Anda di halaman 1dari 14

IMAN KEPADA QADHA DAN QADAR

MATA KULIAH:

Tauhid dan Adab

DOSEN PENGAJAR:

Dr. Mukhlis, Lc., M. Pd. I

DISUSUN OLEH:

Cut Saudah

1082023013

JURUSAN BIMBINGAN KONSELING PENDIDIKAN ISLAM

FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI

LANGSA 2023 M /1445 H


KATA PENGANTAR

Puji syukur atas kehadirat Allah ‫ ﷻ‬yang telah memberikan rahmat dan
karunianya, sehingga bisa menyelesaikan tugas makalah ini dengan baik. Kami
juga mengucapkan terima kasih kepada Bapak Dr. Mukhlis, Lc., M. Pd. I. yang
telah memberikan tugas ini kepada kami. Ada banyak hal yang bisa kami pelajari
melalui makalah ini.

Makalah berjudul “Iman kepada Qadha dan Qadar” disusun untuk


memenuhi tugas mata kuliah Tauhid dan Adab. Selain itu, makalah ini juga
diharapkan bisa memberikan pemahaman terkait dengan definisi qadha dan qadar
beserta dalilnya, dan juga sifat tawakkal dan ridha.

Penulis sendiri menyadari bahwa adanya kekurangan dalam penulisan


makalah ini. Oleh sebab itu kritik dan saran senantiasa diharapkan demi perbaikan
makalah ini. Penulis juga berharap makalah ini dapat berguna bagi kita semua.

Langsa, 8 November 2023

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ..................................................................................... i

DAFTAR ISI ................................................................................................... ii

BAB I PENDAHULUAN............................................................................... 1

1.1 Latar Belakang ........................................................................................... 1


1.2 Rumusan Masalah ...................................................................................... 1
1.3 Tujuan......................................................................................................... 2

BAB II PEMBAHASAN ................................................................................ 3

2.1 Definisi Iman kepada Qadha dan Qadar .................................................... 3


2.2 Dalil Iman kepada Qadha dan Qadar ......................................................... 5
2.3 Sifar Tawakkal dan Ridha .......................................................................... 6

BAB III PENUTUP ........................................................................................ 9

3.1 Kesimpulan ................................................................................................ 9


3.2 Saran........................................................................................................... 9

DAFTAR PUSTAKA...................................................................................... 10

i
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Iman adalah aspek agama Islam yang paling mendasar, dan bisa disebut
pondasi dari setiap agama. Bila sistem Iman rusak, maka runtuhlah bangunan
agama secara keseluruhan. Dalam agama Islam, Iman ini terbagi menjadi enam,
yaitu iman kepada Allah ‫ﷻ‬, iman kepada Rasulullah ‫ﷺ‬, iman kepada
malaikat Allah, iman kepada kitab-kitab Allah, iman kepada hari akhir, dan iman
kepada qadha dan qadar.

Iman kepada qadha dan qadar adalah meyakini bahwa Allah telah
membuat ketentuan atau ketetapan atas segala sesuatunya yang di dalamnya
terdapat kehendak Allah ‫ﷻ‬. Dengan bekal keyakinan terhadap takdir yang
telah ditentukan oleh Allah ‫ﷻ‬, seorang mukmin tidak pernah mengenal kata
frustrasi dalam kehidupannya, dan tidak berputus asa, karena ia menyadari bahwa
kegagalan itu sebenarnya adalah ketentuan Allah.

Orang yang bermiman kepada qadha dan qadar dapat mencapai sikap
optimis dan giat bekerja untuk meraih kebahagiaan dan kemakmuran dalam
kehidupan. Dengan memahami iman kepada qadha dan qadar Allah, seseorang
dapat memperkuat keyakinannya dan menghadapi kehidupan dengan sikap yang
positif dan optimis.

1.2 Rumusan Masalah


1.2.1 Apa itu definisi dari iman kepada qadha dan qadar Allah ‫ ﷻ‬beserta
dalilnya?
1.2.2 Apa itu sifat tawakkal dan ridha?

1
1.3 Tujuan
1.3.1 Mahasiswa mengetahui definisi dari iman kepada qadha dan qadar
Allah beserta dalilnya
1.3.2 Mahasiswa mengetahui sifat tawakkal dan ridha

2
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Definisi Qadha dan Qadar

Iman kepada qadha dan qadar adalah salah satu rukun iman terakhir yakni
ke-6 dalam Islam yang perlu dijalankan oleh umat Islam. Iman kepada qadha dan
qadar merupakan dua hal yang wajib diimani oleh setiap umat Islam. Beriman
kepada qadha dan qadar artinya membenarkan dalam hati tentang adanya qadha
dan qadar Allah kemudian diikrarkan dengan lisan dan dibuktikan dengan anggota
badan. Iman kepada qadha dan qadar merupakan faridhah dan kewajiban yang
harus dilakukan setiap muslim. Oleh karena itu, iman kepada qadha dan qadar ini
merupakan salah satu syarat iman seorang muslim. Berikut adalah pengertian dan
perbedaan antara qadha dan qadar.

1. Qadha

Qadha adalah ketentuan Allah ‫ ﷻ‬atas segala sesuatunya yang di


dalamnya terdapat kehendak Allah ‫ﷻ‬. Definisi qadha dalam bahasa
Arab adalah "‫"قض ?ة‬, yang berarti kepastian atau hukum. Qadha
mengacu pada ketentuan Allah ‫ ﷻ‬yang telah ditetapkan atas segala
sesuatunya yang di dalamnya terdapat kehendak Allah ‫ﷻ‬. Qadha ini
mencakup berbagai aspek kehidupan, termasuk penciptaan, menjelaskan,
dan menyelamatkan sesuatu1.

Qadha berbeda dengan qadar, yang merupakan menetapkan suatu


kadar tertentu oleh Allah ‫ ﷻ‬semenjak azali. Kedua-duanya adalah
saling lazim- melazimi dan tidak mungkin berpisah. Qadha juga bermakna
rencana keseluruhan yang Allah miliki untuk alam semesta dan segala
isinya. Sedangkan qadar adalah manifestasi spesifik dari qadha, atau
kejadian-

1
Muhammad bin Ibrahim Al-Hamd, Definisi Iman Kepada Qadha dan Qadar serta Kaitan di
antara Keduanya, (Bandung: Mizan 2000), hlm. 12

3
kejadian individual yang terjadi dalam rencana keseluruhan. Dengan
memahami definisi qadha, seseorang dapat menyesuaikan diri dengan
kepastian dan hukum yang diberikan oleh Allah ‫ ﷻ‬dalam kehidupan2.

2. Qadar

Pengertian qadar dari segi bahasa yaitu masdar dari qadara-yaqdaru-


qadaran/qadran. Sedangkan definisi qadar secara istilah dalam Islam
adalah Sesuatu yang telah diketahui sebelumnya dan telah tertuliskan, dari
apa-apa yang terjadi hingga akhir masa. Dan bahwa Allah Azza wa Jalla
telah menentukan ketentuan para makhluk dan hal-hal yang akan terjadi,
sebelum diciptakan sejak zaman azali. Allah ‫ ﷻ‬pun mengetahui, bahwa
semua itu akan terjadi pada waktu-waktu tertentu sesuai dengan
pengetahuan-Nya dan dengan sifat-sifat tertentu pula, maka hal itu pun
terjadi sesuai dengan apa yang telah ditentukan-Nya3.

Qadar juga merupakan sebuah konsep dalam Islam yang mengacu pada
ketetapan Allah ‫ﷻ‬. Qadar juga dapat diartikan sebagai aturan atau
ukuran yang diciptakan oleh Allah4.

Dalam Islam, qadar dan qada saling berkaitan, dimana qada adalah
rencana atau ketetapan Allah ‫ﷻ‬, sedangkan qadar adalah perwujudan
dari rencana tersebut. Qadar mencakup segala sesuatu yang terjadi di
dunia, baik yang sudah terjadi maupun yang akan terjadi di masa depan.
Sebagai umat Muslim, memahami pengertian qadar dan qada adalah
penting karena keduanya merupakan salah satu rukun iman yang harus
dipercaya. Kedua konsep ini penting dalam Islam dan dianggap esensial
dalam sistem kepercayaan Muslim.

2
Zulkifli Mohammad Al-Bakri, Maksud Qadha dan Qadar, (Bandung: Al-Manhaj, 2014) hlm.
15
3
Syamsyuddin As-Safarani, Lawaami’ul Anwaar al-Bahiyyah, (Riyadh: Sifatu Safwa, 2003),
hlm. 348
4
Ibnu Atsir, Annihayah fi Gharibil Hadits wal Atsar, (Beirut: Darul Fikri, 1979), hlm. 22

4
2.2 Dalil Iman kepada Qadha dan Qadar

Sebagai umat Islam, hendaknya mengetahui terlebih dahulu mengetahui


segala sesuatu yang terjadi pada makhluk ciptaan-Nya. Perlu diketahui bahwa
segala takdir yang diberikan oleh-Nya merupakan takdir terbaik. Dalil Al-Qur’an
dan Hadits tentang iman kepada qadha dan qadar yakni sebagai berikut.

1. Dalil Al-Qur’an

a. Surah Al-Qamar ayat 49

‫ِ إنَّا كل „ء ْ ق َٰ نَ هُ ِبَقَد „ر‬


َ‫ خل‬49 ‫شى‬

Artinya: “Sesungguhnya Kami menciptakan segala sesuatu menurut


ukuran”

b. Surah Al-Hijr ayat


21
‫ْعلُو „م‬ َ‫نَُن ِ’ زلُ ۥُٓه ِإ َّّل ِبَقد‬ ُ‫و ِإن ’ „ء ِإ عندَ َ ز ٓا ِئن‬
‫ م‬21 ‫„ر و َما‬ ‫نَ ا ۥُه خ‬ ‫م َّّل شى‬
‫ن‬

Artinya: “Dan tidak ada sesuatupun melainkan pada sisi Kamilah


khazanahnya; dan Kami tidak menurunkannya melainkan dengan ukuran
yang tertentu”.

c. Surah Al-Mursalat ayat 22-


23
23 ‫ْعلُو „م قَدَ ْرنَا َفنِ ْع َم ا ْلَقا ِد ن‬ َ‫لَ َٰى َقد‬
‫ُرو‬ ‫ م‬22 ‫„ر‬

Artinya: “Sampai waktu yang ditentukan, lalu Kami tentukan (bentuknya),


8maka Kami-lah sebaik-baik yang menentukan.”

5
2. Hadits

‫ِ وش ِ’ ر ِه‬ ‫ا ْلَقد‬ ‫وتُ ْؤ‬


‫ر‬ ‫ِر‬ ‫ِمن‬
‫ِه‬
‫خ‬
‫ْي‬

“…Dan engkau beriman kepada qadar, yang baik maupun yang buruk...”
(Hadits Riwayat Muslim)5

Muslim juga meriwayatkan dalam kitab Shahiih dari Thawus, dia


mengatakan, “Saya mengetahui sejumlah orang dari para Sahabat Rasulullah
Shallallahu ‘alaihi wa sallam mengatakan, ‘Segala sesuatu dengan ketentuan
takdir.’ Ia melanjutkan, “Dan aku mendengar ‘Abdullah bin ‘Umar
mengatakan, ‘Segala sesuatu itu dengan ketentuan takdir hingga kelemahan
dan kecerdasan, atau kecerdasan dan kelemahan”6.

Nabi ‫ ﷺ‬juga bersabda:

‫شا َء َف َ عل‬ َ‫ لَ ْو أ َ ع كان كذَ َ كذ‬:ْ‫تَُقل‬


َ ُ‫ولَ ِك ْ ن ق‬ ‫صا ْ ف‬ ‫و ِإ ْن َأ‬
‫م‬ ‫ َ قَد ُر‬:‫ْل‬ ‫ و‬،‫ا ا‬ ،‫ِن’ي ْلت‬ ‫َب ك ي ئ‬
‫ا‬
‫و‬ ‫ش‬

Artinya: “…Jika sesuatu menimpamu, maka janganlah mengatakan,


‘Seandainya aku melakukannya, niscaya akan demikian dan demikian’.
Tetapi ucapkanlah, ‘Sudah menjadi ketentuan Allah, dan apa yang
dikehendakinya pasti terjadi”7.

2.3 Sifat Tawakkal dan Ridha

1. Tawakkal

Dalam kehidupan sehari-hari, kata tawakkal sangat familiar didengar oleh


umat muslim. Dari segi bahasa, kata tawakkal diambil dari bahasa Arab yakni
َّ‫ كل َو َت‬yang berarti lemah, berserah diri, mempercayakan diri atau
mewakilkan.
6
Sedangkan dari segi istilah, menyerahkan segala urusan kepada Allah ‫ﷻ‬
dengan penuh keyakinan setelah usaha dilakukan. Menurut Dr. Yusuf al-
Qaradhawi

5
Kitab Al-Imaan, (I/38, no. 8)
6
Muslim, (no.2655) diriwayatkan juga oleh Ahmad dalam al-musnad, yang diteliti oleh Ahmad
Syakir, (VIII/152, no. 5893), dan diriwayatkan oleh Malik dalam Al-Muwaththa’, (II/879)
7
Hadits Riwayat Muslim, (no. 2664)

7
berkata “Tawakkal adalah bagian dari ibadah hati yang paling afdhal, ia juga
merupakan akhlak yang paling agung dari sekian akhlak keimanan lainnya.
Tawakkal adalah memohon pertolongan, sedangkan penyerahan diri secara
totalitas adalah salah satu bentuk ibadah”8.

Tawakkal merupakan manifestasi keyakinan di dalam hati yang memberi


motivasi kepada manusia dengan kuat untuk menggantungkan harapan
kepada Allah ‫ ﷻ‬dan menjadi ukur tingkat keimanan seseorang kepada
Allah ‫ﷻ‬. Disamping Islam mendidik umatnya untuk berusaha, Islam juga
mendidik umatnya untuk bergantung dan berharap kepada Allah. Dalam kata
lain, mereka menyerahkan iman dan keyakinannya kepada Allah di dalam
suatu urusan, maka pada suatu saat akan merasakan keajaiban tawakkal.

Pengertian tawakkal bukan berarti tinggal diam, tanpa kerja dan usaha,
bukan menyerahkan semata-mata kepada keadaan dan nasib dengan tegak
berpangku tanganduduk memekuk lutut, menanti apa-apa yang akan terjadi.
Bukan meruapkan pengertian dari tawakkal yang diajarkan oleh al-Qur’an,
melainkan bekerja keras dan berjuang untuk mencapai suatu tujuan.
Kemudian baru menyerahkan diri kepada Allah supaya tujuan itutercapai
berkat, rahmat dan dan inayahnya9

2. Ridha

Definisi ridha dalam Islam adalah kerelaan atau kepuasan hati terhadap
ketentuan Allah ‫ﷻ‬. Ridha juga dapat diartikan sebagai persetujuan,
kerelaan, atau kepuasan hati terhadap suatu hal atau keadaan 10. Dalam Islam,
ridha merupakan salah satu sifat yang harus dimiliki oleh seorang muslim,
karena dengan ridha, seseorang dapat menerima segala ketentuan Allah ‫ﷻ‬
dengan lapang dada. ridha juga dapat diartikan sebagai kelapangan jiwa
dalam menerima takdir Allah ‫ ﷻ‬dan menjadikan ridha sendiri sebagai
penawarnya.

8
Yusuf al-Qaradhawi, Tawakkal Jalan Menuju Keberhasilan Dan Kebahagiaan Hakiki,
(Jakarta: Al-Mawardi Prima, 2004), hlm. 5
9
Yunahar Ilyas, Kuliah Akhlaq, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar Offset, 2006), hlm. 45
10
Depi Marlina, Mengenal Ikhlas, Ridha, dan Sabar, (Bukittinggi: Algensindo, 2017), hlm.
20

8
Orang yang ridha ketika ditimpa musibah akan mencari hikmah yang
terkandung di balik ujian tersebut. Dalam Islam, ridha Allah adalah tujuan
utama setiap muslim, yang berarti bahwa seseorang berusaha untuk hidup
sesuai dengan ajaran agamanya, menjalankan perintah Allah, dan menjauhi
larangan-Nya dengan penuh keikhlasan.

9
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Beriman kepada qadha dan qadar akan melahirkan sikap optimis, tidak mudah
putus asa, dan mendorong seseorang untuk berikhtiar berdasarkan kemampuan
maksimal. Iman kepada qadha dan qadar bermanfaat bagi yang meyakininya,
karena jika dianut dengan benar, iman kepada takdir dapat mengantarkan
seseorang kepada kebahagiaan dan kemakmuran.

Orang yang bermiman kepada Qadha dan Qadar dapat mencapai sikap
optimis dan giat bekerja untuk meraih kebahagiaan dan kemakmuran dalam
kehidupan. Ridha atau kerelaan hati terhadap ketentuan Allah SWT merupakan
sifat yang harus dimiliki oleh seorang muslim dalam menghadapi takdir yang
telah ditetapkan oleh Allah ‫ﷻ‬. Dengan memahami dan menjalankan iman
kepada Qadha dan Qadar, seseorang dapat mencapai sikap positif dan optimis
dalam menghadapi kehidupan.

3.3 Saran

Meningkatkan keimanan dengan memperdalam pemahaman tentang ajaran


Islam dan rukun iman, termasuk qadha dan qadar. Berdoa dan memohon kepada
Allah ‫ ﷻ‬agar diberikan kekuatan dan keteguhan iman dalam menghadapi
takdir yang telah ditetapkan. Meningkatkan tawakal atau kepercayaan kepada
Allah SWT dengan mengikuti perintah-Nya dan menjauhi larangan-Nya.

Menjaga sikap positif dan optimis dalam menghadapi kehidupan, serta


berusaha semaksimal mungkin untuk meraih kebahagiaan dan kemakmuran.
Meningkatkan kerelaan hati atau Ridha terhadap ketentuan Allah ‫ﷻ‬, sehingga
dapat menerima segala ketetapan-Nya dengan lapang dada. Menghindari sifat
sombong dan berprasangka baik terhadap Allah ‫ﷻ‬, serta melatih kesabaran
dalam menghadapi ujian hidup.

1
DAFTAR PUSTAKA

Muhammad bin Ibrahim Al-Hamd. 2000. Definisi Iman Kepada Qadha dan Qadar serta
Kaitan di antara Keduanya, Bandung: Mizan.

Zulkifli Mohammad Al-Bakri. 2014. Maksud Qadha dan Qadar. Bandung: Al-Manhaj.

Syamsyuddin As-Safarani. 2003. Lawaami’ul Anwaar al-Bahiyyah. Riyadh: Sifatu


Safwa.

Ibnu Atsir. 1979. Annihayah fi Gharibil Hadits wal Atsar. Beirut: Darul Fikri

Kitab Al-Imaan, (I/38, no. 8).

Muslim, (no.2655) diriwayatkan juga oleh Ahmad dalam al-musnad, yang diteliti oleh
Ahmad Syakir, (VIII/152, no. 5893), dan diriwayatkan oleh Malik dalam
Al- Muwaththa’, (II/879).

Hadits Riwayat Muslim, (no. 2664).

Yusuf al-Qaradhawi. 2004. Tawakkal Jalan Menuju Keberhasilan Dan


Kebahagiaan Hakiki. Jakarta: Al-Mawardi Prima.

Yunahar Ilyas. 2006. Kuliah Akhlaq. Yogyakarta: Pustaka Pelajar Offset

Depi Marlina. 2017. Mengenal Ikhlas, Ridha, dan Sabar. Bukittinggi: Algensindo

Anda mungkin juga menyukai