dzat yang Maha Adil." Oleh karena itu. Tuhan menjadi tidak adil jika
Dia menentukan (menakdirkan) manusia berbuat jahat atau kafir, tapi
kemudian Dia menyiksa manusia tersebut di neraka atas kejahatan dan
kekafirannya.

Sekilas, faham Qadariyah ini sangat ideal dan sesuai dengan ajaran Islam.
Di samping benar menurut logika, juga didasarkan pada ayat-ayat Al-Qur'an
dan hadis Rasulullah yang memberikan kebebasan kepada manusia untuk

Ibid., hlm 59
11

8
memilih dan menentukan perbuatannya sendiri. Akan tetapi, jika kita
mendalami ajaran Al-Qur'an dan hadis Rasulullah secara komprehensif serta
memerhatikan realitas kehidupan sehari-hari, maka akan tampak dengan jelas
bahwa faham Qadariyah yang tidak memercayai adanya takdir (qadha dan
qadar) adalah mengandung berbagai kelemahan dan telah menyimpang dari
ajaran Islam yang benar, yang disampaikan oleh Rasulullah kepada para
umatnya.

Di antara kelemahan-kelemahan faham Qadariyah yang tidak memercayai


adanya takdir (qadha' dan qadar) Allah adalah sebagai berikut:

1. Meskipun ide dasar faham Qadariyah adalah benar, yakni "Allah


adalah Dzat yang Maha Adil". akan tetapi dengan meyakini bahwa
manusia memiliki kekuasaan (qudrah) dan kebebasan untuk
menentukan kehendak (iradah/masyi'ah) dan perbuatannya sendiri, dan
Allah tidak ikut campur dalam menentukan perbuatan tersebut, maka
faham ini telah merendahkan Allah. Karena dengan pola pemikiran
yang seperti itu, faham ini telah menegaskan bahwa Allah tidak me-
miliki kekuasaan yang mutlak untuk menciptakan perbuatan manusia.
Di samping itu, jika manusia memiliki kebebasan yang mutlak untuk
menentukan perbuatannya sendiri dan Allah tidak ikut campur dalam
menentukan perbuatan tersebut, maka bisa jadi perbuatan manusia
tersebut bertentangan dengan kehendak (iradah) Alla. Dengan
demikian, faham Qadariyah telah mengebiri kekuasaan (qudrah).
kehendak (iradah) serta ilmu Allah.
2. Meskipun faham Qadariyah mendasarkan ajarannya pada nash Al-
Qur'an dan Hadis Rasulullah, akan tetapi karena nash-nash tersebut
difahami secara parsial (hanya sebagian) tidak secara komperehensif,
maka pemahaman tersebut menjadi salah. Mereka tidak memerhatikan
pada nash-nash Al-Qur'an dan hadis yang menjelaskan bahwa
"perbuatan manusia itu diciptakan oleh Allah atau mentakwilkan nash-
nash tersebut dengan takwil yang sangat jauh sehingga pemikiran

9
mereka ini bertentangan dengan penjelasan Rasulullah yang diberikan
kewenangan oleh Allah untuk menjelaskan firman-Nya.
3. Dalam memahami masalah takdir (qadha' dan qadar), aliran Qadariyah
terlalu liberal dalam mempergunakan rasio. Padahal, takdir adalah
sesuatu yang misteri (ghaib) yang hanya bisa didekati dengan iman dan
tidak terjangkau oleh akal pikiran manusia yang sangat terbatas.
4. Aliran Qadariyah mengukur keadilan Allah dengan barometer keadilan
manusia. Padahal Allah adalah Pencipta (Al-Khaliq) sedang- kan
manusia adalah yang dicipta (Al-makhluq), tentu saja keduanya
berbeda Oleh karena itu keadilan Allah tidak bisa disamakan dan
diukur dengan tolok ukur keadilan manusia.
5. Kenyataan menunjukkan bahwa manusia tidak mempunyai kemampu-
an dan kekuasaan untuk mencapai semua keinginannya, meskipun ia
sudah berusaha semaksimal mungkin Selalu ada peran dari takdir Allah
di sana. Sebagai contoh betapa banyak orang yang ingin kaya ia sudah
bekerja keras tapi ternyata sampai mati tetap miskin Betapa banyak
orang mandul yang ingin punya anak, ia sudah berusaha semaksimal
mungkin, bahkan sudah berulang kali mendatangi dokter kandungan,
tapi ternyata tetap tidak bisa punya anak
6. Faham Qadariyah yang tidak memercayai adanya takdir Allah, maka
hal itu dapat menimbulkan kesombongan dan keangkuhan bagi
Manusia Mereka akan merasa tanpa Tuhan-pun mereka mampu
memenuhi kebutuhan hidupnya. Akibatnya, mereka tidak memerlukan
agama lagi sehingga banyak di antara umat manusia yang menjadi
agnostic (percaya tuhan tapi tidak percaya pada ajaran agama) bahkan
atheistic (tidak percaya adanya tuhan). Sebaliknya, jika ternyata
mereka tidak mampu memenuhi kebutuhan atau mencapai cita-citanya
mereka akan frustasi atau terserang berbagai macam penyakit
kejiwaan.12

Hamdan Rasyid dan Saiful Hadi El-Sutha, Panduan Muslim Sehari-Hari, 2016, hlm. 141-142.
12

10
E. Macam-Macam Takdir

Takdir adalah peraduan/gabungan antara Qadha’ dan Qadar. Ketahuilah


takdir itu ada dua macam yaitu :

1. Takdir Mubram ialah takdir yang tidak dapat berubah karena kemauan
dan usaha manusia misalnya ajal kematian.
2. Takdir Muallaq ialah takdir yang dapat berubah karena adanya usaha
yang dilakukan manusia misalnya kekayaan manusia bisa menjadi kaya
karena adanya usaha untuk ingin berubah menjadi orang kaya.13

E. Fungsi Beriman Kepada Qadha’ dan Qadar

Fungsi beriman kepasa Qada dan Qadar Allah SWTberiman kepada Qada
dan Qadar mempunyai point penting bagi manusia dalam kehidupan sehari
hari. Diantaranya

1. Mempunyai semangat ikhtiar


Ikhtiar artinya melakukan perbuatan yang baik dengan kesungguhan
dan keyakinan untuk hasil yang baik bagi diri sendiri. Artinya; dan
bahwa manusia hanya memperoleh apa yang diusahakannya dan
sesungguhnya usahanya itu kelak akan diperlihatkannnya.(kepadanya).
(Q.S.An najm; 39-40).
2. Mempunyai sifat sabar dalam menghadapi cobaan
Dengan percaya kepada Qada dan Qadar, manusia akan sadar
bahwa kehidupan adalah ujian ujian yangharus dilalui dengan penuh
kesabaran. Sabar adalah sikap mental yang teguh akan pendirian nya,
berani menghadapi tantangan, dan tidak pernah menyerah dalam
menghadapi ujian dengan tenang, dan akhirnya diserahkan kepada
Allah SWT. Dalam firman Allah SWT yang artinya; Apakah manusia
mengira bahwa mereka akan dibiarkan, dan mengatakan ”kami telah
beriman, dan mereka tidak diuji” (Q.S.Al Ankabut: 29:2)

Abdul Rahman, Hakikat Ilmu Tasawuf, 2021, hlm. 173.


13

11
3. Sabar bahwa cobaan adalah Qada dan Qadar dari Allah SWT
Segala yang ada di alam semesta hanyalah milik Allah swt dan
suatu saat akan kembali kepada nya. Firman Allah SWT yang Artinya;
"yaitu orang orang apabila ditimpa musibah, mereka akan berkata
innalillahi wa inna lillahi rojiun” (Q.S.Al Baqarah, 2:156)
4. Tawakkal
Tawakkal yang bearti berserah diri kepada Allah swt,yaitu berserah
diri sepenuhnya kepada Allah swt dalam menghadapi atau menunggu
hasil dari suatu pekerjaan atau usaha. Menurut imam Al ghazali
tawakkal artinya menyandarkan diri kepada Allah swt dalam
menghadapi kepentingan.14

G. Ciri-Ciri Orang yang Beriman Kepada Qadha’ dan Qadar

Adapun ciri-ciri orang yang beriman kepada qada dan qadar sebagi berikut:

1. Semua yang terjadi pada dirinya selalu di terima.

Segala sesuatu apapun yang terjadi, baik itu urasan nasib baik dan
urusan nasib jelek pada haketnya merupakan pemberian dari Allah SWT.

2. Bersabar ketika mendapat ujian dari Allah

Selalu bersabar ketika mendapat suatu ujian dari Allah SWT seperti di
timpa musibah kekeringan, bencana alam di tinggal mati oleh anak dan
istri dsb.

3. Apabila di bacakan tanda- tanda kebesaran Allah hatinya selalu bergetar.

Ciri orang yang beriman kepada qodo dan qodar ketika mendengar
ayat – ayat suci al quran hatinya selalu bergetar dan getaran tersebut
berasal dari keimanan kita yang kuat dalam hati.

4. Tidak mengeluh dan putus asa.

Studocu.com,
14
“Fungsi Beriman Kepada Qadha’ dan Qadar Allah SWT”,
https://www.studocu.com/id/document/universitas-mulawarman/pendidikan-agama-islam/fungsi-
beriman-kepasa-qada-dan-qadar-allah-swt/45993145, 28 Agustus 2023, jam 23.15 WIB.

12
Orang yang beriman kepada qodo dan qodar tidak pernah pustus asa
ketika dia berniaga mendapatkan suatu kerugian yang besar

5. Tidak takabur dan sombong.

Tidak pernah merasa sombong dan takabur ketika di angkat derajatnya


dengan harta maupun dengan ilmu karena dia yakin itu hanya semata- mata
pemberian dari Allah.

6. Selalu optimis

Setiap pekerjaan yang di kerjakannya dirinya selalu mempunyai rasa


optimis kerena allah akan mengabulkan semua doa dan usahanyawalaun
sekecil mungkin.

7. Tawakal dan selalu berdoa pada Allah

Orang tersebut selalu berdoa kepada allah meskipun ia telah berusaha


dengan keras sebab tetap yang memberikan kepustusan hasl akhir dari
usahanya adalah Allah

8. Tidak meminta pertolongan selain kepada Allah.

Tidak mau meminta pertolongan orang lain karena ia tidak mau


membebankan masalahnya kepada orang lain.cukup kepada Allah semata
yang mampu menolongNya .15

G. Hikmah Bagi Orang yang Beriman Kepada Qadha’ dan Qadar

Beberapa hikmah yang dapat diambil dari berima kepada Qada dan Qadar
yaitu:

1. Dapat membangkitkan semangat kerja dan usaha, serta memberikan


dorongan untuk memperoleh kehidupan yang baik didunia maupun di
akhirat

Jurnal Aqidah.com, “Ciri-Ciri Orang yang Beriman pada Qada dan Qadar”,
15

https://jurnalaqidah.blogspot.com/2016/01/ciri-ciri-orang-yang-beriman-pada-qada.html?m=1,
28 Agustus 2023, jam 23.25 WIB.

13
2. Tidak membuat sombong dan takbbur, karena dia yakin kemampuan
manusia sanagt terbatas, sedangkan kekuasaan Allah maha tinggi
3. Memberikan pelajaran kepada manusia bahwa segala sesuatu yang ada di
alam semesta ini berjalan sesuai dengan ketentuan Allah dan kehendaknya.
4. Mempunyai keberanian dan ketabahan dalam berusaha dan tidak takut
resiko, karena dia yakin bahwa semuanya tidak terlepas dari takdir Allah
swt
5. Selalu merasa rela menerima setiap yang terjadi pada dirinya. karena ia
mengerti bahwa semua berasal dari Allah swt, dan dikembalikan kepada
nya.16

BAB III

Muhammad Chirzin, Konsep dan Hikmah Akidah Islam. (Yogyakarta: Mitra Pustaka, 1997), hlm.
16

120-121.

14
PENUTUP

A. KESIMPULAN

Dari tulisan makalah diatas, maka dapatlah kita simpulkan sedemikian


dibawah ini :

1. Menurut bahasa Qadha memiliki beberapa arti yaitu hukum, kepastian,


ketetapan, perintah, kehendak, pemberitahuan, dan penciptaan.
Sedangkan menurut istilah, Qadha adalah ketentuan atau ketetapan
Allah SWT dari sejak zaman azali tentang segala sesuatu yang
berkenaan dengan makhlukNya sesuai dengan iradah (kehendak-Nya),
meliputi baik dan buruk , hidup dan mati, dan seterusnya.
2. Menurut bahasa Qadar berarti, peraturan, dan ukuran. Sedangkan
menurut istilah Qadar adalah perwujudan ketetapan (Qadha) terhadap
segala sesuatu yang berkenaan dengan makhluk-Nya sesuai dengan
iradah (kehendak-Nya). Qadar disebut juga takdir Allah SWT yang
berlaku bagi semua makhluk hidup, baik yang telah, sedang, maupun
yang akan terjadi.
3. Secara bahasa Ahlus Sunnah wal Jamaah artinya orang-orang yang
mengikuti Rasulullah Saw dalam mengamalkan Islam. Dalam masalah
ini mereka menempuh jalan tengah dengan berpijak di atas dalil syar’i
dan dalil aqli.
4. Jabariyyah adalah aliran yang dianut oleh sekelompok orang yang
memahami bahwa semua perbuatan yang mereka lakukan merupakan
sebuah unsur keterpaksaan atas kehendak Tuhan, dikarenakan telah
ditentukan oleh qadha dan qadar-Nya.
5. Dalam pemahaman kaum Qadariyyah manusia itu bebas berkehendak
(hurriyah al-iradah) serta memiliki kemampuan (qudrah) untuk
menentukan dan melaksanakan perbuatannya sendiri, dan Allah sama
sekali tidak ikut campur dalam menentukan tersebut.

15
6. Takdir adalah peraduan/gabungan antara qadha’ dan qadar. Takdir ada
dua macam yaitu Takdir Mubram (takdir yang tidak dapat berubah) dan
Takdir Muallaq (takdir yang dapat berubah krena adanya usaha).
7. Fungsi beriman kepada Qadha’ dan Qadar yaitu mempunyai semangat
ikhtiar, mempunyai sifat sabar Dalam menghadapi cobaan, sabar
bahwa cobaan adlah Qadha’ dan Qadar dari Allah SWT, dan Tawakkal.
8. Ciri-ciri orang yang beriman kepada qadha’ dan qadar yaitu semua
yang terjadi pada dirinya selalu diterima, bersabar ketika mendapat
ujian dari allah, apaila dibacakan tanda-tanda kebesaran allah hatinya
selalu bergetar, tidak mengeluh dan putus asa, tidak takabur dan
sombong, selalu optimis, tawakkal dan selalu berdoa kepada Allah,
serta tidak meminta pertolongan selain kepada Allah.
9. Hikmah bagi orang yang beriman kepada Qadha’ dan Qadar yaitu
dapat membangkitkan semangat kerja dan usaha, tidak membuang
sombong dan takabur, memberikan pelajaran kepada manusia bahwa
segala sesuatu yang ada di alam semesta ini berjalan sesuai dengan
ketentuan Allah dan kehendaknya, mempunyai keberanian dan
ketabahan Dalam berusaha dan tidak takut resiko, selalu merasa rela
menerima setiap yang terjadi pada dirinya.

B. SARAN
Keimanan seseorang akan berpengaruh terhadap perilakunya sehari-hari.
Oleh karena itu,penulis menyarankan agar kita senantiasa meningkatkan iman
dan takwa kita kepada Allah SWT agar hidup kita senantiasa berhasil
menurut pandangan Allah SWT. Juga keyakinan kita terhadap takdir Allah
senantiasa ditingkatkan demi meningkatkan amalibadah kita.Serta Kita harus
senantiasa bersabar,berikhtiar dan bertawakal Dalam menghadapi takdir
Allah.

DAFTAR PUSTAKA

16
Aizid, Rizem. 2021. Sejarah Peradaban Islam Terlengkap Periode Klasik,
Pertengahan Dan Modern.
Al-Utsaimin, Muhammad bin Shalih. 2007. Qadha Dan Qadar.
Chirzin, Muhammad. 1997. Konsep dan Hikmah Akidah Islam.
Huda Samsiah Nurul. “Pengertian Qadha Dan Qadar,” n.d., 8.
Jurnal Aqidah. 2016. Ciri-Ciri Orang yang Beriman pada Qada dan Qadar.
https://jurnalaqidah.blogspot.com/2016/01/ciri-ciri-orang-yang-
beriman-pada-qada.html?m=1, diakses tanggal 28 Agustus 2023.
Rahman, Abbdul., dan Saiful Hadi El-Sutha. 2021. Hakikat Ilmu Tasawuf.
Rasyid, Hamdan. 2016. Panduan Muslim Sehari-Hari.
Risalah Islam. 2013. Pengertian Ahlus Sunnah wal Jamaah,
https://www.risalahislam.com/2013/11/pengertian-ahlus-sunnah-
wal-jamaah.html?m=1, diakses tanggal 28 Agustus 2023.
Studocu.com. Fungsi Beriman Kepada Qadha’ dan Qadar Allah SWT”,
https://www.studocu.com/id/document/universitas-mulawarman/pe
ndidikan-agama-islam/fungsi-beriman-kepasa-qada-dan-qadar-
allah-swt/45993145, diakses tanggal 28 Agustus 2023.

17

Anda mungkin juga menyukai